Anda di halaman 1dari 2

RITUAL JAHILIYAH

Pada edisi sebelumnya, kita telah membahas agama dan kepercayaan jahiliyah
yang menyebar di Jazirah Arab. Secara umum, orang Arab pada masa jahiliyah
menyembah berhala. Masing-masing kabilah mempunyai berhala yang mereka agungkan
dan sucikan. Penyembahan terhadap berhala itu memunculkan tradisi dan ritual yang
sebagian besar direkayasa oleh ‘Amru bin Luhay. Mereka meyakini bahwa apa yang
dicontohkan oleh ‘Amru bin Luhay adalah perbuatan baik dan tidak mengubah agama
yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim ‘alayhis salâm.

Beragam Bentuk Ritual


Ada banyak ritual yang dilakukan oleh orang Arab jahiliyah dalam penyembahan
berhala itu. Di antaranya adalah mereka mengelilinginya, memanggil-manggil namanya,
dan memohon perlindungan kepadanya di saat mendapat kesusahan. Semua ini mereka
lakukan karena meyakini bahwa bahwa berhala tersebut bisa memberi jaminan
pertolongan kepada mereka dan mewujudkan bermacam-macam kebutuhan yang mereka
inginkan.
Mereka juga melaksanakan haji kepada berhala dan melakukan thawaf di
sekitarnya. Mereka merendahkan diri kepadanya. Mereka bersujud kepadanya; bukan
kepada Allah, agar berhala itu ridha kepada mereka dan memenuhi kebutuhan mereka.
Mereka mendekatkan diri kepada berhala dengan beragam taqarrub. Mereka
menyembelih hewan kurban untuk berhala. Mereka juga menyembelih dengan menyebut
nama berhala. Keduanya termasuk penyembelihan yang Allah haramkan memakan
dagingnya. Allah Ta‘ala berfirman, “... dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala…” (Al-Maidah: 3) “Janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak
disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu
adalah suatu kefasikan.” (Al-An‘am: 121)
Mereka mempersembahkan makanan dan minuman khusus untuk berhala. Mereka
juga mempersembahkan hasil pertanian dan hasil ternak mereka. Selain untuk berhala,
persembahan itu sebagiannya juga dikeluarkan untuk Allah. Jadi, mereka memberikan
persembahan untuk berhala mereka sebagaimana mereka memberikan persembahan
untuk Allah. Mengenai hal itu, Allah Ta‘ala berfirman, “Mereka memperuntukkan bagi
Allah satu bahagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka
berkata sesuai dengan persangkaan mereka, ‘Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-
berhala kami.’ Saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak
sampai kepada Allah. Adapun saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu
sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu.” (Al-
An‘am: 136)
Di antara bentuk taqarrub kepada berhala adalah bernazar untuk
mempersembahkan hasil tani dan hasil ternak tertentu kepada berhala. Allah
menggambarkan hal itu dalam firman-Nya, “Mereka mengatakan, ‘Inilah binatang
ternak dan tanaman yang dilarang; tidak boleh memakannya, kecuali orang yang kami
kehendaki’ menurut anggapan mereka, dan ada binatang ternak yang diharamkan
menungganginya dan binatang ternak yang mereka tidak menyebut nama Allah di waktu
menyembelihnya, semata-mata membuat-buat kedustaan terhadap Allah. (Al-An‘am:
138)
Di antara binatang yang mereka persembahkan untuk berhala adalah jenis
binatang yang mereka namakan bahîrah, sâ-ibah, washîlah, dan hâm. Mengenai hal ini,
Allah berfirman,
ِ ِ ِ َّ ِ ٍ ٍ ِ ٍ ‫ِئ‬ ِ ِ
َ ‫ين َك َفُروا َي ْفَتُرو َن َعلَى اللَّه الْ َكذ‬
‫ب‬ َ ‫َما َج َع َل اللَّهُ م ْن حَب َري ٍة َواَل َسا بَة َواَل َوصيلَة َواَل َحام َولَك َّن الذ‬
‫َوَأ ْكَثُر ُه ْم اَل َي ْع ِقلُو َن‬
Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan
haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan
kebanyakan mereka tidak mengerti. (Al-Maidah: 103)
Menurut Tafsir Ringkas yang diterbitkan oleh kemenag RI, Ayat ini menjelaskan
tentang kaum kafir Mekah yang membuatbuat kedustaan kepada Allah. Allah tidak
pernah mensyariatkan adanya bahirah, yaitu unta betina yang telah beranak lima kali dan
anak yang kelima itu jantan, lalu unta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak
boleh ditunggangi lagi, dan tidak boleh diambil air susunya. Allah juga tidak
mensyariatkan saibah, yaitu unta betina yang dibiarkan bebas karena suatu nazar.
Masyarakat Arab Jahiliah ketika hendak melakukan sesuatu atau perjalanan jauh biasa
bernazar menjadikan unta mereka sa’ibah bila maksud atau perjalanannya berhasil dan
selamat. Tidak ada juga syariat tentang wasilah, yaitu jika seekor domba betina
melahirkan anak kembar dampit, maka anak yang jantan disebut wasilah; ia tidak boleh
disembelih, melainkan harus dipersembahkan kepada berhala. Allah juga tidak
mensyariatkan ham, yaitu unta jantan yang tidak boleh diganggu lagi karena telah
membuahi unta betina sepuluh kali. Perlakuan terhadap bahirah, sa’ibah, washilah, dan
ham adalah kepercayaan Arab Jahiliah; tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan
terhadap Allah dengan meyakini bahwa semuanya merupakan ketetapan Allah; dan
kebanyakan mereka tidak mengerti sedikit pun makna dan maksud dari mitologi tersebut.
Demikianlah di antara ritual jahiliyah yang dilakukan oleh bangsa Arab. Ritual itu
merupakan ekspresi dari kepercayaan yang mereka anut. Kelak setelah masuk Islam,
bangsa Arab meninggalkan semua ritual tadi.

Anda mungkin juga menyukai