Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam yang menaungi mahluknya
penuh dengan kasih sayang. Yang memberikan nikmat tidak terhitung jumlahnya,
Pemilik kerajaan yang agung di sisinya, serta pemberi karunia nikmat islam kepada
dunia melalui utusanya yang suci Muhammad SAW.

Sholawat serta salam tak lupa kami hanturkan, kehadapan Nabi agung
Muhammad yang merupakan Nabi pembimbing seluruh alam, yang telah
menghantarkan kita dari kegelapan dunia, menuju terangnya Islam. Dalam makalah
ini kami membuat judul “Hadist Muttarib, syaz dan majhul”. Kami akan
membahas materi tersebut dengan mendalam sehingga para pembaca dapat
mendapatkan manfaat yang maksimal dari hasil buah pikiran kami ini, berdasarkan
data yang kami peroleh. Pada pembahasan makah ini, penulis merujuk terhadap
beberapa referensi dan memberikan beberapa komentar atau beberapa pandangan
penulis, agar materi ini dapat dicerna dengan baik oleh pembaca.
Akhir kata, semoga tulisan sederhana kami dapat berguna untuk kita semua,
tak hanya bagi pembaca pada umumnya, namun juga dapat menjadi refleksi bagi
penulis makalah ini sendiri khususnya. Dan semoga manfaat bisa kita petik, dan
mendapatkan pelajaran berharga.

Bukittinggi, 1 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Pengertian Hadist muttarib, syaz, dan majhul .......................................... 2
B. Jenis dan contoh masing-masing hadist .................................................... 5
C. Hukum masing-masing hadist ................................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15
A. Kesimpulan ............................................................................................... 15
B. Saran ......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hadits merupakan sumber kedua setelah al-Qu‟ran. Banyak anggapan
bahwa hadits tidak bisa diteliti, akan tetapi lambat laun anggapan itu luntur
dengan sendirinya dengan bukti dari hari kehari semakin banyak orang yang
berani untuk mengkaji tentang hadis. Hal ini tentunya menjadi hal baru dalam
kazhanah keilmuan Islam dan tentunya hal ini juga tidaklah melanggar aturan-
aturan syar‟i, karena memang tidak ada hukum-hukum syar‟i yang melarangnya.
Kesalahan dalam mengartikulasi dan mentranskrip ungkapan matan pada
umumnya dipicu oleh kondisi pendengaran yang kurang baik atau teks yang tidak
memadai. Sehingga kebenaran informasi yang didapat tidak mencapai
kesempurnaan.
Oleh karena itu kita harus tau apa-apa yang berkaitam dengan hal itu
terutama masalah sanad dan matan.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian hadist muttarbi, syaz, dan majhul?
2. Jelaskan jenis dan contoh masing-masing hadist?
3. Jelaskan hukum masing-masing hadist?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian hadist muttarbi, syaz, dan majhul!
2. Untuk mengetahui jenis dan contoh masing-masing hadist!
3. Untuk mengetahui hukum masing-masing hadist?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadist Muttarib, Syaz dan Majhal


1. Pengertian Hadist Muttarib
Secara bahasa, kata ”mudhtharib” adalah kata benda yang berbentuk isim
fa‟il (pelaku) dari kata “ Al-Idhthirab” yang berarti urusan yang
diperselisihkan dan rusak aturannya atau guncang dan bergetar.
Secara istilah ilmu hadis pengertian hadis Mudhtharib adalah:

َ َ ‫ أ َ ْٗ ُج ٍٔ ٍُ ْخر َ ِيفَ ٍح ٍُر‬ٜ‫عي‬


ِ‫ اْىقُ َّ٘ج‬ِٜ‫َ ٍح ف‬ٝٗ‫غ َا‬ َ ٛ
َ ِٗ ‫ٍَا ُس‬
Hadis yang diriwayatkan dalam beberapa bentuk yang berlawanan yang
masing-masing sama-sama kuat.”
Ibn al-Shalah mendefinisikan hadis Mudhtharib sebagai berikut:
ٔٝٗ‫ ْش‬َٞ َ‫ٔ ف‬ٞ‫حُ ف‬ٝ‫اىش َٗا‬
ِّ ‫ف‬ُ ‫ ذ َْخر َ ِي‬ٛ‫ ُٕ َ٘ اىز‬َٚ‫ض ٌُٖ عي‬
ُ ‫ َٗجْ خٍ َٗ َت ْع‬ٚ‫ض ٌُٖ عي‬
ُ ‫َت ْع‬
ُ‫َا‬
ِ ‫ر‬َٝ ‫اىش َٗا‬
ِّ ‫خ‬ِ ٗ‫غ َا‬ َّ ‫ ِٔ ٍُض‬َّٞ ِ ‫غ‬
َ َ ‫ْط ِشتًا ِإرَا ذ‬ ٌ ‫َٗجْ خٍ أَخ ََش ٍُخَا ِى‬
َ ُّ ‫ َٗ ِإَّّ ََا‬,‫ف‬
Hadis Mudhtharib adalah Hadis yang terjadi perselisihan riwayat
tentang Hadis tersebut: sebagian perawi meriwayatkannya menurut salah
satu cara dan yang lainnya menurut cara yang lain yang bertentangan
dengan cara yang pertama, sementara kedua tersebut adalah sama-sama
kuat. 1
Dr. Muhammad „Ajjaj Al-Khatib dalam bukunya yang berjudul
“Ushul Al-Hadits pokok-pokok ilmu hadits”, menyatakan bahwa Hadis
Mudhtharib yaitu hadits yang diriwayatkan dengan beberapa bentuk yang
saling berbeda, yang tidak mungkin mentarjihkan sebagiannya atas
sebagian yang lain, baik perawinya satu atau lebih.

1
DR.Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1997), h. 269-270.

2
Syaikh Manna‟ Al-Qaththan, juga menyebutkan bahwa hadis
mudhtharib adalah hadis yang diriwayatkan dari jalur yang berbeda-beda
serta sama dalam tingkat kekuatannya, dimana satu jalur dengan yang
lainnya tidak memungkinkan untuk disatukan atau digabungkan dan tidak
memungkinkan pula untuk dipilah salah satu yang terkuat.
Jadi, dapat dapat disimpulkan bahwa Hadis Mudhtharib adalah hadis yang
diriwayatkan dari jalur yang berbeda-beda yang mana satu dengan yang
lainnya saling bertentangan, pertentangan tersebut tidak dapat
dikompromikan atau disatukan dan tidak bisa pula dipilah salah satu yang
terkuat karena masing-masing hadis sama kuatnya.
Suatu hadis bisa dapat disebut Mudhtharib apabila memenuhi dua syarat,
yaitu:
1) Terjadinya perbedaaan riwayat tentang suatu hadis yang
perbedaaan tersebut tidak dapat dikompromikan.
2) Masing-masing riwayat mempunyai kekuatan yang sama, sehingga
tidak mungkin dilakukan tarjih terhadap salah satu dari riwayat
yang berbeda tersebut.

2. Pengertian Hadis Syaz


Secara etimologi, Syadz artinya: yang ganjil, yang jarangada, yang
menyalahi. Secara Terminologi, yaitu menurut Muhaddisin, ialah:
ٍِ ‫ش صىل‬ٞ‫ذضثط اًٗمثشٓ عذ داُٗ غ‬ٝ‫ٍا سٗآ اىَقث٘ه ٍخاىفاٍِ ماُ اُسجع ٍْٔ ىَض‬
‫ذاخ‬ٞ‫ٗج٘ٓ اىرش ج‬

“Hadits yang diriwayatakan oleh seorang yang makbul(tsiqah)


menyalahi riwayat orang yang lebih rajih, lantaran mempunyai kelebihan
kedlabitan atau banyak sanad atau lain sebagainya dari segi pentarjihan.2

2
Muhammad „Ajjaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadits Pokok-pokok Ilmu Hadits, Penerjemah: M
Qodirun Nur, Ahmad Musyafiq, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2003), h. 310.

3
Adapula yang mendefenisikan bahwa Hadits Syadz adalah hadits
yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang maqbul, yang menyalahi
riwayat orang yang lebih utama darinya, baik karena jumlahnya
lebihbanyak ataupun lebihtinggi daya hapalnya, yang padaintinya sama
dengan defenisi diatas.
Dari beberapa defenisi tersebut memberi pengertian bahwa
periwayatan yang hanya dilakukan melalui satu jalur sanad, tidak bias
dikatakan syadz, meskipun sanad tersebutlemah. Periwayatan baru dapat
dikatakan syadz apabila pada matan-nya terjadi pertentangan dengan dalil
yang lebih kuat.
Jika ada hadits yang diriwayatkan dengan satu jalur sanad,
bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan melalui dua atau tiga jalur
sanad, maka hadits yang diriwayatkan melalui satu jalur sanad tersebut
menjad isyadz.
Dengan kata lain, hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang yang
diterima periwayatanya, tetapi riwayat itu menyalahi riwayat perawi yang
lebih kuat. Maka hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang lebihkuat,
disebut hadits mahfuzh, sdangkan yang satunya disebut haditssyadz.3

3. Pengertian Hadist Majhul


a. Menurut mahmud tohan
Menurut bahasa berasal dari kata ‫ جٖاىح‬yang artinya tidak diketahui
merupakan lawan kata dari ٌ‫عي‬ yang artinya
mengetahui.sedangkan lafadz ٛٗ‫ اىجٖاىح تاىشا‬yaitu "ketidak tahuan
akan kondisi rawi. Sedangkan menurut istilah yaitu ِٞ‫عذً ٍعشفح ع‬

3
Ibid, ha. 311

4
ٔ‫ أٗ داى‬ٛٗ‫" اىشا‬tidak adanya pengetahuan pasti tentang rawi itu dan
juga keadaannya(adil atau tidak).4
b. Menurut Ahmad izzan dan Saefuddin Nur Yaitu:
c. ‫غ ٌّ ع٘اء ماُ سجال أٗ اٍشاج‬ٝ ٌ‫ ٍرْٔ اٗ عْذٓ ساٗ ى‬ٜ‫ٕ٘ ٍا ف‬
"Hadis yang didalam matan atau sanadnya terdapat seorang perawi
yang tidak dijelaskan baik ia laki-laki atau perempuan"
Hadis Majhul adalah hadis yang mana seorang perawinya tidak
dikenal jati diri dan identitasnya. Maksudnya adalah hadis yang di
dalam sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak dikenal jati
dirinya atau dikenal orangnya akan tetapi tidak dikenal identitas
atau sifat-sifat keadilan dan ke-dhabitan-nya.

B. Jenis dan contoh masing-masing hadist


1. Jenis dan contoh Hadist Muttarib
Ketidaktepatan (Al-Idhtharab) kadang-kadang terjadi pada sanad
hadis dan kadang-kadang terjadi pada matannya, namun kebanyakan
terjadi pada sanad dan sedikit terjadi pada matan. Mudhtharib terbagi dua:
a. Mudhtharib sanad
Contoh hadis mudhtharib pada sanad:
‫ قاه‬, ُ‫ألساكَ ِشثْد‬ ُ ‫ا َس‬َٝ :‫ع ْْٔ أَُّّٔ قاه‬
َ ‫ع ْ٘ه هللا‬ َ ‫ هللا‬ٜ
َ ‫ض‬ ِ ‫ َت ْن ٍش َس‬ٜ‫ث أ ِت‬ٝ
ُ ‫َد ِذ‬
"‫ٕ٘د ٌ َٗأَخ ََ٘اذ ُ َٖا‬
ُ ِْْٜ‫َّثَر‬ٞ‫ش‬
َ ".
Artinya: Hadis Abu Bakar r.a, bahwasanya dia berkata, “Ya
Rasulullah, aku melihat engkau telah beruban.” Rasulullah SAW
menjawab, “Hud dan Saudara-saudaranya yang telah menyebabkan
aku beruban.”(H.R Al-Tirmidzi).

4
Syaikh Manna‟ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta: Maktabah Wahbah,
2009), hlm. 149.

5
Menurut Al-Daruqutni, Hadis ini adalah Mudhtharib. Hadis
ini hanya diriwayatkan melalui jalur Abu Ishaq, dan terjadi sekitar
sepuluh perbedaan pendapat mengenai status hadis ini. Di
antaranya ada yang meriwayatkan hadis ini secara mursal, dan ada
yang secara maushul(muttashil), dan ada pula yang
memasukkannya ke dalam Musnad Abi Bakar, Musnad Sa‟ad,
Musnad „A‟isyah dan yang lainnya. Sementara keseluruhan
perawinya adalah tsiqat sehingga tidak mungkin untuk melakukan
tarjih antara yang satu terhadap yang lainnya, dan tidak mungkin
pula untuk memkompromikann keseluruhannya.
b. Mudhtharib Matan
Contoh hadis mudhtharib pada matan:
Hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Syarik dari Asy-
Sya‟bi dari Fathimah binti Qays berkata: Rasulullah SAW ditanya
tentang zakat, beliau menjawab:
َّ َٙ٘ ‫ اى ََا ِه ىَ َذقًّا ِع‬ِٜ‫إِ َُّ ف‬
ِ‫اىض َماج‬
Sesungguhnya pada harta itu ada hak selain zakat.
Sementara pada riwayat Ibnu Majah, melalui jalan ini Rasulullah
SAW bersabda:
َ َٞ‫ى‬
َّ َٙ٘ ‫ اى ََا ِه َد ًّق ِع‬ِٜ‫ْظ ف‬
ِ‫اىضمَاج‬
Tidak ada hak pada harta selain zakat.
Al-Iraqi berkata: ”Hadis diatas terjadi idhthirab tidak mungkin
dita‟wilkan.” Hadis pertama menyatakan adanya hak bagi harta
selain zakat, sementara hadis kedua menyatakan sebaliknya, yaitu
tidak ada hak selain zakat.5

5
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta,: AMZAH, 2013), hlm. 206.

6
2. Jenis dan contoh Hadist Syaz
Berdasarkan dari beberapa defenisi maka hadits syadz dibagi kpada dua
bagian, yaitu syadz pada sanad, dan syadz pada matan.
Contoh Syadz Pada Sanad
ّ ‫ْاسعِ ع٘عجحعِ اتِ عثاّط‬ٝ‫اُ عِ عَشٗتِ د‬ٞ‫ عَش دذّ ثْا عف‬ٜ‫دذّ ثْااتِ ات‬
ُ‫ا‬
ٔ‫ذع ٗاسثااالّعثذإ٘ اعرق‬ٝ ٌ‫ٔ ٗعيٌّ ٗى‬ٞ‫ هللا عي‬ٚ
ّ ‫ عٖذسع٘ه هللا صي‬ٚ‫سجال ٍاخ عي‬
ٔ‫شاث‬ٍٞ ٌّ‫ٔ ٗعي‬ٞ‫ هللا عي‬ٚ ّ ‫فاعطآ اىّْث‬.
ّ ‫ صي‬ٜ
Turmudzi berkata: Telah menceritakan kepada kami, Ibnu Abi Umar,
telah menceritakan kepada kami, Sofyan, dari „Amr bin Dinar, dari
„Ausajah, dari Ibnu Abbas, bahwa seorang laki-laki meninggal dunia
dimasa Rosulullah saw. Serta tidak meninggalkan ahli warits, kecuali
seorag hamba sahaya yang ia merdekakan(maula), makanabi saw.
Memberikan warisanya kepada hamba itu.
Dalam sanad yang pertama, yang menjadi pokok adalah Sufyan
bin „Uyainah. Sufyan meriwayatkan dari „Amr bin Dinar, dari „Ausajah,
dan dari Ibnu Abbas. Sedangkan disanad yang kedua, yang menjadi pokok
adalah Hammad bin Zaid.
Hammad ini meriwayatkan dari „Amr bin Dinar, dari „Ausajah dan
tanpa Ibnu Abbas.Sufyan dan Hammad adalah oran-orang kepercayaan
dan ahli dibidang hafalan, tetapi riwayat Sufyan yang memakai sebutan
Ibnu Abbas itu dibantu oleh Ibnu juraij.6
Muhammad bin Muslim ath-Tha-ifi dan lainya sedangkan riwayat
Hammad tidak ada yang membantunya. Maka berdasarkan keterangan
tersebut dapat dikethui bahwa riwayat Sufyan lebih patut(kuat) daripa
riwayat Hammad. Karena itu Imam Abu Hatim menguatkan
riwayatsufyan. Riwayat Hammad yang menyalahi riwayat Sufyan yang
lebih kuat itu disebut Syadz, sedangkan riwayat Sufyan disebut

6
Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahu‟l Hadits, (Bandung : Alma‟arif, , 2008), hlm.196.

7
Mahfuzh(yang terpelihara). Syadz tersebut terjadi pada sanad karena itu
disebut Syadz pada sanad.
Contoh Syadz Pada Matan
Hadits yang diriwyatkan Abu Daud dan Tirmidzi dari haditsnya Abdul
Wahid bin Ziad, dari al-„Amsyi, dari Abishaleh, dari Abu Hurairah, secara
marfu‟:
" َْٔٞٝ ِ‫ضطجع ع‬ٞ‫ أدذمٌ اىفجشفي‬ٚ
ّ ‫إرا صي‬
Apabila salah seorang dari kalian telah selesai shalat fajar, hendaknya
berbaring kesebelah kanan.
Al-Baihaki berkata, dalam hal ini Abdul Wahid menyalahi banyak
rawi. Masyarakat itu meriwayatkan tentang perbutan Nabi saw, bukan
perkataanya. Dalam lafadz ini abdulwahid menyendiri dari rawi-rawi
tsiqah yang menjadi sahabat al-A‟masy.
Kemudian dicontoh yang lain:
ّ ‫دذّ ثْااتِ اى‬
‫ّ٘ظ عِ اتِ شٖاب عِ عَشج تْد‬ٝ ّٜ‫غشح ثْااتِ ٕٗة اخثش‬
ِ‫عثذاىشدَِ ع‬
ّ
ّ ‫عاأشح صٗج اىّْث‬
ّ .‫ ص‬ٜ
‫ د ّجح اى٘داع تقشج‬ٜ‫ ّذش عِ اه ٍذ َّذ ف‬.‫اُ سع٘ه هللا ص‬
‫ٗادذج‬.
Kata Abu Daud : Telah menceritakan kepada kami, Ibnu sarah, telah
menceritakan kepada kami, Ibnu Wahb, telah mengkhabarkan kepada
kami,Yunus, dari Ibnu Syihab dari „Amrah binti Abdurahman, dari
„Aisyah istri Nabi saw., bahwa Rosulullah saw. Berkurban utuk keluraga
Muhammad(istri-istrinya) pada Haji Wada‟ seekor sapi betina. Dengan
Hadits7
‫ٔ عِ عاءشح قاىد رتخ عّْا‬ٞ‫اىشدَِ تِ اىقا عٌ عِ ات‬
ّ ‫ عِ عثذ‬ٜ
ّ ّْٕ‫سٗآ ع َّا ساىذ‬
‫ً٘ دججْا تقشج تقشج‬ٝ .‫سع٘ه هللا ص‬.

7
Ibid, hal. 197

8
Diriwayatkan Hadits ini oleh „Ammar ad-Duhani, dari „Abdurrahman, bin
al-Qasim, dari ayahnya(al-Qasim), dari „Aisyah, ia berkata Rosulullah
saw. Telah menyembelih unta untuk kami pada hari kami naik haji, seekor
sapi, seekor sapi.
Yang menjadi pokok pembahasan pada hadits pertama ialah Yunus,
dan dalamhadits kedua „Ammar ad-Dhuni. Istri nabi berjumlah Sembilan
orang. Didalam hadits yang pertama disebutkan “seekor sapi” untuk
Sembilan orang istri. Sedangkan pada hadits kedua disebutkn “seekor sapi,
seekor sapi” yang berarti untuk Sembilan orang istri Nabi berkurban
Sembilan ekor sapi. Dua Hadits ini berlawanan perlu diperiksa mana yang
lebihkuat. Yunus dan ‟Ammar adalah orang-orang kepercayaan, tetapai
Hadits yang diriwayatkan oleh Yunus lebih kuat daripada „Ammar.
Riwayat Yunus dibantu oleh Ma‟mar yang lafazh Haditsnya lebih tegas
dari riwayat Yunus, dan dibantu lagi dari jalan Abu Hurairoh. Pembantu-
pembantu ini meriwayatkan bahwa Nabi saw. Berkurban seekor sapi untuk
Sembilan orang istrinya.
Adapun riwayat „Ammar tidak mendapat bantuan. Sehingga
riwayat Yunus lebih kuat daripada riwayat „Ammar. Karena keganjilan
terdapat pada matan maka disebut Syadz pada matan.8

3. Jenis dan contoh Hadist Mujhal


Hadis majhul terbagi menjadi 3 macam
a. Majhul A'in
Menuru mahmud tohan
‫شٗ عْٔ اال ساٗ ٗادذ‬ٝ ٌ‫ٕ٘ ٍِ رمش اعَٔ ٗىنِ ى‬
"seorang perawi yang disebut namanya dan tidak ada yang
meriwayatkan darinya kecuali seorang perawi saja"

8
Ibid, hal. 198

9
Rawi ini tidak diterima riwayatnya kecuali ada ulama yang
mengatakan bahwa ia adalah perawi yang dapat dipercaya, maka
jika ada orang seperti ini meriwayatkan suatu hadis maka hadisnya
dinamakan ''Hadis Majhul"
b. Majhul Hal (Mastur)
‫٘ثق‬ٝ ٌ‫ عْٔ اثْاُ فامثش ىنِ ى‬ٙٗ‫ٕ٘ ٍِ سا‬
“seorang perawi yang mana ada dua orang atau lebih yang
meriwayatkan hadits darinya akan tetapi tidak ada ulama yang
mengatakan bahwa ia dalah perawi yang dapat dipercaya”.
Hadis yang demikian jelas akan ditolak karena merupakan
sekelompok rawi yang tak dipercaya oleh rawi yang tsiqqah
,maka jika ada orang seperti ini meriwayatkan suatu hadis maka
hadisnya dinamakan ''hadis mastur"
c. Mubham
‫غ ٌّ ع٘ء ماُ سجال أٗ اٍشأج‬ٝ ٌ‫ ٍرْٔ أٗ عْذٓ ساٗ ى‬ٜ‫ٕ٘ ف‬
"Hadis yang di dalam matan atau sanadnya terdapat seorang
rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau perempuan."
Keibhaman rawi dalam hadis mubham dapat terjadi karena
tidak disebutkan namanya atau disebutkan namanya, tetapi tidak
dijelaskan siapa dia sebenarnya yang dimaksud. karena tidak
mustahil jika suatu nama bisa dimiliki oleh banyak orang. hadis
ini tidak akan diterima sampai ada keterangan dari ulama ahli
hadis atau periwayat yang tsiqqah bahwa orang tersebut termasuk
orang yang bisa dipercaya atau tidak. hadis ini akan tetap ditolak
sampai di ketahui nama aslinya. maka jika ada orang seperti ini

10
meriwayatkan suatu hadis maka hadisnya dinamakan ''hadis
mubham"9
Hadis mubham ada 2 macam yaitu:
a) Ada yang terdapat keibhaman pada matan
Contoh hadis mubham yang terdapat pada matan
ّ ‫ أ‬: ٌّ‫ٔ ٗ عي‬ٞ‫ هللا عي‬ٜ
:‫ش؟ قاه‬ٞ‫ االعالً خ‬ٛ ّ ‫ صي‬ٜ ّ
ّ ‫اُ سجال عأه اىْث‬
‫ ٍِ عشفد ٍِٗ ىٌ ذعشف‬ٜ‫ذطعٌ اىطعاً ٗذقشء اىغّالً عي‬
Bahwa seorang laki-laki telah bertanya kepada
rasulullah saw "perbuatan islam yang manakah yang paling
baik?" jawab nabi; "Ialah kamu memberi makanan dan
mengucapkan salam kepada orang yang kau ketahui dan orang
yang tidak kau ketahui"
Menurut penelitian imam as-suyuthy bahwa laki-laki
yang bertanya pada rasul itu adalah Abu Dzar r.a
b) Mubham pada sanad
Contoh
‫ٔ ٗعيٌّ قاه‬ٞ‫ هللا عي‬ٜ‫ صي‬ٜ‫ اّث‬ْٜ‫ هللا عْٔ ع‬ٜ‫شج سض‬ٝ‫ ٕش‬ٜ‫د ّجاج عِ سجو عِ ات‬
ٌٝ‫غش مش‬
ّ ٍِ‫اىَؤ‬:
"Hajjaj dari seorang laki-laki dari abu hurairoh r.a
dari nabi muhammad saw.Sabda rasulullah: "orang mukmin
itu adalah orang yang mulia lagi dermawan". Di dalam hadis
tersebut hajjaj tidak menerangkan nama rawi yang memberikan
hadis kepadanya. Oleh karena itu sulit sekali untuk menyelidiki
identitasnya.

C. Hukum masing-masing Hadist


1. Hukum Hadis Mudhtharib

9
Amr Abdul Mun'im Salim, Taysir Ulum al-Hadits lil Mubtadi'in, (Kairo: Maktabah Ibnu
Taimiyah, 2009), hlm. 64 – 65.

11
Hukum hadist muttarib adalah Dha‟if, karena terdapatnya
perbedaan dan pertentangan dalam periwayatan hadis tersebut, yang hal
ini merupakan indikasi bahwa perawinya tidak memiliki sifat dhabit.
Sementara, adanya sifat al-dhabit merupakan syarat dari hadis Shahih dan
Hasan (Maqbul).
Kemudhthariban mengakibatkan kedha‟ifan suatu hadis, kecuali
dalam satu keadaaan. Yaitu bila terjadi ikhtilaf mengenai nama seorang
perawi atau nama ayahnya, ataupun nama nisbatnya. Dan perawi yang di-
ikhtilaf-kan namanya itu berkualitas tsiqat. Sehingga hadisnya tetap
dihukumi shahih ataupun hasan. Dan kemudhthariban seperti itu tidak
berpengaruh meski tetap disebut hadis mudhtharib.
Di antara kitab yang memuat dan membahas tentang Hadis
Mudhtharib adalah kitab Al-Muqtarib fi Bayan al-Mudhtharib karya Al-
Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani.10

2. Hukum Hadist Syaz


Menurut Ibnu Sholah dalam Muqoddimahnya, bahwa beliau membagi
hukum Hadis dengan sanad tunggal dari
seorang siqqah (syaz) ke dalam3 kategori :
a. Jika bertentangan dengan riwayat semua tsiqat-tsiqqah lainnya
maka hukumnya ditolak (dho‟if).
b. Jika tidak bertentangan secara matan dengan riwayat orang lain,
namun sanadnya tunggal hanya dia sendiri maka hukumnya
“maqbul”. Ulama sepakat dalam hal ini.
c. Jika syaz-nya terjadi pada penambahan (atau pengurangan yang
tidak merubah substansi matan) lafazh “ziyadah al-lafzhi” pada
riayat seorang siqqah namun tambahan itu tidak didapati pada

10
A. Qadir Hassan, Ilmu Mushthalah Hadits,( , Bandung: Diponegoro, 2007), hlm. 204.

12
riwayat jumhur siqqah lainnya, maka boleh berhujjah dengan
riwayat tersebut, diantara ulama yang membolehkan berhujjah
adalah Syafi‟i dan Ahmad.
Dengan demikian kalau ada Hadis yang diriwayatkan oleh hanya
seorang rawy maka harus dilihat dulu, kalau riwayatnya bertentangan
dengan Hadis yang lebih kuat statusnya baik hafalan maupun ke-abi¯-
annya maka Hadis itu adalah “syaz mardd‟.11
Kalau tidak bertentangan dengan riwayatriwayat lain, maka Hadis
itu adalah Hadis tersendiri dan tidak diriwayatkan oleh orang lain. Dalam
hal ini maka dilihat jika perawinya „adil «abi¯ dan mauSq maka Hadis itu
Hadis fard. Jika sebaliknya maka Hadis itu adalah Hadis fard yang keluar
dari ranah Hadis shohih.

3. Hukum Hadist Majhul


Hadis majhul merupakan hadis yang mardud yaitu di tolak, karena
pada dasarnya jika seseorang akan meriwayatkan suatu hadis ia harus
dikenal ketsiqqahannya dan masyhur dikalangan masyarakat, dan hal ini
harus ada pada setiap hadis.
Hadis mubham yang terdapat pada sanad adalah termasuk hadis
dla 'if,dasar penolakannya yaitu karena tidak dapat diketahui identitas dan
nama pribadinya, apakah dipercaya atau tidak. Meskipun pada hadis ini
dicantumkan lafadf seperti haddasana tsiqatun. Menurut pendapat yang
paling rajih belum juga diterima sebagai hadis yang makbul.
Berlainan halnya dengan hadis mubham pada matan, tidak ditolak
secara mutlak, hadis ini bisa diterima sebagai hujjah asalkan memenuhi
syarat penerimaan suatu hadis. Sebab orang yang tidak dijelaskan
namanya dalam matan hadis tidak dijadikan sandaran untuk menimbang

11
Ibid, hal. 205

13
shahih atau dla'ifnaya suatu hadis, tetapi ia hanya menjadi objek dalam
riwayat, bukan subjek yang meriwayatkan.
Hukum hadis majhul dan mastur pada prinsipnya adalah dla'if,
tetapi jika hadis tsb mempunyai mutabi dan syahid yang banyak maka
naiklah kwalitasnya menjadi hasan ligoirihi

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hadis Mudhtharib adalah hadis dha‟if yang berasal dari kata al-idhthirab
yang berarti urusan yang di persilisihkan. Hadis ini termasuk hadis dha‟if
dikarenakan adanya pertentangan dari hadis-hadis yang diriwayatkan dari
jalur yang berbeda, yang mana masing-masing hadis sama-sama kuat.
Pertentangan tersebut tidak bisa disatukan dan tidak dapat pula di-tarjih
(tidak dapat dicari yang lebih unggul).
2. Hadits Syadz, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang bersifat dlabit
menyelisihi rawi yang lebih dabith darinya, atau apabila hadis
diriwayatakan seorang diri oleh rawi yang tidak ada kemungkinan dapat
dapat diterima riwayatnya secara kesendirian.

3. Hadits Majhul, yaitu seorang perawi yang tidak dikenal jati diri dan
identitasnya. Hadits majhul terbagi dua pengertian. Pertama, Majhul Al-
Hal, yaitu sebutan yang dialamatkan kepada orang yang hadits darinya
diriwayatkan oleh lebih dari seorang, tetapi ahli hadiys tidak
mengemukakan jarh wa ta‟dil-nya. Kedua, Majhul Al-„Ain, yaitu sebutan
khusus terhadap orang yang tidak ada riwayat hadits darinya selain hanya
satu riwayat saja, dan tak seorang pun di antara ahli hadits yang
mengemukakan jarh dan ta'd‟il-nya.
B. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini Kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan, agar makalah ini dapat dijadikan suatu pedoman untuk
kalangan umum kami sebagai penyusun mohon maaf atas segala kekurangan
dalam penyusunan makalah ini.Atas kritik, saran, dan perhatiannya kami ucapkan
terimaksih.

15

Anda mungkin juga menyukai