Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU

BERBANTUAN MEDIA GAMBAR TERHADAP


KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN
PADA SISWA KELAS II SD

Ni Nym. Desy Trisnayanti1, Ign. I Wyn. Suwatra2, Dsk. Pt. Parmiti3


1,2
Jurusan PGSD, 3Jurusan TP, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: desy.trisnayanti@gmail.com1, suwatra-pgsd@yahoo.co.id2,


dskpt_parmiti@yahoo.co.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan kemampuan menulis permulaan


siswa kelompok eksperimen, 2) mendeskripsikan kemampuan menulis permulaan
siswa kelompok kontrol, dan 3) mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran
terpadu berbantuan media gambar terhadap kemampuan menulis permulaan siswa
kelas II SD di Gugus IX Kecamatan Buleleng. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen semu dengan menggunakan rancangan post-test only control group
design. Populasi penelitian berjumlah 228 siswa. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 51 siswa yang diambil secara random. Data kemampuan menulis
permulaan siswa dikumpulkan dengan instrumen berupa tes kinerja. Data yang
dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik
inferensial yaitu uji-t. Hasil penelitian menemukan bahwa: 1) perolehan skor
kemampuan menulis permulaan siswa kelompok eksperimen cenderung tinggi
dengan skor rata-rata (M) 88,78, 2) perolehan skor kemampuan menulis permulaan
siswa kelompok kontrol cenderung rendah dengan skor rata-rata (M) 75,86, dan 3)
terdapat perbedaan kemampuan menulis permulaan yang signifikan antara
kelompok siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran terpadu berbantuan
media gambar dengan kelompok siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran
konvensional pada siswa kelas II SD di Gugus IX Kecamatan Buleleng Tahun
Pelajaran 2012/2013 (thitung = 7,56 > ttabel = 2,000; Sig. 5%). Berdasarkan hal tersebut,
dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran terpadu berbantuan media
gambar berpengaruh signifikan terhadap kemampuan menulis permulaan siswa
kelas II SD.

Kata-kata kunci: Pendekatan pembelajaran terpadu, media gambar, pendekatan


konvensional, kemampuan menulis permulaan.

Abstract

This research aimed to: 1) described early age writing ability of experiment group
students, 2) described early age writing ability of control group students, and 3) find
out the effect of integrated learning approach assisted by picture media towards
early age writing ability of second grade elementary school students in Gugus IX
Buleleng district. This research is quasi experiment using the post test only control
group design. Population on this research are 228 students. Sample on this
research is as many as 51 students taken randomly. The data of the early age
writing ability is collected using instrument in the form of performance tests. The
obtained data was analyzed using the descriptive statistic and inferential statistic
that is t-test. The
result of this research finds that: 1) the acquisition score early age writing ability of
experimental group students tend to be high with an average score (M) is 88,78, 2)
the acquisition score early age writing ability of control group students tend to be low
with an average score (M) is 75,86, and 3) there is a significant difference of the
early age writing ability between the group of students following the integrated
learning approach assisted by picture media with the group of students who
following the conventional learning approach in the second grade elementary school
students in Gugus IX Buleleng district lessons year 2012/2013 (t hit > ttab, thit = 7,56
and ttab = 2,000). Based on the result, it can be conclude that the integrated learning
approach assisted by picture media impact significantly to early age writing ability
students in second grade elementary school.

Keywords: Integrated learning approach, picture media, conventional approach,


early age writing ability

PENDAHULUAN atau lambang yang dapat dilihat atau


Sesuai dengan Undang-Undang disepakati pemakaiannya”. Hairudin
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (dalam Garminah, 2009: 3) juga
tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengungkapkan bahwa menulis adalah
pendidikan formal terdiri atas pendidikan suatu kegiatan menuliskan lambang-
dasar, pendidikan menengah, dan lambang bunyi bahasa, memahami, serta
pendidikan tinggi. Pengenalan dunia mengartikannya. Senada dengan
pendidikan yang kompleks berawal dari pendapat sebelumnya, Arini, dkk. (2006)
jenjang pendidikan dasar yakni pada menyatakan bahwa menulis adalah suatu
bangku sekolah dasar. Pada jenjang inilah kegiatan untuk menyampaikan pesan
anak mulai diajarkan dasar-dasar yang menggunakan bahasa tulis sebagai
berbahasa, pengetahuan alam dan perantaranya.
pengetahuan umum, serta keterampilan- Berdasarkan beberapa pendapat
keterampilan sederhana yang dapat mengenai pengertian menulis di atas,
membuka wawasan mereka lebih dalam. dapat disimpulkan bahwa menulis
Hal paling mendasar yang pertama
merupakan keterampilan berbahasa yang
kali harus dimiliki seseorang untuk dapat
bersifat kompleks yang digunakan untuk
mengikuti pelaksanaan pendidikan pada
berkomunikasi secara tidak langsung
jalur formal adalah kemampuan dalam
antara penulis dan pembaca. Sejalan
berbahasa. Tanpa memiliki kemampuan
dengan pengertian menulis di atas,
berbahasa, seseorang akan sulit
menulis permulaan dapat diartikan
berkomunikasi dengan orang lain. Salah
sebagai suatu kegiatan atau cara
satu kemampuan berbahasa yang
penyampaian informasi yang dilakukan
dibutuhkan oleh seorang siswa adalah
oleh pemula dengan menggambarkan
kemampuan menulis.
lambang-lambang grafis sesuai dengan
Menulis pada dasarnya memiliki
bahasa yang dapat dimengerti orang lain.
suatu pengertian yang kompleks. Tarigan
Pembelajaran menulis permulaan
(dalam Haryadi dan Zamzani, 1996)
di kelas pada kenyataannya hanya
mengemukakan bahwa menulis adalah
berorientasi pada target menuntaskan
suatu kegiatan menurunkan atau
materi dalam kurikulum. Guru juga
melukiskan lambang-lambang grafis yang
cenderung kurang memvariasikan cara
menggambarkan suatu bahasa yang
mengajarnya dan belum memaksimalkan
dipahami oleh seseorang sehingga orang
penggunaan media pembelajaran.
lain dapat membaca lambang-lambang
Pembelajaran menulis permulaan
grafis tersebut. Pendapat lain mengenai
hendaknya dapat memberikan makna dan
pengertian menulis disampaikan oleh
pengalaman belajar kepada siswa,
Akhaidah (dalam Garminah, 2009: 3)
sehingga siswa tidak hanya belajar untuk
yang menyatakan, “menulis adalah suatu
sekedar mengetahui namun juga belajar
kegiatan penyampaian pesan dengan
untuk memahami proses menulis itu
menggunakan bahasa tulis sebagai
sendiri. Fenomena tersebut seperti halnya
simbol
yang dialami oleh siswa di sekolah-
bahwa pembelajaran terpadu pada
sekolah dasar yang termasuk dalam
dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan
Gugus IX Kecamatan Buleleng. Namun
mengajar dengan memadukan materi
pada kenyataannya, saat ini kebanyakan
beberapa mata pelajaran dalam satu
tulisan siswa kurang rapi dan sulit untuk
tema. Dengan demikian, pelaksanaan
dibaca. Ada pula beberapa siswa yang
kegiatan belajar mengajar dengan cara ini
belum bisa menulis sehingga siswa
dapat dilakukan dengan mengajarkan
tersebut tidak dapat mengikuti
beberapa materi pelajaran disajikan tiap
pembelajaran di kelas dengan baik, yang
pertemuan.
berdampak pada terhambatnya proses
Sejalan dengan uraian tersebut,
belajar siswa tersebut. Permasalahan
pembelajaran terpadu model integrated
tersebut cenderung masih banyak dialami
dapat didefinisikan sebagai pembelajaran
oleh siswa kelas II.
terpadu yang menggunakan pendekatan
Sejalan dengan uraian di atas,
antar bidang studi (Mutohir, dkk., 1996).
untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran
Model ini diusahakan dengan cara
menulis permulaan yang optimal dan
menggabungkan bidang studi dengan
efektif pada kelas rendah terutama kelas
cara menetapkan prioritas kurikuler
II di sekolah dasar, diperlukan suatu
dengan menemukan keterampilan,
pendekatan yang mampu mengaktifkan
konsep, dan sikap yang saling tumpang
siswa dalam mengikuti kegiatan
tindih di dalam beberapa bidang studi. Hal
pembelajaran. Salah satu pendekatan
serupa juga diungkapkan oleh Fogarty
yang dianjurkan pelaksanaannya bagi
(dalam Trianto, 2010: 43) yang
siswa di kelas rendah adalah pendekatan
menyatakan bahwa pembelajaran terpadu
pembelajaran terpadu yang dikenal pula
model integrated (keterpaduan) adalah
dengan pendekatan tematik. Pendekatan
tipe pembelajaran terpadu yang
pembelajaran terpadu memiliki beberapa
menggunakan pendekatan antar bidang
model yang dapat diterapkan dalam
studi, menggabungkan bidang studi
pembelajaran, sehingga kegiatan
dengan cara menetapkan prioritas
pembelajaran dalam kelas dapat lebih
kurikuler dan menemukan keterampilan,
bervariasi. Salah satu model yang
konsep dan sikap yang saling tumpang
menggabungkan beberapa mata
tindih dalam beberapa bidang studi.
pelajaran yang materinya tumpang tindih
Fokus pengintegrasian dalam
adalah pembelajaran terpadu model
pembelajaran terpadu dengan model
integrated. Model ini membantu guru
integrated ini adalah sejumlah
untuk menggabungkan beberapa materi
keterampilan belajar yang ingin dilatihkan
pelajaran yang saling berkaitan dalam
oleh guru kepada siswanya dalam suatu
satu tema. Oleh karena itu, kegiatan
unit pembelajaran, yang juga bertujuan
penelitian ini menggunakan pendekatan
untuk tercapainya materi pelajaran.
pembelajaran terpadu dengan model
Keterampilan-keterampilan belajar itu
integrated.
Pembelajaran terpadu itu sendiri meliputi keterampilan berpikir,
dapat diartikan sebagai program keterampilan sosial, dan keterampilan
pembelajaran yang dapat memberikan mengorganisir.
Pebelajar di kelas rendah pada
pengalaman belajar yang lebih bermakna
umumnya belum mampu melihat dunia
kepada siswa. Joni (dalam Trianto, 2010)
mereka secara menyeluruh dan belum
berpendapat bahwa, pembelajaran
dapat memisahkan bahan kajian yang
terpadu merupakan suatu sistem
satu dengan yang lainnya (Santyasa,
pembelajaran yang memungkinkan siswa,
2011). Berdasarkan hal itu, pendekatan
baik secara individual maupun kelompok,
pembelajaran terpadu model integrated
aktif mencari, menggali, dan menemukan
sangat tepat diterapkan pada siswa
konsep serta prinsip keilmuan secara
sekolah dasar yang tengah duduk di kelas
holistik, bermakna, dan otentik. Senada
rendah. Mutohir, dkk. (1996) menyatakan,
dengan pendapat tersebut, Sukandi
pembelajaran terpadu pada dasarnya
(dalam Trianto, 2010), mengungkapkan
merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang memadukan
beberapa
tema untuk mengaitkan beberapa mata
pembelajaran yang menolak dril sebagai
pelajaran sehingga dapat memberikan
dasar pembentukan pengetahuan dan
pengalaman belajar yang lebih bermakna
struktur intelektual anak. Pendekatan
kepada siswa. Dikatakan bermakna
pembelajaran terpadu dapat dipandang
karena dalam pembelajaran terpadu, anak
sebagai upaya untuk memperbaiki
akan memahami konsep-konsep yang
kualitas pendidikan di tingkat dasar,
mereka pelajari itu melalui pengalaman
terutama dalam rangka mengimbangi
langsung dan menghubungkannya
gejala penjejalan kurikulum yang sering
dengan konsep lain yang sudah mereka
terjadi dalam proses pembelajaran di
pahami.
sekolah.
Implementasi pendekatan
Penerapan pendekatan
pembelajaran terpadu dengan model
pembelajaran terpadu yang disertai
integrated di kelas rendah, dapat pula
dengan penggunaan media pembelajaran
membantu peserta didik untuk
yang sesuai akan membantu guru
memperoleh pengalaman langsung
menciptakan suasana belajar yang lebih
sehingga dapat menambah kekuatan
menyenangkan dan lebih bermakna bagi
peserta didik untuk menerima,
siswa. Dalam hal ini, media pembelajaran
menyimpan, dan menerapkan konsep
yang dapat mendukung pelaksanaan
yang telah dipelajarinya. Santyasa (2011:
pembelajaran terpadu menjadi lebih
211) juga mengungkapkan beberapa
efektif adalah media gambar.
alasan penting yang mendasari
Media gambar merupakan media
keefektifan penggunaan pendekatan
yang paling sederhana dan paling sering
pembelajaran terpadu di kelas rendah,
dijumpai dalam kehidupan siswa sehari-
antara lain: 1) pendekatan terpadu
hari. Subana (2000: 322) menyatakan,
merupakan pendekatan pembelajaran
“gambar merupakan media visual dua
yang menguhubungkan berbagai bidang
dimensi di atas bidang yang tidak
studi yang mencerminkan dunia nyata di
transparan”. Senada dengan pendapat
sekeliling dan dalam rentang kemampuan
tersebut, Rohani (1997: 21) menyatakan
dan perkembangan anak, 2) pembelajaran
bahwa, “media gambar adalah media
terpadu merupakan salah satu cara untuk
yang merupakan reproduksi bentuk asli
mengembangkan pengetahuan dan
dalam dua dimensi, yang berupa foto atau
keterampilan anak melalui simulas, dan 3)
lukisan”. Jadi, dapat ditarik kesimpulan
pembelajaran terpadu akan memfasilitasi
bahwa media gambar merupakan
anak untuk mampu merakit atau
perantara informasi dua dimensi di atas
mengembangkan sejumlah konsep dalam
bidang yang tidak trasparan yang
beberapa bidang studi yang berbeda,
merupakan tiruan bentuk asli dari benda-
yang memungkinkan anak dapat belajar
benda di lingkungan sekitar.
lebih baik dan bermakna. Walaupun tampak sederhana,
Selain alasan-alasan tersebut,
media gambar dapat memberikan
pendekatan pembelajaran terpadu
rangsangan yang baik terhadap rasa ingin
dengan model integrated memiliki
tahu siswa. Gambar sebagai sebuah
beberapa keunggulan yang diantaranya
media pembelajaran memiliki beberapa
adalah 1) adanya kemungkinan
manfaat. Subana (2000) mengungkapkan
pemahaman antar bidang studi, 2)
ada beberapa kelebihan gambar, antara
memotivasi siswa dalam belajar, dan 3)
lain: a) menimbulkan daya tarik pada diri
memberikan perhatian pada berbagai
siswa, b) mempermudah
bidang pelajaran yang peting dalam satu
pengertian/pemahaman siswa, c)
waktu, sehingga guru tidak perlu
memudahkan penjelasan yang sifatnya
mengulang materi yang tumpang tindih
abstrak sehingga siswa lebih mudah
(Trianto, 2010).
memahami apa yang dimaksud, d)
Pembelajaran terpadu dengan
memperjelas bagian-bagian yang penting,
model integrated juga diyakini sebagai
dan e) menyingkat suatu uraian.
pendekatan yang berorientasi pada
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh
praktik pembelajaran yang sesuai dengan
Levie & Levie (dalam Arsyad, 2007) yang
kebutuhan perkembangan anak.
menyatakan bahwa belajar melalui
Pendekatan ini berangkat dari teori
stimulus gambar
atau visual akan membuahkan hasil
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas
kemampuan menulis permulaan siswa.
seperti mengingat, mengenali, mengingat
Populasi dalam penelitian ini
kembali, dan menghubung-hubungkan
berjumlah 228 orang siswa. Untuk
fakta dan konsep. Oleh karena itu,
menentukan sampel penelitian, terlebih
dengan memadukan pendekatan
dahulu dilakukan pengujian kesetaraan
pembelajaran terpadu dengan bantuan
untuk mengetahui kesamaan atau
media gambar, kegiatan pembelajaran
kesetaraan kemampuan siswa di masing-
menulis permulaan akan menjadi lebih
masing sekolah. Langkah yang dilakukan
menyenangkan bagi siswa.
untuk menguji kesetaraan yaitu dengan
Berdasarkan uraian di atas, tujuan menganalisis nilai ulangan umum
penelitian ini terfokus pada tiga hal, yaitu: semester I menggunakan rumus uji-t
1) untuk mendeskripsikan kemampuan separated varians. Setelah diperoleh hasil
menulis permulaan siswa yang mengikuti uji kesetaraan, sampel penelitian
pembelajaran dengan menggunakan kemudian dipilih dengan cara pengundian
pendekatan pembelajaran terpadu yang menerapkan teknik random
berbantuan media gambar, 2) untuk sampling.
mendeskripsikan kemampuan menulis
Berdasarkan hasil pengundian
permulaan siswa yang mengikuti
dengan teknik random sampling yang
pembelajaran dengan menggunakan
dilakukan, diperoleh sampel penelitian
pendekatan konvensional, dan 3) untuk
siswa kelas IIA SD No. 1 Astina yang
mengetahui perbedaan kemampuan
berjumlah 23 orang sebagai kelompok
menulis permulaan siswa yang mengikuti
eksperimen dan siswa kelas IIB yang
pembelajaran dengan pendekatan
berjumlah 28 orang sebagai kelompok
pembelajaran terpadu berbantuan media
kontrol. Jumlah keseluruhan sampel
gambar dengan siswa yang mengikuti
adalah 51 orang.
pembelajaran dengan menggunakan
Data penelitian bersumber dari
pendekatan konvensional pada siswa
perolehan skor kemampuan menulis
kelas II SD di Gugus IX Kecamatan
permulaan siswa yang diperoleh melalui
Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013.
tes kinerja kemampuan menulis
permulaan yang telah divalidasi baik
METODE
secara isi maupun butir. Tes kinerja yang
Penelitian ini merupakan penelitian
digunakan dalam penelitian ini berbentuk
eksperimen semu. Rancangan penelitian
soal-soal essay yang kemudian
yang digunakan ialah Post-test Only
dikerjakan secara individu oleh siswa.
Control Group Design. Penelitian ini
Data hasil penelitian yang telah diperoleh
melibatkan masing-masing satu variabel
selanjutnya dianalisis dengan teknik
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
analisis deskriptif dan inferensial (uji-t).
dalam penelitian ini adalah pendekatan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dimaksud adalah pendekatan
HASIL
pembelajaran terpadu berbantuan media
Data kemampuan menulis
gambar yang diterapkan pada
permulaan siswa yang telah dianalisis
pembelajaran di kelompok eksperimen
dengan menggunakan analisis statistik
dan pendekatan pembelajaran
deskriptif dapat disajikan pada Tabel 1
konvensional yang diterapkan pada
berikut ini.
pembelajaran di kelompok kontrol.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Kemampuan Menulis Permulaan Siswa

Kelompok Mean Median Modus


Eksperimen 88,78 88,79 89,64

Kontrol 75,86 74,62 72,66


Berdasarkan Tabel 1, dapat
diketahui bahwa skor rata-rata
kemampuan menulis permulaan siswa
kelompok eksperimen berada pada
kategori sangat tinggi (M = 88,78),
sedangkan skor rata-rata kelompok
kontrol berada pada kategori tinggi
(75,86). Secara deskriptif data tersebut
menunjukkan perbedaan kemampuan
menulis permulaan yang signifikan dari
kedua kelompok siswa. Sehingga dapat
diinterpretasikan bahwa pengaruh
pendekatan pembelajaran terpadu
berbantuan media gambar lebih baik
Md = 74,62 M = 75,86
daripada pendekatan konvensional
terhadap kemampuan menulis permulaan
siswa kelas II di Gugus IX Kecamatan Mo = 72,66
Buleleng.
Selanjutnya, hasil analisis data Gambar 2. Kurva Poligon Siswa
deskriptif dari masing-masing kelompok Kelompok Kontrol
tersebut disajikan ke dalam kurva poligon
seperti pada Gambar 1 dan 2. Gambar 2 di atas menunjukkan
bahwa mean lebih besar dari median dan
median lebih besar dari modus
(M>Md>Mo). Hal tersebut menunjukkan
bahwa, kurva di atas adalah kurva juling
positif yang berarti sebagian besar skor
kemampuan menulis permulaan siswa
cenderung rendah.
Berdasarkan uraian tersebut,
dapat diinterpretasikan bahwa
kemampuan menulis permulaan
kelompok siswa yang diberi perlakuan
dengan penerapan pendekatan
pembelajaran terpadu berbantuan media
gambar lebih baik dibandingkan dengan
Md = 88,79 M = 88,78 kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan
Mo = 89,64 konvensional.
Gambar 1. Kurva Poligon Siswa Kelompok Sesuai ketentuan yang berlaku,
Eksperimen sebelum pengujian hipotesis dilakukan
terlebih dahulu dilakukan pengujian
Gambar 1 tersebut menunjukkan normalitas dan homogenitas data.
bahwa modus lebih besar dari median Berdasarkan hasil pengujian diketahui
dan median lebih besar dari mean bahwa sebaran data kedua kelompok
(Mo>Md>M). Hal tersebut menunjukkan berdistribusi normal dan varians data
bahwa, kurva di atas adalah kurva juling kedua kelompok homogen. Oleh karena
negatif yang berarti sebagian besar skor itu, pengujian hipotesis dapat dilakukan
kemampuan menulis permulaan yang dengan menggunakan uji-t independent
diperoleh siswa cenderung tinggi. sampel. Hasil perhitungan uji-t dengan
rumus polled varians secara terperinci
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Uji-t

Data Kelompok N M s2 db thit ttab


(t.s. Ket.
Eksperimen 23 88,78 33,45 49 5%)
Kemampuan menulis permulaan
Kontrol 28 75,86 39,83 49 7,562,000Signifikan

Keterangan:
N = jumlah siswa
M = Mean
s2 = varians
db = derajat kebebasan

Berdasarkan Tabel 2 di atas disampaikan dalam kegiatan


diketahui bahwa thitung sebesar 7,56 pembelajaran lebih banyak dituangkan
sedangkan besarnya ttabel pada taraf dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
signifikansi 5% adalah 2,000. Sesuai dikerjakan baik secara individu maupun
kriteria pengujian hipotesis yang telah berkelompok. Langkah-langkah
diajukan, diketahui thitung > ttabel yang berarti pembelajaran yang dilalui dalam
terdapat perbedaan kemampuan menulis pembelajaran yang menerapkan
permulaan yang signifikan antara pendekatan pembelajaran terpadu
kelompok siswa yang mengukuti berbantuan media gambar ini terdiri dari
pendekatan pembelajaran terpadu empat fase, yaitu: 1) fase menyampaikan
berbantuan media gambar dengan tujuan pembelajaran, 2) fase apersepsi, 3)
kelompok siswa yang mengikuti fase pembahasan tema, dan 4) fase
pendekatan konvensional. Ini melaksanakan tindak lanjut pembelajaran
menunjukkan diterapkannya pendekatan dengan pemberian tugas.
pembelajaran terpadu berbantuan media Fase pertama yang dilalui pada
gambar berpengaruh signifikan terhadap kegiatan pembelajaran yang menerapkan
kemampuan menulis permulaan siswa pendekatan pembelajaran terpadu
kelas II SD. berbantuan media gambar adalah
penyampaian tujuan pembelajaran. Pada
PEMBAHASAN
fase ini guru menyampaikan tujuan-tujuan
Perbedaan kemampuan menulis
pembelajaran yang hendak dicapai dalam
permulaan yang signifikan antara kedua
setiap kegiatan pembelajaran. Pada fase
kelompok siswa dalam penelitian ini
ini pula guru menyampaikan tema
adalah pengaruh dari perbedaan
pembelajaran yang akan dipelajari oleh
pemberian perlakuan dalam langkah-
siswa. Hal ini bertujuan untuk membantu
langkah serta proses pembelajaran yang
siswa agar siap mengikuti kegiatan
dilalui. Pembelajaran yang dilalui oleh
pembelajaran. Adanya kesiapan siswa
kelompok siswa di kelas eksperimen
untuk menerima dan mengikuti kegiatan
menggunakan pendekatan pembelajaran
pembelajaran akan mempengaruhi
terpadu dengan model integrated
jalannya proses pembelajaran. Pada fase
berbantuan media gambar yang di
ke dua yang merupakan fase apersepsi,
dalamnya menekankan keaktifan siswa
guru mengajukan pertanyaan tentang
dalam setiap kegiatan pembelajaran.
bahan pelajaran yang telah dipelajari
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran
pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan ini
dengan menerapkan pendekatan
berfungsi untuk mengaitkan pengetahuan
pembelajaran terpadu berbantuan media
siswa mengenai materi sebelumnya
gambar adalah sebagai seorang fasilitator
dengan materi yang akan dipelajari pada
dan motivator. Materi pembelajaran yang
kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Dengan demikian, siswa dapat
siswa dalam fase ini akan membiasakan
membangun suatu hubungan antara
siswa berlatih menulis sehingga siswa
materi sebelumnya dengan materi yang
akan terbiasa menulis dengan rapi. Hal ini
akan dipelajari kemudian.
dikarenakan kemampuan menulis tidak
Selanjutnya pada fase yang ke
dapat diperoleh secara alami, melainkan
tiga, yang merupakan fase pembahasan
harus dipelajari dan dilatih (Dibia, dkk.,
tema, guru bersama siswa membahas
2005). Fase ini diakhiri dengan pemberian
tema yang telah disampaikan
evaluasi kepada siswa dan juga
sebelumnya. Pada tahap ini, sesuai
penyampaian materi pada pertemuan
dengan media yang digunakan untuk
selanjutnya.
membantu pelaksanaan pembelajaran,
Berbeda halnya dengan
guru menampilkan gambar- gambar yang
pembelajaran dengan menerapkan
berhubungan dengan tema pembelajaran.
pendekatan pembelajaran terpadu
Tahap ini merupakan tahap yang
berbantuan media gambar, pembelajaran
menekankan keaktifan siswa untuk
pada kelompok kontrol yang menerapkan
mengungkapkan segala pengetahuan
pendekatan konvensional lebih banyak
siswa mengenai tema yang dipelajari.
didominasi oleh aktivitas guru. Siswa
Guru menjadi fasilitator untuk
hanya mendengarkan penjelasan-
mengarahkan pikiran siswa melalui
penjelasan dari guru mengenai materi
pertanyaan-pertanyaan yang
pelajaran. Pelajaran di kelas pun tidak
berhubungan dengan tema. Hal ini
dilaksanakan dengan menghubung-
sejalan dengan prinsip kedua dari
hubungkan materi pelajaran satu dengan
pembelajaran terpadu yaitu prinsip
pelajaran lain, sehingga siswa hanya
pengelolaan pembelajaran, yang di
mempelajari satu materi dari satu mata
dalamnya menyatakan bahwa
pelajaran. Hal ini sangat bertolak
pembelajaran dapat optimal apabila guru
belakang dengan karakteristik siswa
mampu menempatkan diri sebagai
sekolah dasar terutama di kelas rendah.
fasilitator dan mediator dalam proses
Siswa sekolah dasar di kelas rendah pada
pembelajaran. Dengan kata lain, siswalah
umumnya memiliki karakteristik
yang lebih dominan dalam setiap kegiatan
mempersepsi dunianya sebagai suatu hal
pembelajaran (Trianto, 2010). Hadirnya
yang utuh, sehingga hal-hal yang terpisah
media gambar sebagai pendukung dalam
tidak bermakna bagi mereka (Abbas,
kegiatan pembelajaran dapat digunakan
2006). Ini berarti bahwa siswa yang duduk
sesuai dengan manfaatnya yang antara
di kelas rendah belum mampu melihat
lain sebagai penarik perhatian siswa,
dunia mereka secara menyeluruh dan
mempermudah pengertian/pemahaman
belum dapat memisahkan bahan kajian
siswa, memudahkan penjelasan yang
yang satu dengan yang lainnya. Pada
sifatnya abstrak, memperjelas bagian-
kegiatan pembelajaran dengan
bagian yang penting, dan menyingkat
menggunakan pendekatan konvensional
suatu uraian (Subana, 2000).
Fase terakhir dalam kegiatan ini, siswa menjadi pendengar yang pasif
pembelajaran ini adalah fase karena semua materi disampaikan oleh
melaksanakan tindak lanjut pembelajaran guru. Siswa juga tidak dibiasakan untuk
dengan pemberian tugas. Kegiatan siswa berlatih menulis dalam kegiatan
pada fase ini adalah mengerjakan LKS pembelajaran. Selain itu, kegiatan
yang telah disiapkan guru. Materi yang pembelajaran di kelas ini tidak didukung
dituangkan dalam LKS adalah materi- dengan media pembelajaran. Pada akhir
materi pelajaran yang sesuai dengan pembelajaran barulah guru memberikan
tema pembelajaran. Pada fase inilah guru evaluasi berupa tes tertulis yang harus
berperan penuh menjadi pembimbing atau dikerjakan oleh siswa.
Perbedaan perlakuan antara
fasilitator bagi siswa. LKS yang diberikan
pembelajaran yang menerapkan
kepada siswa menekankan pada aktivitas
pendekatan pembelajaran terpadu
menulis permulaan siswa. Kegiatan ini
berbantuan media gambar dengan
akan membantu untuk meningkatkan
pembelajaran yang menerapkan
kemampuan menulis permulaan siswa.
Aktivitas menulis yang dilakukan oleh
pendekatan konvensional tentunya
pembelajaran terpadu yang
memberikan dampak yang berbeda pula
dikembangkan dalam penelitian ini
terhadap kemampuan menulis permulaan
nampak memiliki keunggulan secara
siswa. Penerapan pendekatan
komparatif dibandingkan
pembelajaran terpadu dalam
dengan pendekatan pembelajaran
pembelajaran lebih banyak melatih siswa
konvensional. Keunggulan kemampuan
menulis sesuai dengan bentuk dan ukuran
menulis permulaan siswa kelompok
huruf yang tepat, sehingga tulisan siswa
eksperimen dibandingkan dengan
menjadi lebih mudah dibaca dan lebih
kelompok kontrol yang ditunjukkan
terlihat rapi. Siswa juga dapat mengamati
dengan rata-rata perolehan skor
secara langsung topik atau tema-tema
pascates, mengindikasikan bahwa telah
yang dipelajari dengan dibantu oleh
terjadi integrasi pendekatan dengan
media gambar, sehingga pembelajaran
komponen pembelajaran lainnya yang
akan menjadi lebih menarik,
bermuara pada meningkatnya
menyenangkan, bermakna, serta siswa
kemampuan menulis permulaan siswa.
dapat mempelajari materi pelajaran yang
beragam hanya dengan satu tema yang SIMPULAN
ditampilkan. Siswa menjadi lebih leluasa Berdasarkan analisis data seperti
mengembangkan pikiran mereka tentang yang telah dipaparkan pada bagian
berbagai hal yang berkaitan dengan tema sebelumnya, diperoleh temuan sebagai
yang dipelajari. Dengan demikian, berikut. 1) Hasil analisis data kemampuan
kemampuan menulis permulaan siswa menulis permulaan siswa kelompok
yang diberi perlakuan dengan pendekatan ekperimen menunjukkan sebagian besar
pembelajaran terpadu berbantuan media skor yang diperoleh siswa cenderung
gambar lebih baik dibandingkan dengan tinggi. Hal ini dibuktikan dari perolehan
siswa yang diajarkan dengan pendekatan skor rata-rata (M) mencapai 88,78. 2)
konvensional. Hasil analisis data kemampuan menulis
Hasil penelitian ini didukung pula
permulaan siswa kelompok kontrol
oleh beberapa penelitian tentang
menunjukkan sebagian besar skor yang
penerapan pendekatan pembelajaran
diperoleh siswa cenderung rendah. Hal ini
terpadu. Asrini (2010) melakukan sebuah
dibuktikan dari perolehan skor rata-rata
penelitian tindakan kelas yang
(M) mencapai 75,86. 3) Berdasarkan hasil
memperoleh hasil bahwa terjadi
perhitungan uji-t, diperoleh thit sebesar
peningkatan kemampuan dan aktivitas
7,56, sedangkan ttab dengan db= 49 dan
menulis permulaan siswa dengan
taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Ini
diterapkannya pendekatan pembelajaran
berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab),
terpadu. Penelitian serupa juga dilakukan
sehingga dapat diinterpretasikan bahwa
oleh Ruswan (2012) yang menunjukkan
terdapat perbedaan kemampuan menulis
hasil bahwa proses pembelajaran yang
permulaan yang signifikan antara
terjadi di kelas 4 SDN Nagri Kaler 2
kelompok siswa yang mengikuti
Purwakarta dengan penerapan
pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran terpadu model webbed
pembelajaran terpadu berbantuan media
dapat meningkatkan aktivitas siswa dan
gambar dengan kelompok siswa yang
hasil belajar siswa. Setiamihardja (2009)
mengikuti pembelajaran dengan
juga melakukan penelitian yang
pendekatan konvensional pada siswa
memperoleh hasil bahwa pendekatan
kelas II di Gugus IX Kecamatan Buleleng
tematik dapat meningkatkan hasil belajar
Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan
beberapa mata pelajaran sekaligus, yakni
temuan yang diperoleh, maka dapat
hasil belajar IPA, Bahasa Indonesia,
dinyatakan bahwa, pendekatan
Matematika, IPS, dan KTK.
Berdasarkan interpretasi temuan- pembelajaran berpengaruh signifikan
temuan penelitian di atas, khususnya terhadap kemampuan menulis permulaan
mengenai diterapkannya pendekatan siswa sekolah dasar.
Sejalan dengan temuan tersebut,
pembelajaran terpadu, pendekatan
dapat disarankan beberapa hal sebagai
berikut. 1) Guru hendaknya lebih giat
mengarahkan siswa untuk rajin berlatih
Guru Sekolah Dasar, Undiksha
menulis dengan memanfaatkan
Singaraja.
lingkungan anak sebagai bahan tulisan
dan memberikan motivasi agar siswa
Dibia, I. K., dkk. 2005. Pendidikan Bahasa
terbiasa menulis dengan rapi dan sesuai
dan Sastra Indonesia di Kelas
dengan bentuk huruf yang telah
Rendah Berorientasi pada
ditentukan. 2) Guru juga sebaiknya lebih
Kurikulum 2004. Singaraja: Institut
berinovasi dalam pembelajaran dengan
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
menerapkan suatu pendekaran
Negeri Singaraja.
pembelajaran yang inovatif dan didukung
dengan media pembelajaran yang relevan
Garminah, N. N. 2009. Pembelajaran
dan menarik untuk dapat meningkatkan
Keterampilan Berbahasa
kemampuan menulis permulaan serta
Indonesia. Singaraja: Universitas
hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Ganesha.
lainnya. 3) Bagi sekolah yang sebagian
besar siswanya mengalami masalah
Haryadi dan Zamzani. 1996. Peningkatan
dalam kemampuan menulis permulaan,
Keterampilan Berbahasa
pendekatan pembelajaran terpadu
Indonesia. Yogyakarta:
berbantuan media gambar ini dapat
Departemen Pendidikan dan
dijadikan suatu alternatif untuk
Kebudayaan Direktorat Jenderal
diimplementasikan dalam kegiatan
Pendidikan Tinggi.
pembelajaran menulis permulaan,
mengingat karakteristik siswa yang
menyukai hal-hal yang menarik perhatian Rohani, A. 1997. Media Instruksional
mereka dan dapat menyalurkan rasa ingin Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
tahu mereka di kelas. Dengan demikian
kemampuan menulis siswa akan dapat Ruswan, A. 2012. Penerapan
tercapai secara optimal. Pembelajaran Terpadu Model
Webbed dengan Metode Diskusi
DAFTAR RUJUKAN Kelompok untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Sekolah
Abbas, S. 2006. Pembelajaran Bahasa Dasar. Portal Jurnal Universitas
Idonesia di Kelas Rendah Pendidikan Indonesia (Online), 6
(Suplemen Materi Ajar). Singaraja: (2), (http:// jurnal. upi. edu/ md/
Pendidikan Dasar FIP IKIP Negeri view/ 1121/ penerapan-
Singaraja. pembelajaran- terpadu- model-
webbed- dengan- metode- diskusi-
Arini, N. W. dkk. 2006. Peningkatan kelompok- untuk- meningkatkan-
Keterampilan Berbahasa prestasi- belajar- siswa- sekolah-
Indonesia Berbasis Kompetensi dasar.html, diakses tanggal 14 Mei
(Buku Ajar). Singaraja: Universitas 2013).
Pendidikan Ganesha.
Santyasa, I W. 2011. Pembelajaran
Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Inovatif (Bahan Ajar). Singaraja:
Jakarta: Rajawali Pers. Universitas Pendidikan Ganesha.

Asrini, D. N. S. 2010. Penerapan Setiamihardja, R. 2009. “Pendekatan


Pendekatan Integrated untuk Tematik di Kelas I Sekolah Dasar”.
Meningkatkan Kemampuan dan Jurnal Pendidikan Dasar, Nomor
Aktivitas Menulis Permulaan pada 11 (hlm. 42-46).
Siswa Kelas I SD No 12 Dauh Puri
Subana, M. dan Sunarti. 2000. Strategi
Kecamatan Denpasar Barat Tahun
Belajar Mengajar Bahasa
Pelajaran 2009/2010. Skripsi (tidak
Indonesia (Berbagai Pendekatan,
diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Metode Teknik dan Media
Pengajaran). Bandung: Pustaka
Setia.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran


Terpadu (Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam
Kurukulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)). Jakarta: Bumi
Aksara.

Mutohir, dkk. 1996. Pembelajaran


Terpadu D-II PGSD dan S-2
Pendidikan Dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Dirjen Dikti.

Anda mungkin juga menyukai