Anda di halaman 1dari 16

KELEMBAGAAN PENGAWASAN PENDIDIKAN

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas perkuliahan

Mata Kuliah Administrasi Supervisi Pendidikan

Dosen Pengampu :

Taufiq Akbar Al Fajri, SS., M.Pd.

Disusun oleh :

Nurul Mustofa 205030907111021

Riska Rahmawati 205030901111026

FAKULTS ILMU ADMINISTRASI

PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2023

1
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 4

1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6

2.1 Kelembagaan Pengawasan Pendidikan............................................................................. 7

2.2 Fungsi Pengawasan Pendidikan......................................................................................... 7


2.3 Prinsip-prinsip Pengawasan dalam Pendidikan .............................................................. 9

2.4 Langkah dan Sasaran Pengawasan Pendidikan............................................................. 10

2.5 Kode Etik Pengawasan Pendidikan................................................................................. 12

2.6 Etika Profesi Pengawas Sekolah...................................................................................... 13


BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 16

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya fungsi Pendidikan adalah untuk meningkatkan kecerdasan intelektual
masyarakat agar dapat menghidupi dirinya sendiri, mengembangkan keterampilan serta
membangun karakter sehingga iut serta dalam memuliakan dan membangun peradaban maju
(Essel1, H. B., Boakye-Yiadom, M. dan Kyeremeh, F. A., 2018). Di Indonesia sendiri
Pendidikan diselenggarakan berdasarkan Sistem Pendidikan Nasional yang mengacu pada
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter dalam
diri manusia. Pendidikan juga berperan dalam pembentukan baik atau buruknya pribadi
manusia menurut ukuran normatif. Pendidikan adalah sebuah proses bimibingan oleh subyek
didik terhadap perkembangan jiwa dan raga obyek didik dengan babhan-bahan materi
tertentu dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terbentuknya karakter manusia (Endang,
1976). Terkait dengan hal tersebut, pemerintah sangat memperhatikan bidang Pendidikan
karena dengan adanya system Pendidikan yang baik diharapkan mamu mencetak generasi
penerus bangsa yang mempunyai kualitas dan mampu beradaptasi untuk hidup di lingkungan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pemerintah terkhusus yang bergerak dalam bidang
Pendidikan dalam hal ini membuat unit kerja dengan sebutan supervise Pendidikan yang
mana supervise ini merupakan kegiatan yang mempunyai tujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Diadakanya supervise Pendidikan bukan
tanpa alas an tetapi karena Pendidikan merupakan salah satu factor yang sangat penting
dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang nantinya akan menopang gerak
pembangunan. Pendidikan merupakan sebuah investasi yang kemudian akan menghasilkan
sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
dibutuhkan dalam pembagunan sebuah bangsa, oleh karena itu supervise dibutuhkan agar
Pendidikan dapat berjalan dengan baik dan terstruktur.
Dalam institusi Pendidikan, manusia dilatih intelektualitasnya dengan diberikan
pengetahuan dan ilmu-ilmu yang diajarkan sesuai jenjang yang telah ditetntukan mulai dari

3
jenjang dasar sampai ke jenjang yang tinggi. Terkait hal itu bagian perencanaan Pendidikan
di sekolah sangat penting perananya karena dengan adanya perencanaan yang matang
diharapkan tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai dengan baik. Di dalam bidang
Pendidikan, perencanaan yang dimaksud adalah kurikulum Pendidikan atau sekolah yang
didalamnya mempunyai standar-standar pembelajaran dan pengembangan intelektualitas diri
manusia. Dalam pelaksanaan kegiatan ataupun program dalam Pendidikan tentunya
diperlukan adanya pengawas atau supervise yang mana bertugas untuk mengawas dan
sebagai suatu rangkaian dari kegiatan manajemen Pendidikan (E. Mulyasa, 2003). Pengawas
atau supervise bertanggung jawab atas keefektifan pelaksanaan sebuah program yang
memungkinkan supervise atau pengawas harus melihat apakah ada hambatan yang harus
ditangani agar tujuan Pendidikan yang telah ditetapkan tercapai dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kelembagaan pengawasan pendidikan?
2. Bagaimana fungsi pengawasan dalam pendidikan?
3. Apa prinsip-prinsip pengawasan dalam pendidikan?
4. Bagaimana langkah dan sasaran pengawasan dalam pendidikan?
5. Apa kode etik pengawasan dalam pendidikan?
6. Apa itu etika profesi pengawas pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui arti dari kelembagaan pengawasan pendidikan
2. Mengetahui fungsi pengawasan dalam pendidikan
3. Mengetahui prinsip-prinsip yang ada dalam pendidikan
4. Menjelaskan langkah dan sasaran pengawasan dalam pendidikan
5. Menjelaskan apa kode etik pengawasan pendidikan
6. Menjelaskan etika profesi pengawas pendidikan

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini memiliki manfaat yang mana penelitian ini dapat digunakan secara teoritis
dan digunakan secara praktis dengan penjelasan berikut :
1. Manfaat teoritis

4
Makalah ini dibuat agar pembaca dapat mengetahui serta memahami mengenai
kelembagaan pengawasan Pendidikan dan diharapkan kemudian makalah ini dapat
menjadi referensi, wawasan tambahan, bacaan, sumber literatur, dsb.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Makalah ini diharapkan mampu meningkatkan intelektualitas, wawasan,
pengetahuan serta pemahaman terkait dengan kelembagaan pengawasan
Pendidikan
b. Bagi masyarakat
Makalah ini diharapkan juga dapat memberikan pemahaman atau pengertian
terhadap masyarakat secara jelas mengenai kelembagaan pengawasan Pendidikan
c. Bagi lembaga Pendidikan
Makalah ini diharapkan mampu menjadi sumber data dan informasi bagi lembaga
Pendidikan dan menjadi sumber bacaan untuk pelaksanaan pengawasan pada
sebuah lembaga Pendidikan tertentu

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kelembagaan Pengawasan Pendidikan


Supervisi secara etimologis berasal dari bahasa inggris “to supervise” atau mengawasi.
Beberapa sumber lainnya menyatakan bahwa supervisi berasal dari dua kata, yaitu “superior”
dan “vision”. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepala sekolah digambarkan sebagai
seorang “expert” dan “superior”, sedangkan guru digambarkan sebagai orang yang
memerlukan kepala sekolah.

Menurut Purwanto (2004:76) supervisi memiliki pengertian yang luas. Supervisi adalah
segala bantuan dari pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan
guru-guru dan personel sekolah lainnya didalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. ia
berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan
guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan- pembaharuan
dalam pendidikan dan pengajaran, pemeliharan alat-alat pelajaran dan metode-
metodemengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh
proses pengajaran dan sebagainya.

Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap tenaga
kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui
pembelajaran yang efektif. Melihat tujuan supervisi yang begitu penting dalam meningkatkan
kualitas guru yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas pendidikan maka sudah
semestinya supervisi dilakukan seefektif mungkin agar memperoleh hasil yang lebih efektif
pula.

Menurut Mashudi (2015) menyatakan bahwa supervisi adalah suatu proses sistematis dan
berkelanjuatan dalam pengumpulan, analisis, dan penggunaan informasi untuk mengontrol
menajemen dan pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk

6
memastikan apakah hal-hal apapun dari suatu program yang sedang dijalankan dapat berjalan
secara efektif, efisien, sesuai dengan langkah atau rencana yang telah disusun sebelumnya.

Sedangkan Sahertian (2000: 19) merumuskan bahwa supervisi adalah bagian dari usaha
memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam
usaha memperbaiki pengajaran. Adapun supervisi akademik adalah bantuan profesional
kepada guru melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan
umpan balik yang objektif dan segera. Dengan cara seperti itu guru akan menggunakan
balikan dengan perbaikan mutu kinerjanya. Sedangkan supervisi pendidikan pada umumnya
mengacu pada usaha perbaikan situasi proses belajar dan mengajar. (Pupuh, 2015: 18)

Supervisi dapat juga berupa bantuan yang diberikan kepada seluruh staf dan guru untuk
mengembangkan situasi belajar-mengajar yang baik.Tujuan supervisi ialah membantu
memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan sekolah sehingga tercapai kondisi belajar
mengajar yang baik. Berlandaskan tujuan supervisi tersebut diharapkan guru dapat bekerja
keras, demokratis, ramah, sabar, luas pandangan, sopan-santun, jujur,suka humor, konsisten,
fleksibel, dan lain-lain (Waluya, 2013: 10).

Sedangkan kelembagaan sendiri menurut Ruttan dan Hayami tahun (1984) adalah aturan
di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar
anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan di mana setiap orang dapat bekerja
sama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapao tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kelembagaan adalah suatu system badan social atau
organisasi yang melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kelembagaan pengawasan


Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan sebuah organisasi untuk mengawasi atau
menjadi supervise jalanya atau terselenggaranya sebuah Pendidikan agar Pendidikan berjalan
dengan baik dan terhindar dari masalah yang menyimpang guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan

2.2 Fungsi Pengawasan Pendidikan


Tujuan utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas
pengajaran. Fungsi supervisi atau pengawasan dalam pendidikan bukan hanya sekadar

7
kontrol melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau
program yang telah digariskan, tetapi lebih dari itu. Supervisi dalam pendidikan
mengandung pengertian luas. Kegiatan supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau
syarat-syarat personel maupun material yang diperlukan untuk terciptanya situasi belajar-
mengajar yang efektif, dan usaha memenuhi syarat-syarat itu. Menurut Kimball Wiles fungsi
dasar supervisi adalah memperbaiki situasi belajar-mengajar di sekolah dalam artian yang
luas, membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga ada usaha perbaikan.
(Purwanto, 2004: 76)

Swearingen dalam bukunya Supervision of instruction – Foundation and Dimension


(1961) mengemukakan fungsi supervisi adalah :

1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah


2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
3. Memperluas pengalaman guru-guru
4. Menstimulasi usaha-usaha kreatif
5. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus
6. Menganalisis situasi belajar-mengajar
7. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staff
8. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-
tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
Secara rinci, defenisi diatas diuraikan secara rinci (Sahertian, 2000: 22) :
1. Mengkoordinasi Semua Usaha Sekolah Yang dimaksud dengan usaha-usaha
sekolah misalnya :
a. Usaha Tiap Guru : Seperti guru bidang studi yang ingin melakukan
peningkatan dengan cara mengemukakan ide dan uraian baru, maka usaha-
usaha tersebut perlu dikoordinasi dengan cara melakukan supervisi.
b. Usaha-usaha sekolah : Perumusan tujuan-tujuan atas setiap kegiatan untuk
melakukan program tahunan di sekolah
c. Usaha-usaha bagi pertumbuhan jabatan : Tiap guru ingin betumbuh pada
jabatannya dengan cara membaca buku-buku, pembelajaran terus menerus,
melalui inservice training, extension course, workshop, seminar guru-guru

8
dengan meningkatkan diri sekaligus merupakan hiburan. Dalam hal inilah
diperlukan koordinasi tugas supervisi.
2. Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah Dengan melatih dan memperlengkapi
guru-guru agar mereka memiliki keterampilan dalam kepemimpinan di sekolah.
3. Memperluas Pengalaman guru-guru Guru yang mau belajar dapat memperkaya
dirinya dengan pengalaman belajar baru, belajar dari pengalaman, hal inilah yang
ditekankan.
4. Menstimulasi usaha-usaha sekolah yang kreatif Supervisi bertugas untuk
menciptakan suasana yang memungkinkan guru-guru dapat berusaha meningkatkan
potensi-potensi kreativitas dalam dirinya, kemampuan untuk menstimulasi guru-
guru agar mereka tidak bergerak hanya berdasarkan instruksi.
5. Memberikan fasilitas dan penilaian terus-menerus melakukan penilaian dalam
meningkatkan kualitas guru, dengan melakukan penelitian dapat diketahui
kelebihan dan kekurangan hasil dan proses belajar-mengajar, penilaian bersifat
menyeluruh dan kontinue, dilakukan di awal, pertengahan dan diakhiri dengan
melakukan sesuatu tugas. Inilah fungsi supervisi.
6. Menganalisis situasi belajar-mengajar Supervisi diberikan dengan tujuan tertentu
agar situasi belajarmengajar dapat diperbaiki. Fungsi supervisi ialah menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi perbaikan belajar-mengajar, penganalisisan
memberi pengalaman baru dalam menyusun strategi dan usaha kearah perbaikan.
7. Memperlengkapi setiap anggota staf dengan pengetahuan yang baru dan
keterampilan baru pula : supervisi memberi dorongan stimulasi dan membantu guru
agar mengembangkan pengetahuan dalam keterampilan hal mengajar, motivasi
untuk membarui itu merupakan fungsi dari supervisi pendidikan.
8. Memadukan dan menyelaraskan tujuan-tujuan pendidikan dan membentuk
kemampuan-kemampuan: mengembangkan kemampuan guru, menyelaraskan
dengan tujuan-tujuan pendidikan, itulah fungsi supervisi.

2.3 Prinsip Pengawasan Dalam Pendidikan


Menurut (Hazrullah, 2021) Pada dasarnya pengawasan Pendidikan mempunyai prinsip yang
cukup penting dan harus diterapkan dalam pelaksanaan pengawasan yang meliputi :
9
1. Prinsip tanggung jawab
Seorang pengawas Pendidikan yang professional dalam melaksanakan pengawasan tentu
harus diikuti dengan rasa tanggung jawab yang tinggi. Dengan adanya tanggung jawab
yang tinggi proses pengawasan akan maksimal dan tentunya akan minim hambatan dalam
pencapaian tujuan pendidikan
2. Prinsip keadilan
Pengawas dalam menjalankan tugasnya harus menerapkan prinsip keadilan ini. Keadilan
harus diberikan kepada siapa saja termasuk dalam kepala sekolah khususnya guru yang
menjadi objek pembinanya. Pengawas juga tidak boleh mencari kemudahan dalam
mengawasi penyelenggaraan pendidikan
3. Kompetensi
Seorang pengawas Pendidikan diharuskan mempunyai minimal 6 kompetensi yang sesuai
dengan peraturan Menteri Pendidikan nasional nomor 12 tahun 2007 tentang standar
pengawas sekolah antara lain kompetensi kepribadian, supervise manajerial, supervise
akademik, evaluasi Pendidikan, penelitian dan pengembangan serta kompetensi sosial
4. Kerahasiaan
Maksut dari kerahasiaan ini adalah jika kita mempunyai wewenang dalam bidang
Pendidikan dalam hal ini adalah sebagai pengawas, kita berhak menjalankan pekerjaan
dan tanggung jawab kita sesuai dengan kode etik yang ada. Dengan demikian tugas atau
wewenang kita akan dapat selesai dengan baik
Prinsip utama supervisi pendidikan adalah:
1. Bukan mencari kesalahan orang, tetapi mencegah kesalahan sedini mungkin;
2. Membantu personel sekolah dalam mengatasi permasalahan sekolah atas dasar
kemitraan (kesetaraan);
3. Bekerja sama secara sinergi yang saling menguntungkan dalam makna positif.

2.4 Langkah dan Sasaran Pengawasan Pendidikan


Setiap pelaksanaan sebuah program tertentu sebaiknya terdapat dua hal yaitu perencanaan
dan pengontrolan. Perencanaan dan pengontrolan merupakan dua hal yang tidak dapat
terpisah dalam mencapai tujuan tertentu

10
Menurut Sutisna dalam Syarifuddin (2005:166) pengawasan dalam lembaga Pendidikan
dapat dilakukan dengan Langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pilih dan rumuskan apa yang akan dinilai


2. Penetapan kriteria
3. Penetapan data yang diperlukan dan benar-benar berhubungan dengan kriteria
serta bagaimana data itu dapat diperoleh
4. Interpretasi data berkenaan dengan kriteria yang telah ditetapkan

Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dijalankan oleh kepala sekolah. Sebagai


manajer pendidikan kepala sekolah seharusnya melakukan fungsi penilaian secara
terprogram dan berkelanjutan sehingga melalui kegiatan tersebut diperoleh fakta-fakta
mengenai rintangan atau kendala yang dihadapi oleh sekolah dalam mencapai tujuan
institusional. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah mengendalikan dan
melakukan supervisi pelaksanaan kegiatan pengajaran sehingga mencapai sasaran yang
efektif dan efesien.
Depdiknas (1999) istilah yang sering digunakan dalam pengawasan pendidikan di
sekolah adalah pengawasan program pengajaran dan pembelajaran atau supervisi yang harus
diterapkan sebagai berikut:
1. Pengawasan bersifat membimbing dan membantu mengatasi kesulitan dan bukan
semata-mata mencari kesalahan. Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah harus
difokuskan perhatian pada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi oleh guru atau
staf dan tidak semata-mata mencari kesalahan. Pengawasan yang dilakukan kepala
sekolah harus difokuskan perhatian pada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi
oleh guru atau staf dan tidak semata-mata mencari kesalahan. Jika terpaksa harus
menunjukkan kekeliruan harus disampaikan sendiri dan tidak didepan orang lain.
2. Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung. Para staf diberikan
dorongan untuk memperbaiki dirinya sendiri, sedangkan kepala sekolah hanya
membantu. Hal ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri yang pada
akhirnya menumbuhkan motifasi kerja.
3. Balikan atau saran perlu segera diberikan. Hal ini dimaksudkan agar yang
bersangkutan dapat memahami dengan jelas keterkaitan antara saran dan balikan

11
tersebut dengan kondisi yang dihadapi. Dalam memberikan balikan tersebut
sebaiknya dalam bentuk diskusi, sehingga terjadi pembahasan terhadap masalah yang
terjadi.
4. Pengawasan dilakukan secara periodik. Kehadiran kepala sekolah dalam supervisi
jika tidak ada hambatan bertindak sebagai pemberian dukungan moral bagi guru atau
karyawan yang sedang mengerjakan tugas.
5. Pengawasan dilaksanakan dalam sesama kemitraan. Karena suasana kemitraan ini
akan memudahkan guru dan karyawan menyampaikan hambatan yang dihadapi
sehingga dapat segera dicarikan jalan keluarnya. Suasana kemitraan juga akan
menumbuhkan hubungan kerja yang harmonis sehingga tercipta tim
kerja yang kompak.

2.5 Kode Etik Pengawasan Pendidikan


Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the disicpline which can act as the
performance index or reference for our control system”. Etika akan memberikan semacam
batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok
sosialnya.

Dalam pengertian secara khusus, jika dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika
merupakan bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematis sengaja ditetapkan
berdasarkan prinsip moralitas yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan
sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara common sense dinilai
menyimpang dari kode etik.

Dengan demikian, etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self-control”.
Segala sesuatu dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi)
tertentu. Kelompok dari orang-orang yang berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh dari
proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi dalam bentuk, yakni
Organisasi Profesi. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism”
berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas penting untuk menjaga martabat serta
kehormatan profesi. Di sisi lain kode etik profesi diterapkan untuk melindungi masyarakat
dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan jabatan dan keahlian tertentu.

12
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, Aparatur Sipil Negara (ASN), termasuk pengawas sekolah, sebagai profesi
berlandaskan pada prinsip: (1) nilai dasar; (2) kode etik dan kode perilaku; (3) komitmen,
integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; (4) kompetensi yang diperlukan
sesuai dengan bidang tugas; (5) kualifikasi akademik; (6) jaminan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas; dan (7) keprofesionalan jabatan.

2.6 Etika Profesi Pengawas Sekolah

Profesi adalah suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh
pendidikan dan keahlian dalam bidang tertentu, sehingga banyak orang bisa bekerja sesuai
dengan ketentuan yang disepakati. Tetapi dengan adanya keahlian saja yang diperoleh dari
pendidikan kejuruan, belum cukup untuk disebut sebagai profesi. Diperlukan juga
penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan dan hubungan antara teori
dan penerapan dalam praktek.

Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti
kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula
bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan
dengan itu, menurut De George, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri,
sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak
orang yang profesional tetapi tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi.

Berikut pengertian profesi dan profesional menurut De George, yakni profesi adalah
pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan
yang mengandalkan suatu keahlian. Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau
pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian
yang tinggi atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan
suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut
keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk
senang-senang atau untuk mengisi waktu luang.

Dari hal tersebut yang harus kita ingat dan fahami dengan benar bahwa “pekerjaan atau
profesi” dan “profesional” terdapat beberapa perbedaan:

13
Profesi:

a. Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus;

b. Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama


(purna waktu);

c. Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup;

d. Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.

Profesional:

a. Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya;

b. Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau


kegiatannya itu;

c. Hidup dari pekerjaan itu; dan

d. Bangga akan pekerjaannya.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kelembagaan pengawasan pendidikan merupakan upaya yang dilakukan sebuah
organisasi untuk mengawasi atau menjadi supervise jalanya atau terselenggaranya sebuah
pendidikan agar Pendidikan berjalan dengan baik dan terhindar dari masalah yang
menyimpang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan yang dilakukan oleh
kepala sekolah yaitu dengan mengendalikan dan melakukan supervisi pelaksanaan kegiatan
pengajaran sehingga mencapai sasaran yang efektif dan efesien.
Pengawasan pendidikan merupakan fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh
kepala sekolah sebagai pemimpin. Pengawasan merupakan proses pengamatan atau
pemantauan terhadap pelaksanaan sebuah program untuk menjamin pelaksanaan berjalan
sesuai rencana yang telahh ditetapkan sebelumnya. Pengawasan tidak semata-mata
dilakukan untuk menemukan sebuah masalah atau kesalahan-kesalahan yang terjadi
melainkan untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dapat dihindari.

15
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. X,

Jakarta: Balai Pustaka, 1999.

Essel1, H. B., Boakye-Yiadom, M. dan Kyeremeh, F. A. 2018. Assessing Students’ Experiences


of Internal Quality Assurance Practices in Selected Private Higher Education Institutions.
International Journal of Science and Research (IJSR). 7 (1)

Endang Saifuddin Anshari, Pokok-pokok Pikiran tentang Islam, (Jakarta : Usaha Interprises,
1976), hal. 85

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi, (Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 154

Hazrullah. (2021). Konsep Pengawasan Dalam Pendidkan Islam. Intelektualita Prodi MPI FTK
UIN Ar-Raniry, 10(1), 39–52.

Purwanto, ngalim. (2004) Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya

Pupuh Faturrohman, Supervisi Pendidikan Dalam Pengembangan Proses Pengajaran, Bandung;


Refika Aditama, 2015.

Ruttan dan Hayami. 1984. Dilema Ekonomi Desa: Suatu Pendekatan Ekonomi Terhadap
Perubahan Kelembagaan di Asia.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Sistem Pendidikan Nasional Tujuan pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam Bab II
Pasal 3 Undang – Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung : Citra Umbara, 2003), hal. 7

Standar Mutu Pengawas.: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta, 2006.

Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, cet. I, Jakarta: Ciputat Press, 2005.

Waluya, Jaka. Supervisi Pendidikan Pada Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogik. Vol.1 No. 1. 2013

16

Anda mungkin juga menyukai