Anda di halaman 1dari 2

ALERGI MAKANAN

No.Dokumen : SOP/154/UKP-NGT
No.Revisi : 00
SOP
Tanggal terbit : 15 Februari 2018
Halaman : 1/2
PUSKESMAS YUPITA
NANGA NIP.19670703
TAYAP 1989012 003

1. Pengertian Alergi makanan adalah suatu respons normal terhadap makanan


yang dicetuskan oleh suatu reaksi yang spesifik didalam suatu
sistem imun dan diekspresikan dalam berbagai gejala yang
muncul dalam hitungan menit setelah makanan masuk;
namun gejala dapat muncul hingga beberapa jam kemudian.
Berbagai reaksi lainnya bukan termasuk alergi diantara
intoleransi makanan seperti laktosa atau susu, keracunan
makanan, reaksi toksik. Kebanyakan reaksi hipersensitivitas
disebabkan oleh susu, kacang, telur, kedelai, ikan, kerang,
gandum. Pada alergi susu dan telur akan berkurang dengan
bertambahnya usia. Alergi kacang dan makanan laut sering pada
dewasa. Kebanyakan alergi makanan adalah reaksi
hipersensitivitas tipe I (IgE mediated) atau tipe lambat (late-
phase IgE-mediated,immune complex- mediated,cell-mediated).
Rekasi anfilaksis merupakan manifestasi paling berat. Alergi
makanan tidak berhubungan dengan IBS, namun harus
dipertimbangkan untuk pasien atopi. Tidak ada bukti kuat
bahwa alergi makanan dalam patogenesis IBD (Irritation Bowel
Disease). Kriteria pasti untuk diagnosis alergi makanan adalah
cetusan berulang dari gejala pasien setelah makan makanan
tertentu diikuti bukti adanya suatu mekanisme imunologi.
No. ICD X: L27.2 Dermatitis due to ingested food
Tingkat Kemampuan : 4A
2. Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan diagnosis dan
penatalaksanaan alergi makanan.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 32/KAPUS/I/2018
Tentang Penetapan Dokumen Esternal Yang Menjadi Acuan
Dalam Penyusunan Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi,
dan riwayat penyakit keluarga). Pasien biasa mengeluhkan:
a. Pada kulit: eksim, urtikaria.
b. Pada saluran pernapasan : rinitis, asma.
c. Keluhan pada saluran pencernaan: gejala gastrointestinal
non spesifik dan berkisar dari edema, pruritus bibir,
mukosa pipi, mukosa faring, muntah, kram, distensi,
diare.
d. Sindroma alergi mulut melibatkan mukosa pipi atau
lidah tidak berhubungan dengan gejala gastrointestinal
lainnya.
e. Diare kronis dan malabsorbsi terjadi akibat reaksi
hipersensitivitas lambat non Ig-E-mediated seperti pada
enteropati protein makanan dan penyakit seliak.
f. Hipersensitivitas susu sapi pada bayi menyebabkan occult
bleeding atau frank colitis.
g. Faktor Risiko: terdapat riwayat alergi di keluarga.
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pada kulit dan mukosa
serta paru.
4. Petugas menegakkan diagnosis dan atau differential diagnosis
berdasarkan hasil anamnesis, vital sign, dan pemeriksaan
fisik.
5. Petugas memberikan terapi antihistamin dan kortikosteroid.
6. Petugas memberikan edukasi kepada keluarga dan pasien
tentang:
a. Menghindari makanan yang bersifat alergen sengaja
mapun tidak sengaja (perlu konsultasi dengan ahli gizi)
b. Perhatikan label makanan
c. Menyusui bayi sampai usia 6 bulan menimbulkan
efek protektif terhadap alergi makanan
7. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan
ke apotik.
8. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis,
pemeriksaan, diagnosis, terapi, rujukan yang telah dilakukan
dalam rekam medis.
9. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas rekam medis.
6. Unit Terkait 1. Pendaftaran dan rekam medis
2. Ruangan Pemeriksaan Umum
3. Ruang Farmasi
Rekaman historis perubahan
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai