Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT PADA PASIEN TRAUMA MUSKULOSKELETAL

Disusun Oleh :

1. Yunneta Amelia (2003038)

2. Fadila Hima A.R ( 2003016)

3. Jesika Dita Cahyani (2003021)

4. Rifkhatul Khasanah (2003030)

S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

karunianya kami dapat menyelesaikan makalah askep yang berjudul Askep gawat darurat

pada pasien Trauma Muskuloskeletal tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.

Meskipun banyak hambatan yang saya alami dalam proses pembuatan makalah ini, namun

saya mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Jika dalam makalah ini masih

banyak kekurangan dan masalah, maka saya memohon maaf. Saya menyadari bahwa

makalah saya jauh dari kesempurnaan. Lebih dan kurangnya saya ucapkan terimakasih.

Semarang, 14 Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................................................

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................

C. Tujuan...................................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................

A. Definisi.................................................................................................................................

BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT........................................

A. Pengkajian.............................................................................................................................

B. Pemeriksaan Fisik.................................................................................................................

C. Diagnosis Keperawatan........................................................................................................

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN TRAUMA


MUSKULOSKELETAL...............................................................................................................

A. PENGKAJIAN...................................................................................................................

B. ANALISA DATA...............................................................................................................

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................................

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN...................................................................

E. IMPLEMENTASI...............................................................................................................

F. EVALUASI........................................................................................................................

BAB V...........................................................................................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................................................

B. Saran...................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA21

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluhan pada sistem muskuloskeletal telah menjadi trend penyakit terbaru
berkaitan dengan pekerjaan di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun
negara industri (Chung, 2013). Keluhan muskuloskeletal atau Musculoskeletal
Disorder (MSDs) bersifat kronis, disebabkan adanya kerusakan pada tendon, otot,
ligament, sendi, saraf, kartilago, atau spinal disc biasanya menimbulkan rasa tidak
nyaman, nyeri, gatal dan pelemahan fungsi. Keluhan ini dipicu oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah faktor pekerjaan contohnya peregangan otot berlebih, postur
kerja yang tidak alamiah, gerakan repetitif, dan lingkungan seperti getaran, tekanan
dan mikroklimat (Tarwaka, 2013). Pada tahun 2007, perawat di Amerika Serikat
menduduki peringkat ketujuh diantara seluruh pekerja yang menderita MSDs, dan
insiden cedera muskuloskeletal 4.62/100 perawat per tahun (Shafiezadeh, 2011). Data
dari The Taiwan National Health Insurance Research Database selama tahun 2004 –
2010, dari 3914 perawat, 3004 orang perawat menderita MSDs (76.24%). Namun
keterangan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, di Indonesia
belum terdapat data yang signifikan sehubungan bahaya di rumah sakit khususnya
keluhan muskuloskeletal. Sedangkan, literatur dan penelitian sebelumnya lebih
banyak dilakukan pada pekerja industri. Shafiezadeh (2011) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa diantara petugas kesehatan yang bekerja di rumah sakit, perawat
memiliki tingkat resiko tertinggi terhadap keluhan muskuloskeletal karena mereka
merupakan kelompok terbesar yang bekerja di rumah sakit. Perawat memberikan
pelayanan keperawatan selama 24 jam penuh terlebih perawat Instalasi Gawat Darurat
(IGD).
Perawat IGD dituntut memberikan pelayanan secara sigap, cermat, cekatan
serta tepat baik untuk klien maupun keluarga sesuai dengan standart operasional
prosedur (SOP) yang telah ditentukan. Dalam penelitian Kasmarani (2012)
menemukan bahwa tingkat beban kerja mental 70,1 % berpengaruh pada stress kerja
perawat IGD. Dewi (2008) mengungkap bahwa perawat IGD yang bekerja pada shift
pagi dan sore memiliki kecenderungan lebih tinggi terhadap terjadinya keluhan
muskuloskeletal dikarenakan kompleksitas perkerjaan. Perawat tidak hanya
melakukan tugas utama yang berkaitan dengan proses keperawatan seperti

1
memindahkan klien, membalikkan posisi tubuh klien, mendorong tempat tidur,
memasang alat infus, nebulizer, melakukan resusitasi jantung, membersihkan luka,
melakukan EKG dll, namun mereka juga memiliki tugas tambahan administratif yang
berlangsung setiap hari seperti menulis, memasukkan dan mengolah data klien.
Perawat IGD banyak melakukan aktivitasnya dengan posisi berdiri static yang dapat
mengakibatkan nyeri punggung dan kelelahan, selain itu posisi membungkuk dan
memutar saat perawat mengambil peralatan yang dilakukan berulang – ulang, posisi
leher yang menekuk ke bawah, samping, dan memutar, posisi bahu yang naik, siku
yang selalu fleksi, pergelangan tangan yang fleksi dan ekstensi serta lutut yang fleksi
sangat berisiko terjadinya keluhan muskuloskeletal (Selvianti, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi penyebab dari trauma muskuloskeletal
2. Mengetahui apa saja manisfestasi klinis trauma muskuloskeletal
3. Mengetahui apa saja patofisiologi dari trauma

C. Tujuan
1. Menganalisa faktor – faktor yang mempengaruhi keluhan muskuloskeletal
2. Agar mampu memahami apa saja manifestasi klinis dari traumamusculoskeletal
3. Agar mampu memahami patofisiologi dari trauma musculoskeletal
4. Agar mampu memahami Klasifikasi dari trauma musculoskeletal

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
1. Pengertian
Sistem musculoskeletal merupakan sistem yang terdiri dari otot,
tulang,tendon, ligament kartilago, facia dan brusae serta persendian. Trauma inisering
terjadi pada pasien yang dating ke unit gawat daruratan dengan berbagai keluhan dan
merasa sakit dalam pemeriksaan terdapat memilikiketegangan pada tendon ataukesleo
(ligament ), fraktur, cidera muskulolainnya dan dislokasi (Alsheihly and Alsheikhly)

Trauma merupakankeadaan ketika mengalami cedera sehingga mengakibatkan


trauma yangdisebabkan sering terjadi adalah kecelakaan lalu lintas, olahraga, industri,
dan pekerjaan rumah tangga. Trauma musculoskeletal kondisi dimana
seorangmengalami cedera atau trauma pada system muskoloskeletal
yangmengakibatkan disfungsi di bagian struktur di sekitarnya dan pada bagianyang
dilindungi dan penyangganya (Wijaya, 2019, p. 204)

2. Etiologi

Faktur dapat terjadi karena beberapa penyebab antara lain Helmi (2012) adalah:

a. Fraktur akibat peristiwa traumatic disebabkan trauma yang tiba-tiba mengenai tulang
yang sangar keras
b. Fakturpatologis disebabkan adanya kelainan tulang keliana, patologis di dalam tulang
Fraktur stressDisebabkan oleh trauma yang terus menerus

3. Klasifikasi

Klasifikasi trauma muskoloskeletal dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Trauma jaringan lunak

Jaringan lunak merupakan semua jaringan yang ada pada tubuh kecualitulang.
Trauma ini mencangkup otot, pembuluh darah, kulit, tedon,ligament, dan saraf.
Trauma ini dibedakan dari yang ringan seperti lututtergores, hingga kritis yaitu
mencakup perdarahan internal, yangmelibatkan kulit dan otot-otot.

b. Faktur 

3
Patah tulang mengakibatkan gangguan tulang parsial atau total.Faktur diklasifikasi
menjadi 2 yaitu :

 Faktur tertutup adalah dimana tulang patah penetrasi kulit atau koneksidengan
permukaan luar
  Faktur terbuka adalah dimana luka pada kulit atau jaringan ikatdi atasnya ada
paparan dari patah tulang
c. Dislokasi

Dislokasi adalah perpindahan dari tulang pada sendi yang mengakibatkantidak


normalnya ligament sekitar sendi. Ketika ada pemisahan abnormal pada sendi dimana
dua atau lebih tulang bertemu.Gejala dislokasi yaitu :

 Gerak terbatas bahkan hilang


 Nyeri saat bergerak
 Mati rasa di sekitar aread.Parathesia dan perasaan geli di bagian badan
4. Patofisiologi
Fraktur terjadi ketika interupsi dari kontinuitas tulang, biasanyadisertai cidera
jaringan sekitar ligament, otot, tendon, pembuluh darah, dan persyarafan.
Tulang yang sudah rusak mengakibatkan periosteum pembuluhdarah pada
korteks dan sumsum tulang, proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera dan
tahap awal pembentukan tulang berbeda dengan jaringan lainya, tulang
mengalami regenerasi tanpa menimbulkan bekas luka.
5. Manifestasi Klinis
a. Fraktur
Deformitas
Pembengkakkan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas
pada lokasi fraktur. Deformitas merupakan perubahan bentuk,
pergerakan tulang menjadi memendek di karena kuatnya tarikan otot-
otot ekstermitas.
(Joyce M Black, 2014)
Nyeri
Nyeri biasanya terus menerus akan menigkat jika fraktur tidak
diimobilisasi. (Brunner, 2001)
Pembengkakkan atau edema

4
Edema terjadi akibat akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur
sertaekstravasasi cairan serosa pada lokasi fraktur ekstravasi darahke
jaringan sekitar.
Hematom atau memar 
Memar biasanya terjadi di karena perdarahan subkutan pada
lokasifraktur. Kehilangan fungsi dan kelainan gerak. (Joyce M Black,
2014)
b. Straina
 Nyeri 
 Kelemahan otot
 Pada sprain parah, otot atau tendon mengalami ruptur secara
parsialatau komplet bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan pasien
akibathilangya fungsi otot. (Joyce M Black, 2014)
c. Spraina
 Adanya robekan pada ligamen 
 Nyeric
 Hematoma atau memar. (Joyce M Black, 2014)
6. Pemeriksaan Penunjang
 X-ray menentukan lokasi atau luasnya fraktur 
 Scan tulang : mempelihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasikerusaka
n jaringan lunak 
 Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakanvaskule
r pada perdar
ahan; penigkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan
 Kretinin : trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk kliens ginjal
 Profil koagulas : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusidarah atau cedera. (Amin Huda Nurarif, 2015)
7. Penatalaksanaan
a. Fraktur 
 Imobilisasi
Imobilisasi bisa dilakukan dengan metode eksternal dan
internal,mempertahankan dan mengembalikan fungsi status
neurovaskuler selalu dipantau diantaranya, nyeri, peredaran darah,
perabaan dangerakan. Perkiraan waktu untuk imobilisasi yang

5
dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah
sekitar 3 bulan. (Amin Huda Nurarif, 2015).
b. Reduksi
Langkah pertama dalam penanganan fraktur yang bergeser adalah reduksi.
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang padakesejajarannya
dan rotasi. Reduksi adalah manipulasi tulang untuk mengembalikan kelerusan,
posisi dan panjang dengan mengembalikan fragmen tulang sedekat mungkin
serta tidak semua fraktur harus direduksi. (Joyce M Black, 2014). Reduksi
terbagi atas dua bagian,yaitu :
 Reduksi Tertutup
Tertutup reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen
tulangke posisinya (ujung ujungnya saling berhubungan) dengan
manipulasi dan traksi manual. Reduksi tertutup harus segera dilakukan
agar dapat menimalkan efek deformitas dari cedera tersebut. (Brunner,
2001)
 Reduksi terbuka
Reduksi terbuka adalah prosedur bedah dimana fragmen fraktur
diluruskan/disejajarkan. Reduksi terbuka sering kali dikombinasikan
dengan fiksasi internal untuk fraktur femur dan sendi. Alat fiksasi
internal dalam bentuk pin, sekrup, plat, kawat, paku atau batangan
logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang. (Brunner, 2001)

6
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. Pengkajian
1. Anamnesis

Pengkajian ini sangatlah penting untuk mengetahui apakah penderita


mengalami cedera dibagian ekstremitas atau tidak dan mekanisme trauma pun bisa
menyebabkan cedera dibagian ektremitas yang tampak tidak jelas pada pemeriksaan
awal. Anamesa ini dilakukan pada saat korban sadar dan apabila korban tidak
memiliki riwayat trauma maka dapat dikatakan korban mengalami fraktur patologis.

Jika penolong cukup banyak, anamesa dapat dilakukan bersamaan dengan


primary survey. Apabila penolong terbatas tidak dianjurkan untuk melaukan
anamnesa sebelum penolong memeriksa adanya gangguan airway, breathing, dan
sirkulasi serta mengatasinya. Pada saat pengkajian trauma harus diperjelas kapan
terjadinya trauma, trauma berada dibagian mana, jenis trauma, arah trauma, berat
ringanya trauma, dan ekstremitas yang bersangkutan atau bagian tubuh pasien yang
terkenatrauma. Kemudian periksa kembali bagian trauma ditempat lain secarasistemik
mulai dari kepala, muka, leher, dada dan perut.

Berikut bagian-bagian cedera yang dapat menyebabkan trauma yaitu :

a) Cedera dibagian kaki pada saat jatuh dari ketinggian sehinggamenyebabkan
fraktur lumbal. 
b) Cedera dibagian lutut pada saat posisi duduk dapat disertai cedera dibagian
sendi panggul begitupun sebaliknya.
c) Cedera dibagian engkel dapat disertai cedera dibagian fibula proksimal.
d) Cedera dibagian bahu harus dilakukan dengan teliti karena cedera dibagian ini
dapat menyebabkan cedera pada bagian leher dan dada.
e) Biasanya ketika penderita mengalami fraktur pelvis , maka pendeirita akan
mengalami kehilagan banyak darah dan ketika di diagnosis penolong harus
memikirkan kemungkinan terjadinya syok dan pemberian terapi yang tepat
untuk diberikan

2. Pemeriksaan Umum

7
Pada saat pemeriksaan survei primer , pemeriksaan yang kita lakukan harus
terfokus, apakah ada fraktur dibagian tulang pelvis serta tulang besar lainya dan kita
juga perlu mengontrol perdarahan. Pada saat pemeriksaan sekunder yang perlu
dilakukan adalah:

a) Inspeksi (look): Raut wajah penderita, Lihat kulit, Jaringan lunak, Cara
berjalan, duduk, tidur, Tulang dan Sendi. Mencari deformitas, memar,
pembengkakan dan luka terbuka. 
b) Palpasi (Feel): Suhu kulit dingin atau panas, adakah spasame otot,denyut nadi
teraba atau tidak, nyeri tekan saat disentuh dan rasakanarea yang cedera untuk
memeriksa adakah deformitas.
c) Kekuatan otot (Power): Grade 0,1,2,3,4,5 (Lumpuh S/D Normal)
d) Pergerakan (Move): Penilaian dilakukan untuk mengetahui adanya Range Of
Motion (ROM), Pergerakan sendi: Adduksi, Ekstensi,Fleksi, dan lain-lain.
Apabila terjadinya fraktur tidak boleh dilakukansebelum diberikan fiksasi
yang tepat.
e) Pengkajian ini dilakukan menggunakan 5 P:
 Pain (PQRST)
 Pulse
 Polor (Warna)
 Paralisis
 Parasetesia

Kemudian mencari adanya kemungkinan komplikasi umum sepertisyok pada Fraktur


pelvis, Fraktur multiple, Fraktur terbuka: Tanda-tanda sepsis pada Fraktur terbuka
yang mengalami infeksi. (Pirton.L,2015)

B. Pemeriksaan Fisik 
Pemeriksaan fisik terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum untuk mendapatkan
gambaran umum dan pemerksaan lokal. (Zairin, 2016)

1. Gambaran Umum

a) Keadaan Umum: Mencatat baik atau buruknya tanda-tanda


keadaan penderita seperti:
 Kesadaran Penderita : Sopor, apatis, komah, gelisah,komposmentis
tergantung dari keadaan pasien.

8
 Keadaan penyakit, kesakitan: Ringan, sedang, berat, akut, berat
dankasus fraktur biasanya akut. 
b) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsimaupun
bentuk
c) Pemeriksaan dari kepala ke ujung jari tangan/kaki

2.Keadaan Lokal :

a) Look: Perhatikan apa yang dapat dilihat, antara lain adanya suatu deformitas,
jejas, terlihat adanya tulang yang keluar dari jaringan lunak, sikatrik, benjolan,
warna kulit, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa
serta posisi dan bentuk darie kstermitas. Adanya luka kulit, perubahan warna
dibagian distal luka meningkatkan kecurigaan adanya fraktur terbuka.
Diinsturuksikan untuk menggerakan bagian distal lesi, bandingkan dengan sisi
yang sehat. 
b) Feel : Sangat penting memperhatikan respon pasien pada saat melakukan
palpasi. Adanya respon nyeri atau suatu ketidaknyamanandari pasien sangat
menentukan kedalam dalam melakukan palpasi. Ada beberapa hal yang harus
diperiksa, yaitu, fluktuasi pada pembengkakan, nyeri tekan, suhu disekitar
trauma, catat letak kelainan (1/3Proksimal, tengah, atau distal) dan Krepitasi.
Jika ada benjolan perlu di deskripsikan permukaanya, konsistensinya,
pergerakannya, permukaanya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.
c) Move: Menilai adanya gerakan abnormal (ROM). Mencatat gerakanuntuk
mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Pemeriksaanini di lakukan
untuk menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak.
Pergerakan yang dilihat adalah gerakan pasif dan aktif.

C. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen yang menyebabkan cederafisik (Cedera
jaringan lunak)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler dan
muskuloskeletal, nyeri post operasi.

9
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN TRAUMA
MUSKULOSKELETAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN TRAUMA MUSKULOSKELETAL :


POST ORIF FIBULA SINISTRA DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SUKOHARJO

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan hari Rabu,14 Desember 2022 di RSUD Sukoharjo
A. Identitas pasien
1. Nama : Tn. P
2. Alamat : Sukoharjo
3. Umur : 40 Tahun
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Suku / Bangsa : Jawa
8. Jenis Kelamin : Laki-laki
9. Tanggal Masuk : 14 Desember 2022 (05.00 WIB)
10. Tanggal Pengkajian : 14 Desember 2022 (07.00 WIB)
11. No. RM : 27xxxx
12. Diagnosa Medis : Post op Close Fracture Fremur Sinistra (ORIF)
B. Identitas Penanggung jawab
1. Nama : Tn. C
2. Umur : 45 Tahun
3. Alamat : Sukoharjo
4. Pekerjaan : Swasta
5. Agama : Islam
6. Hub. Keluarga : Kakak
C. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri
D. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang

10
Klien mengatakan jatuh dari motor akibat menghindari kucing, lokasi
kejadian di depan Masjid Sukoharjo pada pukul 19.00 WIB. Kemudian
klien dibawa ke IGD RSUD Sukoharjo pada pukul 20.00 WIB, di IGD
klien mendapatkan perawatan dan rontgen kemudian klien dipindahkan ke
ruangan perawatan flamboyan B untuk dijadwalkan oprasi fraktur di ruang
operasi.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat kesehatan terdahulu dan tidak
pernah dirawat ke rumahsakit
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: Sedang, terpasang infus di tangan kanan, selang kateter dan
terpasang elastis verban di kaki kiri
2. Kesadaran: Tingkat kesadaran Compos Mentis
GCS E4M6V5
3. Tanda-tanda vital:
TD : 140/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36 C
RR : 20x/menit
4. Kenyamanan / nyeri:
P: Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri jika digerakkan
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri yang di operasi
S: Skala nyeri 5
T: Nyeri terasa saat digerakkan dan hilang saat diistirahatkan
5. Status Fungsional: Klien mengatakan susah melakukan miring kanan dan
kiri, klie bisa duduk dengan bantuan.
6. Pemeriksaan kepala: normal, tidak ada keluhan apapun
7. Pemeriksaan leher: Posisi trakea simetris di tengah, tidak ada pembesaran
pada kelenjar tiroid dan kelenjar lympe, denyut nadi karotis teraba
8. Pemeriksaan thorak: normal, tidak ada keluhan apapun

11
9. Kardiovaskular: Tidak ada nyeri dada, ictus kordis teraba, tidak ada buny
jantung tambahan
10. Pemeriksaan sistem pencernaan: Tidak ada penurunan BB dalam 6 bulan
terakhir, napsu makan baik
11. Abdomen: Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan atau massa, tidak ada
nyeri tekan
12. Sisterm Persyarafan: normal
13. Sistem Perkemihan: Tidak ada keluhan kencing, terpasang kateter ukuran
nomor 18, produksi urin 1000 ml/hari, warna kuning dan bau khas
14. Sistem muskuloskeletal:
Pergerakan sendi terbatas, otot simetris kanan dan kiri
Kekuatan otot tangan kanan kiri dan kaki kanan 5, kaki kiri 3

5 5
5 3

15. Sistem Endokrin: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan getah bening,
tidak terdapat riwayat luka sebelumnya
F. Pemeriksaan penunjang
Terapi
Nama Obat Dosis
Infus RL 16 tpm mikro
Inj. Ketorolac 3x1 mg iv
Metoklopromid 2x10 mg iv
Cefazolin 1x1 mg iv

Laboratorium:
a. HB: 13.25
b. Leukosit: 9.48
c. Hematokrit: 41,2
d. Trombosit: 296
Rontgen: Ditemukan close fraktur femur sinistra

12
B. ANALISA DATA
HARI
No DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM TTD
/TANGGAL
1. Rabu,14 DS= Klien mengatakan Agen Nyeri Akut Perawat
Desember nyeri pada kaki sebelah Pencedera (D.0077)
2022 kiri Fisik
Jam 20.00
P: Klien mengatakan
WIB
nyeri pada kaki kiri jika
digerakkan
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Klien mengatakan
nyeri pada kaki kiri yang
di operasi
S: Skala nyeri 5
T: Nyeri terasa saat
digerakkan dan hilang
saat diistirahatkan
DO= Klien tampak
meringis menahan nyeri

TD : 140/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36 C
RR : 20x/menit
2. 21.00 DS= Klien mengatakan Gangguan Gangguan Perawat
kaki kirinya belum bisa Muskuloskel Mobilitas
digerakkan tapi masih etal Fisik
bisa merasakan sentuhan (D.0054)
dan jari-jari kaki bisa
digerakkan
DO= Kekuatan otot
tangan kanan kiri dan
kaki kanan 5, kaki kiri 3

13
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera fisik (prosedur oprasi)
dibuktikan dengan wajah klien tampak meringis dan klien mengeluh nyeri
pada kaki kiri yang di operasi dengan skala nyeri 5 dan durasi nyeri saat
digerakkam dan hilang saat diistirahatkan
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas, kekuatan otot menurun dan ROM menurun

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


HARI/
NO TUJUAN DAN
TANGGAL/ INTERVENSI TTD
DP KRITERIA HASIL
WAKTU
Rabu, 14 1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri Perawat
Desember keperawatan 1x5 jam (I.08238)
2022 diharapkan tingkat nyeri
Observasi
Jam 20.30 menurun (L.08066) dengan
WIB kriteria hasil: -Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
-Keluhan nyeri menurun
frekuensu, kualitas, dan
-Meringis menurun intensitas yeri

-Mampu mengontrol nyeri -Identifikasi skala nyeri

-Identifikasi respon nyeri


non verbal

- Identifikasi faktor yang


memperberat dan
- memperingan nyeri

Terapeutik

-Berikan tehnik
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

-Kontrol lingkungan yang

14
memperberat nyeri

Edukasi

Ajarkan tehnik
nonfarmakologi (napas
dalam)

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu

21.00 2 Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi Perawat


keperawatan selama 1x5 (I.05173)
jam diharapkan tingkat Observasi
mobilisasi fisik (L.05042) - Identifikasi
meningkat dibuktikan kemampuan klien
dengan: dalam mobiliasi
- Pergerakkan ekstremitas - Monitor TTV
menurun Terauptik
- Kekuatan otot meningkat - Libatkan keluarga
- ROM meningkat untuk membantu
- Kecemasan menururn klien dalam
- Kelemahan fisik meningkatkan
menurun pergerakkan
- Nyeri menurun Edukasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (duduk di
tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke
kursi)

15
E. IMPLEMENTASI
HARI & TGL No. IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
PUKUL DX
Rabu, 14 1.1 - Mengidentifikasi DS= Pasien mengatakan Perawat
Desember lokasi, karakteristik, nueri pada kaki sebelah
2022 durasi, frekuensi, kiri
20.30 kualitas dan P: Klien mengatakan
intensitas nyeri nyeri pada kaki kiri jika
- Mengidentifikasi digerakkan
skala nyeri Q: Seperti ditusuk-tusuk
- Mengidentifikasi R: Klien mengatakan
respon nyeri nyeri pada kaki kiri yang
nonverbal di operasi
- Mengidentifikasi S: Skala nyeri 5
kemampuan klien T: Nyeri terasa saat
dalam mobilisasi digerakkan dan hilang
saat diistirahatkan
DO= Klien tampak
meringis menahan nyeri
TD : 140/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36 C
RR : 20x/menit
21.00 - Identifikasi DS= Klien mengatakan Perawat
kemampuan kaki kirinya belum bisa
klien dalam digerakkan tapi masih
mobiliasi bisa merasakan sentuhan
- Monitor TTV dan jari-jari kaki bisa
- Libatkan digerakkan
keluarga DO= Kekuatan otot
untuk tangan kanan kiri dan
membantu kaki kanan 5, kaki kiri 3
klien dalam
meningkatka

16
n
pergerakkan
- Anjurkan
melakukan
mobilisasi
dini
- Ajarkan
mobilisasi
sederhana
yang harus
dilakukan
(duduk di
tempat tidur,
pindah dari
tempat tidur
ke kursi)

F. EVALUASI
No Hari/Tgl/Jam Evaluasi TTD
1 Rabu S: Pasien mengatakan kaki sebelah kiri masih Perawat
14/12/2022 sakit
20.30 O: Pasien tampak meringis menahan nyeri
A: Masalah nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2 21.00 S: Pasien mengatakan kaki kirinya belum Perawat
bisa digerakkan
O: Kekuatan otot tangan kanan kiri dan kaki
kanan 5, kaki kiri 3
A: Masalah mobilitas fisik belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

17
BAB V

JURNAL TERKAIT KASUS TRIGER

A. Hasil Analisis Jurnal Dengan Teknik PICO

Penatalaksanaan Cedera Muskuloskeletal pada Korban Kecelakaan melalui Simulasi Evaluasi


pada Masyarakat Awam Akhmad Rifai1 , Sugiyarto 2 Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Surakarta, Surakarta, Indonesia1,2

No Kriteria Pembenaran & Critical thinking


1 P Cedera muskuloskeletal merupakan suatu cedera yang
(Patient/Clinical terjadi pada sistem muskuloskeletal yang dapat bersifat akut
Problem) yang dapat menyebabkan disfungsi struktur di sekitar trauma
dan struktur yang dilindungi/ disangganya, hal tersebut dapat
mengakibatkan otot, tendon, ligamen, persendian ataupun
tulang tidak dapat berfungsi dengan baik. Penelitian ini
berlokasi di pondok pesantren (PONPES) Salamah
Wabaraokah di Desa Ketro Kecamatan Tanon Sragen.
Responden rata- rata masih muda dan berasal dari wilayah
kabupaten Sragen.
2 I Jenis dari penelitian ini merupakan komparatif kategorik dua
(intervention) kali pengukuran melalui pendekatan cross-sectional.

18
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
memberikan kuesioner, sebelum pelatihan dan melakukan
pelatihan tentang penatalaksanaan penanganan cedera
muskuloskeletal pada korban kecelakaan melalui simulasi
evaluasi pada masyarakat awam dan di lakukan observasi
setelah pelatihan yang bertujuan menganalisa antara variabel
bebas dan variabel terikat. Teknik sampling dalam penelitian
ini menggunakan random sampling dengan cara memilih
secara acak dari 250 populasi yang memenuhi kriteria
inklusi sebesar 190 responden, kemudian di ambil secara
acak untuk penelitian sebesar 48 responden. Analisis data
dengan menggunakan uji beda Willcoxon test.
3 C
(comparasion)
4 O Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
(Outcome) Ketrampilan penatalaksanaan cedar musculoskeletal korban
kecelakaan pada masyarakat awam.

19
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem musculoskeletal merupakan sistem yang terdiri dari otot,
tulang,tendon, ligament kartilago, Facia dan brusae serta persendian trauma
merupakan keadaan ketika mengalami cedera sehingga mengakibatkan trauma yang
disebabkan sering terjadi adalah kecelakaan lalu lintas, olahraga,industri, dan
pekerjaan rumah tangga. Trauma musculoskeletal kondisi dimanaseorang mengalami
cedera atau trauma pada system muskoloskeletal yangmengakibatkan disfungsi di
bagian struktur di sekitarnya dan pada bagianyang dilindungi dan penyangganya.
Ketika terjadi trauma muskuloskeletal harus segera ditangani karena jikatidak
ditangani secara dini maka akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah

Imobilisasi, reduksi dan traksi untuk fraktur merupakan penatalaksanaan untuk


pasien fraktur. Imobilisasi dini harus dilakukan untuk mencegah deformitas dan
sebagai penyangga tulang yang patah. Ketikadicurigai adanya fraktur cervical, maka
pasang neck collar untuk membatasi gerakan leher sehingga tidak memperburuk
keadaan leher . Jika fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril)
untuk mencegah kontaminasi bakteri.

B. Saran
1. Untuk mahasiswa, agar melakukan tindakan sesuai dengan prosedur
danmempersiapkan diri dengan baik sebelum melakukan tindakan agar tidak
terjadi kesalahan yang fatal
2. Untuk tenaga kesehatan (perawat), ketika memberikan pelayanankesehatan pada
pasien selalu mengutamakan keamanan. Baik pada pasienitu sendiri maupun pada
perawat, dengan selalu menggunakan APD dan SOP yang benar

20
DAFTAR PUSTAKA

Alsheihly, A. S. and Alsheikhly, M. S. (2018) ‘Musculosceletal Ijuri: Type andManagement.

Jakarta: Salemba Medika.

Herdman Heather T dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda Internasional DefiningThe

Knowledge Of Nursing Diagnosa Keperawatan Definisi danKlasifikasi 2015- 2017.

Edisi 10. Jakarta: EGC.

Lumbantoruan, P., & Nazmudin. 2015. BTCLS dan Disaster Management.Tanggerang

Selatan: Medhatama Restyan.

Nuririf Huda Amin dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 2.Jogjakarta;Medication Jogja.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi

Indikatator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta Selatan; DewanPengurus Pusat Persatuan

Perawat Nasional Indonesia.

Wijaya, Saferi Andra. (2019). Kegawatdaruratan Dasar. Jakarta: CV. Trans InfoMedia.

21

Anda mungkin juga menyukai