Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEMAMPUAN BERFIKIR TINGKAT TINGGI (SELF EFFICACY)

BERPIKIR MATEMATIS

Oleh :

AUCI PERNIA
19205007

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. Irwan, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan
Rahmat-Nya kepada pemakalah. Dengan rahmat itu jualah pemakalah dapat
menyelesaikan makalah ini. Selawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikut-Nya.
Pemakalah ingin mengucapakan banyak terima kasih kepada dosen yang telah
memberikan kepercayaan kepada pemakalah untuk menulis makalah tentang “self
efficacy” yang mana materi ini merupakan salah satu materi dalam mata kuliah
“Berpikir Matematis”.
Terakhir pemakalah menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu pemakalah menerima kritik maupun saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Mohon maaf atas segala
kekurangan baik mengenai isi yang tidak sesuai dengan pendapat para pembaca
maupun pada penyampaian yang tidak berkenan dan semoga ilmu yang termuat
dalam makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…................................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Self Efficacy.....................................................................................................3
B. Self Efficacy Matematika...................................................................................................5
C. Dimensi Self Efficacy..........................................................................................................6
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy.......................................................7
E. Indikator Self Efficacy.........................................................................................................9
F. Proses Pembentukan dan Cara Meningkatkan Self Efficacy....................................9
G. Klasifikasi Self Efficacy...................................................................................................12
H. Pengaruh Self Efficacy.....................................................................................................13
I. Peranan Self Efficacy........................................................................................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................................16
B. Saran......................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Self efficacy (keyakinan diri) merupakan hal yang terpenting dalam dunia
pembelajaran, dimana seorang harus meyakini terhadap kemampuan yang dimilikinya
untuk menghadapi permasalahan-permasalahan di dalam dunia pembelajaran, karena
dari kemampuan yang dimiliki itulah seseorang dapat dengan tegas menyampaikan
apa yang dia ketahui dan dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan-
permasalahn yang sedang di hadapi. Self efficacy (keyakinan diri) sendiri merupakan
suatu keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap kemampuan diri yang ada pada
dirinya untuk melakukan sesuatu. Self efficacy sendiri merupakan sebuah bentuk
kepercayaan diri seseorang dalam melalkukan berbgai hal salah satunya yaitu ketika
seorang siswa hendak tampil di depan kelas maka seorang siswa tersebut harus
memiliki kepercayaan diri agar dapat tampil dengan baik di depan kelas. Self efficacy
juga sangat diperlukan dalam berbagai hal salah satunya kesiapan seseorang ketika
akan tampil agar mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam kaitannya dengan
kepercayaan diri dalam kegiatan sehari-hari seseorang pasti akan mengalami suatu
kecemasan dimana akibat belum adanya kesiapan dari diri seseorang untuk dapat
bicara di depan kelas. Keadaan tersebut merupakan hal yang sangat wajar karena
dengan adanya kecemasan maka seseorang dapat mengontrrol diri mereka agar tidak
terlalu sombong terhad apa yang telah mereka memiliki, tapi pada kecemasan ini
menjadi tidak wajar ketika seseorang menjadi cemas yang berlebihan seperti sampai
mengeluarkan keringat dingin atau tiba-tiba merasa tidak mampu untuk melakukan
sesuatu. Dalam keadaan tersebut self efficacy sangat berpengaruh dalam mengatasi
kecemasan berbicara dimana seseorang yang yakin dengan kemampuan yang dia
miliki maka seseorang tersebut akan sangat kecil sekali kemungkinan untuk
mengalami kecemasan berbicara, begitupu sebaliknya, apa bila seseorang tersebut
memiliki self efficacy yang rendah maka akan sangat besar sekali kemungkinan
seseorang tersebut mengalami kecemasan berbicara.
Self efficacy (keyakinan diri) sendiri merupakan aspek yang sangat penting
dalam dunia pendidikan saat ini dimana seorang siswa diwajibkan memiliki sebuah
kompetensi yang ada pada dirinya dalam mengerjakan sesuatu, salah satunya yang
penting dalam pembelajaran saat ini adalah kemampuan seorang siswa dalam
berbicara atau tampil di depan kelas dalam rangka mempresentasikan atau

1
menjelaskan apa yang telah dia pahami. Dalam mempresentasikan suatu pelajaran
misalnya seorang anak harus menguasai materi yang akan disampaikan didepan kelas,
dan tak jarang pula dari siswa yang menjadi gugup dan cemas ketika maju didepan
kelas karena dia merasa tidak yakin terhadap kemampuan atau kompetensi yang dia
miliki ketika tampil mempresentasikan salah satu mata pelajaran didepan kelas. Hal
ini disebabkan karena kemampuan diri yang membawa pengaruh terhadap kognisi
dan perilaku seseorang yang berbeda-beda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari self efficacy?
2. Apa yang dimaksud dengan self efficacy matematika?
3. Dimensi apa saja yang terdapat dalam self efficacy?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi self efficacy?
5. Apa indikator dari self efficacy?
6. Bagaimana proses pembentukan dan cara meningkatkan self efficacy?
7. Apa saja klasifikasi self efficacy?
8. Bagaimana pengaruh self efficacy terhadap siswa?
9. Apa saja peranan self efficacy?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Dapat mengetahui pengertian dari self efficacy
2. Dapat mengetahui self efficacy matematika
3. Dapat mengetahui dimensi self efficacy
4. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy
5. Dapat mengetahui indikator dari self efficacy
6. Dapat mengetahui proses pembentukan dan cara meningkatkan self efficacy
7. Dapat mengetahui klasifikasi self efficacy
8. Dapat mengetahui pengaruh self efficacy terhadap siswa
9. Dapat mengetahui peranan self efficacy

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Self Efficacy
Sikap seseorang dalam bertindak dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, sesuai
dengan kehidupan yang dilalui oleh setiap individu. Faktor itu salah satunya ialah
keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya atau lebih dikenal
dengan istilah self efficacy. Sebelum membahas lebih dalam self efficacy kita akan
membahas apa itu self / the self. Menurut Purwanto (2007: 122) self adalah semua
ciri, jenis kelamin, pengalaman, sifat-sifat, latar belakang budaya, pendidikan dan
sebagainya, yang melekat pada seseorang.
Semakin dewasa dan semakin tinggi kecerdasan seseorang semakin mampu dia
menggambarkan dirinya sendiri (Sobur, 2003: 500). Menurut Sartain (dalam
Purwanto, 2007: 122) the self itu adalah “the self is the individual as known to and
felt about by the individual (self itu adalah individu sebagaimana dipandang/ diketahui
dan dirasakan oleh individu itu sendiri.)”. Jadi perkataan the self itu meliputi semua
penghayatan, anggapan, sikap dan perasaan-perasaan, baik yang disadari maupun
tidak disadari, yang ada pada seseorang tentang dirinya.
The self yang ada pada tiap-tiap manusia itu mengandung dua hal :
1. Self picture yakni menghayati dan perasaan-perasaan seseorang tentang dirinya
sendiri yang disadari.
2. Perasaan-perasaan dan sikap-sikap seseorang tentang dirinya sendiri yang tidak
disadari.

Anggapan seseorang terhadap dirinya tidak selalu sama dalam setiap waktu.
Seseorang bisa saja beranggapan positif pada dirinya dan bisa juga beranggapan
negatif pada diri sendiri. Hal ini disebabkan oleh situasi individu tersebut. Seorang
individu akan merasakan dan beranggapan baik jika, ia berada dalam situasi yang baik
pula, begitupun sebaliknya.
Penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa the self itu adalah perasaan yang
dimiliki oleh seorang individu baik itu disadari ataupun tidak disadari. Persaan ini
bisa saja berupa sikap, penilaian terhadap diri sendiri. Keyakinan akan kemampuan
yang dimiliki oleh seseorang merupakan salah satu bentuk dari perasaan seorang
individu yang identik dengan self efficacy.
Self efficacy adalah penilaian seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk
menjalankan prilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Self Efficacy merupakan

3
keyakinan bahwa seseorang mampu menjalankan prilaku tertentu atau mencapai
tujuan tertentu (Ormrod, 2009: 20)
Bandura (1997) mengemukakan, bahwa “self efficacy is defined as one’s
confidence that her or she has ability to complette a specific task succesfully and this
confidence relates to performance and perseverance in a variety of endeavors”. Self
efficacy dapat pula diartikan sebagai suatu sikap menilai atau mempertimbangkan
kemampuan diri sendiri dalam menyesuaikan tugas yang spesifik (Lestari dan
Yudhanegara, 2015: 95).
Bandura (Wikipedia), mengatakan self efficacy sebagai keyakinan seseorang
tentang kemampuannya untuk sukses pada suatu aktivitas tertentu. Secara sederhana
self efficacy dapat dikaitkan sebagai kepercayan diri seseorang terhadap
kemampuannya pada suatu bidang atau konsep tertentu. Bila dicermati, pengertian
self efficacy hampir sama dengan pengertian percaya diri, yaitu kepercayaan terhadap
kemampuan diri sendiri, tetapi self efficacy lebih khusus kepada keyakinan terhadap
kemampuan pada suatu bidang atau konsep tertentu (Risnawati, 2012: 202)
Bandura 1994 menjelaskan self efficacy memiliki definisi sebagai kepercayaan
seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk menghasilkan suatu tindakan
yang dapat mempengaruhi hidupnya. Self efficacy seseorang akan menentukan
bagaimana ia berpikir, berperilaku dan memotivasi dirinya sendiri (Soraya, 2018: 71).
Senada dengan itu Dale Schunk juga mengatakan bahwa self efficacy mempengaruhi
peserta didik dalam memilih kegiatannya. Peserta didik dengan self efficacy yang
rendah mungkin menghindari pelajaran yang banyak tugasnya, khususnya untuk
tugas-tugas yang menantang, sedangkan peserta didik dengan self efficacy yang tinggi
mempunyai keinginan yang besar untuk mengerjakan tugas-tugasnya.” Aisyah (dalam
Fitri, 2017: 25-34).
Jadi self efficacy yang dimaksud adalah keyakinan yang dimiliki seseorang akan
kemampuan dirinya. Tujuannya agar seseorang itu bisa menghasilkan suatu tindakan.
Sehingga hal ini bisa membantu seseorang dalam mengatasi permasalahan yang akan
mempengaruhi keyakinan dirinya dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkannya.
Self efficacy yang dimiliki setiap peserta didik berbeda, perbedaan ini di dasarkan
pada setiap situasi yang pernah dialami oleh peserta didik.
Peserta didik yang mempunyai self efficacy yang tinggi merupakan peserta didik
yang mempunyai keyakinan, ketegasan, dan bersedia mengambil resiko dalam proses
pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Mereka yakin dalam

4
mengerjakan tugas yang dianggap lebih sulit dan yakin dengan hasil pekerjaannya.
Berbeda dengan peserta didik yang memiliki self efficacy rendah, mereka takut untuk
mengerjakan tugas karena tidak yakin dengan hasil pekerjaannya sehingga
menimbulkan keinginan untuk menyontek pekerjaan temannya (Fitri, 2017: 27).
Sedangkan menurut Yuliyani, et al, (2017: 133) Ada dua tipe self efficacy yang
ada dalam diri seseorang yaitu :
1. Self efficacy akademik yang rendah dengan ciri-ciri selalu menjauhi tugas-tugas
yang sulit, berhenti dengan cepat bila menemui kesulitan, memiliki cita-cita yang
rendah dan komitmen yang buruk untuk tujuan yang telah dipilih, berfokus pada
akibat yang buruk dari kegagalan, cenderung mengurangi usaha karena lambat
memperbaiki keadaan dari kegagalan yang dialami, mudah mengalami stres dan
depresi.
2. Self efficacy akademik yang tinggi dengan ciri-ciri: mendekati tugas-tugas yang
sulit sebagai tantangan untuk dimenangkan, menyusun tujuan-tujuan yang
menantang dan memelihara komitmen untuk tugas-tugas tersebut, mempunyai
usaha yang tinggi atau gigih, memiliki pemikiran strategis, berpikir bahwa
kegagalan yang dialami karena usaha yang tidak cukup sehingga diperlukan usaha
yang tinggi dalam menghadapi kesulitan.

Peserta didik yang mempunyai self efficacy baik akan berhasil dalam kegiatan
belajarnya, dapat menyelesaikan tugas di bidang akademik. Berbeda dengan peserta
didik self efficacy rendah maka peserta ddiik akan mudah menyerah dalam
menyelesaikan tugasnya di bidang akademik.
B. Self Efficacy Matematika
Self efficacy matematika adalah penilaian terhadap diri sendiri terhadap
keyakinan kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan masalah matematika. Self
efficacy matematika memiliki kontribusi positif serta peranan yang sangat penting
terhadap prestasi belajar matematika yang dapat dicapai oleh peserta didik. Self
efficacy matematika yang tinggi akan mendorong pencapaian prestasi belajar
matematika peserta didik yang lebih baik, (Arifin, et al, 2017: 93). Menurut Nuryanim
(dalam Sunaryo, 2017: 40) “Self efficacy matematis didefinisikan sebagai suatu
penilaian situasional dari suatu keyakinan individu dalam kemampuannya untuk
berhasil membentuk atau menyelesaikan tugas-tugas atau masalah-masalah matematis
tertentu”. Self efficacy membantu seseorang dalam menentukan pilihan, usaha mereka
untuk maju, kegigihan dan ketekunan yang mereka tunjukkan dalam menghadapi
kesulitan, dan derajat kecemasan atau ketenangan yang mereka alami saat mereka
mempertahankan tugas-tugas yang mencakupi kehidupan mereka.

5
Pikiran individu terhadap self efficacy menentukan seberapa besar usaha yang
akan dicurahkan dan seberapa lama individu akan tetap bertahan dalam menghadapi
hambatan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Peserta didik dengan self
efficacy rendah dalam mengerjakan tugas tertentu akan cenderung menghindari tugas
tersebut yang dianggapnya sulit dan tak mampu diselesaikan. Sebaliknya peserta didik
yang memiliki self efficacy tinggi akan terus berusaha menyelesaikan tugas
seberapapun sulitnya tugas tersebut. (Sunaryo, 2017: 40).
Fitri (2017: 26) mengemukakan fakta bahwa peserta didik yang memiliki self
efficacy yang tinggi lebih mampu menguasai beragam pokok bahasan matematika dan
tugas membaca dari pada peserta didik yang memiliki self efficacy yang rendah. Bila
dikaitkan dengan prestasi belajar matematika, maka penilaian self efficacy peserta
didik terhadap mata pelajaran matematika, dapat memberikan kontribusi terhadap
prestasi belajar matematika. Adanya self efficacy yang tinggi terhadap pelajaran
matematika mendorong peserta didik untuk tekun serta berusaha sungguh-sungguh
dalam memberikan perhatian dan mencari strategi-strategi belajar untuk mempelajari
dan mengerjakan tugas-tugas matematika. Kesulitan yang dihadapi dalam belajar
matematika, tidak membuat dirinya putus asa. Ketekunan dan usaha inilah yang dapat
memberikan kontribusi positif terhadap prestasi belajar matematika yang dicapai
peserta didik di sekolah.
Self efficacy seseorang bisa saja berubah setiap waktunya. Karena self efficacy
bergantung pada individu memahami suatu konsep dan cara individu meletakkan
dirinya pada situasi tertentu.
C. Dimensi Self Efficacy
Dimensi self efficacy menurut Bandura (dalam Ghufron dan Risnawita, 2011: 80-
81) yaitu :
1. Dimensi tingkat (level)
Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa
mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas yang
disusun menurut tingkat kesulitannya, maka self efficacy individu mungkin akan
terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang, atau bahkan kemampuan yang
dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing
tingkat. Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan
dicoba atau dihindari. Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu
dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada di luar batas kemampuan
yang dirasakannya.
2. Dimensi kekuatan (strength)
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau
pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah

6
digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung, sebaliknya,
pengharapan yang mantap mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya.
Dimensi ini biasanya berkaitan dengan dimensi level, yaitu makin tinggi taraf
kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.
3. Dimensi generalisasi (generality)
Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu
merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap
kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada satu aktivitas dan situasi tertentu atau
pada serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa self efficacy memiliki tiga
dimensi. Ketiga dimensi itu adalah level, strength, generality. Atau disebut juga
dimensi tingkat, kekuatan dan generalisasi
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy
Bandura (dalam Shohifatul, 2012: 27) menyatakan bahwa faktor- faktor yang dapat
mempengaruhi self efficacy pada diri individu antara lain
1. Budaya
Budaya mempengaruhi self efficacy melalui nilai, kepercayaan, dalam proses
pengaturan diri yang berfungsi sebagai sumber penilaian self efficacy dan juga
sebaga konsekuensi dari keyaknan akan self efficacy
2. Gender
Perbedaan gender juga berpengaruh terhadap self efficacy. Hal ini dapat dilihat
dari peneltian bandura (1997) yang menyatakan bahwa wanita lebih efikasinya
yang tinggi dalam mengelola perannya. Wanita yang mimiliki peran selain sebagai
ibu rumah tangga, juga sebaga wanita karir akan memilik self efficacy yang tinggi
dibandingkan dengan pria
3. Sifat dari tugas yang dihadapi
Derajat dari kompleksitas dari kesultan tugas yang dihadapi oleh individu
akan mempengaruhi penilaian indivdu terhadap kemampuan dirinya sendiri.
Semakin kompleks tugas yang dihadap oleh individu maka akan semakin rendah
individu tersebut menilai kemampuannya. Sebaliknya jika individu dihadapkan
pada tugas yang mudah dan sederhana maka akan semakn tinggi individu tersebut
menilai kemampuannya.
4. Intensif eksternal
Faktor lain yang dapat mempengaruhi self effcacy individu adalah intensif
yang diperolehnya. Bandura menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat
meningkatkan self efficacy adalah competent continge incentive, yaitu intensif
yang diberkan orang lain yang merefleksikan keberhasilan orang.
5. Status atau peran individu dalam lingkungan
Individu yang memliki status yang lebih tinggi memperoleh derajat kontrol
yang lebih besar sehingga self effcacy yang dimilikinya juga tinggi. Sedangkan
individu yang memilik status yang lebih rendah akan memiliki kontrol yang lebih
kecil sehingga self efficacy yang dimiliknya juga rendah
6. Informasi tentang kemampuan diri
Individu yang memiliki self efficacy tinggi, jika ia memperoleh informasi
positif mengenai dirinya, sementara individu akan memiliki self efficacy yang
rendah, jika ia memperoleh informasi negatif mengenai dirinya.

7
Secara global faktor yang empengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga
faktor:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa)
yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor internal siswa
(Syah, 2010: 131) yaitu pada aspek psikologis yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas belajar siswa. Faktor-faktor rohaniah siswa yang pada
umumnya dipandang lebih essensial: tingkat kecerdasan/inteligensi siswa, sikap
siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)
yakni kondisi lingkungan disekitar siswa, Faktor eksternal siswa (Syah, 2010:
135) yaitu lingkungan sosial seperti para guru, tenaga pendidikan dan teman-
teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru
yang perilaku simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dapat
mendorong siswa pada hal-hal yang positif dalam kegiatan belajar siswa. Menurut
Patterson & Loeber, 1984 (Syah, 2010: 135) dalam lingkungan siswa dalam
masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar rumah siswa
akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Kondisis lingkungan kumuh
yang serba kekurangan yang akan sulit menemukan teman untuk belajar dan
berdiskusi. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar
ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri yaitu kebiasaan yang diterapkan
orangtua terhadap anaknya akan sangat mempengaruhi aktivitas belajarnya seperti
kelalaian orangtua dalam memonitori kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak
anak tidak mau belajar, lingkungan Nonsosial yaitu gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat siswa tinggal, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar
yang digunakan siswa.
3. Faktor pendekatan belajar,
yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Menurut Lawson, 1991 (dalam Syah, 2010: 136) strategi yang digunakan siswa
dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar materi tertentu.
Seperangakat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu.

8
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy
individu berasal dari faktor internal dan eksternal dari individu itu tersebut. Self
efficacy bisa dipengaruhi dari kebudayaan, jenis kelamin, jenis tugas, intensif
eksternal, serta status dalam lingkungan. Berdasarkan uraian di atas faktor-faktor yang
mempengrauhi self efficacy yaitu budaya, gender, sfat tugas yang dhadapi, intensif
eksternal dan status dalam lingkungan.
E. Indikator Self Efficacy
Bandura (1997) menjelaskan indikator self efficacy terdiri dari lima hal, yaitu (Lestari
dan Yudhanegara, 2015: 95-96) :
1. Keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri;
2. Keyakinan terhadap kemampuan menyesuaikan dan menghadapi tugas-tugas yang
sulit;
3. Keyakinan terhadap kemampuan dalam menghadapi tantangan;
4. Keyakinan terhadap kemampuan menyelesaikan tugas yang spesifik;
5. Keyakinan terhadap kemampuan menyelesaikan beberapa tugas yang berbeda.

Menurut Bandura (dalam Noer, 2012). Indikator self efficacy bersumber dari empat
hal, yaitu:
1. Pencpaian kinerja adalah pengaruh yang dihasilkan berdasarkan pengalaman
sebelumnya akan menurunkan atau meningkatkan self efficacy.
2. Pengalaman orang lain merupakan bukti perbandingan kemampuan dirinya dengan
orang lain.
3. Persuasi verbal lebih mengacu pada umpan balik, perkataan dari orang yang lebih
dewasa atau guru.
4. Indeks psikologis adalah penilaian atas kemampuan dirinya, termasuk kelemahan
dan kelebihan yang dimilikinya.
Indikator pada penulisan ini merujuk pada pendapat Bandura (dalam Noer,
2012), indikator itu diantaranya pencapain kinerja, pengalaman orang lain, persuasi
verbal, indeks psikologis. Self efficacy sangat dibutuhkan oleh setiap peserta didik
untuk meningkatkan keyakinan akan kemampuannya terhadap suatu pembelajaran.
Khususnya pembelajaran matematika, peserta didik bisa membentuk self efficacy
positif dalam dirinya apabila ke- empat aspek ini ada pada diri seorang individu,
begitupun sebaliknya peserta didik juga bisa memperoleh self efficacy negatif apabila
keempat aspek ini tidak ada pada dirinya.
F. Proses Pembentukan dan Cara Meningkatkan Self Efficacy
Menurut Masraroh (2012) ada empat proses pembentukan dan cara
meningkatkan self efficacy:
1. Proses kognitif, dimana proses ini berpengaruh terhadap efektifitas personal dalam
berbagai bentuk;

9
2. Proses motivasional, merujuk pada firasat seseorang yang memotivasi tindakan
yang ia pilih;
3. Proses afektif, mempersentasikan bagaimana seseorang menghadapi situasi yang
sulit;
4. Proses seleksi, ini terjadi ketika seseorang percaya bahwa kemampuannya dapat
membentuk jalan hidupnya.
Adapun penjelasan lain terkait prsoses pembentukan Self efficacy ini dijelaskan
oleh Bandura (1994:71-81) adalah sebagai berikut:
1. Proses kognitif (cognitive processes)
Bandura menjelaskan bahwa serangkaian tindakan yang dilakukan manusia
awalnya dikonstruk dalam pikirannya. Pemikiran ini kemudian memberikan arahan
bagi tindakan yang dilakukan manusia. Keyakinan seseorang akan efikasi diri
mempengaruhi bagaimana seseorang menafsirkan situasi lingkungan, antisipasi
yang akan diambil dan perencanaan yang akan dikonstruk. Seseorang yang menilai
bahwa mereka sebagai seorang yang tidak mampu akan menafsirkan situasi
tertentu sebagai hal yang penuh resiko dan cendrung gagal dalam membuat
perencanaan. Melalui proses kognitif inilah efikasi diri seseorang mempengaruhi
tindakannya.
2. Proses motivasi (motivational processes),
Menurut Bandura bahwa motivasi manusia dibangkitkan secara kognitif.
Melalui kognitifnya, seseorang memotivasi dirinya dan mengarahkan tindakannya
berdasarkan informasi yang dimiliki sebelumnya. Seseorang membentuk
keyakinannya tentang apa yang dapat mereka lakukan, yang dapat dihindari, dan
tujuan yang dapat mereka capai. Dengan keyakinan bahwa mereka dapat
melakukan sesuatu akan memotivasi mereka untuk melakukan suatu.
3. Proses afeksi (affective processes)
Self efficacy mempengaruhi seberapa banyak tekanan yang dialami ketika
menghadapi suatu tugas. Orang yang percaya bahwa dirinya dapat mengatasi
situasi akan merasa tenang dan tidak cemas. Sebaliknya orang yang tidak yakin
akan kemampuannya dalam mengatasi situasi akan mengalami kecemasan.Bandura
menjelaskan bahwa orang yang mempunyai efikasi dalam mengatasi masalah
menggunakan strategi dan mendesain serangkaian kegiatan untuk merubah
keadaan. Pada konteks ini, self efficacy mempengaruhi stres dan kecemasan
melalui perilaku yang dapat mengatasi masalah (coping behavior). Seseorang akan

10
cemas apabila menghadapi sesuatu di luar kontrol dirinya. Individu yang efikasinya
tinggi akan menganggap sesuatu bisa di atasi, sehingga mengurangi kecemasannya.

4. Proses seleksi (selection processes)


Keyakinan terhadap efikasi diri berperan dalam rangka menentukan tindakan
dan lingkungan yang akan dipilih individu untuk menghadapi suatu tugas tertentu.
Pilihan (selection) dipengaruhi eleh keyakinan seseorang akan kemampuannya
(efficacy). Seseorang yang mempunyai self efficacy rendah akan memilih tindakan
untuk menghindari atau menyerah pada suatu tugas yang melebihi kemampuannya,
tetapi sebaliknya dia akan mengambil tindakan dan menghadapi suatu tugas
apabila dia mempunyai keyakinan bahwa ia mampu untuk mengatasinya. Bandura
menegaskan bahwa semakin tinggi self efficacy seseorang, maka semakin
menantang aktivitas yang akan dipilih orang tersebut.
Adapun cara meningkatkan self efficacy menurut Stipek (dalam Santrock, 2015:
525) :
1. Ajarkan strategi spesifik
Ajari siswa strategi tertentu, seperti menyusun garis besar dan ringkasan, yang
dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk fokus pada tugas mereka.
2. Bimbing siswa dalam menentukan tujuan
Bantu mereka membuat tujuan jangka pendek setelah mereka membuat tujuan
jangka panjang. Tujuan jangka pendek terutama membantu murid untuk menilai
kemajuan mereka.
3. Pertimbangkan mastery
Beri imbalan pada kinerja siswa, imbalan yang mengisyaratkan penghargaan
penguasaan atas materi, bukan imbalan hanya karena melakukan tugas.
4. Kombinasi strategi training dan tujuan Schunk, 2001 (dalam Santrock, 2015: 525)
mengemukan kombinasi strategi training tujuan memperkuat keahlian dan self
efficacy siswa. Beri umpan balik tentang bagaimana strategi belajar dengan kinerja
mereka.
5. Sediakan dukungan bagi murid, dukungan positif yang berasl dari guru, orangtua,
dan teman sebaya.
6. Pastikan murid tidak terlalu semangat atau cemas. Jika murid terlalu takut dan
meragukan prestasi maka percaya diri mereka bisa hilang.
7. Beri contoh positif dari orang dewasa dan teman.

11
Berdasarkan uraian di atas proses self efficacy adalah proses kognitif, proses
motivasi, proses afeksi, proses seleksi, Jadi dalam proses self efficacy dalam
kemampuan individu mengevaluasi akan kemampuan dirinya dengan cara proses
kognitif yang berguna untuk mempengaruhi bagaimana individu menafsirkan situasi
lingkungan serta dapat mengambil perencanaan sehingga nantinya self efficacy bisa
mempengaruhi tindakannya.
Peran berikutnya proses motivasi berguna untuk membentuk keyakinan tentang
apa yang sanggup individu lakukan.Sedangkan proses afeksi berguna untuk mengatasi
banyaknya tekanan yang di alami individu ketika menghadapi permasalahan sehingga
jika individu memiliki afeksi yang tinggi akan mudah menyeleaikan semua tekanan
yang ada. Serta proses seleksi yang dipengaruhi oleh keyainan serta kemampuan
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Jadi proses self efficacy saling
mempengaruhi sehingga orang yang memiliki self efficacy yang tinggi akan mudah
mengatasi semua masalah yang dihadapnya sedangkan yang memiliki self efficacy
rendah dia akan lebh mudah menyerah dan mudah cemas.
G. Klasifikasi Self Efficacy
Pada dasarnya setiap individu memiliki self efficacy dalam dirinya masing-
masing. Hal yang memebedakan adalah seberapa besar tingkat self efficacy tersebut
apakah tergolong tinggi atau rendah. Bandura menyatakan memberikan ciri-ciri pola
tingkah laku individu yang memiliki self efficacy tinggi dan self efficacy rendah.
(Septianingsih, 2009: 27)
Klasifikasi Self Efficacy oleh Bandura.
Self efficacy Tinggi Self efficacy Rendah
1. Aktif memilih kesempatan yang 1. Pasif
terbaik 2. Menghindari tugas-tugas yang sulit
2. Mengolah situasi Dan 3. Mengembangkan aspirasi yang
menetralkan halangan lemah
3. Menetapkan tujuan Dengan 4. Memusatkan diri pada
menciptakan standar kelemahan diri sendiri
4. Mempersiapkan, merencanakan, dan 5. Tidak pernah mencoba
melaksanakan tindakan 6. Menyerah dan menjadi tidak
5. Mencoba dengan keras dan bersemangat
gigih 7. Menyalahkan masa lalu karena
6. Secara kreatif memecahkan kurangnya kemampuan
masalah 8. Khawatir, menjadi stress, dan
7. Belajar dari pengalaman masa lalu menjadi tidak berdaya
8. Memvisualisasikan kesuksesan 9. Memiikirkan alasan/pembenaran
9.Membatasi stress untuk kegagalannya

12
H. Pengaruh Self Efficacy
Mekanisme self efficacy memuat penjelasan bagaimana hasil self efficacy pada
individu. Menurut Bandura (1999:30) persepsi diri atas self efficacy yang berlangsung
adalah diri individu keberadaannya sebagai suatu fungsi yang menentukan perilaku
individu, pola pikir, dan reaksi emosional yang mereka alami. Pengaruh self efficacy
dalam diri individu adalah sebagai berikut:
1. Tingkah laku memilih
Dalam kehidupan sehari-hari individu harus selalu membuat keputusan
mengenai tindakan apa yang akan dilakukan dan berapa lama tindakan tersebut
akan berlangsung. Individu cenderung menghindari kegiatan dan situasi yang
diyakini berada diluar kemampuan. Sebaliknya orang akan memilih dan
melakukan serta menunjukkan secara meyakinkan aktifitas yang mereka nilai
sanggup untuk dilakukan, sehingga hanya pada kegiatan yang mereka yakini
mampu untuk dilaksanakan saja yang akan jadi pilihan.
2. Usaha yang akan dilakukan dan daya tahan
Self efficacy juga akan menentukan seberapa besar usaha yang akan dilakukan
dan berapa lama individu mampu bertahan dalam menghadapi tantangan atau
hambatan yang muncul. Bila menghadapi kesulitan, individu yang ragu-ragu
tentang kemampuan diri akan mengurangi usaha dan mudah menyerah. Sedangkan
individu yang mempunyai self efficacy tinggi akan mengeluarkan usaha yang besar
untuk mengatasi hambatan atau rintangan tersebut.
Individu yang mempunyai self efficacy tinggi akan menaruh perhatian besar
untuk melakukan usaha-usaha dalam mencapai unjuk kerja yang baik, sebab
pengetahuan dan kemampuan akan berkembang dan meningkat bila ada usaha-
usaha ke arah tersebut. Usaha-usaha meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
akan sangat berguna sebagai persiapan untuk menghadapi keadaan yang tidak
pasti, kegagalan dan tantangan serta hambatan dan tuntutan lingkungan.
Perkembangan individu dapat dibantu dengan memiliki self efficacy agar tetap
tegar dalam menghadapi kegagalan atau keadaan yang tidak pasti dengan cara
mengaktifkan persediaan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki.
3. Pola pikir dan reaksi emosi
Penilaian individu terhadap kemampuan akan mempengaruhi pola pikir dan
reaksi emosi selama melakukan interaksi dengan lingkungan. Individu yang
menganggap diri tidak mampu dalam menghadapi tuntutan dari lingkungan akan

13
tetap merasa tidak mampu dan membayangkan kesulitan yang lebih besar dari
yang sebenarnya. Referensi diri yang salah tersebut akan menciptakan stress
sehingga dapat mengurangi efektifitas penggunaan kemampuan dan berakibat
individu tersebut mengalami hilangnya perhatian untuk melakukan upaya-upaya
terbaik dalam menghadapi kegagalan atau sesuatu yang tidak dikehendaki.
Sebaliknya pada individu yang memiliki self efficacy tinggi akan mengarahkan
perhatian dan usaha-usaha terhadap tuntutan situasi dan semakin tertantang oleh
hambatan-hambatan yang lebih keras. Tuntutan lingkungan dan hambatan yang
ada akan dilihat sebagai sesuatu yang harus dijawab dan di atasi.
Self efficacy akan membentuk pola pikir individu dalam melihat kegagalan.
Individu yang memiliki self efficacy tinggi akan melihat kegagalan disebabkan oleh
usaha-usaha yang tidak efektif daripada karena faktor kemampuan. Sedangkan
pada individu yang memiliki self efficacy rendah akan melihat kegagalan
disebabkan faktor eksternal daripada karena kurang kemampuan yang dimiliki.
Sehingga fungsi self efficacy sendiri bagi individu yaitu untuk mengajarkan
keyakinan akan kemampuan yang dia miliki serta mampu mengatasi tekanan-
tekanan serta serta menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan dari
keterangan di atas fungsi self efficacy yaitu tingkah laku memilih, usaha yang
dilakukan serta dan daya tahan, pola pikir dan reaksi emosi.
I. Peranan Self Efficacy
Menurut Pajares (2002:113) self efficacy yang kuat akan meningkatkan hasil yang
dicapai dan kesejahteraan individu dalam berbagai cara, yaitu :
1. Individu yang mempunyai self efficacy yang tinggi akan berusaha menyelesaikan
tugas-tugas yang sulit, karena mereka menganggapnya sebagai tantangan yang
harus dilewati.
2. Self efficacy diri yang kuat akan menjadikan individu lebih berminat dan lebih
menaruh perhatian terhadap tugas yang dikerjakan dan akan meningkatkan usaha
apabila mengalami kegagalan.
3. Individu dengan self efficacy yang tinggi akan menganggap kegagalan adalah
sukses yang tertunda sehingga akan cepat pulih dari trauma kegagalan yang
dialami.
4. Apabila berhadapan dengan situasi yang sulit, mereka memiliki keyakinan bahwa
akan dapat mengendalikan situasi.

14
5. Dengan self efficacy yang tinggi, seseorang dapat mengeluarkan kemampuan yang
terbaik dari dirinya, mengurangi stress dan mengurangi kecenderungan depresi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pernanan self efficacy yaitu self efficacy yang tinggi
akan beruha menyelesaikan tugas yang sulit, self efficacy diri yang kuat akan mampu
meningkatkan usaha apabila mengalami kegagalan, individu dengan self efficacy yang
tinggi akan menganggap kegagalan adalah sukses yang tertunda, apabila berhadapan
dengan situasi yang sulit mampu mengendalikan situasi, dengan memiliki self efficacy
yang tinggi mampu mengeluarkan kemampuan yang terbaik dan mengurangi stres.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Self efficacy matematika adalah penilaian terhadap diri sendiri terhadap
keyakinan kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan masalah matematika.
Adapun indikator dari self efficacy self efficacy adalah sebagai berikut:
1. Pencpaian kinerja adalah pengaruh yang dihasilkan berdasarkan pengalaman
sebelumnya akan menurunkan atau meningkatkan self efficacy.
2. Pengalaman orang lain merupakan bukti perbandingan kemampuan dirinya dengan
orang lain.
3. Persuasi verbal lebih mengacu pada umpan balik, perkataan dari orang yang lebih
dewasa atau guru.
4. Indeks psikologis adalah penilaian atas kemampuan dirinya, termasuk kelemahan
dan kelebihan yang dimilikinya.
B. Saran
Penulis menyadari terdapat kekuranagn dalam pembuatan makalah ini. Oleh
karena itu, kami berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah kami agar makalah ini lebih baik dalam
pembuatan makalah selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, P., B. N. Trisna dan M. F. Atsnan. 2017. Mengembangkan Self Efficacy Matematika
Melalui Pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik Pada Siswa Kelas VII D
SMP Negeri 27 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2016-2017. Math Didactic: Jurnal
Pendidikan Matematika. 3(2): 93.

Bandura, A.1994. Self Efficacy. In V. S Ramachaudran (ED), Encyclopedia Of Human


Behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press.

_______.1999. Social Cognitive Theory: An Agentic Theory.USA: Stanford University.

Fitri, I., 2017. Peningkatan Self Efficacy Terhadap Matematika Dengan Menggunakan Modul
Matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Bangkinang. Journal Cendekia: Jurnal
Pendidikan Matematika. 1(2): 25-27.

Fitri, I., 2017. Self Efficacy Terhadap Matematika Melalui Pendekatan Aptitude Treatment
Interaction. Jurnal Review Pembelajaran Matematika. 2(2): 168.

Ghufron, M. N., dan R. Risnawita, 2011. Teori-Teori Psikologi. Edisi Ke-2. Ar-Ruzz Media.
Yogyakarta.

Hadi, Muhmudi, M. S. (2014). Efikasi Diri, Dukungan Sosial dan Penyesuaian Dri Dalam
Belajar. Persona. Jurnal. Psikologi Indonesia. 3(02), halaman 183-194

Ilmi, Fathul. (2013). “Efektivitas Bimbingan Kelompok dengan Teknik Storytelling untuk
Meningkatkan Self Efficacy Siswa.” Artikel.

Lestari, K. E. M.Pd dan M. R. Yudhanegara. M.Pd, 2015. Penelitian Pendidikan Matematika,


Edisi Ke-2. PT Refika Aditama. Bandung.

Noer, 2012, Self Efficacy Mahasiswa Terhadap Matematika. Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. 10 November: P-86

Ormrod, J. E., 2009. Psikologi Pendidikan. Edisi Ke-6. Erlangga: Jakarta.

Panjares, F 2002 self Efficacy beliefs in Academic Context : An outline

Purwanto, M. Ngalim. MP. 2007. Psikologi Pendidikan, Edisi Ke-23. PT Remaja


Rosdakarya: Bandung.

Risnawati, 2012. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2012. 31


Desember 2012. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas. 202.

Rustika, M. (2012). “Epikasi Diri : Tinjauan Teori Albert Bandura”. Jurnal Psikologi. 20 (2):
18-25.

Santrock, J. W. (2015). Psikologi Pendidikan. Edisi kedua. Jakarta : Kencana

Septianingsih. 2009. “Hubungan Efikasi Diri dan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas IX SMA
Negeri 9 Malang.Skripsi”. Malang : Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan
Konseling dan Psikologi – Universitas Negeri Malang
Shohifatul, I, 2012, Perbedaan Tingkat Self Efficacy Antara Mahasiswa Fakultas Psikologi
Dan Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Uin Malik Ibrahim

Sobur, A., 2003. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Edisi Ke-1 Cv Pustaka Setia.
Bandung.

Soraya, N., Rusmansyah dan M. Istyadji. 2018. Pengaruh Model Think Pair Share Problem
Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Efficacy Siswa. QUANTUM:
Jurnal Inovasi Pendidikan Sains. 9(1): 71.

Sunaryo, Y., 2017. Pengukuran Self Efficacy Siswa dalam Pembelajaran Matematika di MTS
N 2 Ciamis. Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA). 1(2): 40.

Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset

Yuliyani, R., S. D. Handayani dan Somawati, 2017. Peran Efikasi Diri (Self Efficacy) Dan
Kemampuan Berpikir Positif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika. Jurnal Formatif. 7(2): 133

Anda mungkin juga menyukai