Kelompok :6
Anggota Kelompok : 1. Anesthasia Sinaga 21.18.006
2. Dinda Pratiwi Ilfa 21.18.031
3. Jeslin Viona Tarigan 21.18.056
4. Melati Marpaung 21.18.069
5. Mutiara Hakiki 21.18.079
6. Ramahta Deafani Barus 21.18.096
7. Septiara 21.18.111
8. Shintya Azmi Aulia 21.18.113
9. Siti Halimah Tusahdiah 21.18.117
10. Tri Utami br. Karo 21.18.135
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Anatomi dan Fisiologi Manusia sesuai
dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan namun demikian penyusun telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari
tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada.
Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penunyusun bisa menyelesaikan makalah
ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen
yang mengajar mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia yang memberikan pengajaran dan
arahan dalam penyusunan makalah ini, dan tidak lupa kepada teman-teman semua yang telah
ikut berpartisipasi membantu penyusun dalam upaya penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena ystem
gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 6
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf yang memasukkn organ
dalam, termasuk pembuluh darah , perut, usus, hati, ginja, kandung kemih,alat kelamin, paru
paru, pupil, jantung dan keringat, kelenjer ludah dan kelenjer pencernaan.
Sistem saraf otonom memiliki dua divisi utama yakni simpatik dan parasimpatik.
Sistem otonom menerima infomasi tentang tubuh dan lingkungan eksternal, ia merespon
dengan merangsang proses tubuh, biasanya melalui divisi simpatik atau
menghambatnya ,biasanya melalui divisi parasimpatik Fungsi sistem saraf otonom Sistem
saraf otonom mengendalikan proses internal tubuh seperti berikut ini:Tekanan darah ,Jantung
dan pernapasan,Suhu tubuh, Pencernaan, Metabolisme (sehingga mempengaruhi berat
badan), Keseimbangan air dan elektrolit (seperti sodium dan kalsium), Produksi cairan tubuh
(air liur, keringat, dan air mata), Buang air Kecil , Buang air besar dan Respon seksual.
Salah satu sifat yang menonjol dari sistem saraf otonomik adalah kecepatan
atauintensitas yang ada di dalam sistem saraf ini dapat mengubah fungsi viseral (refleks
otonom). Dalam waktu beberapa detik secara tidak disadari dapat timbul keringat dan
terjadi pengosongan kandung kemih. Jadi, sistem saraf yang bekerja melalui serat-serat
saraf otonomik dapat dengan cepat dan secara efektif mengatur sebagian besar atau seluruh
fungsi internal tubuh. Sistem saraf otonomi terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak
padamedula spinaliss batang otak dan hipotalamus.
Seringkali sistem saraf otonom ini bekerja sebagai system-sistem. Jadi, sinyal pusat di
dalam ganglion otonomik, sistem, batang otak atau hipotalamus, pusat pusat ini sebaliknya
akan menjalarkan respons sistem yang sesuai kembali ke organ-organ sistem dan mengatur
organ-organ tersebut. Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat dan antara
keduanya dihubungkan oleh urat-urat saraf eferen dan saraf eferen ini seolah-olah berfungsi
sebagai sistem saraf pusat saraf otonom terutama berkenaan dengan organ-organ dalam.
Sistem ini merupakan sistem saraf eferen (sistem) yang mempersarafi organ sistem umum,
mengatur, menyelaraskan, dan mengkoordinasikan aktivitas visel vital, termasuk
pencernaan,suhu badan, tekanan darah dan segi perilaku emosional lainnya. Bagian Sistem
saraf inilah yang mengatur fungsi sistem tubuh disebut sebagai sistem saraf otonomik.
1.2 Rumusan Masalah
Fungsi ystem saraf otonom Sistem saraf otonom mengendalikan proses internal tubuh
seperti
berikut ini:
• Tekanan darah
• Suhu tubuh
• Pencernaan
• Respon seksual
Banyak organ dikendalikan terutama oleh divisi simpatik atau parasimpatis. Terkadang kedua
divisi memiliki efek berlawanan pada organ yang sama.Misalnya, pembagian simpatik
meningkatkan tekanan darah, dan divisi parasimpatis menurunkannya. Secara keseluruhan,
kedua divisi bekerja sama untuk memastikan bahwa tubuh merespons dengan tepat terhadap
situasi yang berbeda. Sistem saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan tubuh
dalam kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem saraf otonom bekerja secara
otomatis tanpa perintah dari ystem saraf sadar. Sistem saraf otonom juga disebut ystem saraf
tak sadar, karena bekerja diluar kesadaran. Struktur jaringan yang dikontrol oleh ystem saraf
otonom yaitu otot jantung, pembuluh darah, iris mata, organ thorakalis, abdominalis, dan
kelenjar tubuh. Secara umum, ystem saraf otonom dibagi menjadi dua bagian, yaitu ystem
saraf simpatis dan ystem saraf parasimpatis Jalur saraf otonom terdiri dari suatu rantai 2
neuron,dengan neurotransmitter terakhir yang berbeda antara saraf simpatis dan saraf
parasimpatis. Sistem saraf tepi terdiri dari dua devisi. Sistem saraf ystem mengendalikan otot
rangka dan menerima informasi dari kulit, otot, dan berbagai reseptor sensorik. Sistem saraf
otonomik mengendalikan kelenjar dan otot polos, yang mencakup otot jantung, otot-otot di
pembuluh darah, dan otot-otot di bagian dalam lambung dan usus. Otot-otot tersebut
dinamakan otot “Polos” karena jika dilihat dibawah mikroskop tampak polos. Sistem saraf
ototnom mendapatkan namanya dari fakta mbahwa aktifitas yang dikendalikannya bersifat
otonom,atau self-regulating-seperti pencernaan dan sirkulasi dan terus berjalan kendatipun
orang itu sedang tidur atau tidak sadar. Ada satu perbedaan utama antara ystem saraf ystem
dan ystem saraf otonom. Sistem saraf somatic mencakup semua fungsi tubuh yang dilakukan
secara sadar, seperti memindahkan kaki atau jari. Sistem saraf otonom mencakup semua
fungsi tubuh yang dilakukan tanpa sengaja, seperti bernapas atau berkedip. Sistem saraf
tubuh dipecah menjadi ystem saraf perifer dan ystem saraf pusat
BAB III