Anda di halaman 1dari 6

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien dengan

Harga Diri Rendah Situasional

Kasus

Ny. E berusia 35 tahun dirawat di ruang mawar RS.Pelita Jaya sejak 2 minggu yang
lalu. Ny.E masuk rumah sakit karena Ny.E mengalami kecelakaan di rumahnya.
Pada waktu Ny. E sedang memasak Ny.E sedang asyik menonton TV dan lupa kalau
Ny.E sedang memasak akhirnya terjadilah kebakaran di rumahnya. Ny.E mengalami
luka bakar hampir sekujur tubuhnya, terutama luka bakar bagian wajahnya. Sejak
dirawat di RS Pelita Jaya Ny.E merasa malu karena mukanya sudah tidak secantik
dulu lagi, karena penuh luka bakar. Ny.E merasa menyendiri, malu saat ada tamu
atau orang yang berkunjung. Ny.E sangat terpukul. Ada beberapa temannya bilang
kalau wajahnya sudah rusak dan tak seperti dahulu lagi. Dan beberapa temannya lain
bilang kalau mukanya aneh dan tidak cantik seperti dahulu. Pemeriksaan TTV
didapatkan TD: 120/70 mmHg N: 80x/mnt S: 35,5°C RR:22x/mnt .

A. Pertemuan ke-1
1. Proses Keperawatan
a) Kondisi klien: Klien menderita luka bakar diwajahnya. klien tamibu sering
diam dan melamun, serta nafsu makan menurun, klien sering mengatakan
dirinya sudah malu, klien sering kali menolak tindakan yang akan
dilakukan.
b) Diagnosa keperawatan: Harga diri rendah situasional berhubungan dengan
luka bakar di wajah
c) Tujuan khusus: Klien dapat memperluas kesadaran diri
d) Tindakan keperawatan: Membina hubungan saling percaya perawat-klien,
mendiskusikan dengan klien tentang kegiatan yang dapat dilakukan sesuai
kondisi sakit dan kemampuannya, menyakinkan klien bahwa setiap
manusia memiliki cobaan hidup yang bisa di lalui, memotivasi klien untuk
berusaha tetap tabah dalam menghadapi cobaan.

2. Strategi Komunikasi
a. Fase Orientasi
1) Salam
“Assalamu’alaikum, selamat pagi, Ibu, perkenalkan nama saya Jasinta Firda
Pertiwi panggil saya suster sinta, saya perawat di ruang ini yang akan
mengurus segala kebutuhan Ibu. Saya berdinas dari pukul 08.00 pagi sampai
pukul 14.00 siang ini. Nama Ibu siapa? Ibu senang dipanggil apa? ”
2) Evaluasi validasi
“Bagaimana keadaan Ibu hari ini?”
“Apa yang Ibu rasakan?”
3) Kontrak
“Sekarang kita ingin membahas apa, Ibu? Bagaimana jika kita membahas
tentang pekerjaan dan kemampuan lain yang Ibu miliki? Tujuannya agar Ibu
dapat memperluas kesadaran diri.”
“Berapa lama waktu yang kita perlukan? 10 menit cukup?”
“Di mana sebaiknya kita berbincang-bincang, Ibu? di ruangan ini
nyaman?”
b. Fase Kerja
“Tadi saya mendengar Ibu mengatakan sudah tidak punya harapan hidup. Apa
yang membuat Ibu mengatakan demikian?”
“Ibu, setiap manusia pasti memiliki cobaan dalam hidupnya, semua pasti bisa
dilalui karena Allah SWT selalu ada untuk membantu hamba-Nya.
Kondisi sakit Ibu pasti bisa di lalui dengan ketabahan dan kesabaran serta usaha
yang keras untuk sembuh.
“Tadi Ibu menceritakan bahwa Ibu memiliki kemampuan di bidang lain yaitu Ibu
bisa melukis di atas kanvas, bagaimana jika Ibu mencoba untuk melukis dan nanti
hasilnya kita pajang di sudut ruangan ini?”
“Benar sekali Ibu, dibalik cobaan sakit yang diberikan oleh Allah SWT pasti ada
hikmah yang dapat diambil. Mungkin Ibu diberikan cobaan sakit ini agar
Ibu lebih tabah dalam menghadapi kehidupan dan Ibu bisa lebih
mengurangi aktivitas Ibu sebagai ibu rumah tangga karena mengingat umur Ibu
yang sudah memasuki usia 40 tahun. Selain itu mungkin Ibu juga bisa lebih
mengembangkan kemampuan Ibu di bidang melukis.”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Setelah ini, Ibu bisa mulai untuk melukis. Nanti jika sudah selesai, kita bisa
memajangnya di sudut ruangan ini. Jangan lupa ya Ibu untuk selalu semangat.”
3) Kontrak yang akan datang
“Baiklah, Ibu. Sekian saja bincang-bincang kita kali ini. Besok pagi kita akan
bertemu lagi untuk membicarakan tujuan yang ingin Ibu capai.”
“Bagaimana jika kita melakukannya pada pukul 08.00? Ibu mau dimana
tempatnya? Tetap di ruangan ini? Baik Ibu, berarti besok kita akan bertemu jam
08.00 di ruangan ini lagi.”
“Sekarang, saya pergi dulu Ibu. Assalamu’alaikum.”

B. Pertemuan ke-2
1. Proses Keperawatan
a) Kondisi Klien: Klien sudah mulai ada peningkatan nafsu makan serta
sudah mau melakukan tindakan yang diberikan namun terkadang masih
sering diam dan melamun.
b) Diagnosa Keperawatan: Harga diri rendah situasional
c) Tujuan Khusus: Klien dapat membuat rencana yang realistis

2. Strategi Komunikasi
a. Fase Orientasi
1) Salam
“Assalamu’alaikum, selamat pagi, Ibu E.”
2) Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
“Aibuah sudah lebih baik dari kemarin?”
“Bagaimana dengan lukisannya Ibu? Ibu sudah melukis apa?”
3) Kontrak
“Sesuai dengan janji kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang tentang
tujuan yang ingin Ibu capai. Tujuannya agar Ibu dapat membuat rencana yang
realistis.”
“Dimana kita akan berbincang-bincang, Ibu? Di ruangan ini saja?”
“Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk berbincang-bincang? 10 menit?
“Baiklah Ibu, kita akan berbincang-bincang selama 10 menit di ruangan ini.”
b. Fase Kerja
“Apa yang telah Ibu lukis?”
“Setelah membuat lukisan seindah ini, apa yang akan Ibu lakukan?”
“Di mana Ibu rencananya memajang lukisan ini?”
“Bagus sekali Ibu. Bagaimana jika kita mulai mencoba memasarkannya di
kalangan perawat? Wah, ide bagus Ibu. Kita coba pasarkan juga di toko lukisan.”
“Berapa banyak yang akan kita pasarkan pertama? 3 lukisan cukup?”
“Baiklah, mari kita mulai mengemas lukisan Ibu ini.”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi respon klien terhadap tindakan
a) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-bincang hari ini?”
b) Evaluasi objektif
“Ibu tentu lebih bersemangat hari ini. Coba Ibu sebutkan apa yang akan
Ibu lakukan setelah kita berbincang-bincang hari ini.”
2) Rencana Tindak Lanjut
“Setelah ini, kita telah bisa mulai memasarkan barang-barang hasil lukisan Ibu.
Ibu juga sudah bisa menjual kepada orang-orang yang datang ke sini.”
3) Kontrak yang akan datang
“Baiklah, Ibu. Cukup sekian pembicaraan kita hari ini. Kita bertemu lagi besok
ya, Ibu.”
“Ibu mau kita berbincang-bincang tentang apa? Jam berapa? Di mana?”
“Baik, berarti besok kita akan bertemu lagi di ruangan Ibu pukul 09.00 untuk
latihan napas dalam. Tujuannya agar Ibu bisa mengurangi rasa sakit Ibu atau
dalam kondisi kurang menyenangkan.
“Saya pergi dulu ya Ibu. Assalamu’alaikum.”
Daftar Pustaka
Damaiyanti, Mukhripah. (2008). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan. Bandung:
PT Refika Aditama
Tim Keilmuan Keperawatan Jiwa. (2009). Modul Komunikasi Keperawatan. FIK:
UI

Anda mungkin juga menyukai