Tuan BERNARD meninggal dunia di Jakarta, dan meninggalkan seorang istri Nyonya
DITA dan 1 (satu) orang anak yaitu tuan RONNY anak dari almarhum Nyonya WINDA
istri pertama Tuan BERNARD, yang telah meninggal dunia di Jakarta; Pernikahan Tuan
BERNARD dan Nyonya DITA, dengan perjanjian kawin pisah harta (tidak ada
percampuran apapun), yang dilakukan 2 (dua) hari sebelum perkawinan mereka, dan
telah di catat di Kantor Catatan Sipil tempat mereka melakukan perkawinan. Tuan
BERNARD memiliki seorang anak Luar Kawin yang telah diakui yaitu Nona JEAN, dan
Nyonya DITA mempunyai seorang anak bernama Nona FATIM yang lahir dari suami
pertamanya Tuan RICHARD yang telah diceraikannya.
Harta yang dibawa Tuan BERNARD dalam perkawinannya dengan Nyonya DITA
sebesar Rp 1.500.000.000,- ; dan dalam perkawinannya dengan Nyonya DITA, Tuan
BERNARD telah menerima hadiah dari perusahaannya dia bekerja sebesar Rp
700.000.000,- serta telah menerima warisan dari almarhun ayah Tuan BERNARD
sebesar Rp 1.000.000.000,-
Sedangkan Nyonya DITA membawa harta dalam perkawinannya dengan Tuan
BERNARD sebesar 1.000.000.000,.-, namun Nyonya DITA punya utang Rp
200.000.000,- kepada Tuan SALIM sahabat Tuan BERNARD.
PERTANYAAN:
SELAMAT MENGERJAKAN
Halaman 3
Ny Winda
Jawaban No. 4
Pembagiannya Untuk Nyonya Jenam Berdasarkan pasal 863 KUHPerdata
menyatakan: “Bila pewaris meninggal dengan meninggalkan keturunan yang sah
dan atau suami istri, maka anak luar kawin yang diakui mewarisi 1/3 bagian, dari
mereka yang sedianya harus mendapat, seandainya mereka adalah anak sah”.
Dan pasal 864 KUPerdata bagian anak luar kawin harus dihitung dan
dikeluarkan terlebih dahulu, baru kemudian sisanya dibagi antara ahli waris
yang lain menurut ketentuan yang ada.
Bagian Rony Dan Ny . Dita Lebih lanjut menurut Pasal 852 KUH Perdata:
Dan Nn. Fatim tidak mendapatkan Waris Dari Tn Bernard Sebagaimana terdapat
dalam Pasal 171 huruf c Kompilasi Hukum Islam (“KHI”), ahli waris adalah orang
yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan
perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk
menjadi ahli waris.
cara Ab intestato bahwa ahli warisnya adalah orang yang mempunyai hubungan darah
dengan si pewaris atau yang mempunyai hubungan perkawinan (ini secara tegas
ditentukan oleh Undang-undang). Pasal 832 (1) KUHperdata, ada 4 (empat) golongan
ahliwaris ab intestato
1.b
“Bila keluarga sedarah dan suami atau isteri yang hidup terlama tidak ada, maka semua
harta peninggalan menjadi milik negara, yang wajib melunasi utang-utang orang yang
meninggal tersebut, sejauh harga harta peninggalan mencukupi untuk itu.”
Menurut Pasal 832 (1) KUHperdata, ada 4 (empat) golongan ahliwaris ab intestato, yaitu:
Golongan I : anak sah, suami istri yang hidup paling lama, termasuk istri kedua atau
suami kedua ... dan seterusnya (Pasal 852 jo Pasal 852a KUHPerdata).
Golongan II : Orang tua dan saudara-saudara sekandung, seayah atau seibu (Pasal
854 jo Pasal 857 KUHPerdata).
Golongan III : Sekalian sekeluarga sedarah dalam garis lurus ke atas baik dalam garis
ayah, maupun ibu. Secara singkat dapat dikatakan, kakek-nenek dari
pihak ayah dan kakek-nenek dari pihak ibu (Pasal 853 KUHPerdata).
Goilongan IV : keluarga sedarah ke samping sampai derajat ke-enam (Pasal 861 jo Pasal
858 KUHPerdata). Mereka ini saudara sepupu dari pihak ayah maupun
pihak ibu.
1.c
Dalam hukum waris berlaku asas, bahwa apabila seseorang meninggal maka pada saat
itu juga segala hak dan kewajibannya beralih kepada para ahli warisnya Pasal 833
Halaman 6
Burgerlijk Wetboek, artinya anggota keluarga orang yang 3 Ibid. meninggal dunia tersebut
yang menggantikan kedudukan Pewaris dalam bidang hukum kekayaan karena
meninggalnya Pewaris. Ahli waris menempati kedudukan si meninggal dalam hal yang
menyangkut harta kekayaan “Saisine” Pasal 833 (1) Burgerlijk Wetboek4 . Dalam hal
mewaris menurut undang-undang dibedakan menjadi Mewaris Langsung “uit eigen
hoofde” dan Mewaris dengan cara mengganti atau ahli waris “bij plaatsvervulling”.
Mewaris dengan cara mengganti atau ahli waris “bij plaatsvervulling” dimungkinkan
adanya penggantian kedudukan seseorang sebagai waris oleh orang tertentu.
Penggantian kedudukan ini hanya dilakukan oleh mereka yang mempunyai hubungan
hukum sebagai keturunan sah dari waris yang digantikan tersebut yang seharusnya
mendapat warisan itu.
Hereditatis Petitio Pasal 834,835 KUH Perdata mengatur mengenai hereditatis petitio,
yaitu setiap ahli waris berhak melakukan penuntutan hukum untuk
memperjuangkan hak warisnya. Hereditatis Petitio adalah hak untuk mengajukan
gugatan, guna mempertahankan hak warisnya. Seseorang yang mengajukan hereditatis
petitio harus membuktikan dirinya adalah ahli waris.
Le mort saisit le vif: Apabila seseorang meninggal dunia, maka seketika itu juga hak dan
kewajibannya beralih kepada ahli warisnya.
Pasal 2 KUHP: “Seorang bayi yang masih dalam kandungan ibunya sudah
dianggap/diakui sebagai subjek hukum apabila ada kepentingan hukum yang
menghendakinya”
Ahli waris mempunyai hak saisine. Hak saisine ialah hak ahli waris untuk tanpa berbuat
sesuatu apa demi hukum atau secara otomatis menggantikan (memperoleh) kedudukan
pewaris dalam lapangan hukum kekayaan.Pembentuk Undang-undang di dalam Pasal
833 KUHPer menentukan bahwa: dengan sendirinya karena hukum. Artinya ahli waris
secara otomatis tanpa harus melakukan perbuatan apapun, juga
tidak perlu dengan jalan menuntut penyerahan barang-barang tersebut, bahkan dalam
hal seandainya ahli waris belum mengetahui tentang adanya warisan yang terbuka,
bahwa ia mendapatkan warisan dengan meninggalnya anggota keluarga yang menjadi
pewarisnya. Perpindahan tersebut juga berlangsung segera, setelah pewaris meninggal
dunia. Perumusan Pasal 833 KUHPer menyebutkan: “…dengan sendirinya memperoleh
hak milik atas segala barang, segala hak dan segala piutang…”
Onwaardigheid
Menurut Pasal 838 KUHPerdata, ada 4 (empat) golongan yang dianggap tidak
patut menjadi ahliwaris, yaitu:
Halaman 7
Tentang inbreng ini dalam sitematika KUHPerdata diatur dalam bab XVII (Tentang
Pembagian Harta Warisan), bagian kedua, Buku II, Pasal 1086 sampai dengan Pasal
1099 KUHPerdata.
Selanjutnya ketentuan pasal 1086 KUHPerdata ini menentukan yang wajib inbreng,
ialah:
1. Ahliwaris dalam garis lurus ke bawah, baik anak sah maupun luar kawin yang
diakui (termasuk ahliwaris penggantian tempat).
2. Ahliwaris lain, jika pewaris mewajibkan (ahliwaris ab Intestato dan testamenter).