Anda di halaman 1dari 24

Olivia Dwi Kumala, M.Psi.

, Psikolog
Psikolog Klinis Dewasa, Perkawinan dan Keluarga

oliviadwikumala
Sisi anak kecil yang ada di dalam diri kita yang
membentuk kepribadian kita saat ini dengan melewati
sekumpulan pengalaman positif maupun negatif.

Kita semua memiliki sisi anak kecil atau inner child


dalam diri kita. Tapi tidak semua sadar jika memiliki
inner child yang terluka. Luka inilah yang akan
mengganggu kehidupan di masa dewasa.
Banyak sekali hal-hal yang menyebabkan luka emosional pada inner child dan
mempengaruhi perkembangan anak. Diantaranya,
• Didorong untuk menjadi orang yang sangat berprestasi tanpa adanya apresiasi
• Terus menerus mendapatkan kritikan
• Tidak dibiarkan memiliki pendapatnya sendiri
• Tidak diperbolehkan mengekspresikan emosi yang kuat
• Sering dipermalukan oleh pengasuh
• Tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup
1. Abandonment (pengabaian) yang membuat kita merasa..
• Merasa diabaikan
• Takut ditinggalkan
• Tidak suka perasaan sendirian
• Mengabaikan kebutuhan sendiri dan berusaha
menekan emosi demi menjaga perasaan orang lain
dan mempertahankan hubungan
• Biasanya tertarik dengan orang yang jarang ada
untuknya secara emosional
2. Guilt (perasaan bersalah), yang membuat kita merasa..
• Mudah merasa menyesal atau bersalah
• Mau melakukan semua sendiri, kurang suka meminta bantuan
• Menggunakan perasaan bersalah untuk manipulasi
• Takut dalam membuat batasan-batasan
3. Trust (kepercayaan) yang membuat 4. Neglect (diabaikan) yang membuat
kita merasa.. kita merasa…
• Mudah merasa takut disakiti • Sulit untuk merelakan sesuatu
• Kurang percaya sama diri sendiri • Menganggap diri sendiri rendah
• Merasa insecure dan merasa • Mudah marah
butuh banyak validasi dari luar
• Sulit berkata “tidak”
• Menekan atau menahan
berbagai emosi yang dirasakan
• Merasa rapuh
• Memiliki sensitivitas berlebihan
• Luka emosional yang berkelanjutan membuat kita menjadi rentan
untuk menerima keadaan yang hadapi
• Muncul perilaku yang sulit dikendalikan (overprotektif, marah
berlebihan, emosi meledak-ledak yang berpengaruh kepada perilaku)
• Adanya kecenderungan menyakiti diri atau self sabotage
• Disfungsi pengasuhan
• Hubungan yang tidak stabil dalam pernikahan
Inner child Diabaikan
Apa pun yang terjadi Jika pengalaman yang (tidak dilakukan intervensi) Membuat kita
terbentuk dari di masa kecil akan dominan terjadi disaat cenderung dikuasai
pengasuhan serta membentuk suatu kecil adalah negatif. oleh luka batin dan
lingkungan saat pemahaman serta Hal ini akan menjadi memunculkan
kita kecil. keyakinan bagi kita. pengalaman traumatis perilaku yang
bagi kita. bermasalah.

Kita bisa berdamai


dan memaknai
pengalaman traumatis
merupakan suatu
pembelajaran.
• Sejauh mana orangtua mendidik anak-anak, maka sejauh itu pula hasil yang akan orangtua
tuai. Ketika orangtua memperhatikan pendidikan anak-anak, semakin besar Allah memberikan
rahmat kepada orangtua.
• Itulah mengapa do’a kepada orangtua berbunyi warhamhuma kamaa robbayani soghiro
“sayangilah mereka, sebagaimana mereka menyayangiku ketika kecil”
• Jika ada orangtua yang tidak baik, tapi anaknya baik, itu adalah nikmat untuk orangtua dari
Allah karena Allah memberikan hidayah kepada anak.
• Dalam islam perasaan marah, kecewa, sedih, kesal merupakan hal wajar dan sangat
manusiawi karena Allah memang memberikan kita perasaan tersebut. Akan tetapi apakah
pengalaman ini akan selalu menjadi pembenaran bagi kita untuk tidak berbakti kepada
orangtua?
• Bentuk syukur yang mendasar adalah mensyukuri keberadaan kita hadir di dunia ini. Selain
syukur, iman juga menuntut kita untuk sabar. Sabar atas keburukan orangtua kita. Orangtua
yang tidak baik adalah ujian untuk anak.
Inner child akan terpicu muncul kembali disaat ada situasi/kondisi saat ini yang
mirip dengan pengalaman masa lalu. Baik dari yang terlihat, terdengar, teraba,
tercium serta terasa. Inner child erat kaitannya dengan kebutuhan akan cinta, kasih
sayang, penerimaan, serta pengasuhan. Beberapa individu terkadang berharap
mendapatkan pemenuhan kebutuhan tersebut oleh pasangan hidupnya. Akan
tetapi kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Pengalaman masa kecil yang menyakitkan membuat sensitifitas diri muncul ketika
kita mengalami konflik dengan pasangan atau disaat kita berhadapan pada
kondisi yang membuat emosi menjadi tidak stabil.
Individu yang memiliki permasalahan dengan inner child cenderung
berperilaku agresif tanpa memikirkan akibatnya. Seperti anak-anak
bertindak mengikuti impuls tanpa memikirkan konsekuensinya. Adanya
inner child yang terluka cenderung membuat individu mau menang
sendiri dan tidak mampu melihat persoalan dari sudut pandang lain.

Hal ini membuat kita menuntut pasangan untuk bisa memahami,


menghargai, serta mengapresiasi apa saja yang sudah kita lakukan.
Orang tua yang memiliki inner child terluka
rentan merasakan trigger emosi-emosi tidak
menyenangkan seperti yang dialaminya pada
masa lalu. Biasanya secara tidak sadar
orangtua akan melakukan hal yang sama
pada anak seperti apa yang pernah dirasakan
di masa kecil. Sehingga pengasuhan akan
terus berputar seperti rantai.
Sebagian orang merepresentasikan rasa cinta dengan kesedihan dan
rasa sakit. Sehingga mencari cinta pada hubungan dengan pasangan
hanya akan menyebabkan lebih banyak penderitaan dan kesedihan.
Mengapa bisa begitu? Selain kebutuhan fisik, anak-anak memerlukan
kehangatan dari orang yang mengasuh agar kebutuhan emosionalnya
terpenuhi.
Jika anak dibesarkan tanpa kehangatan serta dukungan emosional,
anak akan mengembangkan perasaan diri yang lemah dan tidak stabil.
Anak akan kesulitan untuk mencintai diri sendiri, sulit mempecayai
orang lain dan sulit puas dalam hubungan ketika dewasa.
• Memiliki pandangan yang lebih optimis dan lebih
bahagia tentang hidup
• Lebih yakin menyambut masa depan karena sudah
memahami diri sepenuhnya
• Meningkatkan kualitas hubungan interpersonal
• Meningkatkan self awareness dan dapat
memaksimalkan potensi diri
• Memahami serta memaafkan pengalaman masa
lalu agar bisa berdamai dengannya
• Melakukan pengasuhan lebih adaptif
Pahami bahwa kebaikan maupun keburukan yang terjadi pada diri kita atas izin Allah.

Sesungguhnya musibah dan bencana merupakan bagian dari takdir Allah Yang Maha
Bijaksana. Allah ta’ala berfirman,

‫ِ ِلي‬
َ ٍ‫ْ ٍْع‬ ‫اَّلل يَ ْه ِد قَ ْلبَهُ َو ا‬
َ ‫َّللاُ ِب ُّ ِش‬ ِ ‫صيبَ ٍة إِ اَّل بِإِ ْذ ِن ا‬
ِ ‫َّللا َو َم ْن يُؤْ ِم ْن بِ ا‬ ِ ‫اب ِم ْن ُم‬
َ ‫ص‬َ َ‫ََا أ‬

“Tidaklah menimpa suatu musibah kecuali dengan izin Allah. Barang siapa yang
beriman kepada Allah maka Allah akan berikan petunjuk ke dalam hatinya.”
(Qs. at-Taghabun: 11)
Perkuatlah doa kepada Allah. Jangan pernah bosan untuk meminta pertolongan
kepada Allah untuk kita selalu dikuatkan dan sabar dalam menghadapi situasi ini.
Allah ta’ala berfirman,

‫ض َح َك َوأ َ ْب َّى‬
ْ َ ‫َوأَناهُ ُه َو أ‬

“Dialah Allah yang menjadikan seorang tertawa dan menangis”


(QS. An-Najm: 43).

Oleh karena itu, tidaklah tercela bila seorang merasa sedih atau gelisah. Itu adalah
naluri. Tak ada salahnya bila memang sewajarnya. Terlebih bila sebab-sebab
kesedihan itu suatu hal yang terpuji. Seperti yang dirasakan orang beriman saat
melakukan dosa, di mana Nabi mengabarkan bahwa itu adalah tanda iman.
Mengapa kita perlu terkoneksi dengan Inner Child?
1. Meningkatkan self awareness
Sebagian dari kita terkadang tidak sadar bahwa inner child berperan dalam
membentuk diri kita yang sekarang. Hal ini menyebabkan kita tidak mengetahui
bagaiman cara mengelola perasaan negatif yang muncul. Akan tetapi dengan
kita melakukan identifikasi terhadap perasaan tersebut, kita akan menjadi lebih
tenang dan bebas dari perasaan yang membuat tidak nyaman. Memiliki
kesadaran diri adalah langkah pertama dalam proses penyembuhan.

2. Membantu berdamai dengan masa lalu


Apakah diantara kita masih ada membiarkan rasa sakit yang berlarut akibat
trauma masa kecil? Hal ini dapat menyebabkan kita menyimpan dendam, selalu
merasa menjadi korban, dan selalu dipenuhi oleh kesedihan sendiri. Jika kita
mulai terkoneksi dengan inner child, kita bisa berempati terhadap luka yang
diderita. Kita bisa merawat dan berdamai dengannya.
3. Membuat kita lebih berdaya
Disaat kita tidak dikuasai lagi oleh keraguan diri serta rasa ketakutan yang
berlebihan maka kita akan bisa melakukan aktualisasi diri. Terkoneksi dengan
inner child dapat membuat kita mengendalikan emosi dan berperilaku sesuai
dengan nilai yang ada. Selain itu kita terlepas dari mental menjadi korban
sehingga menjadikan diri kita lebih berdaya.

4. Mengetahui perilaku trauma dan mengubahnya


Beberapa perilaku yang muncul seperti takut untuk berbicara, merasa tidak
berharga, selalu merasa bersalah, tidak pantas dicintai dan menyalahkan diri
merupakan akibat dari trauma masa kecil. Terkoneksi dengan inner child akan
membuat kita sadar bahwa perilaku tersebut adalah pola perilaku yang tidak
sehat. Oleh karena itu, penting untuk menenangkan diri dan mengidentifikasi
emosi, bukan menghindarinya. Mengenali perasaan dan perilaku merupakan
langkah awal untuk mengubah kebiasaan maladaptif menjadi adaptif.
Yuk mari bersama “menyapa” inner child kita!
• Berani mengakui
Jujur terhadap diri sendiri bahwa emosi negatif yang kita rasakan adalah hal yang salah jika
muncul dalam bentuk merusak. Jujur dalam menganalisa diri dan tidak mengabaikan
bahwa kita tidak baik-baik saja.
• Berani mengungkapkan
Setelah menemukan penyebab yang membentuk inner child, selanjutnya berbagi kepada
orang yang kita percaya serta merasa nyaman untuk mendapatkan emotional support. Jika
sudah menikah, berbagilah dengan pasanganmu agar bisa melakukan diskusi lebih lanjut.
• Berani memaafkan
Tahapan ini merupakan salah satu tahapan yang cukup berat dalam proses healing dari
inner child. Biasanya individu yang sudah mengenali penyebab terbentuknya inner child
akan semakin marah pada yang menyebabkan. Reframing merupakan salah satu cara agar
kita bisa mencapai pemaafan.
• Berani move on
Setelah melewati ketiga tahapan ini, saatnya kita perlahan untuk move on dan mencari
strategi baru saat pemicu muncul.
1. A letter to my inner child. Dear……
2. Jangan biarkan pikiran negatif membuat kamu percaya bahwa dirimu tidak berharga. Yuk
bersama mengenali pikiran negatif yang dominan muncul pada diri kita setelahnya tuliskan
afirmasi positif untuk menantang setiap pikiran yang ada.

Pikiran negatif Afirmasi positif


Aku tidak pantas mendapatkan Setiap menusia memiliki kelebihan
pasangan yang baik karena tidak ada dan kekurangan masing-masing,
yang bisa dibanggakan dari diriku. sehingga aku akan berusaha
berproses lebih baik lagi dalam
mengatasi kekuranganku.
Mengenali pemicu dan mengakui rasa sakit hati adalah langkah penting dalam proses
berdamai dengan diri. Coba ingat beberapa kejadian tidak menyenangkan di masa kecil yang
masih belum dapat kamu lepaskan. Isi setiap kolom dengan jawaban terkait kejadian itu.

Kejadian yang menyebabkan aku terluka/sakit hati


Orang yang menyebabkan luka/sakit hati tersebut
adalah..
Luka/sakit hati itu menyakitkan karena..
Hal yang mengingatkanku pada luka/sakit hati ini..
Dampak luka/sakit hati ini pada kehidupanku
sekarang adalah..
Menurutku, hal yang bisa aku lakukan untuk
meredakan rasa luka/sakit hati ini adalah..
Pernikahan bukan hanya proses saling melengkapi satu sama lain.
Akan tetapi pernikahan juga berhubungan dengan proses
penyembuhan satu sama lain. Sehingga pahamilah dirimu sendiri
terlebih dahulu sebelum kamu memulai peran barumu.

Anda mungkin juga menyukai