Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Garam adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang dalam kehidupan
sehari-hari banyak digunakan sebagai:
 Bahan tambahan bumbu pada makanan, karena makanan yang kandungan
Na-nya kurang dari 0,3% terasa hambar.
 Sebagai pengawet makanan seperti ikan asin, sawi asin, asinan buah-
buahan.
 Sebagai bahan dasar pembuatan senyawa kimia (NaOH, Na2SO4, NaHCO3,
Na2CO3).
Setiap manusia pada umumnya mengonsumsi garam, yang jumlahnya
berbeda-beda tergantung kebiasaan masing-masing individu. Oleh karena itu
penambahan iod pada produk garam, adalah merupakan cara yang sangat efektif
dalam menutupi kekurangan tubuh manusia akan kebutuhan iod. Dalam rangka
menunjang program pemerintah di bidang kesehatan masyarakat, setiap produsen
garam diwajibkan menambahkan iod pada produk garamnya.
Iodium adalah salah satu bahan untuk memproses hormon tiroid oleh kelenjar
gondok. Iodium dapat diperoleh dari garam-garam yang dikonsumsi, yang mana
garam merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia
walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil. Menurut penelitian, manusia
yang kekurangan iod dalam konsumsi makanannya dapat mengalami penyakit
gondok. Sedang pada anak-anak dapat menyebabkan pertumbuhan yang
terhambat. Oleh karena itu kekurangan iod pada rakyat Indonesia diharapkan tidak
ada lagi bila semua garam yang diproduksi sudah mengandung iod.

1.2 Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui kandungan yodium atau kadar yodium pada garam yang
dikonsumsi sehari-hari.

1
BAB II

KAJIAN TEORIK

Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya atau telah mengalami
fortifikasi dengan KIO3 (Kalium Iodat) sebanyak 30 – 80 ppm. Dan penambahan
ini dikarenakan masih tingginya kejadian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY) di Indonesia.
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah yang
serius seperti gondok, kretin atau kerdil, dll. Perlu kita ketahui kekurangan unsur
yodium dalam makanan sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan
seseorang.
Akibat jangka panjang jika kekurangan yodium mengakibatkan rendahnya
kemampuan berpikir anak. Selain itu rendahnya konsumsi yodium berdampak
langsung terhadap menurunnya kualitas kesehatan masyarakat yaitu menyebabkan
kelahiran mati atau cacat bawaan pada bayi, anak dengan IQ rendah, serta
mempercepat penurunan fungsi tubuh seperti cepat pikun, tuli atau buta sebelum
usia tua.
Berdasarkan hasil penelitian, orang yang tidak mengonsumsi garam yodium,
daya pikirnya akan mengalami penurunan 3,5 persen saat usia 12 tahun. Sejalan
dengan bertambahnya usia, 40 tahun ke atas penurunannya mulai tajam yakni 13
persen/tahun.
Untuk antisipasi sejak dini yaitu dihimbau kepada masyarakat untuk
menggunakan garam beryodium, apalagi pada saat ini sangatlah mudah
mendapatkan garam beryodium.
Konsumsi yodium yang berlebih bisa mengakibatkan hipertiroid yaitu kondisi
suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan hormon-hormon tiroid yang
beredar dalam darah dalam jumlah yang berlebihan. Di dalam garam beryodium
terdapat unsur natrium, maka konsumsi garam beryodium pun harus dibatasi.
Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya mudah lelah, karena

2
hormon tiroidnya berlebih, merupakan faktor resiko terjadinya stroke. Gejala lain
yang kerap terjadi, keringat berlebihan, pergerakan usus besar meningkat,
gemetaran, kehilangan berat badan serta aliran darah menstruasi tidak teratur.
Penggunaan garam beryodium yang dianjurkan yaitu tidak lebih dari 6 gram
garam atau 2 ½ gram tiap 1.000 kilo kalori, atau satu sendok teh setiap hari.
Tetapi dalam kondisi tertentu, misalnya keringat yang berlebihan maka dianjurkan
mengkonsumsi garam sampai 10 gr atau 2 sdt per orang perhari, dianjurkan untuk
tetap mengkonsumsi makanan laut yang kaya kandungan
Banyak cara untuk mengetahui ada tidaknya yodium pada garam dapur,
yaitu dengan Test Kit Yodina yang banyak tersedia di Puskesmas dan
Apotik. Cara untuk mengetes yaitu ambil garam, kemudian tetesi dengan
cairan yodina. Warna yang timbul dibandingkan dengan petunjuk warna
yang ada pada kit. Garam yang bermutu baik akan menunjukkan warna
biru keunguan. Semakin berwarna tua, semakin baik mutu garam.
Selain menggunakan test kit yodina ada cara yang lebih simpel, gunakan
tepung kanji yang dicampur dengan garam lalu teteskan dengan jeruk nipis,
jika warnanya berubah menjadi keunguan, itu artinya mengandung yodium.
Ada juga dengan mengunakan singkong parut caranya sebagai berikut:
singkong (ubi kayu) segar dikupas, diparut dan diperas tanpa diberi air.
Tuang 1 sendok teh perasan singkong parut ke dalam gelas bersih.
Tambahkan 4-6 sendok teh garam yang akan diperiksa. Tambahkan 2
sendok teh cuka makan berkadar 25%. Aduk sampai rata, dan tunggu
beberapa menit. Apabila timbul warna biru keunguan, berarti garam
tersebut mengandung yodium. Semakin berwarna pekat, semakin baik mutu
garam. Sebab, garam yang tak beryodium tidak akan mengalami perubahan
warna setelah diperiksa dengan cairan yodina maupun cairan singkong
parut.
Garam beryodium sebaiknya disimpan dalam wadah yang tertutup tidak
tembus pandang. Tujuannya untuk melindungi zat yodium agar tidak terpapar
dengan matahari. Kandungan yodiumnya bisa menguap jika terpapar dengan

3
matahari. Juga perhatikan tempat garam sebaiknya tutup dengan rapat, jika
membiarkan tutup terbuka, maka yodium bisa menguap.
Cara yang biasa dilakukan oleh para ibu ketika memasak makanan garam yang
dibubuhkan ke dalam makanan saat panas mendidih. Alasannya jika tidak begitu
masakan kurang sedap. Namun cara yang sudah dilakukan oleh para ibu-ibu
tersebut salah, karena zat yodium garam akan hilang ketika terkena panas
mendidih tersebut.
“Sebaiknya masakan itu dibubuhi garam saat hangat-hangat kuku saja
sehingga kandungan yodiumnya tetap utuh, kalau membubuhinya saat dingin,
boleh saja, itu malah lebih baik tetapi kebanyakan masakan akan terasa kurang
sedap selain itu dianjurkan utnuk menjadikan garam beryodium sebagai garam
meja.
Hanya untuk informasi bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Puslitbang Gizi yaitu yodium masih terkandung di dalam makanan yang dibubuhi
garam beryodium hanya saja sebagian besar yodium hilang pada proses
pemasakan.
Memang sulit merubah kebiasaan membubuhkan garam pada saat memproses
makanan. Namun untuk tetap mendapatkan asupan yodium yang cukup masih
tetap bisa dilakukan dengan cara lain tanpa harus mengubah perilaku. Caranya
yaitu dengan mengkonsumsi makanan laut seperti ikan, kerang, cumi dan rumput
laut. Dan keuntungan mengkonsumsi garam beryodium melalui makanan laut
adalah elemen yodium tersebut tidak hilang selama proses pemasakan. Selain itu
jumlah yang dikonsumsi biasanya juga lebih tinggi sehingga asupan yodium yang
didapat juga lebih banyak (bila kita mengkonsumsi 50 gr ikan laut berarti yodium
yang masuk setara 100 mikrogram yodium).
Salah satu tahap awal adalah membeli merk tertentu dalam jumlah sedikit atau
bungkus kecil saja dulu, untuk dilakukan uji kandungan yodium. Dan ada
beberapa tips untuk memilih garam beryodium yaitu sebagai berikut :
 Pilihlah garam yang dikemas dan berlabel “Garam Beryodium”.
 Isi/berat kemasan, kandungan yodium 30-80 ppm, nama produsen.

4
 Pilihlah kemasan yang rapi dan tidak rusak.
 Pilihlah garam yang putih dan kering, tidak lembab atau basah.
 Hindari memilih garam bata/briket apalagi yang tidak dikemas, kecuali
telah anda uji pada setiap bagian. Apabila sudah dilakukan uji terhadap
merk tertentu, pembelian selanjutnya tidak memerlukan lagi dilakukan
pengujian.
 Pilihlah kemasan kecil agar penyimpanan di rumah tidak terlalu lama,
untuk menghindari proses pelembaban akibat terbukanya kemasan.
Berdasarkan temuan yang terbaru yaitu GAKY seperti gondok dan kretin bisa
timbul tidak hanya karena akibat kekurangan yodium tetapi banyak faktor seperti
polusi udara dan air tanah juga menemukan bahwa gangguan akibat kekurangan
yodium juga bisa dipicu oleh pemakaian alat kontrasepsi hormonal seperti
implant, pil, dan suntik. Pemakaian alat-alat kontrasepsi semacam ini dapat
menekan kadar hormon tiroksin dalam tubuh manusia. Dengan begitu, maka ibu
yang menderita gondok diharapkan tidak memakai alat kontrasepsi jenis ini.
Selain polutan dan alat kontrasepsi, gangguan-gangguan akibat kekurangan
yodium ini juga bisa terjadi kurang asupan yodium, terlalu banyak mengonsumsi
sayuran yang mengandung zat goitrogenik seperti singkong, pete, dan jengkol,
serta keberadaan blocking agent dalam tanah. Blocking agent adalah zat-zat
tertentu seperti zat besi dan kalsium berlebihan, yang kemudian mengikat yodium
dalam air tanah. Sehingga, pada air yang diminum, kadar yodiumnya sangat
rendah.
Dahulu GAKY mayoritas diderita oleh masyarakat yang tinggal di daerah
pegunungan dan sekarang kita yang berada di kota juga bisa terkena GAKY. Jadi
untuk mengantisipasi timbulnya GAKY masyarakat diwajibkan untuk
mengonsumsi yodium dalam kehidupan sehari-hari.

5
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. ALAT DAN BAHAN


1) Garam dapur
2) Iodina test
3) Piring/ cawan petri
4) Alat tulis menulis

3.2. LANGKAH-LANGKAH/ PROSEDUR KERJA


1) Taruh ½ sendok teh garam yang akan diperiksa ke dalam piring kecil.
2) Teteskan 2-3 tetes larutan iodina test ke permukaan garam.
3) Bila garam berubah warna menjadi ungu tua, berarti garam mengandung
cukup yodium. Garam ini dianjurkan
untuk dikonsumsi.
4) Bila garam menjadi ungu muda atau
keputih-putihan berarti garam tersebut
mengandung kurang yodium. Garam ini
tidak dianjurkan untuk dikonsumsi.
5) Bila tidak berubah warna, garam tersebut
tidak mengandung yodium. Garam ini
tidak dianjurkan untuk dikonsumsi.

6
BAB IV

PERTANYAAN DAN JAWABAN

4.1. PERTANYAAN
1) Apakah dalam kelompokmu ada anggota kelompok yang garamnya setelah
diujikan menggunakan iodina test tidak mengandung yodium?
2) Bagaimana cara menyimpan garam sehingga kandungan yodiumnya, tidak
berkurang atau hilang?
3) Apa yang terjadi bila dalam tubuh seseorang kekurangan kandungan
yodium? Kemukakan pendapatmu!

4.2. JAWABAN
1) Tidak.
2) Cara menyimpan garam sehingga kandungan yodiumnya, tidak berkurang
atau hilang:
a. Garam disimpan pada wadah yang tertutup rapat dan tidak terkena
sinar matahari.
b. Garam disimpan di tempat yang kering dan jauh dari sumber panas
seperti kompor, karena garam bersifat higroskopis (mudah menyerap
air).
3) Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) menimbulkan penurunan
kecerdasan, gangguan pertumbuhan (kretin atau kerdil) dan pembesaran
kelenjar gondok.

7
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dari pengujian garam beryodium di kelompok 2, diperoleh:

5.2 SARAN
a) Diharapkan kepada siswa yang mengonsumsi garam yang kurang
mengandung yodium, untuk segera mengganti garamnya dengan garam
yang baru.
b) Diharapkan adanya perhatian terhadap cara penyimpanan garam yang
baik, agar kandungan yodium dalam garam tidak berkurang.
c) Diharapkan adanya peran serta aktif siswa dalam menggunakan garam
yodium.
d) Diharapkan adanya penyebaran informasi tentang pentingnya garam
beryodium oleh tenaga kesehatan kepada siswa.
e) Peran aktif siswa dalam pelaksanaan program yodiumnisasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo.


www.kesmas-unsoed.blogspot.com, diakses tanggal 17 Desember 2010 pukul
13:25.
www.radioharmonifm/home/pentingnya-garam-beryodium-materi-
talkshow.com, diakses tanggal 17 Desember 2010 pukul 13:43.

Anda mungkin juga menyukai