MAKALAH
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
1
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 3
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
jenjang dasar sampai ke jenjang yang tinggi. Terkait hal itu bagian perencanaan Pendidikan
di sekolah sangat penting perananya karena dengan adanya perencanaan yang matang
diharapkan tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai dengan baik. Di dalam bidang
Pendidikan, perencanaan yang dimaksud adalah kurikulum Pendidikan atau sekolah yang
didalamnya mempunyai standar-standar pembelajaran dan pengembangan intelektualitas diri
manusia. Dalam pelaksanaan kegiatan ataupun program dalam Pendidikan tentunya
diperlukan adanya pengawas atau supervise yang mana bertugas untuk mengawas dan
sebagai suatu rangkaian dari kegiatan manajemen Pendidikan (E. Mulyasa, 2003). Pengawas
atau supervise bertanggung jawab atas keefektifan pelaksanaan sebuah program yang
memungkinkan supervise atau pengawas harus melihat apakah ada hambatan yang harus
ditangani agar tujuan Pendidikan yang telah ditetapkan tercapai dengan baik.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui arti dari kelembagaan pengawasan pendidikan
2. Mengetahui fungsi pengawasan dalam pendidikan
3. Mengetahui prinsip-prinsip yang ada dalam pendidikan
4. Menjelaskan langkah dan sasaran pengawasan dalam pendidikan
5. Menjelaskan apa kode etik pengawasan pendidikan
6. Menjelaskan etika profesi pengawas pendidikan
4
Makalah ini dibuat agar pembaca dapat mengetahui serta memahami mengenai
kelembagaan pengawasan Pendidikan dan diharapkan kemudian makalah ini dapat
menjadi referensi, wawasan tambahan, bacaan, sumber literatur, dsb.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Makalah ini diharapkan mampu meningkatkan intelektualitas, wawasan,
pengetahuan serta pemahaman terkait dengan kelembagaan pengawasan
Pendidikan
b. Bagi masyarakat
Makalah ini diharapkan juga dapat memberikan pemahaman atau pengertian
terhadap masyarakat secara jelas mengenai kelembagaan pengawasan Pendidikan
c. Bagi lembaga Pendidikan
Makalah ini diharapkan mampu menjadi sumber data dan informasi bagi lembaga
Pendidikan dan menjadi sumber bacaan untuk pelaksanaan pengawasan pada
sebuah lembaga Pendidikan tertentu
5
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Purwanto (2004:76) supervisi memiliki pengertian yang luas. Supervisi adalah
segala bantuan dari pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan
guru-guru dan personel sekolah lainnya didalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. ia
berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan
guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan- pembaharuan
dalam pendidikan dan pengajaran, pemeliharan alat-alat pelajaran dan metode-
metodemengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh
proses pengajaran dan sebagainya.
Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap tenaga
kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui
pembelajaran yang efektif. Melihat tujuan supervisi yang begitu penting dalam meningkatkan
kualitas guru yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas pendidikan maka sudah
semestinya supervisi dilakukan seefektif mungkin agar memperoleh hasil yang lebih efektif
pula.
Menurut Mashudi (2015) menyatakan bahwa supervisi adalah suatu proses sistematis dan
berkelanjuatan dalam pengumpulan, analisis, dan penggunaan informasi untuk mengontrol
menajemen dan pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk
6
memastikan apakah hal-hal apapun dari suatu program yang sedang dijalankan dapat berjalan
secara efektif, efisien, sesuai dengan langkah atau rencana yang telah disusun sebelumnya.
Sedangkan Sahertian (2000: 19) merumuskan bahwa supervisi adalah bagian dari usaha
memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam
usaha memperbaiki pengajaran. Adapun supervisi akademik adalah bantuan profesional
kepada guru melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan
umpan balik yang objektif dan segera. Dengan cara seperti itu guru akan menggunakan
balikan dengan perbaikan mutu kinerjanya. Sedangkan supervisi pendidikan pada umumnya
mengacu pada usaha perbaikan situasi proses belajar dan mengajar. (Pupuh, 2015: 18)
Supervisi dapat juga berupa bantuan yang diberikan kepada seluruh staf dan guru untuk
mengembangkan situasi belajar-mengajar yang baik.Tujuan supervisi ialah membantu
memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan sekolah sehingga tercapai kondisi belajar
mengajar yang baik. Berlandaskan tujuan supervisi tersebut diharapkan guru dapat bekerja
keras, demokratis, ramah, sabar, luas pandangan, sopan-santun, jujur,suka humor, konsisten,
fleksibel, dan lain-lain (Waluya, 2013: 10).
Sedangkan kelembagaan sendiri menurut Ruttan dan Hayami tahun (1984) adalah aturan
di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar
anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan di mana setiap orang dapat bekerja
sama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapao tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kelembagaan adalah suatu system badan social atau
organisasi yang melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu.
7
kontrol melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau
program yang telah digariskan, tetapi lebih dari itu. Supervisi dalam pendidikan
mengandung pengertian luas. Kegiatan supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau
syarat-syarat personel maupun material yang diperlukan untuk terciptanya situasi belajar-
mengajar yang efektif, dan usaha memenuhi syarat-syarat itu. Menurut Kimball Wiles fungsi
dasar supervisi adalah memperbaiki situasi belajar-mengajar di sekolah dalam artian yang
luas, membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga ada usaha perbaikan.
(Purwanto, 2004: 76)
8
dengan meningkatkan diri sekaligus merupakan hiburan. Dalam hal inilah
diperlukan koordinasi tugas supervisi.
2. Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah Dengan melatih dan memperlengkapi
guru-guru agar mereka memiliki keterampilan dalam kepemimpinan di sekolah.
3. Memperluas Pengalaman guru-guru Guru yang mau belajar dapat memperkaya
dirinya dengan pengalaman belajar baru, belajar dari pengalaman, hal inilah yang
ditekankan.
4. Menstimulasi usaha-usaha sekolah yang kreatif Supervisi bertugas untuk
menciptakan suasana yang memungkinkan guru-guru dapat berusaha meningkatkan
potensi-potensi kreativitas dalam dirinya, kemampuan untuk menstimulasi guru-
guru agar mereka tidak bergerak hanya berdasarkan instruksi.
5. Memberikan fasilitas dan penilaian terus-menerus melakukan penilaian dalam
meningkatkan kualitas guru, dengan melakukan penelitian dapat diketahui
kelebihan dan kekurangan hasil dan proses belajar-mengajar, penilaian bersifat
menyeluruh dan kontinue, dilakukan di awal, pertengahan dan diakhiri dengan
melakukan sesuatu tugas. Inilah fungsi supervisi.
6. Menganalisis situasi belajar-mengajar Supervisi diberikan dengan tujuan tertentu
agar situasi belajarmengajar dapat diperbaiki. Fungsi supervisi ialah menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi perbaikan belajar-mengajar, penganalisisan
memberi pengalaman baru dalam menyusun strategi dan usaha kearah perbaikan.
7. Memperlengkapi setiap anggota staf dengan pengetahuan yang baru dan
keterampilan baru pula : supervisi memberi dorongan stimulasi dan membantu guru
agar mengembangkan pengetahuan dalam keterampilan hal mengajar, motivasi
untuk membarui itu merupakan fungsi dari supervisi pendidikan.
8. Memadukan dan menyelaraskan tujuan-tujuan pendidikan dan membentuk
kemampuan-kemampuan: mengembangkan kemampuan guru, menyelaraskan
dengan tujuan-tujuan pendidikan, itulah fungsi supervisi.
10
Menurut Sutisna dalam Syarifuddin (2005:166) pengawasan dalam lembaga Pendidikan
dapat dilakukan dengan Langkah-langkah sebagai berikut :
11
tersebut dengan kondisi yang dihadapi. Dalam memberikan balikan tersebut
sebaiknya dalam bentuk diskusi, sehingga terjadi pembahasan terhadap masalah yang
terjadi.
4. Pengawasan dilakukan secara periodik. Kehadiran kepala sekolah dalam supervisi
jika tidak ada hambatan bertindak sebagai pemberian dukungan moral bagi guru atau
karyawan yang sedang mengerjakan tugas.
5. Pengawasan dilaksanakan dalam sesama kemitraan. Karena suasana kemitraan ini
akan memudahkan guru dan karyawan menyampaikan hambatan yang dihadapi
sehingga dapat segera dicarikan jalan keluarnya. Suasana kemitraan juga akan
menumbuhkan hubungan kerja yang harmonis sehingga tercipta tim
kerja yang kompak.
Dalam pengertian secara khusus, jika dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika
merupakan bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematis sengaja ditetapkan
berdasarkan prinsip moralitas yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan
sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara common sense dinilai
menyimpang dari kode etik.
Dengan demikian, etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self-control”.
Segala sesuatu dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi)
tertentu. Kelompok dari orang-orang yang berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh dari
proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi dalam bentuk, yakni
Organisasi Profesi. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism”
berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas penting untuk menjaga martabat serta
kehormatan profesi. Di sisi lain kode etik profesi diterapkan untuk melindungi masyarakat
dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan jabatan dan keahlian tertentu.
12
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, Aparatur Sipil Negara (ASN), termasuk pengawas sekolah, sebagai profesi
berlandaskan pada prinsip: (1) nilai dasar; (2) kode etik dan kode perilaku; (3) komitmen,
integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; (4) kompetensi yang diperlukan
sesuai dengan bidang tugas; (5) kualifikasi akademik; (6) jaminan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas; dan (7) keprofesionalan jabatan.
Profesi adalah suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh
pendidikan dan keahlian dalam bidang tertentu, sehingga banyak orang bisa bekerja sesuai
dengan ketentuan yang disepakati. Tetapi dengan adanya keahlian saja yang diperoleh dari
pendidikan kejuruan, belum cukup untuk disebut sebagai profesi. Diperlukan juga
penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan dan hubungan antara teori
dan penerapan dalam praktek.
Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti
kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula
bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan
dengan itu, menurut De George, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri,
sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak
orang yang profesional tetapi tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi.
Berikut pengertian profesi dan profesional menurut De George, yakni profesi adalah
pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan
yang mengandalkan suatu keahlian. Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau
pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian
yang tinggi atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan
suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut
keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk
senang-senang atau untuk mengisi waktu luang.
Dari hal tersebut yang harus kita ingat dan fahami dengan benar bahwa “pekerjaan atau
profesi” dan “profesional” terdapat beberapa perbedaan:
13
Profesi:
Profesional:
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelembagaan pengawasan pendidikan merupakan upaya yang dilakukan sebuah
organisasi untuk mengawasi atau menjadi supervise jalanya atau terselenggaranya sebuah
pendidikan agar Pendidikan berjalan dengan baik dan terhindar dari masalah yang
menyimpang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan yang dilakukan oleh
kepala sekolah yaitu dengan mengendalikan dan melakukan supervisi pelaksanaan kegiatan
pengajaran sehingga mencapai sasaran yang efektif dan efesien.
Pengawasan pendidikan merupakan fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh
kepala sekolah sebagai pemimpin. Pengawasan merupakan proses pengamatan atau
pemantauan terhadap pelaksanaan sebuah program untuk menjamin pelaksanaan berjalan
sesuai rencana yang telahh ditetapkan sebelumnya. Pengawasan tidak semata-mata
dilakukan untuk menemukan sebuah masalah atau kesalahan-kesalahan yang terjadi
melainkan untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dapat dihindari.
15
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. X,
Endang Saifuddin Anshari, Pokok-pokok Pikiran tentang Islam, (Jakarta : Usaha Interprises,
1976), hal. 85
Hazrullah. (2021). Konsep Pengawasan Dalam Pendidkan Islam. Intelektualita Prodi MPI FTK
UIN Ar-Raniry, 10(1), 39–52.
Ruttan dan Hayami. 1984. Dilema Ekonomi Desa: Suatu Pendekatan Ekonomi Terhadap
Perubahan Kelembagaan di Asia.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Sistem Pendidikan Nasional Tujuan pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam Bab II
Pasal 3 Undang – Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung : Citra Umbara, 2003), hal. 7
Standar Mutu Pengawas.: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta, 2006.
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, cet. I, Jakarta: Ciputat Press, 2005.
Waluya, Jaka. Supervisi Pendidikan Pada Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogik. Vol.1 No. 1. 2013
16