Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENGENDALIAN VEKTOR DAN RODEN


KUTU BUSUK
(Guna Memenuhi Tugas Pengendalian Vektor dan Rodent Masyarakat Kesehatan
Masyarakat KELAS D )

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Fifian Lula 142110101010

Rias Ekasari 142110101065

M. Fahry Asa F 142110101146

Restu Prastiwi 142110101149

Faik Hotul Hikmah 142110101152

Nabila Chairun Nisa 162110101006

Afrizal Eka Satria 162110101047

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kutu Busuk” dengan tepat waktu.
Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, yaitu :
1. Ibu Rahayu Sri Pujiati, S.KM., M.Kes. selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis sehingga
tersusunlah makalah ini.
2. Orang tua kami yang tidak lupa selalu mendoakan kami dan merupakan
motivasi terbesar kami sampai saat ini.
3. Rekan-rekan yang menempuh mata kuliah Pengendalian Vektor dan
Roden yang telah memberikan dukungan moril.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi
materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan dalam penyempurnaannya dan semoga paper ini dapat memberikan
tambahan wawasan bagi kita semua khususnya teman-teman mahasiswa serta bisa
menjadi bahan referensi untuk pembelajaran kita bersama.

Jember, 22 Mei 2018

Penulis
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kutu adalah serangga yang sangat mengganggu manusia karena menghisap
darah. Kutu juga bisa menjadi vektor penyakit. Kutu busuk mulai menjadi
masalah, sebenarnya permasalahan yang (mulai) terjadi di Indonesia tidak separah
permasalahan yang sudah terjadi di banyak negara di Eropa, Amerika Serikat,
Canada, dan Australia; bahkan Malaysia dan Singapura mulai melaporkan adanya
permasalahan dengan kutu busuk. Di AS, misalnya pada tahun 2007 dilaporkan
telah terjadi peledakan populasi (out breaks) kutu busuk di 50 negara
bagian. Munculnya kembali kutu busuk, merupakan salah satu misteri dalam
Entomologi, mengingat serangga penghisap darah ini hampir tidak muncul untuk
jangka waktu puluhan tahun. Walaupun demikian, adalah fakta bahwa dengan
adanya globalisasi, orang dan barang dapat dengan mudah berpindah dari satu
tempat/negara ke tempat/negara lainnya. Mobilitas ini turut memberikan
kontribusi terhadap penyebaran kutu busuk ini ke seluruh dunia. Indikasi ini dapat
dilihat antara lain bahwa kutu busuk banyak ditemukan di tempat orang datang
dan pergi seperti hotel, losmen, apartemen dan asrama. Kutu busuk (termasuk
telurnya) dapat terbawa secara tidak sengaja beserta pakaian, dalam koper/ransel,
suitcase dan sebagainya.

1.2 RumusanMasalah
1. Apa pengertian dari kutu busuk?
2. Pengaruh kesehatan apa yang dapat disebabkan oleh kutu busuk?
3. Bagaimana cara pengendalian dari kutu busuk?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kutu busuk.
2. Untuk mengetahui pengaruh kesehatan apa yang dapat disebabkan oleh kutu
busuk.
3. Untuk mengetahui cara pengendalian dari kutu busuk.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Taksonomi Kutu busuk


Kutu busuk adalah salah satu insekta yang termasuk dalam ordo Hemiptera
yaitu salah satu jenis serangga yang mengalami metamorfosis tidak
sempurna,serta tidak mempunyai sayap. Umumnya binatang ini hidup dari
menghisap darahkorbannya yaitu manusia atau hewan. Kepinding merupakan
serangga kecil danmerupakan hewan nocturnal hematophagous. Kepinding
manusia masih berkembang pesat dengan populasi yang banyak khususnya di
negara berkembangyang sebelumnya relatif bebas kepinding (Harold J Harlan,
2006).
Genus dan spesies kepinding pada umumnya bisa beradaptasi dengan baikdi
lingkungan manusia. Hewan tersebut dapat ditemukan di daerah iklim diseluruh
dunia dan sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah. Spesies lainnyatermasuk cimex
hemipterus, ditemukan di wilayah tropis (termasuk Florida), yang juga
mengganggu unggas dan kelelawar dan septocimex baveli ditemukan diwilayah
tropis, Afrika Barat dan Amerika Selatan yang mengganggu kelelawardan
manusia. Cimex polasellus dan cimex pipistrella utamanya menyerangkelelawar,
sedangkan haemotosiphon inodora, spesies dari Amerika Utara,memangsa unggas
(Alameda Country Vector Control Services Distric).

2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi Cimex Lectularius (Kutu Busuk)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Cimicidae
Genus : Cimex
Spesies : Cimex Lectularius, Cimex Hemipterus (Natadisatra, 2005)
Sepesies cimex di bagi menjadi dua berdasarkan habitatnya di antaranya
(Natadisatra, 2005)
a. Sepesies. Cimexlectularius (Common bed busg). Banyakterdapat di
negridenganempatiklim

Cimex lectularius (Common bed busg)


Sumber:http://leopurnawanmikroteknkcimexlectularius.blogspot.co.id/2014/07/cimex-
lectularius-kutu-busuk_14.html

b. Sepesies Cimexhemipterus (Oriental bed bugs). Banyak terdapat di daerah


negri tropis 

Cimexhemipterus (Oriental bed
bugs)Sumber:http://leopurnawanmikroteknkcimexlectularius.blogspot.co.id/2014/07/cimex-
lectularius-kutu-busuk_14.html

Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa Yunani hemi (setengah) dan pteron
(sayap) sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Hemiptera berarti "yang
bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki
sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian
belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota
Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang
seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya
tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang (Jumar. 2000).
Hemiptera terdiri dari 4 subordo berbeda: Auchenorrhyncha,
Coleorrhyncha, Heteroptera, dan Sternorrhyncha. Subordo penyusun Hemiptera
sendiri pada awalnya dipisahkan ke dalam 2 ordo berbeda, ordo Homoptera dan
ordo Heteroptera/Hemiptera dengan melihat perbedaan pada kedua sayap
serangga anggota penyusun kedua ordo tersebut. Kedua ordo tersebut akhirnya
dikombinasikan menjadi satu ordo, yaitu ordo Hemiptera yang terdiri dari 4
subordo seperti yang dikenal sekarang dengan subordo Heteroptera memiliki
anggota penyusun terbanyak (mencapai 25.000 spesies) di mana anggotanya
umumnya adalah kepik-kepik sejati besar seperti walang sangit dan kepik
pembunuh (Jumar. 2000).
2.1.2 Morfologi
Kutu busuk, tubuhnya berbentuk oval, pipih, dorsoventral, berukuran 4-6
mm, dan berwarna coklat kekuningan atau coklat gelap. Bersegmen terdiri atas
kepala, thorax, dan abdomen berwarna kuning coklat pada larva dan coklat merah
pada imago. Sayapnya tidak berkembang (vestigial) dan abdomennya terdiri atas
9 ruas. Cimex betina sedikit lebih besar daripada jantan. Ketika belum menghisap
darah ukuran panjang tubuh bedbug adalah 4 mm sampai 6 mm dan memiliki
permukaan atas tubuh berkerut. Dan bila sudah menghisap darah tubuhnya
memanjang dan membengkak, warnanya menjadi kusam. Telur berwarna putih
dan memiliki panjang sekitar 0.7 mm. Telur baru menetas hampir tidak berwarna.
Hidup pada sela-sela perabot rumah tangga seperti kursi, tempat tidur, dan pada
sela-sela dinding. Pada sarang burung wallet juga ada, hanya spesiesnya berbeda,
kandang ayam juga ada kemungkinan merupakan habitatnya. Penyebarannya
cukup luas, banyak didaerha tropic. Menghisap darah pada malam hari atau di
ruang gelap pada siang hari (gedung bioskop). Mempunyai bau khas (busuk)
sehingga disebut kutu busuk (Djaenudin, 2009; 330).

Kutu busuk, tubuhnya berbentuk oval, pipih, dorsoventral, berukuran 4-6


mm, dan berwarna coklat kekuningan atau coklat gelap. Bersegmen terdiri atas
kepala, thorax, dan abdomen berwarna kuning coklat pada larva dan coklat merah
pada imago. Sayapnya tidak berkembang (vestigial) dan abdomennya terdiri atas
9 ruas. Cimex betina sedikit lebih besar daripada jantan. Ketika belum menghisap
darah ukuran panjang tubuh bedbug adalah 4 mm sampai 6 mm dan memiliki
permukaan atas tubuh berkerut. Dan bila sudah menghisap darah tubuhnya
memanjang dan membengkak, warnanya menjadi kusam. Telur berwarna putih
dan memiliki panjang sekitar 0.7 mm. Telur baru menetas hampir tidak berwarna.
Hidup pada sela-sela perabot rumah tangga seperti kursi, tempat tidur, dan pada
sela-sela dinding. Pada sarang burung wallet juga ada, hanya spesiesnya berbeda,
kandang ayam juga ada kemungkinan merupakan habitatnya. Penyebarannya
cukup luas, banyak didaerha tropic. Menghisap darah pada malam hari atau di
ruang gelap pada siang hari (gedung bioskop). Mempunyai bau khas (busuk)
sehingga disebut kutu busuk (Djaenudin, 2009; 330).

Sumber: https://www.cdc.gov/dpdx/bedbugs/index.html

2.1.3 Struktur dan Fungsi


Stuktur dan Fungsi Bagian tubuh kutu busuk terbagi menjadi 3 bagian
yaitu:
a. Bagian kepala. Terdapat sepasang antenna bersegmen4 buah, sepasang mata
faset dan proboscis berbentuk penusuk dan penghisap, jika tidak digunakan
dapat dilipat ke bagian ventral. Terdiri atas segmen-segmen, terdapat alat-
alat mandibula, maxilla, labial groove, labium, labrum epifaring, akar
mandible, dan maxilla. (Djaenudin, 2009; 330).
b. Bagian thorax. Terdiri dari prosternum, mesosternum, metasternum,
mesopleuron dan hemelytra. Terdapat 3 pasang kaki, terdiri atas
coxatrochanter,femur, tibia, tarsus, kuku. Thorax segmen terakhir terdpat
stink glands yang bermuara pada coxa kaki terakhir. Stink glands adalah ciri
khas bau kutu busuk (cimex) (Djaenudin, 2009; 330).
c. Bagian abdomen. Bentuknya pipih dan melebr. abdomennya terdiri atas 9
ruas yang jelas. Hewan jantan dan betina dibedakan pada segmen terakhir.
Hewan betina segmen terakhir bilateral simetris (ada organ berlese) pada
segmen ke-8 terdapat gonopodia, sedangkan pada jantan berssegmen
abdomen terkhir (ke-9) asimetris, karena adanya adeagus. Seluruh tubuhnya
tertutup oleh rambut-rambut kasar (seta) dan beberapa rambut halus. Tibia
kaki panjang dan tarsinya mempunyai tiga ruas. Kutu busuk dewasa
mempunyai sepasang kelenjar bau di ventral toraks, dan yang muda
mempunyai kelenjar serupa di dorsal abdomen. Labrumnya kecil dan tidak
dapat digerakkan. Labium membentuk suatu tabung yang terdiri atas 4 ruas,
dan mengandung stilet maksila dan mandibula yang berguna untuk menusuk
dan mengisap (Djaenudin, 2009; 330)

2.2 Jenis- Jenis Kutu Busuk


Jenis kutu busuk yang penyebarannya di wilayah bumi beriklim subtropis
adalah Cimex lectularius. Cimex hemipterus adalah jenis spesies kutu busuk yang
ada di wilayah Indonesia dan wilayah tropis lainnya. Cara membedakan C.
hemipterus dengan C. lectularius adalah melihat lebar dan panjang pronotum.
Pronotum C. lectularius lebih lebar dibanding dengan C. hemipterus, seperti pada
Gambar 1. Lebar dan panjang rata-rata pronotum C. hemipterus adalah 0.57 mm
dan 1.10 mm.

Gambar 1 Cimex hemipterus (A) dan Cimex lectularius (B)


Sumber: https://www.cdc.gov/dpdx/bedbugs/index.html
2.3 Perilaku dan Daur Hidup
Karena bentuk tubuhnya yang gepeng, kutu busuk ini mampu merayap dan
menyusup ke dalam celah yang sangat sempit. Kutu busuk C. hemipterus ini
sangat terkenal di Indonesia, dan orang akan segera mengenalinya karena baunya
apabila kutu busuk tersebut dipencet.
Kutu busuk ini sering bersembunyi di celah-celah kursi kayu, rotan, di
rumah-rumah, restoran, gedung bioskop, kasur di losmen, bahkan celah-celah
kandang hewan dan unggas yang terbuat dari kayu atau bambu. Kutu busuk ini
aktif mengisap darah manusia dan hewan di malam hari. Tusukan bagian mulut
kutu busuk ini sangat menyakitkan dan menimbulkan kegatalan serta bentol-
bentol yang cukup mengganggu.
Setelah mengisap darah biasanya kutu busuk ini akan bersembunyi di
celahcelah tersebut selama beberapa hari, kemudian bertelur. Seekor betina
mampu memproduksi sebanyak 150-200 butir telur selama hidupnya, dengan
frekwensi bertelur setiap harinya 3-4 butir. Telurnya berwarna putih krem,
panjangnya satu mm dan mempunyai operkulum. Dalam waktu 3-14 hari pada
suhu 23o C, telur akan menetas menjadi nimfa. Nimfa pertama akan berganti kulit
menjadi nimfa ke-2, 3, demikian seterusnya sampai nimfa kemudian berganti kulit
lagi menjadi instar terakhir. Banyaknya pergantian kulit berbeda-beda tergantung
jenis, makanan dan suhu. Rata-rata antara 5 sampai 6 kali. Pertumbuhan yang
demikian termasuk ke dalam metamorfosis tidak sempurna. Laju perkembangan
juga tergantung makanan dan suhu. Pada suhu yang sesuai, stadium dewasa
dicapai dalam waktu 8-13 minggu setelah menetas. Lama hidup (longevity)
dewasa panjang yaitu 6-12 bulan, dan ia dapat bertahan hidup tanpa makan selama
4 bulan.
Pemencaran kutu busuk dari satu tempat ke tempat lainnya ialah melalui
baju yang dipakai orang, tas, atau peralatan kandang yang mengandung kutu
busuk. Biasanya yang potensial sebagai sumber pemencaran dan yang
bertanggung jawab dalam proses ini ialah kutu busuk betina yang sudah
mengandung telur (gravid). Penyebaran yang meluas dari satu tempat ke tempat
lainnya berkaitan dengan mobilitas orang dan sanitasi lingkungan yang buruk.
Sejauh ini kutu busuk secara alamiah belum pernah dilaporkan merupakan
masalah dalam penularan penyakit. Kerugian yang nyata akibat infestasi kutu
busuk ini adalah gangguan iritasi, bentol-bentol, dan anemia.

2.4. Reproduksi seksual pada kutu busuk


Komitmen yang sungguh-sungguh terhadap fertilisasi internal
ditunjukkanoleh kutu busuk. Evolusi menyebabkan ukuran penis jantan membesar
sedemikianrupa sehingga tidak dapat lagi dimasukkan ke dalam oviduk betina.
Terdapatkantung-kantung terspesialisasi yang berkembang di sepanjang bagian
tepiabdomen betina. Jantan meletakkan spermanya dalam kantung-kantung
tersebut.Sperma kemudian meliang menembus jaringan betina agar bisa bersatu
dengansel-sel telur dalam ovarium. Proses fertilisasi dari kutu busuk adalah
sebagai berikut :
a. Kutu busuk jantan mendekati dan menusukkan alat kelaminya ke dinding
abdomen kutu busuk betina
b. Sperma kemudian masuk dan menembus jaringan betina
c. Kemudian sel sperta bergabung dengan sel-sel telur dalam ovarium
(George, 1999)

2.5. Tempat peristirahatan dan kebiasaan hidup


Bed bugs serangga pergerakan cepat yang aktif di malam hari. Mereka
kebanyakan makan di malam hari ketika hust mereka tertidur. Dengan
menggunakan paruhnya yang tajam untuk menembus kulit host, mereka
menyuntikkan cairan ludah yang mengandung anti koagulan yang membantu
mereka menghisap darah. Nimfa dapat membesar dengan menghisap darah dalam
waktu tiga menit, sedangkan bed bugs dewasa dapat membesar dengan waktu
sepuluh sampai lima belas menit. Mereka kemudian merangkak pergi ke
tempat persembunyian untuk mencerna makanan (http://www.webmd.com/).
Bed bugs bersembunyi pada siang hari dalam gelap. Bed bugs lebih
memilih permukaan kain, kayu, dan kertas. Mereka biasanya tinggal dekat dengan
host, meskipun mereka dapat melakukan perjalanan jarak jauh. Bed bugs awalnya
dapat ditemukan sekitar jahitan, dan lipatan kasur, kemudian menyebar ke celah-
celah di ranjang. Mereka kemungkin bersembunyi di kusen jendela dan
pintu,kotak listrik, retakan lantai, tepian furniture, dan di bawah papan taktik
daridinding ke dinding karpet. Bed bugs sering merangkak ke atas untuk
bersembunyi dihiasan dinding, lipatan kain, retak di plester, dan cetakan langit-
langit(http://www.webmd.com).

2.6 Membedakan Kutu Busuk Jantan dan Betina


Segmen paling ujung, pada cimex betina berbentuk bilateral simetris (ada
organ berlase) pada segmen ke-8 terdapat gonopoida, sedangkan pada jantan
segmen abdomen terkhir (ke-9) asimetris, karena ada adeagus. Cimex betina
sedikit lebih besar daripada jantan. Terdapat kantung-kantung terspesialisasi yang
berkembang di sepanjang bagian tepi abdomen betina.

Gambar 5. Perbedaan Segmen Paling Ujung Kutu Busuk Jantan dan Betina
Sumber:http://leopurnawanmikroteknkcimexlectularius.blogspot.co.id/2014/07/cimex-lectularius-
kutu-busuk_14.html
Gambar 6. Pebedaan Bentuk dan Ukuran Kutu Busuk Jantan dan Betina
Sumber: http://leopurnawanmikroteknkcimexlectularius.blogspot.co.id/2014/07/cimex-lectularius-
kutu-busuk_14.html

2.7 Proses Pengawetan


Pengawetan hewan terdiri dari 2 macam yaitu Pengawetan Hewan Vertebrata
dan Pengawetan Hewan Avertebrata.
1. Pengawetan Hewan Vertebrata (pengawetan ini dilakukan untuk hewan
yang memiliki tulang belakang). Berikut merupakan cara pengawetan
hewan vertebrata:
a. Penangkapan/penentuan jenis hewan yang akan diawetkan. Tahapan
ini tergantung pada apa dan tujuan kita dengan pengawetan hewan. Ini.
Kita juga harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip/kelestarian
alam/lingkungan.
b. Pematian Hewan. Teknik pematian hewan ini berbeda tergantung jenis
hewan apa yang akan kita matikan. Dalam proses pematian ini
prinsipnya darah tidak keluar dari organ tubuh, dan dipastikan benar
bahwa hewan tersebut benar-benar mati.
c. Pengulitan (Skining). Tahapan ini adalah bagaimana caranya kita
melepaskan kulit yang melekat pada otot/menempel pada daging
hewan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya kita harus
dilengkapi dengan seperangkat alat bedah yang lengkap dan tajam
sehingga proses pengulitan berjalan dengan baik (kilit terkuliti, tidak
ada otot/daging yang menempel pada kulit).
d. Pengawetan Kulit (Preserving). Pengawetan kulit ini penting dilakukan
karena bisa menyebabkan bau busuk bila kita tidak benar-benar
memahami tahapan ini. Setelah selesai pengulitan, kita lanjutkan
dengan pengawetan kulit dengan cara memberi pengawet kulit (boric
acid) yang ditaburkan ke seluruh kulit yang dikuliti (bagian dalam).
Setelah itu untuk beberapa hari dikeringkan. Lama pengeringan
tergantung jenis hewannya.
2. Pengawetan Hewan Avertebrata (pengawetan ini dilakukan untuk hewan
yang tidak memiliki tulang belakang). Tujuannya adalah untuk
mempermudah pemahaman morfologi, anatomi, anatomi dan sistematika
hewan avertebrata dengan membuat media pendidikan sendiri.
Berikut merupakan carapengawetan hewan avertebrata:
a. Kegiatan mematikan hewan.
Yaitu dengan cara memasukkan hewan avertebrata ke dalam larutan
pembunuh seperti alkohol pekat atau larutan formalin 3%. Pada hewan
yang melakukan gerakan-gerakan yang kuat sebaiknya tidak langsung
dimatikan tapi dilakukan anastesi dahulu. Untuk melakukan anastesi
dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat sebagai berikut :
- Menthol, dengan cara menaburkan kristal-kristal menthol
padapermukaan air tempat hewan tersebut mengembang.
- Magnesium sulfat, kristal magnesium langsung ditaburkan pada
permukaan hewan yang masih basah.
- Magnesium chlorida, larutan chlorida 7,5% (dilarutkan air yang
telah mendidih) kemudian hewan seperti plankton dimasukkan ke
dalam larutan tersebut selama 30 detik.
- Chloral hydrate, digunakan untuk melakukan anastesi hewan air
tawar
- Propylene phenoxetol, dengan cara merendam hewan-hewan yang
mau dianastesi lalu ditetesi larutan propylene phenoxetol yang
kadarnya tidak melebihi 1%.
- Ethyl alcohol, untuk anastesi hewan air tawar dengan kadar 10%.
b. Fiksasi
Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein penyusun
jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti
kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk
fiksasi adalah formaldehyde, ethanol, asam asetat.
c. Pengawetan.
Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami
pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri
dan jamur (Muarifin, 2012).
BAB 3. METODE KEGIATAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Maret 2017. Tempat


kegiatan dilaksanakan di lobby Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Jember, Jember

3.2 Alat dan Bahan

ALAT BAHAN
Wadah Formalin Kutu Busuk
Wadah untuk pengeringan Formalin
Masker Figura
Kacamata
Handcun
Gunting
Isolasi /double tip
Sendok
Bolpoin
Tisu
Pinset

3.3 Prosedur Kegiatan


3.3.1 Persiapan
1. Mencari Kutu Busuk

Pencarian kutu busuk dilaksanakan beberapa hari dikarenakan sekarang


kutu busuk semakin jarang ditemukan. Setelah mencari beberapa hari, pada hari
Selasa 15 Mei 2018 di sebuah rumah yang beralamatkan di Jl. tawang mangu dam
3 RT 1 RW 5 nomer 20 Tegal Gede - Jember. Kutu busuk ditemukan di kasur
berbahan kapuk yang berukuran 2x1,5 meter yang sudah lama tinggal dan
berkembang biak di dalam kasur tersebut.
Gambar 1. Kasue  yang Tempat Berkembang Biak Kutu Busuk
Sumber: dokumen pribadi

2. Cara Menangkap Kutu Busuk


Untuk menangkap kutu busuk butuh ketelitian lebih dikarenakan ukurannya
yang sangat kecil dan perilaku kutu busuk yang tidak suka cahaya. Alat dan bahan
yang perlu disiapkan untuk menangkap kutu busuk adalah
a. Wadah tertutup/toples
b. Sendok 
c. Handscun 
d. Senter
e. Jas hujan ( jika diperlukan)

Untuk menangkap kutu busuk kita harus :
a. memakai handcun untuk mencari-cari kutu dibagian sela-sela kasur.
Kemudian pakailah jas hujan untuk melindungi badan dari lemparan
kutu busuk karena kutu busuk yang berukuran kecil dikhawatirkan akan
merayap ditubuh dan menghisap darah kita.
b. Setelah memakai handscun dan jas hujan agar mempermudah pencarian
kutu busuk bisa menggunakan senter atau tanpa menggunakan senter
namun harus dicari saat pagi atau siang hari
c. Setelah menemukan kutu maka kutu tersebut bisa langsung diambil dan
diletakkan di wadah yang tertutup/toples yang telah disiapkan agar tidak
merayap kemana mana. Untuk mengambil kutu dewasa bisa langsung
menggunakan tangan atau bisa juga dengan menggunakan pinset. Untuk
mengambil telur kutu juga bisa menggunakan sendok atau pinset.
d. Kutu tersebut kemudian dikumpulkan dan diletakkan didalam toples
yang telah di masukkan kapas /kapuk didalamnya agar kutu dapat tinggal
seperti di tempat tinggal yang sebelumnya.
e. Kemudian toples tersebut di lubangi kecil-kecil agar udara dapat masuk
ke dalam toples sehingga kutu tersebut tidak mati.
3. Kemudian langsung kami lakukan proses pengawetan
4. Membeli bahan-bahan yang dibutuhkan seperti formalin, figura, preparat,
tempered glass, kuteks bening, dan isolasi
5. Menyiapkan alat yang dibutuhkan seperti wadah formalin, wadah untuk pen
geringan, masker, kacamata, handcun, gunting, sendok, polpoin dan isolasi. 

3.4 Pelaksanaan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Memakai alat pelindung diri (masker, kacamata, handcun).
3. Kutu yang diawetkan dapat dibunuh terlebih dahulu maupun tidak. Jika
ingin mematikan kutu maka dapat dengan disemprot dengan bahan
pembunuh serangga contoh baygon.
4. Menuangkan formalin ke toples/wadah yang tadi menjadi tempat
pengumpulan kutu.
5. Rendam ± 5 menit.
6. Buang formalin dari toples/wadah, kemudian kutu busuk ditaruh di tempat
pengeringan.
7. Kemudian kutu busuk diangin-anginkan agar tidak basah dan bau formalin
hilang.
8. Biarkan hingga kering dan siap digunakan media pengawetan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Kegaiatan
Berdasarkan kegiatan yang kelompok kami lakukan, terdapat 1 jenis kutu
busuk yaitu Cimex Lectularis.Terdapat perbedaan antara kutu busuk sebelum
direndam ke dalam formalin dengan setelah direndam yaitu tubuh kutu busuk
yang diawetkan menjadi keras dan sekidit alot. Kaki-kaki pada kutu busuk yang
diawetkan menjadi mengkerut dan bengkok sehingga jika di luruskan akan patah.
Tetapi untuk ukuran sebelum dan sesudah direndam formalin tetap sama.
Berikut merupakan ukuran panjang dari kutu yang kami teliti:
Cimex Lectularis
Nimfa 4 milimeter
Betina 6milimeter
Jantan 8 milimeter

Selain ukuran, jenis kelamin kutu busuk juga memiliki perbedaan sebagai
berikut:
Jantan Betina
Warna Lebih terang Warna kurang terang
abdomen

Bentuk Lebih ramping dan runcing Lebih bulat dan melebar


abdomen

Berdasar data diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengamatan ini
adalah untuk mempermudah pemahamin morfologi dan anatomi dari kutu busuk.
Terutama hasil yang sangat terlihat yaitu ukuran panjang kutu busuk (yang
tergantung jenis dan umurnya) dan perbedaan antara kutu busuk jantan dan betina,
Kutu busuk jantan mempunyai abdomenya lebih runcing dan ramping dibanding
kecoa betina.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Gangguan dan Penularan Akibat Kutu Busuk
Serangga parasit dari keluarga Cimidae adalah salah satu hama yang sering
ada di rumah. Bahkan, hewan yang satu ini tidak selalu ada di tempat yang kotor.
Data dari Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) menunjukkan
bahwa tungau tidak berbahaya dan tidak menyebarkan penyakit. Tapi bukan
berarti mereka tidak mengganggu. Kutu kasur akan menggigit kita untuk
mengisap darah. Hal ini dapat menyebabkan gatal dan ruam yang mengganggu,
dalam beberapa kasus bahkan terjadi reaksi alergi serius.
Dermatitis adalah berbagai gangguan kulit yang semua mengakibatkan
ruam, merah gatal. Namun, penyakit dermatitis selalu berhubungan dengan kulit
yang bereaksi terhadap kekeringan berat, menggaruk, zat iritasi, atau alergen.
Biasanya, substansi yang datang dalam kontak langsung dengan kulit, tetapi
kadang-kadang substansi juga datang karena ditelan (seperti alergi makanan).
Kutu busuk memakan darah dan memiliki mulut yang secara khusus disesuaikan
untuk menusuk kulit manusia. Mereka menyuntikkan air liur selama makan, yang
memiliki sifat antikoagulan dan anestesi.
Bila diamati benjolan merah dan sering disertai dengan rasa gatal yang
sangat intens. Tanda merah adalah akibat dari reaksi alergi terhadap anestesi yang
terkandung dalam air liur kutu busuk, yang dimasukkan ke dalam darah tubuh
korban. Reaksi terhadap gigitan kutu busuk mungkin muncul dibedakan dari
gigitan nyamuk walaupun mereka cenderung berlangsung lama. Sebuah sifat
bersama dengan gigitan kutu adalah kecenderungan pola gigitan sekuensial sering
selaras dalam deretan tiga. Hal ini mungkin disebabkan oleh kutu busuk yang
sedang terganggu sewaktu makan dan relokasi setengah inci atau lebih jauh
sepanjang kulit sebelum melanjutkan makan. Atau, penataan gigitan dapat
disebabkan oleh kutu busuk berulang kali mencari pembuluh darah. Orang
bereaksi secara berbeda terhadap kutu busuk, dan tanggapan individu bervariasi
dengan faktor termasuk jenis kulit dan lingkungan.
Menurut Studi epidemiologi dan eksperimental hepatitis B dapat ditemukan
dengan serangga penghisap darah, seperti nyamuk, kutu busuk gigitan. Ditularkan
melalui gigitan serangga pengisap darah ataupun kutu busuk. Kutu busuk dapat
menularkan penyakit hepatitis B ketika mereka menggigit penderita dan
menghisap darah pada host yang sudah memiliki virus hepatitis / penderita
penyakit hepatitis, kemudian kutu busuk tersebut berpindah lagi pada objek lain
dan langsung mengisap darah kembali. Pada saat menghisap darah, mulut bekas
menghisap darah penderita hepatitis B tadi akan masuk ke dalam jaringan kulit
manusia dan virus yang ada di dalamnya akan menyebar dan bercampur dengan
darah orang lain yang sehat (Djaenudin,2009:331).

4.2.2 Pengendalian Kutu Busuk


Cara pengendalian yang paling penting adalah menjaga kebersihan
lingkungan dengan memelihara kebersihan tempat tinggal. Kutu busuk dapat
berpindah dengan mudah tanpa diketahui dari satu tempat ke tempat lainnya,
terutama melalui telur yang menempel di pakaian, sprei, koper, barang-barang
bekas, dan lain sebagainya.
1. Secara teknis : Bila ditemukan masalah kutu busuk sebelum dilakukan
pemeriksaan oleh ahli dan belum dilakukan upaya pengendalian, maka
yang harus dilakukan adalah :
a. Bila terjadi di kamar hotel, rumah, asrama, jangan memindahkan
barang apapun dari kamar, bila hal ini dilakukan. kutu busuk akan
mudah menyebar ke tempat lain. Setelah pemeriksaan oleh ahli
dilakukan, semua seprei, gorden dan pakaian yang ada harus
dikeluarkan (termasuk tempat tidur, jangan memindahkan tempat tidur
ke gudang, apalagi memindahkan ke kamar lain, karena akan
menyebarkan kutu busuk ke tempat lain). Barang-barang tersebut
harus diperiksa dengan teliti sebelum dipindahkan ke tempat lain,
terlebih dahulu dimasukkan ke kantong plastik dan ditutup erat-erat.
b. Dengan cara penjemuran, misalnya menjemur kursi, sofa, kasur dan
lain-lain.
c. Menyedot serangga, pengobatan panas atau membungkus kasur.
2. Secara kimiawi : Menggunakan repellent, obat nyamuk bakar, insektisida,
pestisida, jaring nyamuk yang digunakan bersama dangan insektisida
pyrethroid sangat efektif dalam menangkis, dan membunuh kutu busuk
dan generator asap yang mengandung pyrethroid insektisida. Pengendalian
dengan kimiawi ini perlu diulang (biasanya hanya membunuh nimfa dan
dewasa) sampai semua telur kutu busuk yang ada menetas dan terkena
insektisida dan mati. Tetapi pilihan penggunaan pestisida untuk
pengendalian amat terbatas, karena dari beberapa penelitian yang
dilaporkan menunjukkan banyak kutu busuk yang sudah resisten (misalnya
terhadap DDT, organofosfat dan karbamat). Para propoxur karbamat
sangat beracun untuk kutu busuk, namun di Amerika Serikat
Environtmental Protection Agency (EPA) telah enggan menyetujui seperti
penggunaan indoor karena potensi toksisitas untuk anak - anak setelah
paparan kronis.
3. Secara Biologi
Dengan ditemukannya musuh-musuh alam kutu busuk, misalnya kecoak,
semut, laba- laba (terutama Thanatus flavidus), tungau dan kelabang
ataupun binatang yang dikenal dengan nama Reduvius personatus dapat
mengurangi populasi kutu busuk, namun pengendalian biologis sangat
tidak praktis untuk menghilangkan kutu busuk di lingkungan tempat
tinggal manusia.
4. Fisika atau Mekanik termasuk kebersihan
Dengan menjaga kebersihan lingkungan, misalnya dengan memelihara
kebersihan tempat tinggal.
5. Pengendalian kutu busuk sering memerlukan kombinasi pendekatan
pestisida dan non - pestisida. Hal ini karena perlawanan terhadap pestisida
telah meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu sehingga ada
kekhawatiran efek negatif terhadap kesehata dari penggunaan pestisida
(Hadi, 2010).

2.6 Pemberantasan Kutu Busuk


Sampai sekarang tidak ada bukti-bukti bahwa kutu busuk berfungsi sebagai
vektor transmisi penyakit-penyakit manusia. Kutu busuk mengganggu kesenangan
manusia karena menggigit dan menghisap darah manusia. Kutu busuk paling suka
darah manusia, tetapi kadang-kadang juga menghisap darah ayam, unggas
lainnya, tikus, binatang-binatang lain. Mereka hisap darah untuk makanan mereka.
Ada orang yang sangat sensitif terhadap gigitan kutu busuk, tempat yang digigit
menjadi merah, bengkak dun gatal. Tetapi ada juga orang-orang yang seolah-olah
tidak merasa apa-apa kalau digigit oleh kutu busuk. Kutu busuk mempunyai
kebiasaan untuk degaekasi segara sehabis menghisap darah. Tempat gigitan yang
menjadi gatal digaruk-garuk dan faeces kutu busuk terdorong masuk kedalam luka
bekas gigitan, tetapi dengan cara ini tidak ada penularan penyakit. Kutu busuk
bertelur 1-5 butir sehari selama 2-10 bulan sampai seluruhnya diletakkan +200
telur. Kutu busuk betina tahan hidup tanpa makan darah selama 1 tahun dan juga
terhadap suhu rendah (Oo C) untuk waktu yang lama. Kutu busuk biasanya hidup
di tempat tidur, perabot, dinding-dinding dan langit-langit rumah dan kadang-
kadang juga pada ternak \unggas. Pemberantasan kutu busuk bisa dilakukan
dengan menyemprotkan 5% emulsi DDT kedalaman sela-sela ranjang, perabot,
dinding, langit-langit yaitu tempat- tempat dimana kutu busuk itu bersarang. Kutu
busukjuga bisa menjadi kebal terhadap DDT, dalam hal ini bisa dipakai 5%
emulsi lindane.
Cara hidup kutu busuk sangat sulit di deteksi, oleh karena itu pembasmian
tidak dapat dilakukan hanya dengan satu kali perlakuan, terutama pada keadaan
yang parah. Deteksi keberadaan kutut busuk secara mendetail (bongkar semua)
dan memerlukan waktu beberapa jam untuk melakukannya. Kutu busuk sangat
rentan terhadap kelembaban yang tinggi dan suhu 44-45C. Oleh karena itu
pemberantasan dapat dilakukan dengan menyiram air panas di tempat
persembunyian kutu busuk atau menjemur kasur, tempat tidur atau perabotan
rumah lain yang terinfestasi kutu busuk di bawah terik matahari selama beberapa
jam (sekitar 4 jam) (Hadi, 2010). Keberadaan kutu busuk dapat dideteksi dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Ditemukannya sisa kulit kepompong, sisa tubuh dan telur
b. Kotoran tubuh dapat juga kelihatan seperti warna coklat gelap kecil atau
tanda hitam pada seprei, kertas dinding dan pada dinding.
c. Baunya yang menyengat.
d. Periksa adanya gigitan. Gigitan kutu busuk umumnya mirip dengan
bekas gigitan nyamuk dan terdapat pada punggung, lengan, atau kaki
e. Saat terbangun di malam hari, coba lihat sekitar tempat tidur dengan
bantuan senter. Kutu busuk bergerak cepat dan akan segera melarikan
diri saat melihat cahaya. Jika terlihat ada serangga kecil berlarian saat
menyalakan senter, kemungkinan besar tempat tidur sudah dikuasai kutu
busuk.
f. Periksa seprai, selimut, dan kasur akan adanya bercak kemerahan, coklat,
atau hitam. Noda ini merupakan darah yang secara tidak sengaja tercecer
atau merupakan kotoran kutu busuk. Bekas rangka luar atau telur yang
biasanya berada pada lipatan kasur atau celah rangka tempat tidur.
Keberadaan kutu busuk bisa pula dilacak dengan cara memasang perangkap
menggunakan selotip dua sisi (double tape) dan menempelkannya pada sisi kasur,
pada rangka tempat tidur, atau di lantai sekitar tempat tidur.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Cimex dapat berpindah dengan mudah dari satu tempat ke tempat yang
lain. Cimex pada umumnya hidup di celah-celah kayu, tempat tidur
(lipatan). Karpet, laci,kursi/sofa, lemari, gorden, hampir semua bagian
ruangan merupakan tepat persembunyian Cimex. Namun keberadaannya
sulit dicari karena cara hidupnya yang tersembunyi. Mereka akan keluar
ketika malam hari atau siang hari bila populasinya tinggi,serta ruangan
yang gelap untuk menghisap darah manusia.
2. Dampak yang mungkin ditimbulkan akibat munculnya kutu busuk antara
lain dari aspek kesehatan kutu busuk dapat menyebabkan infeksi
sekunder karena garukan di daerah yang digigit kutu busuk, anemia pada
anak-anak serta dari aspek ekonomi misalnya apabila ada hote yang
kedapatan ada kutu busuk di kamarnya, pihak hotel akan dituntut
sehingga menimbulkan kerugian.
3. Kutu busuk dapat menularkan penyakit hepatitis B ketika mereka
menggigit penderita dan menghisap darah pada host yang sudah memiliki
virus hepatitis, kemudian dapat menularkan pada objek lain yang sehat
melalui gigitan langsung kutu busuk dengan membawa virus hepatitis.
Para ilmuan menemukan bahwa binatang pengisap darah itu juga
menyembinyikan bakteri resistan antibiotic, atau disebut superbug.
4. Upaya pengendalian kutu busuk yang dirasa paling efektif adalah
menjaga kebersihan lingkungan dengan memelihara kebersihan tempat
tinggal.
5.2 Saran

1. Hendaknya masyarakat selalu menjaga kebersihan lingkungan serta


higyne perorangan dengan memelihara kebersihan tempat tinggal untuk
pengendalian agar kutu busuk tidak masuk ke lingkungan tempat tinggal.
Sedangkan hygiene perseorangan dimaksud agar individu tersebut tidak
menularkan dan tidak tertular kutu busuk.

2. Kutu sangat mudah menyebar melalui perpindahan ( tas, koper, dll)


maka perlu dilakukan pemeriksaan dan dibersihkan secara rutin dan terus
menerus. Terutama di hotel dan sektor pariwisata.

3. Pemerintah sebaiknya membuat suatu kebijakan untuk penanganan


perkembangbiakan Cimex. Utamanya pada sektor pariwisata dan
perhotelan. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak merugikan bagi para
pengunjung dan juga pemilik.
DAFTAR PUSTAKA

Natadisatra, Djaenudin. 2005. Parasitologi kedokteran dituju dari orang tubuh yang di


serang.EGC : Jakarta.

Djaenudin, Natadisastra. 2009. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang
Diserang. Jakarta : EGC

George. 1999. Biologi. Edisi ke 2. Diterjemahkan oleh: Damaring Tyas. Jakarta:Erlangga

Hadi, Susi Soviana. 2010. Ektoparasit: Pengenalan, Identifikasi, dan


Pengendaliannya.Bogor (ID): IPB P

Djaenudin, Natadisastra. 2009. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang
Diserang. Jakarta : EGC

Shaleha Fitria. 2015. Pengetahuan Sikap dan Praktik Mahasiswa diasrama Tingkat
Persiapana Bersama Institut Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae infestasi
kutu busuk). Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/77754/1/B15fsh.pdf

http://upikke.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Kutu-Busuk-dan-Kiat-Kiat-
Pengendaliannya.pdf

https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/guide/bedbugs- infestation#1
Lampiran

Gambar 1. Pencarian kutu Busuk Gambar 2. kutu Busukk Dewasa

Gambar 3. nimfa dan telur kutu busuk Gambar 4. pengawetan kutu Busuk
Gambar 5. Pengukuran Nimfa Gambar 6. Pengukuran kutu jantan

Gambar 7. Pengukuran kutu betina Gambar 8. Siklus Kutu Busuk

Anda mungkin juga menyukai