Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi Program


2.1.1 Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi merupakan suatu proses yang kompleks dengan mencari
faktorfaktor yang berhubungan dengan aktivitas dan keefektifan dari program atau
kebijakan dengan tujuan untuk menilai suatu keberhasilan, pemberian
rekomendasi atau solusi dari masalah yang terjadi dalam menghambat
keberhasilan dari suatu program sehingga terbentuk program yang efektif dan
pada akhirnya mencapai target yang direncanakan diawal.
Dalam kegiatan evaluasi, tidak hanya dilakukan pengumpulan data atau
melihat hubungan antara input dari program dan output, melainkan melihat
keberhasilan suatu program hingga pada komponen efek dan akibat yang
ditimbulkan dari suatu program.
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap pelaksanaan suatu program kerja beserta
hasilnya yang dilakukan secara menyeluruh secara sistematik dan
membandingkan hasil dengan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan sebagai
langkah pengambilan keputusan.
Sama halnya dengan kegiatan evaluasi program lainnya, evaluasi program
Posyandu juga perlu dilaksanakan sejak awal perencanaan, saat pelaksanaan, dan
pada saat hasilnya telah ada. Hal ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara
keseluruhan terkait upaya yang telah dilakukan dalam mencapai tujuan
pembangunan kesehatan.
Adanya program evaluasi dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian
antara pelaksanaan dan hasil program dengan target capaian yang direncanakan
serta ditetapkan diawal dan untuk mengetahui adanya peluang, hambatan serta
kendala yang dihadapi sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan dan perbaikan
program yang akan datang.

7
8

2.1.2 Tujuan Evaluasi Program


Tujuan diadakannya suatu evaluasi pada suatu program tergantung pada
pihak yang memerlukan informasi hasil dari kegiatan evaluasi tersebut. Pada
dasarnya, evaluasi dilakukan dengan tujuan, yaitu:
1. Sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan
perencanaan program yang akan datang.
2. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi dana, daya dan manajemen
(resources) saat ini dan di masa mendatang.
3. Memperbaiki pelaksanaan dan perencanaan kembali suatu program.

2.1.3 Macam Evaluasi Program


Secara umum, evaluasi program dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif merupakan kegiatan
evaluasi yang dilakukan pada tahap pelaksanaan program atau pada saat program
masih berjalan dengan tujuan memperbaiki program dengan memberikan umpan
balik (feedback) demi pencapaian target di akhir program. Evaluasi formatif dapat
dilakukan setiap saat selama program berjalan, sedangkan evaluasi sumatif
merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk melihat hasil keseluruhan dari
suatu program yang telah selesai. Hasil dari evaluasi sumatif adalah penilaian
keberhasilan program, yaitu membandingkan dengan target capaian yang telah
ditetapkan diawal program.

2.1.4 Formulasi Sumber dan Jenis Informasi yang Dibutuhkan


Semua informasi yang masuk perlu dianalisis dan dipilih menurut
kebutuhan dan tujuan dilaksanakan kegiatan evaluasi. Untuk mendapatkan
informasi yang tepat, adekuat, dan sesuai dengan tujuan evaluasi, dapat digunakan
beberapa pendekatan. Salah satu pendekatan tersebut adalah pendekatan sistem
(system approach). Komponen yang ada pada sistem adalah input, proses, output,
effect atau outcome dan impact atau dampak.
9

2.2 Posyandu
2.2.1 Konsep Dasar Posyandu
a. Definisi Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi.1
Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya
mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan
kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi
keluarga, ketahanan pangan keluarga dan kesejahteraan sosial. 2
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas
dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat,
dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait
lainnya.2
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat
noninstruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar
mampu mengidentifikasi masalah yang di hadapi, potensi yang dimiliki,
merencanakan dan melakukan pemecahan nya dengan memanfaatkan potensi
setempat.2
Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang
mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni Kesehatan lbu dan Anak
(KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare.1
10

b. Tujuan Posyandu4
 Tujuan umum
Menunjang percepatan penurunan AKI, AKB, AKABA di Indonesia
melalui upaya pemberdayaan masyarakat.1
 Tujuan khusus
1. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB
dan AKABA.
2. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
3. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
4. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya
yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
5. Sebagai wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan
Ketahanan keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera

2.2.2 Manfaat Posyandu4


1. Bagi Masyarakat
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
b. Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan
pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.
2. Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang
terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
11

b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat


menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
3. Bagi Puskesmas
a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat
primer.
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat.
c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
4. Bagi Sektor Lain
a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya
penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi setempat.
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai
dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.1

2.2.3 Fungsi Posyandu4


a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat
dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA).
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

2.2.4 Lokasi Pelaksanaan Posyandu4


Posyandu berada di setiap desa/kelurahan atau sebutan lainnya yang
sesuai. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan
di RW, dusun, atau sebutan lainnya yang sesuai.
12

2.2.4 Sasaran4
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat/keluarga, utamanya adalah:
1. Bayi berusia kurang dari 1 tahun
2. Balita usia 1 sampai 5 tahun
3. Ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas
4. PUS (pasangan usia subur).

2.2.5 Kedudukan Posyandu4


Kedudukan posyandu adalah :
a. Terhadap pemerintah desa atau kelurahan adalah sebagai wadah pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan yang secara kelembagaan dibina oleh
pemerintah desa atau kelurahan.
b. Terhadap Pokja Posyandu, sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan
aspek administrasi, keuangan dan program Pokja.
c. Terhadap berbagai UKBM, adalah sebagai mitra.
d. Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan, adalah sebagai satuan organisasi yang
mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil Kesehatan
Kecamatan.
e. Terhadap Puskesmas, adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas.

2.2.5 Landasan Hukum Posyandu4


1. Undang-undang Dasar tahun 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan emerintah
dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
5. Surat Edaran Mendagri Nomor 411.3/1116/SJ tahun 2001 tentang Revitalisasi
Posyandu.
13

6. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.


7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457 tahun 2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
8. Undang-undang Nomor 32 tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah.
9. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pusat dan Pemerintah Daerah.
10. Peraturan Pemerintah Nomor  8 tahun 2003 tentang Organisasi Perangkat
Daerah.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131 tahun 2004 tentang Sistem
Kesehatan Nasional.
13. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
14. PP No.7 tahun 2005 tentang RPJMN

2.2.6 Struktur Organisasi4


Struktur organisasi posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada
saat pembentukan Posyandu. Struktur organisasi tersebut bersifat fleksibel,
sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan
dan kemampuan sumberdaya. Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua,
sekretaris, dan bendahara serta kader Posyandu yang merangkap sebagai anggota.
Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah (desa/kelurahan
atau dengan sebutan lain), selayaknya dikelola oleh suatu Unit/Kelompok
Pengelola Posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat
setempat. Unit Pengelola Posyandu tersebut dipimpin oleh seorang ketua, yang
dipilih dari para anggotanya. Bentuk organisasi Unit Pengelola Posyandu, tugas
dan tanggung jawab masing-masing unsur Pengelola Posyandu, disepakati dalam
Unit/Kelompok Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat. Contoh
alternatif Bagan Kepengurusan Pengorganisasi Posyandu di desa/kelurahan atau
sebutan lainnya sebagai berikut:
14

Gambar 2.1 Contoh alternatif Bagan Kepengurusan Pengorganisasi


Posyandu di desa/kelurahan

2.2.6 Pengelola Posyandu 4


Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat
musyawarah pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya
terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris dan seorang bendahara.
Kriteria pengelola Posyandu antara lain :
a. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat
b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi
masyarakat
c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat

2.2.7 Kader Posyandu4


Kader Posyandu dipilih oleh pengurus Posyandu dari anggota masyarakat
yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan
Posyandu. Kader Posyandu menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara
sukarela. Kriteria kader Posyandu antara lain sebagai berikut :
a. Berasal dari anggota masyarakat setempat
b. Dapat membaca dan menulis huruf latin
c. Berminat dan bersedia menjadi kader
15

d. Bersedia bekerja secara sukarela


e. Memiliki kemampuan dan waktu luang

2.2.8 Langkah-langkah pembentukan Posyandu4


Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama KIA, KB, imunisasi, gizi, dan
penanggulangan diare kepada masyarakat setempat. Pendirian Posyandu
ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa/Lurah. Pembentukan Posyandu bersifat
fleksibel, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, permasalahan dan kemampuan
sumber daya.
Langkah-langkah pembentukan Posyandu dapat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Pendekatan Internal
Tujuan pendekatan internal adalah mempersiapkan para petugas/aparat,
sehingga bersedia dan memiliki kemampuan mengelola serta membina
Posyandu. Dalam upaya untuk meningkatkan layanan secara profesional,
Pimpinan Puskesmas harus memberikan motivasi dan keterampilan para
petugas Puskesmas sehingga mampu bekerja bersama untuk kepentingan
masyarakat. Untuk ini, perlu dilakukan berbagai orientasi dan pelatihan
dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas.
2. Pendekatan Eksternal
Tujuan pendekatan eksternal adalah mempersiapkan masyarakat,
khususnya tokoh masyarakat, sehingga bersedia mendukung penyelenggaraan
Posyandu. Untuk ini perlu dilakukan berbagai pendekatan dengan tokoh
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah setempat. Jika di daerah tersebut
telah terbentuk Forum Peduli Kesehatan Kecamatan, pendekatan eksternal ini
juga dilakukan bersama dan atau mengikutsertakan Forum Peduli Kesehatan
Kecamatan.
Dukungan yang diharapkan dapat berupa moril, finansial dan material,
seperti kesepakatan dan persetujuan masyarakat, bantuan dana, tempat
penyelenggaraan serta peralatan Posyandu.
16

3. Survei Mawas Diri (SMD)


Tujuan SMD adalah menimbulkan rasa memiliki masyarakat (sense of
belonging) melalui penemuan sendiri masalah yang dihadapi serta potensi
yang dimiliki. SMD dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan bimbingan
petugas Puskesmas, aparat pemerintahan desa/kelurahan, dan Forum Peduli
Kesehatan Kecamatan (jika sudah terbentuk). Untuk itu sebelumnya perlu
dilakukan pemilihan dan pelatihan anggota masyarakat yang dinilai mampu
melakukan SMD seperti guru, anggota Pramuka, kelompok dasawisma, PKK,
anggota karang taruna, murid sekolah atau kalangan berpendidikan lainnya
yang ada di desa/kelurahan.
Pelatihan yang diselenggarakan mencakup penetapan responden, metode
wawancara sederhana, penyusunan dan pengisian daftar pertanyaan serta
pengolahan hasil pengumpulan data. Pengumpulan data dengan cara
wawancara dilakukan terhadap sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) kepala
keluarga yang terpilih secara acak dan bertempat tinggal di lokasi yang akan
dibentuk Posyandu. Hasil dari SMD adalah data tentang masalah kesehatan
serta potensi masyarakat yang ada di desa/kelurahan.
4. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Inisiatif penyelenggaraan MMD adalah para tokoh masyarakat yang
mendukung pembentukan Posyandu atau Forum Peduli Kesehatan Kecamatan
(jika telah terbentuk). Peserta MMD adalah anggota masyarakat setempat.
Materi pembahasan adalah hasil SMD serta data kesehatan lainnya yang
mendukung. Hasil yang diharapkan dari MMD adalah ditetapkannya daftar
urutan masalah dan upaya kesehatan yang akan dilakukan, yang disesuaikan
dengan konsep Posyandu yakni KIA, KB, imunisasi, gizi, dan
penanggulangan diare.
Jika masyarakat menetapkan masalah dan upaya kesehatan lain di luar
konsep Posyandu, masalah dan upaya kesehatan tersebut tetap dimasukkan
dalam daftar urutan.
5. Pembentukan dan Pemantauan Kegiatan Posyandu
17

Pembentukan dan pemantauan kegiatan Posyandu dilakukan dengan


kegiatan sebagai berikut:
a. Pemilihan Pengurus dan Kader Posyandu Pemilihan pengurus dan kader
Posyandu dilakukan melalui pertemuan khusus dengan mengundang para
tokoh dan anggota masyarakat terpilih. Undangan dipersiapkan oleh
Puskesmas dan ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah. Pemilihan
dilakukan secara musyawarah mufakat sesuai dengan tata cara dan kriteria
yang berlaku.
b. Orientasi Pengurus dan Pelatihan Kader Posyandu Sebelum melaksanakan
tugasnya, kepada pengurus dan kader terpilih perlu diberikan orientasi dan
pelatihan. Orientasi ditujukan kepada pengurus Posyandu dan pelatihan
ditujukan kepada kader Posyandu yang keduanya dilaksanakan oleh
Puskesmas sesuai dengan pedoman orientasi dan pelatihan yang berlaku.
Pada waktu menyelenggarakan orientasi pengurus, sekaligus disusun
rencana kerja (Plan of Action) Posyandu yang akan dibentuk, lengkap
dengan waktu dan tempat penyelenggaraan, para pelaksana dan pembagian
tugas serta sarana dan prasarana yang diperlukan.
c. Pembentukan dan Peresmian Posyandu Pengurus dan kader yang telah
mengikuti orientasi dan pelatihan, selanjutnya mengorganisasikan diri ke
dalam wadah Posyandu. Kegiatan utama Posyandu ada 5 (lima) yakni KIA,
KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. Jika kegiatan tersebut
ditambah sesuai dengan kesepakatan masyarakat misalnya kesehatan
lingkungan, pencegahan penyakit menular, Bina Keluarga Balita (BKB) dan
Pembinaan Anak Usia Dini (PAUD), Posyandu tersebut disebut dengan
nama ”Posyandu Terintegrasi”. Peresmian Posyandu dilaksanakan dalam
suatu acara khusus yang dihadiri oleh pimpinan daerah, tokoh serta anggota
masyarakat setempat
d. Penyelenggaraan dan Pemantauan Kegiatan Posyandu
Setelah Posyandu resmi dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan
kegiatan Posyandu secara rutin, berpedoman pada panduan yang berlaku.
Secara berkala kegiatan Posyandu dipantau oleh Puskesmas, yang hasilnya
18

dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan Posyandu


selanjutnya secara lintas sektoral.

2.2.9 Kegiatan Posyandu4


Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Utama
Kegiatan utama Posyandu sekurang-kurangnya mencakup 5 (lima)
kegiatan, yakni :
1. Kesehatan ibu dan anak
a. Ibu hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
1. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan
kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan
pengukuran tekanan darah dan pemberian imunisasi Tetanus
Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah dengan
pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan. Apabila ditemukan
kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
2. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu
diselenggarakan Kelompok Ibu Hamil pada setiap hari buka
Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan
Kelompok Ibu Hamil antara lain sebagai berikut :
a) Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan
persalinan, persiapan menyusui, KB, dan gizi
b) Perawatan payudara dan pemberian ASI
c) Peragaan pola makan ibu hamil
d) Peragaan perawatan bayi baru lahir
e) Senam ibu hamil
19

b. Ibu nifas dan menyusui


Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup :
1. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan
kebersihan jalan lahir (vagina)
2. Pemberian vitamin A dan tablet besi
3. Perawatan payudara
4. Senam ibu nifas
5. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan
pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan
tingggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan,
segera dirujuk ke Puskesmas.
c. Bayi dan anak balita
Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara
menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika
ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan,
anak balita sebaiknya tidak digending melainkan dilepas bermain sesame
balita dengan pengawasan orang tua di bawah bimbingan kader.
Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan
umur balita. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu
untuk balita mencakup:
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
2. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan
20

Puskesmas dilakukan suntikan KB, Dan konseling KB. Apabila tersedia


ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan pemasangan IUD.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas
Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program,
baik terhadap bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi,
balita, ibu hamil dan WUS. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi
penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan
gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus
untuk ibu hamil dan ibu nifas ditambah dengan pemberian tablet besi serta
kapsul yodium untuk yang bertempat tinggal di daerah gondok endemic.
Apabila setelah 2 kali penimbangan tidak ada kenaikan berat badan, segera
dirujuk ke Puskesmas.
5. Pencegahan dan penanggulangan diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu
dilakukan antara lain penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat
dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian Oralit yang disediakan.

b. Kegiatan pengembangan/tambahan4
Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan Posyandu
dengan kegiatan baru, di samping 5 kegiatan utama yang telah ditetapkan.
Kegiatan baru tersebut misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan
penyakit menular, dan berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Posyandu yang seperti ini disebut dengan nama Posyandu Plus.
Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan utama
telah dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya di atas 50%, serta tersedia
sumber daya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru harus mendapat
dukungan dari seluruh masyarakat.
21

Beberapa kegiatan tambahan Posyandu yangtelah diselenggarakan antara


lain:
1. Bina Keluarga Balita (BKB)
2. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB), misalnya ISPA, demam berdarah, gizi buruk, polio, campak, dan
tetanus neonatorum
3. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)
4. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)
5. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB –
PLP)
6. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
perkarangan melalui tanaman obat keluarga (TOGA)
7. Desa siaga
8. Pos Malaria Desa (Posmaldes)
9. Kegiatan ekonomi produktif seperti Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam
10. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas)
11. Kelas lbu Hamil dan Balita.
12. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).
13. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).
14. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang
masalah kesejahteraan sosial.
d. Kelengkapan pelayanan
Kelengkapan pelayanan Posyandu terdiri dari Sembilan kegiatan yaitu: 1,3
1) Penimbangan bayi dan anak
2) Pemberian makanan tambahan
3) Pemberian oralit
4) Pelayanan imunisasi
5) Periksa hamil
6) Pemberian pil zat besi
7) Pengobatan pasien,
22

8) Tumbuh kembang anak


9) Kesehatan ibu dan anak.
Kelengkapan pelayanan posyandu ini dikatakan lengkap apabila posyandu
melakukan kegiatan lebih > 5 dan dinyatakan tidak lengkap jika kegiatan < 5.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan di posyandu didukung oleh manajemen
pelaksanaan yang terorganisasi dengan baik.

2.2.10 Penyelenggaraan Posyandu4


a. Waktu Penyelenggaraan
Posyandu dilaksanakan dalam satu bulan kegiatan, baik pada hari buka
posyandu maupun diluar hari buka posyandu. Hari buka posyandu sekurang-
kurangnya satu hari dalam sebulan. Apabila diperlukan hari buka posyandu
bisa lebih dari satu kali dalam sebulan.4
b. Tempat Penyelenggaraan
Tempat penyelenggaraan kegiatan posyandu sebaiknya berada pada lokasi
yang mudah dijangkau oleh masyarakat.4
c. Penyelenggaraan Kegiatan
Kegiatan posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh kader posyandu
dengan bimbingan teknis dari puskesmas dan sektor terkait. Pada saat
pelaksanaan jumlah kader minimal adalah 5 orang. Kegiatan posyandu
dilakukan sesuai dengan sistem 5 meja.4
 Meja I
Mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan nama balita pada KMS dan
secarik kertas yang diselipkan pada KMS, mendaftar ibu hamil yaitu
menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau register ibu hamil dan
wanita usia subur
 Meja II
Penimbangan bayi atau balita, mencatat hasil penimbangan pada secarik
kertas yang akan dipindahkan pada KMS, penimbangan ibu hamil.
 Meja III
23

Pengisian KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari


secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.
 Meja IV
Terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :
1) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan
berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dan
anak yang bersangkutan
2) Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data
KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang
dialami sasaran
3) Memberikan rujukan ke Puskesmas apabila diperlukan untuk balita,
ibu hamil dan menyusui dengan langkah yaitu dimana balita yang
apabila berat badannya dibawah garis merah (BGM) pada KMS 2 kali
berturut-turut berat badannya tidak naik, kelihatan sakit (lesu, kurus,
busung lapar), ibu hamil atau menyusui apabila keadaan kurus, pucat,
bengkak kaki, pusing, perdarahan, sesak nafas, gondokan, dan orang
sakit
4) Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader Posyandu
misalnya dalam pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A,
oralit.
 Meja V
Merupakan kegiatan pelayanan sector yang biasanya dilakukan oleh
petugas kesehatan, Pusat Layanan Keluarga Berencana (PLKB), Pusat
Program Layanan (PPL). Pelayanan yang diberikan yaitu pelayanan
imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga berencana (KB)
berupa IUD dan suntikan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan,
pemberian tablet zat besi (Fe), vitamin A.
24

Tabel 2.1 Langkah, pelayanan, dan pelaksanaan posyandu

Gambar 2.2 Cara Melaksanaka Kegiatan Bulanan UPGK di Posyandu


25

MEJA I Pendaftaran oleh kader Posyandu

Penimbangan dan pemantauan


MEJA II tumbuh kembang oleh kader
Posyandu

Pengisian KMS atau buku KIA oleh


MEJA III kader

MEJA V MEJA IV

Pelayanan dan konseling


kesehatan dan gizi oleh petugas Penyuluhan KIA termasuk
kesehatan tumbuh kembang anak
menggunakan buku KIA
Imunisasi
Penyuluhan gizi termasuk
KIA-KB termasuk stimulasi, deteksi pemberian kapsul vitamin A,
dan intervensi dini tumbuh tablet tambah darah dan
kembang balita PMT (pemberian Makanan
Tambahan)
Gizi termasuk penanggulangan gizi
kurang dan buruk serta penyakit Merujuk balita ke meja V
pada balita
Kader keluarga,
Petugas kesehatan
masyarakat

Gambar 2.3 Bagan Alur Pelayanan Posyandu

2.2.11 Tugas dan Tanggung jawab Para Pelaksana


Adapun tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak dalam
menyelenggarakan Posyandu adalah sebagai berikut:4
a. Kader
Sebelum hari buka Posyandu, antara lain:
26

a) Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga


setempat
b) Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu
c) Mempersiapkan sarana Posyandu
d) Melakukan pembagian tugas antar kader
e) Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya
f) Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan

Pada hari buka Posyandu, antara lain:


a) Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu
b) Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke
Posyandu
c) Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan mengisi buku
register Posyandu
d) Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS
e) Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi
sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT
f) Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan
KB sesuai kewenangannya
g) Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas kesehatan
melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak
lanjut.

Di luar hari buka Posyandu, antara lain:


a) Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu: ibu hamil, ibu nifas
dan ibu menyusui serta bayi dan anak balita
b) Membuat diagram batang (balok) SKDN tentang jumlah Semua balita
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu, jumlah balita yang
mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA, jumlah balita
yang Datang pada hari buka Posyandu dan jumlah balita yang
timbangan berat badannya Naik
27

c) Melakukan tindak lanjut terhadap:


1) Sasaran yang tidak datang
2) Sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan
d) Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke
Posyandu saat hari buka
e) Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan
menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi
keagamaan.
b. Petugas Puskesmas
Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di Posyandu satu
kali dalam sebulan. Dengan perkataan lain kehadiran tenaga kesehatan
Puskesmas tidak pada setiap hari buka Posyandu (untuk Posyandu yang buka
lebih dari 1 kali dalam sebulan). Peran petugas Puskesmas pada hari buka
Posyandu antara lain sebagai berikut:
1. Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana di
langkah 5 (lima). Sesuai dengan kehadiran wajib petugas Puskesmas,
pelayanan kesehatan dan KB oleh petugas Puskesmas hanya
diselenggarakan satu kali sebulan. Dengan perkataan lain jika hari buka
Posyandu lebih dari satu kali dalam sebulan, pelayanan tersebut
diselenggarakan hanya oleh kader Posyandu sesuai dengan
kewenangannya.
3. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling kesehatan, KB dan gizi
kepada pengunjung Posyandu dan masyarakat luas
4. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya kepada
Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya
perbaikan sesuai dengan kebutuhan Posyandu.
5. Melakukan deteksi dini tanda bahaya umum terhadap Ibu Hamil, bayi
dan anak balita serta melakukan rujukan ke Puskesmas apabila
dibutuhkan.
28

c. Stakeholder (Unsur Pembina dan Penggerak Terkait)


1. Camat, selaku penanggung jawab Kelompok Kerja Operasional
(Pokjanal) Posyandu kecamatan:
a. Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut kegiatan
Posyandu
b. Memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan kinerja Posyandu
c. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu
secara teratur.
2. Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain, selaku penanggung jawab Pokja
Posyandu desa/kelurahan
a. Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk
penyelenggaraan Posyandu
b. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadir
pada hari buka Posyandu
c. Mengkoordinasikan peran kader Posyandu, pengurus Posyandu
dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam
penyelenggaraan Posyandu
d. Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Lembaga Kemasyarakatan
atau sebutan lainnya
e. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu
secara teratur.
3. Instansi/Lembaga Terkait
1) Badan / Kantor / Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa (BPMPD) berperan dalam fungsi koordinasi
penyelenggaraan pembinaan, penggerakan peran serta masyarakat,
pengembangan jaringan kemitraan, pengembangan metode
pendampingan masyarakat, teknis advokasi, fasilitasi, pemantauan
dan sebagainya.
2) Dinas Kesehatan, berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan
sarana dan prasarana kesehatan (pengadaan alat timbangan,
29

distribusi Buku KIA atau KMS, obat-obatan dan vitamin) serta


dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan.
3) SKPD KB di Provinsi dan Kabupaten/Kota, berperan dalam
penyuluhan, penggerakan peran serta masyarakat melalui BKB dan
BKL.
4) BAPPEDA, berperan dalam koordinasi perencanaan umum,
dukungan program dan anggaran serta evaluasi.
5) Kantor Kementerian Agama, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian,
Dinas Perindustrian dan UKM, Dinas Perdagangan dan sebagainya,
berperan dalam mendukung teknis operasional Posyandu sesuai
dengan peran dan fungsinya masing-masing. Selain
dinas/institusi/lembaga tersebut diatas, kemungkinan masih
terdapat beberapa unsur dinas/instansi/lembaga yang dapat
melakukan peran dan fungsinya dalam Posyandu namun untuk
daerah-daerah tertentu mungkin tidak terdapat unsur
dinas/instansi/lembaga sebagaimana tersebut diatas, karena struktur
organisasi pada jajaran Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota saat ini cukup bervariasi.
4. Kelompok Kerja (Pokja) Posyandu
a. Mengelola berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan
kegiatan Posyandu.
b. Menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya
sumber-sumber pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan
Posyandu.
c. Melakukan analisis masalah pelaksanaan program berdasarkan
alternatif pemecahan masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan
desa/kelurahan.
d. Melakukan bimbingan dan pembinaan, fasilitasi, pemantauan dan
evaluasi terhadap pengelolaan kegiatan dan kinerja kader Posyandu
secara berkesinambungan.
30

e. Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong, dan


swadaya masyarakat dalam mengembangkan Posyandu.
f. Mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.
g. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan Posyandu kepada Kepala
Desa/Lurah dan Ketua Pokjanal Posyandu Kecamatan.
5. Tim Penggerak PKK
a. Berperan aktif dalam penyelenggaraan Posyandu
b. Penggerakkan peran serta masyarakat dalam kegiatan Posyandu
c. Penyuluhan, baik di Posyandu maupun di luar Posyandu
d. Melengkapi data sesuai dengan Sistim Informasi Posyandu (SIP)
atau Sistim Informasi Manajemen (SIM)
6. Tokoh Masyarakat/Forum Peduli Kesehatan Kecamatan (apabila telah
terbentuk)
a. Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan
Posyandu
b. Menaungi dan membina kegiatan Posyandu
c. Menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir dan berperan aktif
dalam kegiatan Posyandu
7. Organisasi Kemasyarakatan/LSM
a. Bersama petugas Puskesmas berperan aktif dalam kegiatan
Posyandu, antara lain: pelayanan kesehatan masyarakat,
penyuluhan, penggerakan kader sesuai dengan minat dan misi
organisasi
b. Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pelaksanaan
kegiatan Posyandu
8. Swasta/Dunia Usaha
a. Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pelaksanaan
kegiatan Posyandu
b. Berperan aktif sebagai sukarelawan dalam pelaksanaan kegiatan
Posyandu
31

2.2.11 Pembiayaan Posyandu4


1. Sumber Biaya
Pembiayaan Posyandu berasal dari berbagai sumber, antara lain:1
A. Masyarakat
a. Iuran pengguna/pengunjung Posyandu
b. Iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat
c. Sumbangan/donatur dari perorangan atau kelompok masyarakat
d. Sumber dana sosial lainnya, misal dana sosial keagamaan, zakat,
infaq, sodaqoh (ZIS), kolekte, punia paramitha, dan sebagainya.
Apabila Forum Peduli Kesehatan Kecamatan telah terbentuk, upaya
pengumpulan dana dari masyarakat ini seyogyanya dikoordinir oleh
Forum Peduli Kesehatan Kecamatan.
B. Swasta/Dunia Usaha
Peran aktif swasta/dunia usaha juga diharapkan dapat menunjang
pembiayaan Posyandu. Misalnya dengan menjadikan Posyandu sebagai
anak angkat perusahaan. Bantuan yang diberikan dapat berupa dana,
sarana, prasarana, atau tenaga, yakni sebagai sukarelawan Posyandu.
C. Hasil Usaha
Pengurus dan kader Posyandu dapat melakukan usaha yang
hasilnya disumbangkan untuk biaya pengelolaan Posyandu. Contoh
kegiatan usaha yang dilakukan antara lain:
a. Kelompok Usaha Bersama (KUB)
b. Hasil karya kader Posyandu, misalnya kerajinan, Taman Obat
Keluarga (TOGA)
D. Pemerintah
Bantuan dari pemerintah terutama diharapkan pada tahap awal
pembentukan, yakni berupa dana stimulan atau bantuan lainnya dalam
bentuk sarana dan prasarana Posyandu yang bersumber dari dana
APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, APBDes dan sumber
lain yang sah dan tidak mengikat
32

2.2.12 Tingkat Perkembangan Posyandu5


Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama. Dengan demikian,
pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk
mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah dikembangkan metode dan
alat telaahan perkembangan Posyandu yang dikenal dengan nama Telaah
kemandirian Posyandu. Tujuan telaahan adalah untuk mengetahui tingkat
perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai
berikut :
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai
oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah
kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak
terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, di samping karena jumlah
kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi
yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat
serta menambah jumlah kader.
2. Posyandu Madya
Posyandu madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah,
yaitu kurang dari 50 %. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan
peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh
masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola
kegiatan Posyandu.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5
orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50 %, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
masih terbatas yakni kurang dari 50 % KK di wilayah kerja Posyandu.
33

4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50 %
mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
lebih dari 50 KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu.

Penggolongan diatas dilakukan atas dasar pengorganisasian dan tingkat


pencapaian programnya, dalam hal ini digunakan 8 indikator yaitu :
a. Frekuensi penimbangan pertahun
Seharusnya posyandu menyelenggarakan kegiatan setiap bulan, jadi bila
teratur akan ada 12 kali penimbangan setiap tahun. Dalam kenyataannya
tidak semua posyandu dapat berfungsi setiap bulan. Untuk itu diambil
batasannya 8 kali. Posyandu yang mapan bila kegiatannya > 8 kali.
b. Rata-rata jumlah kader pada hari H posyandu
Jumlah kader yang bertugas pada hari H dapat dijadikan indikasi lancar
tidaknya posyandu. Bila jumlah kader 5 orang atau lebih tanda kegiatannya
tertangani dengan baik.
c. Cakupan D/S
Cakupan D/S dapat dijadikan tolak ukur peran serta masyarakat dan
aktivitas kader atau tokoh masyarakat dalam menggerakkan masyarakat
setempat untuk memanfaatkan posyandu. Peran serta masyarakat dianggap
baik bila D/S dapat mencapai 50 %.
d. Cakupan Imunisasi
Cakupan imunisasi dihitung secara kumulatif selama 1 (satu) tahun.
Cakupan kumulatif dianggap baik bila mencapai 50 % keatas.
e. Cakupan ibu hamil
Cakupan pemeriksaan ibu hamil dihitung secara kumulatif selama 1 (satu)
tahun. Batas mapan tidaknya posyandu digunakan angka 50 %.
f. Cakupan KB
34

Cakupan peserta KB juga dihitung secara kumulatif selama 1 (satu) tahun.


Pencapaian 50 % keatas. g. Program Tambahan Posyandu pada mulanya
melaksanakan 5 program yaitu : KIA, KB, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan
Penaggulangan Diare. Bila telah mantap, maka programnya dapat
ditambahan. Program tambahan disini adalah bentuk upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat seperti : Bina Keluarga Balita, Pos Obat Desa,
Pondok Bersalin Desa, dan sebagainya.
h. Dana Sehat
Dana sehat merupakan wahana untuk memandirikan posyandu. Diharapkan
bila dana sehat telah mampu membiayai posyandu, maka tingkat
kemandirian masyarakat sudah baik. Sebagai ukuran digunakan persentase
kepala keluarga (KK) yang ikut dana sehat, dikatakan baik bila cakupan >
50 %.
Secara ringkas kriteria katagorisasi posyandu sebagai berikut :
Tabel 2.2 Sratifikasi Posyandu
No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
.
1. Frek. Penimbangan <8 >8 >8 >8
2. Jumlah Kader <5 ≥5 ≥5 ≥5
3. Cakuapan D/S <50% <50% ≥50% ≥50%
4. Cakupan Kumulatif <50% <50% ≥50% ≥50%
KB
5. Cakupan Kumulatif <50% <50% ≥50% ≥50%
KIA
6. Cakupan Kumulatif <50% <50% ≥50% ≥50%
Imunisasi
7. Program Tambahan (-) (-) (+) (+)
8. Cakupan Dana Sehat <50% <50% <50% ≥50%

2.2.13 Indikator Keberhasilan Posyandu


Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN. SKDN adalah
35

status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN. SKDN tersebut
diperoleh dari hasil posyandu yang dimuat di KMS dan digunakan untuk
memantau pertumbuhan balita.
Indikator pelayanan di Posyandu atau di Pos Penimbangan Balita
menggunakan indiktor-indikator SKDN. SKDN adalah singkatan dari pengertian
kata-katanya yaitu:
1. S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu.
2. K adalah jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang
mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat).
3. D adalah Jumlah Balita yang datang di posyandu atau dikunjungan rumah
dan menimbang berat badannya sesuai atau jumlah seluruh balita yang
Ditimbang.
4. N adalah jumlah balita yang ditimbang bebrat badannya mengalami
peningkatan bebrat badan dibanding bulannya sebelumnya dengan garis
pertumbuhan.
5. Dan O adalah jumlah anak yang tidak ditimbang bulan lalu.

Berdasarkan SKDN dari bulan ke bulan disimak untuk mengetahui


kemajuan program perbaikan gizi. Naik turunnya D atau S dapat
diinterprestasikan sebagai tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan di
posyandu, sedangkan naik turunnya N terhadap S dapat diartikan sebagai
keberhasilan atau kegagalan mencapai tujuan program dalam kegiatan UPGK di
posyandu.
Dari uraian SKDN dapat digabungkan satu sama lain sehingga dapat
memberikan informasi tentang perkembangan kegiatan pemantauan pertumbuhan
anak di posyandu yaitu :
1. Indikator K/S
K/S adalah indikator yang menggambarkan jangkauan atau liputan program.
Indikator ini dihitung dengan cara membandingkan jumlah balita yang dapat
di posyandu dan memiliki KMS dengan jumlah balita yang ada di wilayah
posyandu tersebut dikalikan 100%.
36
37

2. Indikator D/S
D/S adalah indikator yang menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan di posyandu.
3. Indikator N/D
N/D adalah memberikan gambaran tingkat keberhasilan program dalam
kegiatan UPGK di posyandu. Indikator ini lebih spesifik dibanding dengan
indikator lainnya sehingga dapat digunakan sebagai gambaran dasar gizi
balita.
4. Indikator N/S
N/S adalah memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan program di
posyandu. Indikator ini menunjukkan balita yang ditimbang dan naik berat
badannya.

Anda mungkin juga menyukai