MAKALAH PVR KEL 5 FIX Bismillah (Rabu)
MAKALAH PVR KEL 5 FIX Bismillah (Rabu)
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Penulis
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kutu adalah serangga yang sangat mengganggu manusia karena menghisap
darah. Kutu juga bisa menjadi vektor penyakit. Kutu busuk mulai menjadi
masalah, sebenarnya permasalahan yang (mulai) terjadi di Indonesia tidak separah
permasalahan yang sudah terjadi di banyak negara di Eropa, Amerika Serikat,
Canada, dan Australia; bahkan Malaysia dan Singapura mulai melaporkan adanya
permasalahan dengan kutu busuk. Di AS, misalnya pada tahun 2007 dilaporkan
telah terjadi peledakan populasi (out breaks) kutu busuk di 50 negara
bagian. Munculnya kembali kutu busuk, merupakan salah satu misteri dalam
Entomologi, mengingat serangga penghisap darah ini hampir tidak muncul untuk
jangka waktu puluhan tahun. Walaupun demikian, adalah fakta bahwa dengan
adanya globalisasi, orang dan barang dapat dengan mudah berpindah dari satu
tempat/negara ke tempat/negara lainnya. Mobilitas ini turut memberikan
kontribusi terhadap penyebaran kutu busuk ini ke seluruh dunia. Indikasi ini dapat
dilihat antara lain bahwa kutu busuk banyak ditemukan di tempat orang datang
dan pergi seperti hotel, losmen, apartemen dan asrama. Kutu busuk (termasuk
telurnya) dapat terbawa secara tidak sengaja beserta pakaian, dalam koper/ransel,
suitcase dan sebagainya.
1.2 RumusanMasalah
1. Apa pengertian dari kutu busuk?
2. Pengaruh kesehatan apa yang dapat disebabkan oleh kutu busuk?
3. Bagaimana cara pengendalian dari kutu busuk?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kutu busuk.
2. Untuk mengetahui pengaruh kesehatan apa yang dapat disebabkan oleh kutu
busuk.
3. Untuk mengetahui cara pengendalian dari kutu busuk.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi Cimex Lectularius (Kutu Busuk)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Cimicidae
Genus : Cimex
Spesies : Cimex Lectularius, Cimex Hemipterus (Natadisatra, 2005)
Sepesies cimex di bagi menjadi dua berdasarkan habitatnya di antaranya
(Natadisatra, 2005)
a. Sepesies. Cimexlectularius (Common bed busg). Banyakterdapat di
negridenganempatiklim
Cimexhemipterus (Oriental bed
bugs)Sumber:http://leopurnawanmikroteknkcimexlectularius.blogspot.co.id/2014/07/cimex-
lectularius-kutu-busuk_14.html
Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa Yunani hemi (setengah) dan pteron
(sayap) sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Hemiptera berarti "yang
bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki
sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian
belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota
Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang
seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya
tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang (Jumar. 2000).
Hemiptera terdiri dari 4 subordo berbeda: Auchenorrhyncha,
Coleorrhyncha, Heteroptera, dan Sternorrhyncha. Subordo penyusun Hemiptera
sendiri pada awalnya dipisahkan ke dalam 2 ordo berbeda, ordo Homoptera dan
ordo Heteroptera/Hemiptera dengan melihat perbedaan pada kedua sayap
serangga anggota penyusun kedua ordo tersebut. Kedua ordo tersebut akhirnya
dikombinasikan menjadi satu ordo, yaitu ordo Hemiptera yang terdiri dari 4
subordo seperti yang dikenal sekarang dengan subordo Heteroptera memiliki
anggota penyusun terbanyak (mencapai 25.000 spesies) di mana anggotanya
umumnya adalah kepik-kepik sejati besar seperti walang sangit dan kepik
pembunuh (Jumar. 2000).
2.1.2 Morfologi
Kutu busuk, tubuhnya berbentuk oval, pipih, dorsoventral, berukuran 4-6
mm, dan berwarna coklat kekuningan atau coklat gelap. Bersegmen terdiri atas
kepala, thorax, dan abdomen berwarna kuning coklat pada larva dan coklat merah
pada imago. Sayapnya tidak berkembang (vestigial) dan abdomennya terdiri atas
9 ruas. Cimex betina sedikit lebih besar daripada jantan. Ketika belum menghisap
darah ukuran panjang tubuh bedbug adalah 4 mm sampai 6 mm dan memiliki
permukaan atas tubuh berkerut. Dan bila sudah menghisap darah tubuhnya
memanjang dan membengkak, warnanya menjadi kusam. Telur berwarna putih
dan memiliki panjang sekitar 0.7 mm. Telur baru menetas hampir tidak berwarna.
Hidup pada sela-sela perabot rumah tangga seperti kursi, tempat tidur, dan pada
sela-sela dinding. Pada sarang burung wallet juga ada, hanya spesiesnya berbeda,
kandang ayam juga ada kemungkinan merupakan habitatnya. Penyebarannya
cukup luas, banyak didaerha tropic. Menghisap darah pada malam hari atau di
ruang gelap pada siang hari (gedung bioskop). Mempunyai bau khas (busuk)
sehingga disebut kutu busuk (Djaenudin, 2009; 330).
Sumber: https://www.cdc.gov/dpdx/bedbugs/index.html
Gambar 5. Perbedaan Segmen Paling Ujung Kutu Busuk Jantan dan Betina
Sumber:http://leopurnawanmikroteknkcimexlectularius.blogspot.co.id/2014/07/cimex-lectularius-
kutu-busuk_14.html
Gambar 6. Pebedaan Bentuk dan Ukuran Kutu Busuk Jantan dan Betina
Sumber: http://leopurnawanmikroteknkcimexlectularius.blogspot.co.id/2014/07/cimex-lectularius-
kutu-busuk_14.html
ALAT BAHAN
Wadah Formalin Kutu Busuk
Wadah untuk pengeringan Formalin
Masker Figura
Kacamata
Handcun
Gunting
Isolasi /double tip
Sendok
Bolpoin
Tisu
Pinset
Untuk menangkap kutu busuk kita harus :
a. memakai handcun untuk mencari-cari kutu dibagian sela-sela kasur.
Kemudian pakailah jas hujan untuk melindungi badan dari lemparan
kutu busuk karena kutu busuk yang berukuran kecil dikhawatirkan akan
merayap ditubuh dan menghisap darah kita.
b. Setelah memakai handscun dan jas hujan agar mempermudah pencarian
kutu busuk bisa menggunakan senter atau tanpa menggunakan senter
namun harus dicari saat pagi atau siang hari
c. Setelah menemukan kutu maka kutu tersebut bisa langsung diambil dan
diletakkan di wadah yang tertutup/toples yang telah disiapkan agar tidak
merayap kemana mana. Untuk mengambil kutu dewasa bisa langsung
menggunakan tangan atau bisa juga dengan menggunakan pinset. Untuk
mengambil telur kutu juga bisa menggunakan sendok atau pinset.
d. Kutu tersebut kemudian dikumpulkan dan diletakkan didalam toples
yang telah di masukkan kapas /kapuk didalamnya agar kutu dapat tinggal
seperti di tempat tinggal yang sebelumnya.
e. Kemudian toples tersebut di lubangi kecil-kecil agar udara dapat masuk
ke dalam toples sehingga kutu tersebut tidak mati.
3. Kemudian langsung kami lakukan proses pengawetan
4. Membeli bahan-bahan yang dibutuhkan seperti formalin, figura, preparat,
tempered glass, kuteks bening, dan isolasi
5. Menyiapkan alat yang dibutuhkan seperti wadah formalin, wadah untuk pen
geringan, masker, kacamata, handcun, gunting, sendok, polpoin dan isolasi.
3.4 Pelaksanaan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Memakai alat pelindung diri (masker, kacamata, handcun).
3. Kutu yang diawetkan dapat dibunuh terlebih dahulu maupun tidak. Jika
ingin mematikan kutu maka dapat dengan disemprot dengan bahan
pembunuh serangga contoh baygon.
4. Menuangkan formalin ke toples/wadah yang tadi menjadi tempat
pengumpulan kutu.
5. Rendam ± 5 menit.
6. Buang formalin dari toples/wadah, kemudian kutu busuk ditaruh di tempat
pengeringan.
7. Kemudian kutu busuk diangin-anginkan agar tidak basah dan bau formalin
hilang.
8. Biarkan hingga kering dan siap digunakan media pengawetan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Kegaiatan
Berdasarkan kegiatan yang kelompok kami lakukan, terdapat 1 jenis kutu
busuk yaitu Cimex Lectularis.Terdapat perbedaan antara kutu busuk sebelum
direndam ke dalam formalin dengan setelah direndam yaitu tubuh kutu busuk
yang diawetkan menjadi keras dan sekidit alot. Kaki-kaki pada kutu busuk yang
diawetkan menjadi mengkerut dan bengkok sehingga jika di luruskan akan patah.
Tetapi untuk ukuran sebelum dan sesudah direndam formalin tetap sama.
Berikut merupakan ukuran panjang dari kutu yang kami teliti:
Cimex Lectularis
Nimfa 4 milimeter
Betina 6milimeter
Jantan 8 milimeter
Selain ukuran, jenis kelamin kutu busuk juga memiliki perbedaan sebagai
berikut:
Jantan Betina
Warna Lebih terang Warna kurang terang
abdomen
Berdasar data diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengamatan ini
adalah untuk mempermudah pemahamin morfologi dan anatomi dari kutu busuk.
Terutama hasil yang sangat terlihat yaitu ukuran panjang kutu busuk (yang
tergantung jenis dan umurnya) dan perbedaan antara kutu busuk jantan dan betina,
Kutu busuk jantan mempunyai abdomenya lebih runcing dan ramping dibanding
kecoa betina.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Gangguan dan Penularan Akibat Kutu Busuk
Serangga parasit dari keluarga Cimidae adalah salah satu hama yang sering
ada di rumah. Bahkan, hewan yang satu ini tidak selalu ada di tempat yang kotor.
Data dari Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) menunjukkan
bahwa tungau tidak berbahaya dan tidak menyebarkan penyakit. Tapi bukan
berarti mereka tidak mengganggu. Kutu kasur akan menggigit kita untuk
mengisap darah. Hal ini dapat menyebabkan gatal dan ruam yang mengganggu,
dalam beberapa kasus bahkan terjadi reaksi alergi serius.
Dermatitis adalah berbagai gangguan kulit yang semua mengakibatkan
ruam, merah gatal. Namun, penyakit dermatitis selalu berhubungan dengan kulit
yang bereaksi terhadap kekeringan berat, menggaruk, zat iritasi, atau alergen.
Biasanya, substansi yang datang dalam kontak langsung dengan kulit, tetapi
kadang-kadang substansi juga datang karena ditelan (seperti alergi makanan).
Kutu busuk memakan darah dan memiliki mulut yang secara khusus disesuaikan
untuk menusuk kulit manusia. Mereka menyuntikkan air liur selama makan, yang
memiliki sifat antikoagulan dan anestesi.
Bila diamati benjolan merah dan sering disertai dengan rasa gatal yang
sangat intens. Tanda merah adalah akibat dari reaksi alergi terhadap anestesi yang
terkandung dalam air liur kutu busuk, yang dimasukkan ke dalam darah tubuh
korban. Reaksi terhadap gigitan kutu busuk mungkin muncul dibedakan dari
gigitan nyamuk walaupun mereka cenderung berlangsung lama. Sebuah sifat
bersama dengan gigitan kutu adalah kecenderungan pola gigitan sekuensial sering
selaras dalam deretan tiga. Hal ini mungkin disebabkan oleh kutu busuk yang
sedang terganggu sewaktu makan dan relokasi setengah inci atau lebih jauh
sepanjang kulit sebelum melanjutkan makan. Atau, penataan gigitan dapat
disebabkan oleh kutu busuk berulang kali mencari pembuluh darah. Orang
bereaksi secara berbeda terhadap kutu busuk, dan tanggapan individu bervariasi
dengan faktor termasuk jenis kulit dan lingkungan.
Menurut Studi epidemiologi dan eksperimental hepatitis B dapat ditemukan
dengan serangga penghisap darah, seperti nyamuk, kutu busuk gigitan. Ditularkan
melalui gigitan serangga pengisap darah ataupun kutu busuk. Kutu busuk dapat
menularkan penyakit hepatitis B ketika mereka menggigit penderita dan
menghisap darah pada host yang sudah memiliki virus hepatitis / penderita
penyakit hepatitis, kemudian kutu busuk tersebut berpindah lagi pada objek lain
dan langsung mengisap darah kembali. Pada saat menghisap darah, mulut bekas
menghisap darah penderita hepatitis B tadi akan masuk ke dalam jaringan kulit
manusia dan virus yang ada di dalamnya akan menyebar dan bercampur dengan
darah orang lain yang sehat (Djaenudin,2009:331).
Djaenudin, Natadisastra. 2009. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang
Diserang. Jakarta : EGC
Djaenudin, Natadisastra. 2009. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang
Diserang. Jakarta : EGC
Shaleha Fitria. 2015. Pengetahuan Sikap dan Praktik Mahasiswa diasrama Tingkat
Persiapana Bersama Institut Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae infestasi
kutu busuk). Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77754/1/B15fsh.pdf
http://upikke.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Kutu-Busuk-dan-Kiat-Kiat-
Pengendaliannya.pdf
https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/guide/bedbugs- infestation#1
Lampiran
Gambar 3. nimfa dan telur kutu busuk Gambar 4. pengawetan kutu Busuk
Gambar 5. Pengukuran Nimfa Gambar 6. Pengukuran kutu jantan