Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME

Nama : Deviana Siska Nugraheni

Nim : 22021052

S1 Keperawatan semester 4

PELAYANAN PERAWATAN JIWA PROFESIONAL KLINIK DAN KOMUNITAS

Pelayanan profesional dilaksanakan oleh perawat profesional Dalam melaksanakan asuhan keperawatan
menggunakan pendekatan holistik (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual). Asuhan keperawatan yang
dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, selalu mengikuti perkembangan atau kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada secara optimal, efektif dan efisien. Upaya mewujudkan
kesinambungan pelayanan kesehatan jiwa telah dimulai di Indonesia yaitu di NAD dan NIAS,  daerah
yang terkena dampak gempa dan tsunami pada tahun 2004.Bentuk pelayanan yang diterapkan adalah
pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat (Community Mental Health Nursing (CMHN)).Pelayanan
kesehatan jiwa masyarakat diberikan oleh perawat puskesmas yang dilatih BC-CMHN (Basic Course of
Community Mental Health Nursing).Dengan keberhasilan program CMHN, maka diharapkan pasien yang
tidak tertangani di masyarakat akan dirujuk ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan pelayanan yang
lebih baik bahkan yang spesialistik.Tahap berikutnya adalah mengembangkan pelayanan prima
(excelelent service) yang profesional di rumah sakit jiwa melalui pengembangan Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP).Upaya kesehatan jiwa kemasyarakatan Merupakan pelayanan
paripurna, mulai dari pelayanan kesehatan jiwa spesialistik, integratif, dan pelayanan yang berfokus
masyarakat. Memberdayakan seluruh potensi dan sumber daya di masyarakat sehingga terwujud
masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya.Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat
(2005) dilanjutkan oleh Direktorat Bina Kesehatan Jiwa (2006) Departemen Kesehatan Republik
Indonesia menetapkan tatanan pelayanan kesehatan jiwa dalam bentuk piramida.

Pelayanan kesehatan jiwa profesional komunitas

Pencegahan Primer

1. Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, program sosialisasi, manajemen


stres, dan persiapan menjadi orang tua.

2. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, kehilangan pasangan, kehilangan
pekerjaan, serta kehilangan rumah/tempat tinggal, yang semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana.

3. Program pencegahan penyalahgunaan obat. 4. Program pencegahan bunuh diri.


Pencegahan sekunder

1. Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini masalah psikososial dan
gangguan jiwa serta penanganan dengan segera.

2. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang berisiko/memperlihatkan tanda-tanda masalah


psikososial dan gangguan jiwa.

Pencegahan tersier

1. Fokus pelayanan keperawatan pada peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan
pada pasien gangguan jiwa. 2. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan/ketidakmampuan akibat
gangguan jiwa. 3. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pada
tahap pemulihan.

Aktivitas pada pencegahan tersier

1. Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat seperti sumber


pendidikan, dukungan masyarakat 2. Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga
hingga mandiri.

3. Program sosialisasi 4. Program mencegah stigma.

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. Pengertian

Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling tergantung satu dengan lainnya
dan menyepakati satu tatanan norma tertentu. ( Struat & Laraia :2001)

Tujuan Kelompok adalah Membantu anggota yang berperilaku destruktif dlm berhubungan dgn orang
lain dan merubah perilaku yang maladaptif. Fungsi kelompok yaitu Tempat berbagi pengalaman dan
saling membantu satu sama lain,u/menemukan cara menyelesaikan masalah.

B. Jenis terapi aktifitas kelompok

Ada 4 jenis tak yaitu :


o Tak sosialisasi
o Tak orientasi realita
o Tak stimulasi sensorik
o Tak stimulasi persepsi

Tak stimulasi sensori


Tak stimulasi sensorik- tak dengan folus memberikan stimulus kepada klien agar memberi respon yang
adekuat

Indikasi untuk klien

Isolasi sosial

Harga diri rendah Kurang komunikasi verbal

Tak sosialisasi Tak sosialisasi  tak dengan aktivitas belajar tahapan komunikasi dengan orang lain untuk
meningkatkan kemampuan dalam berhubungan sosial. Indikasi : Klien baru, isolasi sosial, kerusakan
interaksi sosial, harga diri rendah.Sebagai dasar tak yang lain

Tujuan tak sosialisasi :

Klien mampu memperkenalkan diri Mampu berkenalan dengan anggota kelompok Mampu bercakap-
cakap dgn anggota kelompok

Mampu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan Mampu menyampaikan dan


membicarakan masalah pribadi pada orang lain Mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi
kelompok Mampu menyampaikan pendapat ttg manfaat kegiatan TAK yg telah dilakukan

TAK SOSIALISASI : 7 SESI Sesi I : Memperkenalkan diri Sesi II : Berkenalan dengan anggota kelompok
Sesi III : Bercakap-cakap dengan anggota Sesi IV : Menyampaikan topik pembicaraan Sesi V :
Menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dgn orang lain. Sesi VI : Bekerjasama dlm permainan
sosialisasi kelompok Sesi VII: Menyampaikan pendapat ttg manfaat kegiatan kelompok yg telah
dilakukan

Tujuan tak stimulasi persepsi

Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat klien dapat
menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.

Indikasi : Klien dengan resiko kekerasan Klien dengan halusinasi Klien dengan harga diri rendah Klien
dengan isolasi sosial

3 JENIS TAK STIMULASI PERSEPSI Tak stimulasi persepsi umum 1. SESI I : MENONTON TV 2. SESI II :
MEMBACA MAJALAH/KORAN 3. SESI III: MELIHAT GAMBAR TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL
PERILAKU KEKERASAN: 1. SESI I : MENGENAL PK 2. SESI II : MENCEGAH PK DENGAN KEGIATAN FISIK 3.
SESI III : MENCEGAH PK DGN KEGIATAN INTERAKSI SOSIAL ASERTIF 4. SESI IV : MENCEGAH PK DGN
KEGIATAN PATUH MINUM OBAT 5. SESI V : MENCEGAH PK DGN KEGIATAN IBADAH

TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI Sesi I : mengenal halusinasi Sesi II : Mengontrol
halusinasi: menghardik halusinasi Sesi III : Mengontrol halusinasi: melakukan kegiatan Sesi IV :
Mengontrol halusinasi: bercakap-cakap Sesi V : Mengontrol halusinasi: minum obat teratur Tak
stimulasi persepsi harga diri rendah Sesi I : mengidentifikasi aspek positif Sesi II : Melatih kem,ampuan
dan aspek positif

Tak stimulasi sensorik Tak stimulasi sensorik  Tak dengan fokus memberikan stimulasi kepada klien agar
memberikan respon yang adekuat. Indikasi untuk klien Isolasi sosial Harga diri rendah Kurang
komunikasi verbal

Tujuan tak stimulasi sensorik

Klien mampu berespon terhadap suara yang didengar terhadap gambar yang dilihat mengekspresikan
perasaan melalui gambar bentuk, visual maupun gabungan.

KEPERAWATAN JIWA DALAM BENCANA

A. Definisi Bencana Definisi Bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang menyebabkan
kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau
pelayanan kesehatan dalam skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat dan wilayah
yang terkena. Dalam setiap bencana yang terjadi, selalu ada implikasi kesehatan jiwa – baik dalam kasus
bencana alam, misalnya gempa bumi, tsunami, angin ribut, atau pada bencana yang diakibatkan oleh
manusia, misalnya perang atau kekerasan interpersonal.Bencana alam dapat menyebabkan dampak
serius dan berkepanjangan terhadap kesehatan fisik maupun psikologis pada korban bencana yang
selamat.

Jenis-jenis bencana: 1) Bencana alam (natural disaster), yaitu kejadian-kejadian alami seperti
banjir,genangan, gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya. 2) Bencana ulah manusia (man-
made disaster), yaiut kejadian-kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau
kendaraan, kebakaran,ledakan, sabotase dan lainnya.

Bencana berdasarkan cakupan wilayahnya terdiri atas: 1) Bencan Lokal, bencana ini memberikan
dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan, misalnya kebakaran, ledakan, kebocoran kimia dan
lainnya. 2) Bencana regional, jenis bencan ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis
yang cukup luas dan biasanya disebabkan leh faktor alam seperti alam,banjir, letusan gunung dan
lainnya.

B. Fase-fase bencana Menurut Barbara santamaria (1995),ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana
yaitu fase pre impact,impact,dan post impact

1. Fase pre impact merupakan warning phase,tahap awal daribencana.

2. Fase impact Merupakan fase terjadinya klimaks bencana


3. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase darurat.

C. Permasalahan dalam penanggulangan bencana

Masyarakat Indonesia termasuk aparat pemerintah didaerah memiliki keterbatasan pengetahuan


tentang bencana seperti berikut : 1) Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya 2) Sikap atau
prilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA3) Kurangnya informasi atau peringatan dini yang
mengakibatkan ketidaksiapan 4) Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman
bahaya.

D. Kelompok rentan bencana

Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang menyebabkan
ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi bencana untuk mencegah,
menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya tertentu. Kerentanan terbagi atas:

1. Kerentanan fisik

2. Kerentanan ekonomi

3. Kerentanan sosial

4. Kerentanan lingkungan

E. Paradigma Penanggulanngan Bencana

Konsep penanggulangan bencana telah mengalami pergeseran paradigm dari konfensional yakni
anggapan bahwa bencana merupakan kejadian yang tak terelakan dan korban harus segera
mendapatkan pertolongan, ke paradigm pendekatan holistic yakni menampakkan bencana dalam tatak
rangka menejerial yang dikenali dari bahaya, kerentanan serta kemampuan masyarakat.

F. Pengurangan Risiko Bencana

Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi: 1) Pra bencana, pada tahapan ini
dilakukan kegiatan perencanaan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana,
pencegahan,pemaduan dalam perencanaan pembangunan, persyaratan analisis risiko bencana,
penegakan rencana tata ruang,

2) Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap loksi,kerusakan dan sumber daya;
penentuan status keadan darurat;penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan
dasar;pelayanan psikososial dan kesehatan. 3) Paska bencana, tahapan ini mencakup kegiatan
rehabilitasi (pemulihan daerah bencana, prasaranan dan saran umum, bantuan perbaikan rumah, social,
psikologis, pelayanan kesehatan, keamanan dan ketertiban) dan rekonstruksi (pembangunan,
pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana termasuk fungsi pelayanan kesehatan.

G. Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap Bencana


Mahasiswakeperawatan tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek
keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga sangat di butuhkan saaat keadaan
darurat.

H. Jenis Kegiatan Siaga Bencana

Berikut beberapa tnidakan yang bisa dilakukan oleh mahasiswa keperawatan dalam situasi tanggap
bencana:

1) Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik

2) Pemberian bantuan

3) Pemulihan kesehatan mental

4) Pemberdayaan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai