Anda di halaman 1dari 12

Proposal Inovasi

Judul :
Healing Garden
1. Ringkasan
IMPLEMENTASI
Healing garden merupakan layanan inovasi di RSUD Kabupaten Buleleng yang sudah
dilaksanakan sejak tahun 2022 dengan mengusung konsep environment healing,
bertujuan untuk membantu penyembuhan pasien secara psikologis dengan mengurangi
stres dan tingkat kecemasan pasien yang sedang menjalani rawat inap. Healing garden
dilakukan kepada pasien yang kondisi vital signnya stabil atas persetujuan dokter yang
merawat dan dengan pendampingan dari seorang psikolog. Pemilihan pasien oleh
perawat atas persetujuan dokter penenggung jawab. Pasien yang terpilih adalah pasien
yang mengalami gangguan psikologis seperti cemas dan stres. Pasien akan dibawa ke
taman, kemudian dikonseling oleh seorang psikolog dengan diajak berbicara, diajarkan
teknik relaksasi ataupun dilakukan terapi sentuhan bagi pasien yang tidak mau diajak
komunikasi.

DAMPAK
Program ini berdampak signifikan dalam membantu penyembuhan pasien secara
psikologis. Selama satu tahun terakhir, sudah ada kurang lebih 30 pasien yang telah
diberi terapi healing garden. Dari 30 pasien yang sudah diterapi healing garden, ada 26
pasien yang tercatat mengalami perbaikan kondisi, diantaranya pasien yang gelisah
dengan tekanan darah meningkat, membaik dengan penurunan tekanan darah. Pasien
yang sudah di terapi dan mengalami perbaikan sehingga bisa mengurangi konsumsi obat
dan juga mengurangi jumlah hari rawat. Berdasarkan evaluasi pasca terapi, pasien
menyatakan pusing berkurang, bisa tidur, lebih rileks dan badan tidak kaku. Selain
pasien, keluarga pasien juga ikut merasakan dampaknya, karena ikut terpapar informasi
mengenai kondisi pasien dan bagaimana cara mengurangi keluhan jika terulang.

KESESUAIAN KATEGORI
Dampak dari program ini adalah untuk memenuhi capaian nasional Substainable
Development Goals (SDGs)/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yaitu:
 SDGS ke-11 Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan.

Halaman | 1
 SDGs ke-2 yaitu Tanpa Kelaparan.
 SDGs ke-3 yaitu Kehidupan Sehat dan Sejahtera
 SDGs ke-4 yaitu Pendidikan Berkualitas.
 SDGs ke-6 yaitu Air Bersih dan Sanitasi yang layak.
 SDGs ke-12 yaitu Konsumsi dan Produksi yang Berkelanjutan.
2. Ide Inovatif
a. Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan perawatan dan pengobatan sehingga dapat mengatasi atau
meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan
dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi
kesembuhan dan perjalanan penyakit selama dirawat dirumah sakit.

Rumah sakit menyiratkan sebuah harapan, sehingga rumah sakit harus menunjang kesembuhan
pasien. Bukan hanya melalui faktor medis saja, tetapi juga faktor lain yang perannya sangat
penting dalam kesembuhan, yaitu faktor psikologis. Rumah sakit harus mampu mengarahkan
pasien pada harapan sehat dan optimisme terhadap kesembuhan. Faktor psikologis ini dapat
ditunjang dengan pendekatan lingkungan, yang tujuannya adalah membentuk persepsi melalui
hubungan antara pikiran dan perilaku. 

Alam mempunyai sifat restoratif yang mampu memberikan energi positif terhadap psikologis
manusia. Faktor penentu kesembuhan pasien terdiri dari faktor lingkungan yang mengambil
peranan sebesar 40%, sementara faktor medis mengambil peranan sebesar 10%, faktor genetis
20%, dan faktor yang lainnya 30%. Lingkungan rumah sakit yang baik telah terbukti relevan dan
efektif untuk pasien dan keluarga serta untuk staf pelayanan kesehatan. Konsep pendekatan inilah
yang dikaitkan dengan Healing Environment. Healing Environment melalui taman penyembuh
(healing garden) merupakan taman yang didesain berupa lingkungan yang didominasi unsur
tanaman, bersifat tidak kompleks dan diwujudkan menjadi media rehabilitasi dan terapi secara
fisik maupun non fisik.

Melihat pentingnya healing garden sebagai faktor penyembuh, RSUD Kabupaten


Buleleng merancang healing garden untuk pasien rawat inap sebagai salah satu inovasi
pelayanan. Healing garden diharapkan dapat membantu pasien pulih lebih cepat
sehingga bisa mengurangi hari rawat dan sekaligus menekan biaya perawatan.

Halaman | 2
Gambar 1. Kegiatan TPST3R dan Urban Farming Desa Baktiseraga

Halaman | 3
Gambar 2. Contoh lahan tidak produktif di Desa Baktiseraga

b. Tujuan
Program healing garden ini bertujuan untuk mencapai beberapa hal sebagai berikut.
1. Memberikan keamanan dan kenyamanan pada pasien
2. Membantu mengurangi stres dan memulihkan mental pasien secara emosional
3. Membantu proses penyembuhan pasien sehingga mengurangi hari rawat dan biaya
perawatan
c. Kesesuaian dengan Kategori
Ide utama dari program ini adalah SDGs ke-11 yaitu Kota dan Pemukiman yang
Berkelanjutan. Program ini akan memadukan potensi desa yang sudah berjalan dengan
baik seperti TPST3R, program Urban Farming, BUMDesa, Pemerintah desa dan
masyarakat perkotaan untuk menangani lahan-lahan tidak produktif menjadi kawasan
atau areal yang memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar baik dari aspek kebutuhan
primer, kebutuhan tersier, estetika kawasan dan kesehatan fisik dan mental warga kota.
Elemen SDGs lainnya yang sesuai adalah SDGs 2 (tanpa kelaparan), SDGs 3 (kehidupan
sehat dan sejahtera), 4 SDGs (pendidikan berkualitas), 6 SDGs (air bersih dan sanitasi
yang layak) dan SDGs 12 (konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab).

d. Sisi Kebaruan atau Nilai Tambah Inovasi


Program yang diluncurkan ini setidaknya memiliki 3 sisi kebaruan yaitu.
 Menjadi satu-satunya rumah sakit di kabupaten Buleleng yang menerapkan terapi
healing garden untuk menangani masalah psikologis pasien
 Terapi yang dilakukan dapat memperbaiki kondisi psikologis pasien sekaligus
menjadi sarana untuk memberikan edukasi terkait pengobatan dan perawatan yang
sesuai kebutuhan pasien
Halaman | 4
 Selain pasien, healing garden juga bermanfaat untuk keluarga pasien yang ikut pada
saat terapi, terpapar edukasi dan pergantian suasana selama pasien dirawat
 Membantu penyembuhan pasien sehingga dapat mengurangi hari rawat dan biaya

a. Penilaian/asesmen (evaluasi yang dilakukan)


Dalam melaksanakan suatu program tentunya perlu evaluasi yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh keberhasilan program yang telah dijalankan, Adapun indikator
kinerja yang digunakan untuk mengevaluasi program ini adalah sebagai berikut:
 Kondisi pasien secara fisik dan psikologis (data pengukuran vital sign dan hasil
wawancara tentang perasaan pasien )
 Hari rawat (data rekam medis)
 Biaya berkurang (data rekam medis)
 Pelibatan secara aktif keluarga (dokumentasi)
 Tanggapan keluarga pasien terhadap konsep garden healing (Kuesioner)
Dari hasil evaluasi yang dilakukan diatas maka akan dapat dilihat bagaiamana dampak
yang dihasilkan dari inovasi yang dilakukan baik bagi pasien maupun keluarga.

3. Kontribusi Terhadap Capaian TPB


Revitalisasi Lahan Tidak Produktif yang didukung oleh TPST3R dan konsep urban
farming berkontribusi terhadap capaian nasional Substainable Development Goals
(SDGs)/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yaitu:
 SDGS ke-11 Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan.
 SDGs ke-2 yaitu Tanpa Kelaparan.
 SDGs ke-3 yaitu Kehidupan Sehat dan Sejahtera
 SDGs ke-4 yaitu Pendidikan Berkualitas.
 SDGs ke-6 yaitu Air Bersih dan Sanitasi yang layak.
 SDGs ke-12 yaitu Konsumsi dan Produksi yang Berkelanjutan.

4. Adaptabilitas
Program revitalisasi lahan tidak produktif yang didukung oleh sumberdaya TPST3R dan
konsep urban farming di Desa Baktiseraga mampu diadaptasikan pada berbagai kondisi

Halaman | 5
perkotaan yang menghadapi masalah lahan tidak produktif (Gambar 4). Beberapa hal
yang mendukung sebagai berikut.
 Peraturan Gubernur Bali No. 47 Tahun 2019 tentang Pemilahan Sampah Berbasis
Sumber (rumah tangga). Peraturan ini akan menjadi pamasok bahan baku kompos
untuk mendukung konsep pertanian organik melalui urban farming.
 Pada lingkup kota Singaraja cukup banyak lahan-lahan yang sudah dimiliki
perseorangan, tetapi tidak dimanfaatkan secara optimal. Padahal lahan tersebut
adalah lahan pertanian produktif.
 Keberadaan TPST3R menyediakan sumberdaya dalam bentuk pupuk organik.
Keberadaan program ini sudah banyak ada di setiap wilayah perkotaan dan dekat
perkotaan. Disamping itu, program ini didukung oleh pemerintah terutama
kemeterian PU.
 Revitalisasi ini mudah, murah dan relatif sederhana untuk diimplementasikan pada
berbagai kondisi.

Beberapa contoh terapi yang sudah berjalan dari program ini sebagai berikut;

Gambar 4. Pola pengembangan RELt-Pro


Halaman | 6
Gambar 5. Studi tiru oleh Desa-desa di Propinsi Bali

Halaman | 7
Gambar 6. Studi tiru oleh Desa-desa dari luar Bali

Halaman | 8
Gambar 6. Studi tiru oleh Desa-desa dari luar Bali

Halaman | 9
Gambar 7. Edukasi kepada anak sekolah

5. Keberlanjutan
A. Sumberdaya yang dibutuhkan
 Keuangan
Sumberdaya keuangan yang diperlukan adalah terkait perluasan dan
pemeliharaan taman yang sudah dianggarkan setiap tahunnya olen manajemen.
 SDM (Sumber Daya Manusia)
 Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) yang menjadi penentu kepada
siapa dan kapan healing garden dilakukan
 Psikolog yang akan melakukan terapi
Halaman | 10
 Perawat yang mendampingi
 Metode
Menggabungkan antara pendekatan medis dan psikologi dengan beberapa
tahapan yaitu:
a. Persiapan Pasien
 Memberikan informed consent
b. Persiapan Operasional
 Penyusunan SOP healing garden
c. Pelaksanaan
 Dokter penanggung jawab pasien memutuskan pemberian terapi healing
garden
 DPJP mengkonsulkan ke psikolog
 Memberikan informed consent kepeda pasien dan keluarga
 Kontrak waktu dengan pasien dan keluarga
 Mulai melakukan terapi sesuai rencana
 Evaluasi

B. Strategi keberlanjutan untuk inovasi adalah:


1. Meningkatkan frekuensi pelaksanaan healing garden terhadap pasien
2. Melibatkan petugas rehab medik dan terapi komplementer seperti energi prana
yang sudah ada
3. Kolaborasi dengan rohaniawan pada pasien paliatif
4. Deseminasi kepada berbagai kelompok dan organisasi kemasyakatan.

C. Faktor Kekuatan Keberhasilan Inovasi


Keberhasilan dari inovasi ini merupakan kolaborasi dari semua pihak yang terlibat,
pihak-pihak yang terlibat tidak bisa berjalan secara parsial. Terapi healing garden
yang terintegrasi akan membantu proses perawatan tanpa adanya efek samping,
sehingga dapat dijadikan program unggulan bagi pasien paliatif. Biaya yang
murah, cara yang sederhana dan dampak yang besar menjadi kekuatan keberhasilan
terapi ini.

D. Kolaborasi Pemangku Kepentingan


Halaman | 11
 Gubernur Bali dan Bupati Buleleng sebagai inspirator dan motivator terkait
dengan Pergub 47 tahun 2019 tentang pemilahan sampah berbasih sumber.
 Dinas PUPR sebagai pendamping dalam pembangunan TPS3R di Desa
Baktriserga
 Dinas Lingkungan Hidup sebagai fasilitator dengan memberikan tempat
sampah Residu serta pendampingan dalam sosialisasi pemilahan sampah
berbasis sumber
 Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan sebagai fasilitator dengan memberikan
bibit untuk di Urban Farming
 Camat Buleleng sebagai pembina Desa Baktiseraga
 Pemerintahan Desa sebagai fasilitator terkait dengan lahan TPS3R dan Urban
Farming.

Halaman | 12

Anda mungkin juga menyukai