Dasar Hukum Pidana Khusus 1 New
Dasar Hukum Pidana Khusus 1 New
PIDANA KHUSUS
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pidana Khusus
Dosen Pengampu: Dr. Achmad Irwan Hamzani
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
NATASHA HIKMATUL S. (5120600187)
YUNIZAR REZNANDHITA (5121600015)
ZAYNA ARFIYANTI (5121600018)
LOVI HIDAYAH K. (5121600056)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. PENGERTIAN TINDAK PIDANA KHUSUS............................................6
B. DASAR HUKUM DARI TINDAK PIDANA KHUSUS.............................8
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
A. KESIMPULAN...........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum Pidana merupakan bagian dari ranah hukum publik. Hukum
Pidana di Indonesia diatur secara umum dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP), yang merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda.
Hukum pidana secara cakupan aturan dibagi menjadi dua bagian, hukum
pidana umum dan hukum pidana khusus. Hukum pidana umum ialah hukum
pidana yang dapat diperlakukan terhadap setiap orang pada umumnya,
sedangkan pidana khusus diperuntukkan bagi orang-orang tertentu saja.1
Istilah Hukum Pidana Khusus, sekarang diganti dengan istilah Hukum
Tindak Pidana Khusus. Hukum tindak pidana khusus berada di luar hukum
pidana umum yang mempunyai penyimpangan dari Hukum Pidana Umum baik
deri segi Hukum Pidana Materil maupun dari segi Hukum Pidana Formal.
Kalau tidak ada penyimpangan tidaklah disebut sebagai Hukum Pidana Khusus
atau Hukum Tindak Pidana Khusus.
Dapat juga dikatakan bahwa hukum pidana umum ialah hukum yang
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sedangkan hukum
pidana khusus ialah hukum pidana yang diatur diluar dari KUHP. Tetapi tindak
pidana khusus merupakan bagian dari hukum pidana.
Dasar hukum adalah aturan-aturan dasar yang dipakai sebagai landasan
dasar dan sumber bagi berlakunya seluruh hukum/peraturan/perundang-
undangan dan penyelenggaraan pemerintah negara pada suatu negara. Jadi,
dasar hukum tindak pidana khusus adalah landasan hukum tindak pidana
khusus yang berlaku pada suatu negara.
1
Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana 1, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 18
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Tindak Pidana Khusus?
2. Apa dasar hukum dari Tindak Pidana Khusus?
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Hukum Pidana Khusus serta untuk mengetahui pengertian tindak
pidana khusus secara umum maupun menurut para ahli dan mengetahui dasar
hukum yang ada du tindak pidana khusus.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 1980, hlm. 1
3
Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang: Yayasan Sudarto, 1990, hlm. 9
Wirjono Prodjodikoro mengemukakan bahwa pidana adalah hal-hal
dipidanakan oleh instansi yang berkuasa yang dilimpahkan kepada seorang
oknum sebagai hal yang tidak enak dirasakannya, dan juga hal yang tidak
sehari-hari dilimpahkan.4 Van Hamel berpendapat bahwa arti pidana menurut
hukum positif adalah:5
“Sesuatu penderitaan yang bersifat khusus, yang telah dijatuhkan oleh
kekuaaan yang berwenang menjatuhkan pidana atas nama negara sebagai
penanggung jawab dari ketertiban hukum bagi seorang pelanggar, yakni
semata-mata karena orang tersebut telah melanggar sesuatu peraturan hukum
yang ditegakkan oleh negara”.
Selanjutnya, tindak pidana adalah suatu pengertian yuridis, lain halnya
dengan istilah “perbuatan jahat” atau “kejahatan” (crime atau Verbrechen atau
misdaad) yang diartikan secara kriminologis dan psikologis. Tindak pidana
biasa dikenal dengan istilah delik, berasal dari bahasa Latin yaitu delictum.
Delik dalam kamus hukum merupakan perbuatan yang dapat dikenakan
hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang (tindak
pidana).6
Mengenai isi dari pengertian tindak pidana tidak ada kesatuan pendapat di
antara para sarjana. Djoko Prakoso mengemukakan kejahatan atau tindak
pidana secara yuridis ialah perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan
pelanggarannya dikenakan sanksi. Djoko Prakoso juga mengemukakan
kejahatan atau tindak pidana secara kriminologis ialah perbuatan yang
melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan mendapatkan
reaksi negatif dari masyarakat, sedangkan secara psikologis ialah perbuatan
manusia yang abnormal yang bersifat melanggar hukum yang disebabkan oleh
faktor-faktor kejiwaan dari si pelaku perbuatan tersebut.7
Tindak pidana pada dasarnya cenderung melihat pada perilaku atau
perbuatan (yang mengakibatkan) yang dilarang oleh undang-undang. Tindak
4
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT. Eresco, 1989, hlm. 1
5
Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, Bandung: Alumni, 1984, hlm. 47
6
Sudarsono, Kamus Hukum, Cet. V, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, hlm. 92
7
Djoko Prakoso dan Agus Imunarso, Hak Asasi Tersangka dan Peranan Psikologi dalam Konteks
KUHAP, Jakarta: Bina Aksara, 1987, hlm. 137
pidana khusus lebih pada persoalan-persoalan legalitas atau yang diatur dalam
undang-undang. Tindak pidana khusus mengandung acuan kepada norma
hukum semata atau legal norm, hal-hal yang diatur perundang-undangan tidak
termasuk dalam pembahasan.
Tindak pidana khusus ini diatur dalam undang-undang di luar hukum
pidana umum. Penyimpangan ketentuan hukum pidana yang terdapat dalam
undang-undang pidana merupakan indikator apakah undangundang pidana itu
merupakan tindak pidana khusus atau bukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
hukum tindak pidana khusus adalah undang-undang pidana atau hukum pidana
yang diatur dalam undang-undang pidana tersendiri.
Lalu, pernyataan ini sesuai dengan pendapat pompe yang mengatakan
bahwa hukum pidana khusus mempunyai tujuan dan fungsi tersendiri undang-
undang pidana yang dikualifikasikan sebagai hukum tindak pidana khusus ada
yang berhubungan dengan ketentuan hukum administrasi negara terutama
mengenai penyalahgunaan kewenangan. Tindak pidana yang menyangkut
penyalahgunaan kewenangan ini terdapat dalam perumusan tindak pidana
korupsi.
8
Op.cit., hlm. 57
Azis syamsudin berpendapat bahwa substansi hukum pidana khusus
menyangkut tiga permasalahan, yaitu tindak pidana, pertanggungjawaban
pidana, serta pidana dan pemidanaan.9
Berikut adalah perbandingan ruang lingkup tindak pidana khusus di
Mahkamah Agung, sebagaimana terlampir dalam Laporan Tahunan Mahkamah
Agung Tahun 2013 dan Kejaksaan, sebagaimana terdapat dalam PERJA
Nomor PERJA-039/A/JA/10/2010 tentang Tata Kelola Administrasi dan
Teknis Penanganan Perkara Tindak Pidana Khusus.10
KLASIFIKASI MAHKAMAH AGUNG KEJAKSAAN
Pidana Khusus 1. Korupsi 1. Perkara tindak pidana
2. Narkotika dan Psikotropika korupsi, tindak pidana
3. Perlindungan Anak perikanan, dan perkara
4. Kekerasan Dalam Rumah tindak pidana ekonomi
Tangga (KDRT) (kepabeanan dan cukai)
5. Kehutanan 2. Perkara pelanggaran
6. Migas HAM yang berat yang
7. Kepabeanan penanganannya hanya di
8. HAKI Kejaksaan Agung
9. Perikanan 3. Perkara tindak pidana
10. Perbankan khusus lainnya
11. Perumahan
12. Lingkungan Hidup
13. Perdagangan Orang
14. Kesehatan Senjata Api
15. Perlindungan Konsumen
16. Pencucian Uang
17. Ketenagakerjaan
18. Pornografi
9
Azis Syamsudin, Tindak Pidana Khusus, Jakarta: Sinar Grafika, 2011
10
Anugerah Rizki Akbari, Artikel: Polemik Penyusunan Rancangan KUHP: Kesehatan Berpikir
terhadap Konsep Kodifikasi, Prinsip Lex Specialis, dan Klasifikasi Tindak Pidana, Fiat Justitia
Vol. 2, Depok: MaPPI FHUI, 2014, hlm. 2
19. Perpajakan
20. Terorisme
21. Lain-lain
11
Ibid
3. Tindak Pidana Terorisme
Tindak Pidana Terorisme diatur dalam Undang-Undang No. 15 Tahun
2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme,
menjadi Undang-Undang (UU Terorisme).
Tindak pidana terorisme, menurut Pasal 6 UU Terorisme, adalah
sebagai berikut:
“Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau
ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap
orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal,
dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta
benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap
obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas
publik atau fasilitas internasional,dipidana dengan pidana mati atau
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.”
A. KESIMPULAN
• Hukum Tindak pidana khusus ini diatur dalam UU di luar Hukum Pidana
Umum. Penyimpangan ketentuan hukum pidana yang terdapat dalam UU
pidana merupakan indikator apakah UU pidana itu merupakan Hukum Tindak
Pidana Khusus atau bukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Hukum Tindak
Pidana Khusus adalah UU Pidana atau Hukum Pidana yang diatur dalam UU
pidana tersendiri.
• Ruang lingkup hukum pidana khusus tidak bersifat tetap, tetapi dapat
berubah tergantung dengan apa ada penyimpangan atau menetapkan sendiri
ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang mengatur substansi tertentu.
Hukum Pidana yang dikualifikasikan sebagai hukum pidana khusus
diantaranya yaitu, Tindak pidana korupsi, tindak pidana pencucian uang, tindak
pidana narkotika, tindak pidana psikotropika, tindak pidana lingkungan hidup,
dan lain-lain
• Dasar Hukum UU Pidana Khusus dilihat dari hukum pidana
adalah Pasal 103 KUHP. Kemudian dasar hukum Tindak Pidana yang
termasuk ke dalam Tindak Pidana Khusus diantaranya yaitu Tindak pidana
korupsi diatur dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-
Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (UU Tipikor), Tindak Pidana Pencucian Uang diatur dalam
Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU Pencucian Uang),
Tindak Pidana Terorisme diatur dalam Undang-Undang No. 15 Tahun
2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme,
menjadi Undang-Undang (UU Terorisme), dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA