Anda di halaman 1dari 18

KULTUR ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Manajemen Lembaga
Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:
H. Yudi Irfan Daniel, S.Sos., M.Ag.

Disusun Oleh:
Kelompok 5 - PAI 4B
Dede Hidayatullah 1212020057
Farah Adila 1212020075
Faridz Yassin Alfikri 1212020076

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta kemudahan sehingga makalah ini bisa diselesaikan dengan tepat waktu
dengan judul “Kultur Organisasi Lembaga Pendidikan”. Shalawat serta salam semoga selalu
terlimpahcurahkan kepada habibana wa Nabiyana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
yang semoga kelak mendapat syafa’at darinya.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 13 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Perspektif Birokrasi.........................................................................................................3
B. Perspektif Sistem.............................................................................................................4
C. Kultur Formal..................................................................................................................5
D. Perpektif Mekanisme dan Organik..................................................................................7
E. Struktur Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia........................................................10
BAB III....................................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kultur organisasi lembaga pendidikan berkaitan dengan cara pandang dan
nilai- nilai yang dianut oleh lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya. Kultur organisasi ini dapat terbentuk dari sejumlah faktor, seperti sejarah
lembaga pendidikan, kepemimpinan, dan pengaruh lingkungan. Kultur organisasi
yang kuat dapat memberikan identitas yang jelas bagi lembaga pendidikan, serta
membantu mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan.

Di sisi lain, kultur organisasi yang buruk atau tidak sejalan dengan tujuan
lembaga pendidikan dapat menyebabkan konflik internal, kehilangan kepercayaan
dari masyarakat, dan kinerja yang kurang baik. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kultur organisasi lembaga pendidikan meliputi budaya organisasi,
sikap dan perilaku individu, komunikasi internal, sistem penghargaan dan sanksi,
serta lingkungan dan konteks sosial di sekitar lembaga pendidikan.

Untuk membangun kultur organisasi yang baik, lembaga pendidikan perlu


memiliki kepemimpinan yang kuat, mengedepankan nilai-nilai yang sejalan dengan
tujuan lembaga, serta mengembangkan strategi dan tindakan konkret untuk
memperkuat kultur organisasi tersebut. Namun, kenyataannya belum sesuai dengan
teori di atas

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk memaparkan konsep Kultur


Organisasi Lembaga Pendidikan Islam dari berbagai perspektif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kultur Organisasi Lembaga Pendidikan Perspektif Birokrasi?
2. Bagaimana Kultur Organisasi Lembaga Pendidikan Perspektif Sistem?
3. Bagaimana Kultur Organisasi Lembaga Pendidikan Perspektif Kultur Formal?
4. Bagaimana Kultur Organisasi Lembaga Pendidikan Perspektif Mekanisme
dan Organik?
5. Apa saja Struktur Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep Kultur Organisasi Lembaga Pendidikan Perspektif Birokrasi

1
2. Mengetahui konsep Kultur Organisasi Lembaga Pendidikan Perspektif Sistem
3. Mengetahui konsep Kultur Organisasi Lembaga Pendidikan Perspektif Kultur
Formal
4. Mengetahui konsep Kultur Organisasi Lembaga Pendidikan Perspektif
Mekanisme dan Organik
5. Mengetahui macam-macam Struktur Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perspektif Birokrasi
Birokrasi berasal dari kata bureaucracy (bahasa inggris bureau + cracy),
diartikan sebagai suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk
piramida, dimana lebih banyak orang berada ditingkat bawah dari pada tingkat
atas, biasanya ditemui pada instansi yang sifatnya administratif maupun militer.
Birokrasi yang berarti kekuasaan, ditegaskan lagi oleh Albrow bahwa birokrasi
adalah suatu badan administratif tentang pejabat yang diangkat sesuai prosedur
administrasi yang mampu membedakan hal-hal sepele tetapi penting karena akan
menjadi dasar analisis pemikiran sosiologis untuk melakukan tindakan dan
analisis kebijakan. (Syaiful Sagala, 2008, hal. 61)

Menurut Weber, bahwa kelebihan birokrasi antara lain:

1. Cocok dengan budaya Indonesia yang paternalistik.


2. Dapat menstabilkan kesatuan dan persatuan.
3. Ketepatan, kejelasan, kontinuitas, keseragaman memudahkan kontrol dan
kepatuhan pegawai.

Menurut Husaini birokrasi berkembang secara berlebihan karena:

1. Lemahnya kontrol.
2. Ambisi berlebihan untuk menambah pemasukan daerah.
3. Adanya unjuk kekuasaan pejabat bahwa dirinya harus dianggap penting,
sehingga segala sesuatunya harus melalui persetujuannya.
4. Memang dikondisikan untuk membuka peluang pungutan liar, kolusi, dan
korupsi. (Husaini Usman, 2006, hal. 85)

Begitupun dengan pendidikan agama, seperti perguruan tinggi Islam baik


negeri/swasta, Madrasah Aliyah, pondok pesantren, atau madrasah, berada dalam
naungan departemen agama sebagai pemegang birokrasi dan menteri agama
sebagai pemimpin birokrasi tertinggi di departemen agama. Sebagai birokrasi,
departemen agama yang mengatur semua yang berkaitan dengan sistem
pemerintahan dalam bidang keagamaan.

3
Adapun diantaranya ialah, Menteri Agama dibantu oleh Staf Khusus
Menteri Agama dan Staf Ahli Menteri Agama. Kemudian di bawahnya ada
Sekertaris Jenderal dan Inspektur Jenderal, kemudian di bawahnya ada Dirjen
Bimbingan Masyarakat 5/lima agama, kemudian di bawahnya lagi ada kantor
wilayah kemenag/tingkat provinsi dan disusul kantor kementerian agama
kota/kabupaten.

Sementara itu birokrasi pendidikan adalah penggunaan praktik-praktik


birokrasi dalam pendidikan. Sekolah sebagai organisasi di dalamnya terhimpun
kelompok-kelompok manusia yang masing-masing baik secara perseorangan
maupun kelompok melakukan hubungan kerja sama untuk mencapai tujuan.
Kelompok-kelompok manusia yang dimaksud, tidak lain adalah sumber daya
manusia yang terdiri dari Kepala Sekolah, guru-guru, tenaga administrasi/staf,
kelompok peserta didik atau siswa dan kelompok orang tua siswa. (Wahyo
Sumidjo, 2003, hal. 144).

Pada birokrasi pendidikan sekolah, ada pembagian tugas-tugas untuk


mendukung agar proses interaksi antar manusia dapat dilaksanakan dengan baik.
Pembagian tugas dilaksanakan dengan tegas dan sebaik-baiknya, sehingga
masing- masing kelompok dan orang-orang dengan jelas melakukan tugas apa,
kapan, dan bagaimana dilakukan. Misalnya pembagian guru bidang study (mata
pelajaran, pembimbing), dilingkungan staf ada tugas-tugas yang khusus dalam hal
keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan sebagainya. Seluruh siswa sebagai
peserta didik pun dikelompok-kelompokkan ke dalam siswa kelas I, II, dan III.
Ada kelompok siswa kategori berprestasi, bermasalah, dan sebagainya.

B. Perspektif Sistem
Sistem dapat didefinisikan sebagai seperangkat objek dengan hubungan-
hubungan antara objek dan hubungan antar atributnya. Dengan kata lain, sistem
adalah suatu kesatuan utuh yang terjalin dari:

1. Sejumlah bagian
2. Hubungan bagian-bagian, dan
3. Atribut dari bagian-bagian itu maupun dari hubungan itu.

Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani dari kata “Sistem” yang
artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur

4
untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan Struktur merupakan susunan yang
diatur sedemikian rupa berdasarkan tujuan organisasi (kelembagaan) yang
berfokus pada misi dan visi sekolah dalam ranga mencapai tujuan pendidikan
nasional. Struktur organisasi adalah struktur yang mendasari keputusan para
Pembina atau Pendiri sekolah untuk mengawali suatu proses perencanaan sekolah
yang strategis. Struktur adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu
berhubungan satu dengan lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Struktur
adalahsifat fundamental bagi setiap sistem.

Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut:

1. Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan


yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan
bersama.
2. James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap
perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
3. Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu
sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
4. Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity)
sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif
dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk
mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Sehingga, sistem dan struktur organisasi pendidikan mengandung


pengertian, “seperangkat unsur-unsur yang saling terikat dan berhubungan serta
saling bergantungan antar satu sama lain yang merupakan satu kesatuan dengan
tujuan bersama yakni memberikan kemajuan dan peningkatan di bidang
pendidikan”. (Dr. H. Amka, M.Si, 2021, hal. 36-37)

C. Kultur Formal
Setiap unit kerja dipimpin oleh seorang kepala/pimpinan yang menduduki
posisi menurut tingkat unit kerjanya di dalam keseluruhan organisasi. Posisi,
tanggung jawab dan wewenang di dalam suatu kelompok formal terikat pada
struktur dan dibatasi oleh peraturan- peraturan yang mendasari pembentukan
organisasi kerja tersebut. Hubungan kerja yang didasari wewenang dan tanggung
jawab, baik secara vertikal maupun horizontal dan diagonal akan menunjukan

5
pola

6
tertentu sebagai mekanisme kerja. Dengan kata lain pembagian tugas, pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab serta arus perwujudan tugas, akan
menggambarkan tipe atau bentuk organisasi kerja. Tipe-tipe organisasi itu antara
lain:

1. Organisasi Lini (Line Organization)


Dalam tipe ini semua hak dan kekuasaan berada pada pimpinan
tertinggi. Personal yang lain disebut bawahan tidak mempunyai hak dan
kekuasaan sekecil apa pun karena hanya berkedudukan sebagai pelaksana
tugas dari atasan. Tidak dibenarkan adanya inisiatif dan kreativitas, semua
tugas harus dilaksanakan sebagaimana diperintahkan. Saluran perintah dan
penyampaian tanggung jawab dalam organisasi tipe ini dilakukan melalui
prosedur dari atas ke bawah dan sebaliknya.
2. Organisasi Staf (Staff Organization)
Dalam tipe ini semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis
pada unit kerja yang ada secara bertingkat. Setiap unit memperoleh sebagian
hak dalam menentukan kebijakan sepanjang tidak bertentangan dengan
kebijaksanaan umum dari pimpinan tertinggi. Wewenang dan tanggung jawab
dilimpahkan secara luas, sehingga pimpinan berkedudukan sebagai
koordinator. Tanggung jawab disampaikan secara bertingkat sesuai dengan
hak dan kekuasaan yang dilimpahkan.
3. Bentuk Gabungan (Line and Staff Organization)
Tipe ini sebagai gabungan dari kedua tipe di atas, menempatkan
pimpinan tertinggi sebagai pemegang hak dan kekuasaan tertinggi dan
terakhir. Tidak semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada
unit kerja yang ada, tugas yang bersifat prinsipil tetap berada pada
atasan/pimpinan tetinggi. Pimpinan unit kerja sebagai staf memperoleh
wewenang dalam bidang kerja masing-masing sepanjang tidak berhubungan
dengan tugas yang menjadi wewenang atau kekuasaan pimpinan tertinggi.
4. Organisasi Fungsional (Fungsional Organization)
Dalam tipe ini pembagian hak dan kekuasaan dilakukan berdasar
fungsi yang diemban oleh unit kerja dan terbatas pada tugas-tugas yang
memerlukan keahlian khusus. Sehingga personal yang diangkat dan menerima
wewenang untuk menjalankan kekuasaan diserahkan pada orang yang
mempunyai keahlian dalam bidang kerja masing-masing. Wewenang yang
7
dilimpahkan dibatasi

8
mengenai bidang teknis yang memerlukan keahlian tertentu secara khusus.
(Dr. H. Amka, M.Si, 2021, hal. 37-39)

D. Perpektif Mekanisme dan Organik


1. Mekanisme
Organisasi mekanistik adalah hasil yang alamiah dalam
mengombinasikan enam elemen kunci organisasi. Desain mekanistik
merupakan desain organisasi yang menekankan pada kepentingan pencapaian
produksi yang tinggi dan efisien melalui penggunaan aturan dan prosedur yang
ekstensif, sentralisasi wewenang, dan spesialisasi tenaga kerja yang tinggi.

Berdasarkan rentang kendali, rentang kendali desain mekanistik relatif


kecil dan memiliki level penjenjangan yang relatif tinggi dalam organisasi.
Dikarenakan adanya jarak antara pimpinan puncak dan pegawai dalam
organisasi, pimpinan puncak akan memperjelas peraturan dan regulasi. Hal ini
dikarenakan pimpinan puncak tidak akan mampu mengendalikan kegiatan
pegawai pada tingkat bawah, mereka menggantinya dengan peraturan dan
regulasi yang lebih rigid. (setiawan & puspitasari, 2018) Karakteristik
organisasi mekanistik adalah:

1. Pekerjaan yang ada dalam organisasi dibagi habis ke dalam bagian kecil
yang terspesialisasi.

2. Definisi yang jelas dan pasti terkait hak, kewajiban, tanggung jawab, dan
metode teknis tiap jabatan. Adanya struktur hierarki, kewenangan dan
komunikasi.
3. Pengetahuan keseluruhan organisasi tersimpan secara eksklusif pada
pucuk pimpinan organisasi
4. Terdapat arus komunikasi secara vertikal, contohnya: atasan dengan
bawahan.
2. Organik
Organisasi organik adalah organisasi yang memiliki daya adaptasi
tinggi terhadap perubahan yang berasal dari eksternal organisasi. Organisasi
ini sifatnya lebih bebas dan fleksibel dibandingkan organisasi mekanistik yang
sifatnya lebih rigid dan stabil. Organisasi ini tidak mengutamakan pekerjaan
dan

9
regulasi yang terstandardisasi, bahkan mengizinkan perubahan struktur
organisasi secepat mungkin sesuai dengan kebutuhan. Desain organik
memiliki pembagian tenaga kerja, tapi pekerjaan dari orang-orang didalamnya
tidak distandardisasi. (setiawan & puspitasari, 2018) Sedangkan organisasi
organik sifatnya lebih cair dan sesuai dalam lingkungan yang berubahubah.
Karakteristik dari organisasi organik adalah:

a. Tiap individu berkontribusi ke dalam organisasi dan ada penyesuaian dan


pendefinisian ulang uraian jabatan tiap individu melalui interaksi dengan
individu lain
b. Arus komunikasi yang lebih luwes dan lateral, bukan vertikal
c. Pengetahuan bisa bersumber dari mana saja di organisasi, tidak hanya
menjadi konsumsi pimpinan level atas
d. Kepentingan dan prestise melekat pada afiliasi dan keahlian yang berlaku
dalam lingkungan tertentu.

Konsep pengertian struktur organisasi yang sama disampaikan.


Mengatakan model mekanistik umumnya dipersamakan dengan birokrasi,
dalam arti mempunyai departementalisasi ekstensif, formalisasi tinggi,
jaringan informasi terbatas (kebanyakan komunikasi ke arah bawah), dan
sedikit partisipasi dari anggota tingkat rendah dalam pengambilan keputusan
(sentralisasi). Sedang model organik memiliki struktur yang datar,
menggunakan tim lintas hierarki dan silang fungsional, formalisasi rendah,
memiliki jaringan informasi yang menyeluruh (memanfaatkan komunikasi
lateral dan ke atas maupun ke bawah) dan memerlukan partisipasi tinggi dalam
pengambilan keputusan (desentralisasi).
Dari uraian di atas dapat digambarkan perbandingan struktur
mekanistik dan organik seperti terlihat pada tabel berikut ini.

1
Proses Struktur Mekanistik Struktur Organik

Memiliki rasa percaya


Tidak ada rasa percaya dan dan keyakinan antara
keyakinan. Bawahan tidak atasan dan bawahan
merasa bebas mendiskusikan dalam semua hal.
1. Kepemimpin
masalah pekerjaan dengan Bawahan merasa bebas
an
atasan yang sebaliknya mendiskusikan masalah
menarik ide dan pendapat pekerjaan dengan atasan
mereka. yang sebaliknya menerik
ide dan pendapat mereka.

Langkah hanya fisik,


Langkah penuh dengan
keamanan, dan motif
motivasi melalui
ekonomi melalui
penggunaan partisipasi.
2. Motivasi penggunaan sanksi dan
Sikap lebih mendukung
ancaman. Sikap tidak
pada organisasi dan
mendukung pada organisasi
tujuan
terjadi di antara karyawan.

Informasi mengalir bebas


Informasi mengalir ke
ke seluruh organisasi,
bawahan dan cenderung
atas, bawah, dan ke
3. Komunikasi terdistorsi tidak akurat dan
samping. Informasi
dipandang mencurigakan
akurat dan tidak ada
oleh bawahan.
distorsi

Tertutup dan terbatas. Terbuka dan ekstensif.


Bawahan hanya memberi Baik atasan dan bawahan
4. Interaksi efek yang kecil pada tujuan dapat mempengaruhi
departemen, metode dan tujuan, metode, dan
aktivitas. aktivitas.

1
Relatif desentralisasi.
Relatif sentralisasi. Terjadi
Terjadi pada semua
5. Keputusan hanya pada posisi puncak
tingkat melalui proses
organisasi.
kelompok

Mendorong partisipasi
Relatif desentralisasi.
6. Penetapan dalam menetapkan
Terjadi pada semua tingkat
tujuan sasaran yang tinggi dan
melalui proses kelompok
realistis

Tersebar di organisasi.
sentralisasi. Penekanan pada
7. Pengendalia Penekanan pengendalian
bentuk menyalahkan atas
n sendiri dan pemecahan
terjadinya kesalahan.
masalah

tinggi dan aktif dicari


Rendah dan secara pasif oleh atasan, yang
dicari manajer, yang tidak memahami kebutuhan
8. Tujuan
menunjukkan komitmen komitmen penuh untuk
kinerja
atas pengembangan SDM mengembangkan, melalui
organisasi pelatihan SDM
organisasi.

E. Struktur Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia


Lembaga pendidikan Islam di Indonesia dikenal dengan istilah madrasah
(Nurhaswati, 2015) dan pondok pesantren. Madrasah sebagai wujud dari
pendidikan Islam mempunyai peran yang sangat besar bagi kemajuan pendidikan
Islam. Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang ikut serta dalam
memberikan kontribusi pengetahuan agama dan umum bagi masyarakat. Peran
madrasah lebih formal sebagai institusi lembaga pendidikan Islam dari pada
pesantren. Sehingga madrasah dituntut untuk lebih bersaing dengan lembaga
pendidikan lainnya. Dan agar eksistensi madrasah tetap ada, tidak hanyut oleh
derasnya persaingan global.

1
Madrasah sebagai suatu lembaga pendidikan Islam yang berhasil
menyatukan ilmu pengetahuan agama dengan ilmu pengetahuan umum, sehingga
tidak ada dikotomi antar ilmu pengetahuan. Dalam kaitannya dengan integrasi
ilmu agama dengan ilmu umum menjadikan madrasah harus berusaha semaksimal
mungkin agar benar-benar terwujud dalam diri peserta didik pengetahuan agama
dan umum. Ini yang memotivasi para pemikir dan pembaharu Islam di Indonesia
untuk mendirikan sebuah madrasah (Nashir, 2005).

Kemudian, terkait struktur lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang


terdiri atas berbagai jenjang yang sistematis, berurutan dan terukur sesuai dengan
usia peserta didik. Struktur pendidikan Islam di Indonesia dimulai dengan
program pendidikan pra sekolah (PAUD atau RA/TK). Di Indonesia lembaga
pendidikan Islam dasar berbentuk Madrasah Ibtidaiyah (MI), pendidikan
menengah berbentuk Madrasah Tsanawiyah (MTs), sedangkan pendidikan
menengah atas pertama berbentuk Madrasah Aliyah (MA). Kemudian, berlanjut
kepada pendidikan tinggi yang terdiri atas diploma (D2, D3, D4), kemudian strata
satu (S1), strata dua (S2) dan sampai pada strata tiga (S3) (Departemen
Pendidikan Nasional, 2004).

Dapat disimpulkan bahwa struktur lembaga pendidikan Islam di Indonesia


dimulai dari jenjang pendidikan pra sekolah (PAUD, RA), kemudian Madrasah
Ibtidaiyah, berlanjut kepada Madrasah Tsanawiyah (MTs), kemudian ke Madrasah
Aliyah (MA), lalu ke jenjang Perguruan Tinggi.

Berikut akan digambarkan bagan tentang struktur pendidikan Islam di


Indonesia:

Stuktur lembaga pendidikan islam Di Indonesia

RA MI MTs MA PTI
Raudhatul AthfalMadrasah Ibtidaiyah
Madrasah Tsanawiyah
Madrasah Aliyah
Perguruan Tinggi Islam

1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Birokrasi yang berarti kekuasaan, ditegaskan lagi oleh Albrow bahwa birokrasi
adalah suatu badan administratif tentang pejabat yang diangkat sesuai prosedur
administrasi yang mampu membedakan hal-hal sepele tetapi penting karena akan
menjadi dasar analisis pemikiran sosiologis untuk melakukan tindakan dan
analisis kebijakan
2. Sistem dan struktur organisasi pendidikan mengandung pengertian, “Seperangkat
unsur-unsur yang saling terikat dan berhubungan serta saling bergantungan antar
satu sama lain yang merupakan satu kesatuan dengan tujuan bersama yakni
memberikan kemajuan dan peningkatan di bidang pendidikan.”
3. Kultur formal turut memengaruhi kultur lembaga pendidikan. Tipe-tipe organisasi
formal di antaranya: organisasi lini, organisasi staf, bentuk gabungan, dan
organisasi fungsional
4. Organisasi mekanistik adalah hasil yang alamiah dalam mengombinasikan enam
elemen kunci organisasi. Sedangkan organisasi organik adalah organisasi yang
memiliki daya adaptasi tinggi terhadap perubahan yang berasal dari eksternal
organisasi
5. Struktur lembaga pendidikan Islam di Indonesia dimulai dari jenjang pendidikan
pra sekolah (PAUD, RA), kemudian Madrasah Ibtidaiyah, berlanjut kepada
Madrasah Tsanawiyah (MTs), kemudian ke Madrasah Aliyah (MA), lalu ke
jenjang Perguruan Tinggi.
B. Saran
Demikian makalah yang berjudul “Kultur Organisasi Lembaga Pendidikan”
ini, kami sebagai penyusun berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang bisa memperbaiki dan membangun. Semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
berkah ilmunya.

1
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Pusat Data Dan Informasi Pendidikan.
Dr. H. Amka, M.Si. (2021). Buku Ajar MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI SEKOLAH.
Sidoarjo-Jawa Timur: Nizamia Learning Center.
Husaini Usman. (2006). Manajemen, Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nashir, R. (2005). Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurhaswati. (2015). Pendidikan Madrasah Dan Prospeknya Dalam Pendidikan Nasional.
Jurnal Potensial, 14.
Setiawan, S. A., & Puspitasari, N. (2018). Preferensi Stuktur Organisasi Bagi Generasi
Millenial. Jurnal Borneo Administrator, 107-108.
Syaiful Sagala. (2008). Administrasi Pendidikan Kontemporer . Bandung: CV Alfabeta.
Wahyo Sumidjo. (2003). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik Dan
Permasalahanya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai