Setelah melakukan perombakan kabinet kerja, Presiden Joko Widodo langsung menggelar Rapat
Kabinet Paripurna di Istana Merdeka, Rabu sore (27/7). Rapat ini diikuti oleh seluruh anggota Kabinet
Kerja, baik yang sudah lama tergabung, maupun yang baru saja bergabung. Dalam rapat perdana ini,
Jokowi menjelaskan enam permasalahan kabinetnya selama ini. Permasalahan pertama mengenai
Rencana Kerja Pemerintah dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sebelumnya
Jokowi sempat menginstruksikan agar rencana kerja dan anggaran pemerintah tahun depan harus
berubah total. Dia merasa sistem perencanaan yang dilakukan selama ini hanya menghabiskan dana,
tapi tidak memberikan manfaat signifikan terhadap perekonomian. Sistem penganggaran yang selama
ini mengacu pada fungsi kementerian dan lembaga (money follow function), harus berubah acuannya
berdasarkan program (money follow program). Presiden pun memberikan kewenangan penuh kepada
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dalam hal penganggaran dan rencana kerja setiap
kementerian. Terkait hal tersebut, Jokowi meminta Kepala Bappenas untuk membahasnya dalam
forum sidang kabinet. Kedua, terkait dengan permasalahan pangan. Permasalahan tingginya harga
dan ketergantungan impor pangan menjadi salah satu fokus Jokowi saat ini. Dia berharap kepada
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, Menteri BUMN,
dan Kepala Bulog untuk saling berkoordinasi terkait permasalahan tersebut. "Sesuai yang yang telah
dirapatkan sebelumnya, secara konsisten harga-harga (pangan) itu harus dilihat hari per hari," kata
Jokowi saat memimpin Rapat Kabinet Paripurna perdana setelah melakukan perubahan susunan
Kabinet Kerja. Ketiga, penugasan terkait reformasi hukum diberikan kepada Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum dan Keamanan yang baru, Wiranto. Dia menuntut penegakan dan kepastian
hukum dapat terlaksana di Indonesia. "Saya kira sudah dirintis oleh Pak Luhut Panjaitan mengenai
ini, sehingga bisa dilanjutkan tahapannya," terang Presiden. Keempat, mengenai kinerja Kementerian
Keuangan, khususnya Direktorat Jenderal Pajak. Dia mengaku sering mendapat keluhan dari para
wajib pajak mengenai kinerja Ditjen Pajak yang kurang baik. “Ada (wajib pajak) yang datang, orangnya
tidak ada. Ada yang datang di KPP, ada orangnya, tapi tidak bisa menjelaskan secara detail hal-hal
yang ditanyakan," tegasnya. Seperti diketahui, saat ini pemerintah sedang menggenjot penerimaan
negara dari sektor ini, salah satunya melalui program pengampunan pajak. Jokowi merasa program
ini mendapat sambutan yang sangat meriah dari para wajib pajak. Dia menegaskan bahwa program
pengampunan pajak ini harus berhasil. Jika kinerja dan pelayanannya tidak dibenahi, maka tujuan
dari program ini pun tidak akan tercapai maksimal. "Saya ingin memberikan peringatan saja pada
Dirjen Pajak dan Menteri Keuangan. Masih banyak komplain mengenai pelayanan di desk-desk yang
ada,” ujarnya. Jokowi juga menyatakan akan terus mengamati perkembangan pengejaran kelompok
teror di Poso dan penyanderaan para Warga Negara Indonesia di Filipina. "Saya harapkan juga
ditindaklanjuti terus. Hal-hal yang berkaitan dengan narkoba juga silahkan ditindaklanjuti dan
diteruskan," kata Presiden. Terakhir, dia menginstruksikan setiap kementerian dan lembaga bisa lebih
bersinergi dengan baik. Kabinetnya harus bisa memanfaatkan perkembangan teknologi yang dapat
mengintegrasikan antara satu kementerian atau lembaga dengan yang lainnya. Mantan Gubernur DKI
Jakarta ini menginginkan adanya integrasi yang terpusat, sehingga tidak lagi terdapat adanya
anggaran yang saling terpisah dalam kementerian. "Saya harapkan rumusan yang berkaitan dengan
sistem IT mulai dipersiapkan sehingga tahun depan semuanya sudah terintegrasi dengan baik antar
kementerian/lembaga, daerah, dan pusat,” ujarnya. Setiap kementerian, lembaga, dan pemerintah
daerah memang sudah memiliki sistem elektronik. Namun dalam pelaksanaannya, khususnya dalam
hal anggaran sistem e-government setiap kementerian berjalan sendiri-sendiri. “Uangnya sudah
keluar banyak, tetapi sampai detik ini belum terintegrasi. Itu yang harus diperbaiki," kata Jokowi.
Hasil Analisis
1. Penerapan nilai dasar Pancasila
1. Sila ketiga : Persatuan indonesia
Persatuan tidak hanya soal rakyat, namun juga harus ada kesatuan antar Lembaga-
lembaga yang menjalankan roda pemerintahan. Hal ini ditunjukkan dengan Jokowi
yang meminta adanya sinergi dan integrase antar satu kementrian atau Lembaga dengan
yang lainnya.