“ AMNIOSENTESIS”
Oleh :
Kelompok 3
Haryeni Sastra Anggraini 2001019
Indri Hotma Novida 2001021
Lutfiana Nurul Wahidah 2001026
Miftahul Jannah 2001028
Nicky Viola Agatha 2001033
Denisya Anggraini 2001145
Falya Aisyah Salam 2001151 Dosen pengampu:
Liliana Saharani 2001156 Apt. Rahmayati Rusnedy, S.Farm, M.Si
Putri Ameilia Azlin 2001163
Shaddam Satriawan 2001177
01 PENGERTIAN AMNIOSENTESIS
05 PROSEDUR AMNIOSENTESIS
Diduga ada resiko tinggi dari kelainan janin atau cacat bawaan.
Kehamilan yang diduga mengalami infeksi dalam Rahim atau janin
mengalami anemia atau infeksi.
Mengobati polyhydramnios, yaitu kelebihan cairan ketuban.
Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada
kehamilan, seperti bayi lahir premature (lahir sebelum usia
kandungan 37 minggu), dengan prosedur amniosentesis ini bisa
mengeluarkan kelebihan cairan ketuban dari dalam Rahim.
TUJUAN AMNIOSENTESIS
•Mengetahui ketidak normalan janin sebelum kelahiran. Pemeriksaan amniocentesis dilakukan bila
setelah pemeriksaan USG kehamilan dicurigai adanya kelainan pada janin, misalnya sindrom Patau.
•Mengetahui perkembangan paru-paru janin.
•Memastikan terjadinya chorioamnionitis, yaitu infeksi bakteri pada kantung ketuban (amnion) dan lapisan
pembentuk ari-ari (chorion).
•Mengevaluasi kelainan pada janin akibat alloimmunization, yaitu kelainan akibat respons sistem imun
atau kekebalan tubuh ibu yang ikut dipindahkan kepada janin, serta menimbulkan masalah bagi janin.
Kelainan akibat alloimmunization ini adalah kelainan akibat ketidakcocokan rhesus (inkompabilitas
rhesus) atau hidrops fetalis. Bila inkompabilitas rhesus tidak terdeteksi sejak awal bisa membahayakan
kondisi janin.
•Pengobatan polihidramnion, yaitu dengan memberikan obat secara langsung ke dalam ketuban, untuk
mengurangi tekanan dalam rahim. Amniocentesis juga dapat digunakan untuk memberikan obat secara
langsung ke janin.
Kondisi ibu hamil yang tidak
dianjurkan untuk melakukan
amniosentesis:
Hasil ini dapat diperoleh melalui pemeriksaan Hasil ini dapat diperoleh melalui pemeriksaan
rapid test yang dapat mengidentifikasi pada seluruh pasangan kromosom
sejumlah kondisi kromosom yang menggunakan metode full karyotype. Hasil
menyebabkan kelainan fisik dan mental. biasanya akan diterima lebih lama yaitu sekitar
Beberapa diantaranya: dua sampai tiga minggu karena pemeriksaan
• Kelainan kromosom ekstra 21 yang dilakukan terhadap ke – 23 pasangan
menyebabkan down syndrome kromosom.
• Kelainan kromosom ekstra 18 yang Beberapa kelainan yang bisa diketahui melalui
menyebabkan Edward syndrome pemeriksaan ini seperti cystic fibrosis AR, sickle
cell disease AD, Tay-Sachs disease AR,
• Kelainan kromosom ekstra 13 yang Thalasemia AD.
menyebabkan sindrom patau
RISIKO KOMPLIKASI
PASCA AMNIOSENTESIS
1. KEGUGURAN
Jika keguguran memang terjadi, biasanya
terjadi dalam 72 jam pasca amniosentesis.
Namun, keguguran masih bisa terjadi hingga
dua minggu sesudahnya.