Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KANDUNGAN HADIS TEMATIK TENTANG MENCINTAI NABI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Hadis Tematik

Disusun Oleh:

Shilfia Nuraziah 4122004

Difki Maidika 4122010

Arum Handayani 4122013

Qoriatun Nabila 4122022

Lia Estianti 4122025

Dosen Pengampu:

Ade Istikomah, M. Ag

PROGRAM STUDI ILMU ALQUR’AN TAFSIR (IAT)

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

T.A. 2023 M/1445 H


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang dibekali
akal dan hati, mengenai hati manusia mempunyai dua kecendrungan yaitu
cinta dan benci. Dalam Islam cinta dikenal dengan istilahmahabbah.
Terkadang cinta diselewengkan dan menjadi malapetaka terutama bagi
remaja. Contoh dari penyelewengan tersebut adalah berpacaran. Oleh
karena itu, perlunya pendidikan quran dan hadist bagi para remaja untuk
mengarahkan cintanya kepada Allah dan Rasulullah Saw. Dengan begitu
cinta tadi akan terarahkan dengan baik dan kepada yang seharusnya untuk
kita cintai.
Konsekuensi dari mencintai Allah Swt. adalah mencintai Rasulullah
Saw. Namun mahabbah kepada nabi itu tidak bisa sembarang saja kita
mengucapkan bahwasanya kita mencintai nabi. Kita harus tau bagaimana
kehidupan nabi dan terutama apa dalil yang memerintahkan kita untuk
mencintai nabi Muhammad Saw. Maka dari itu pada makalah ini
pemakalah akan membahas mengenai hadis tematik mahabbah kepada
Rasulullah Saw.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah historis hadis tematik?
2. Apa pengertian al-mahabbah kepada Nabi?
3. Apa contoh hadist tentang mahabbah kepada Nabi

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan sejarah historis hadis tematik
2. Untuk menjelaskan pengertian al-mahabbah kepada Nabi
3. Untuk memaparkan contoh hadist tentang mahabbah kepada Nabi

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Historis Hadis Tematik
Sejarah historis hadits tematik terjadi pada dua periode antara lain:
1. Hadis tematik pada masa sahabat
Pada masa sahabat ini, beberapa literatur secara tegas
mengisahkan beberapa nama yang sudah menerapkan konsep hadis
tematik. Mereka mengirimkan bukti tertulis seperti catatan pribadi
atau surat resmi yang dikirim kepada orang lain. Abu Bakr al-saqafi
juga pernah melakukannya. Ia mengirimkan surat resmi kepada
anaknya yang sedang bertugas di Sijistan. Surat tersebut berisi hadis-
hadis nabi tentang pengadilan. Juga dikisahkan oleh al-zuhri
bahwasanya Zaid bin Tsabit juga memiliki catatan tentang faraid. Ia
berkata "jika Zaid bin Tsabit tidak menuliskan tentang ketentuan
faraid, maka ilmu akan segera punah dari manusia”.1
2. Hadis tematik pasca masa sahabat dan tabi'in
Pada masa ini hadis tematik mengalami perkembangan. Jika
pada masa sahabat hadis tematik hanya ditulis sederhana dan hanya
pada tema-tema tertentu saja, pada masa ini hadis tematik semakin
berkembang, memuat tema yang lebih spesifik dan beragam.
Pembahasannya lebih meluas, dan pada masa ini lah mulai dikenalnya
sebuah karya yang bernama musannaf, muwatta dan jami'. Salah satu
ulama yang menyusun hadis dengan metode tematik yaitu Abd al-
Makīn ibn ‘Abd al-‘Azīz ibn Juraij (w. 150 H) memiliki sebuah karya
dalam bidang hadis, di antaranya al-Sunan yang memuat berbagai
hadis yang disusun berdasarkan bab-bab fikih. Di generasi yang sama
terdapat nama Muḥammad ibn Isḥāq ibn Yasār (w. 151 H) yang
disebut-sebut memiliki banyak hafalan hadis dan karya besar dalam
bidang sejarah dan dikenal luas dengan sebutan Sīrah Ibn Isḥāq. Dan

1
Miski, Pengantar Metodologi Penelitian Hadis Tematik, (Malang: Maknawi, 2021), hlm.
32.

2
masih banyak ulama yang lain. Meski tidak hanya berisi hadis nabi
saja, namun juga berisi fatwa sahabat dan tabi'in, metode hadis inilah
yang menjadi cikal bakal munculnya inovasi dari generasi setelahnya.2
B. Pengertian al-Mahabbah kepada Nabi
Secara etimologi kata Mahabbah berasal dari kata Ahabba-Yuhibbu-
Mahabbatan, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan cinta,
beberapa maknanya adalah mencintai secara mendalam, kecintaan, atau
cinta yang mendalam.3 Kata Mahabbah merupakan bentuk mashdar dari
kata hub yang memiliki 3 makna, yakni:4
1. membiasakan yang tetap, yang dimaksud adalah bahwa dengan
melazimi sesuatu secara tetap akan menimbulkan keakraban, yang
kemudian membawa kepada persahabatan yang akhirnya dapat
menimbulkan rasa cinta.
2. biji dari sesuatu yang memiliki biji yang dimaksud adalah biji
yang memiliki fungsi sebagai benih kehidupan bagi tumbuhan.
Cinta merupakan benih kehidupan manusia yang mendorong
lahirnya keinginan yang kuat untuk bertemu dan bersatu dengan
kekasih yang diiringi dengan kerelaan dalam memberikan yang
terbaik.
3. sifat keterbatasan yang dimaksud adalah sangat terbatas dalam
meraih sesuatu yang dicintai sehingga membutuhkan bantuan
sang pemilik cinta yang sesungguhnya, yaitu Allah swt.
Sedangkan secara terminologi al-Mahabbah sebagaimana yang
didefinisikan oleh beberapa ahli di antaranya adalah:5
a. al-Gazali sebagai salah seorang tokoh sufi mengatakan bahwa
cinta adalah suatu kecenderungan terhadap sesuatu yang dapat

2
Ibid. hlm. 40.
3
Mujetaba Mustafa,“Konsep Mahabbah dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Maudhu’i)”,
Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1 Tahun 2020, hlm. 44
4
Makmur dan Nurjanah,“Mencintai Rasulullah Saw. dalam Persfektif Hadis (Kritik Sanad
dan Matan Terhadap Hadis Riwayat Ibn Majah)”, Jurnal Pappasang, Vol. 1 No. 1 Tahun 2019,
hlm. 71
5
Ibid. hlm.71-72

3
memberikan manfaat. Apabila kecenderungan itu mendalam dan
menguat, maka hal itu dinamakan rindu.
b. Harun Nasution memaknai cinta sebagai kepatuhan pada Tuhan
dan membenci sikap melawan kepada-Nya, menyerahkan seluruh
diri kepada yang dikasihi dan mengosongkan hati dari segala-
galanya kecuali dari yang dikasihi, yaitu Tuhan.
c. Rabiatul adawiah seorang sufi wanita yang masyhur dan
dianggap sebagai penggagas konsep al-Mahabbah pernah
ditanya tentang cinta, maka ia menjawab antara orang yang
mencintai dan yang dicintai tidak ada jarak. Ia adalah ungkapan
kerinduan dan gambaran perasaan terdalam.
d. Kahlil Gibran mengungkapkan bahwa cinta mengarahkan
manusia kepada Allah dan karena cinta pula Allah
mempertemukan diri-Nya dengan manusia.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
cinta terdapat beberapa unsur yang bisa membedakannya dengan yang
lain, diantaranya dalam cinta ada ketertarikan, kekaguman, kesenangan,
pengorbanan, perasaan selalu ingin bertemu, ada unsur ketaatan dan
sebagainya.6
Dalam kitab Nurul Mubin fi Mahabbati Sayyidil Mursalin¸ K.H
Hasyim Asy’ari menjelaskan beberapa poin penting yang berkaitan dengan
mahabbah kepada Rasulullah, yaitu kewajiban mencintai rasul, pahala
bagi siapa saja yang mencintai rasul, perwujudan salafus shaleh dalam hal
mencintai rasul, dan tanda-tanda seseorang yang mencintai Rasul.7
Kecintaan kepada Rasulullah merupakan aktualisasi dari
kecintaan kepada Allah Swt. sehingga seorang muslim yang mengaku
mencintai tuhannya harus juga mencintai Nabi Muhammad Saw. sebagai
utusan dan pemegang amanah-Nya. Kecintaan kepada Allah Swt. dan

6
Ibid. hlm.73
7
Muhammad Yazid Arrizqi, “Mahabbah Kepada Rasulullah Perspektif Hadis (Analisis
Hadis dalam Kitab Nurul Mubin fi Mahabbati Sayyidil Mursalin Karya K.H Hasyim Asy’ari)”,
Gunung Djati Conference Series, Volume 4 Tahun 2023. hlm. 98

4
kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw. merupakan satu kesatuan
sehingga tidak dapat dipisahkan.8
Menurut K.H Hasyim Asy'ari ada dua point konsep mahabbah
kepada Rasulullah dalam kitabnya yaitu memperbanyak sholawat kepada
Rasulullah dan bertawashul kepada Rasulullah Saw.9
C. Contoh Hadist Tentang Mahabbah Kepada Nabi
Seorang muslim tidak akan merasakan manisnya keimanan sebelum
cintanya kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada yang
lain sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai
berikut:

‫ قَالَ أَن‬، ‫َمدُ بْنُ اْلمُثَنَّى‬


َّ ‫ حَدَّثَنَا مُح‬: َ‫ قَال‬، ُّ‫ حَدَّثَنَا عَْبدُ اْلوَهَّابِ الثَّقَفِي‬، ‫ عَنْ أبِي قِالبة‬، ُ‫حَدَّثَنَا أَيُّوب‬
ُ‫ قَالَ َيكُونَ اهلل‬،َ‫هلل عَلَيْهِ وَسَلَّم‬
ُ ‫ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى ا‬، ِ‫ عَ ْن أَنَس‬: " ِ‫ثَالثَ مَنْ كُنْ فِيهِ َو َجدَ حَالوَةَ الْإِميَان‬
‫ وَأَنْ َيكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكفر كما‬،ِ‫ وَأنْ يُحِبَّ اْلمَرْء ال يُحِبَّ ُه إلَّا لِلَّه‬،‫وَرَسُولُهُ َأحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا ِسوَا ُهمَا‬
‫َيكْ َر ُه أَنْ يُقتك يف النار‬

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna


berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Ats Tsaqafi
berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari
Anas bin Malik dari Nabi, beliau bersabda, "Tiga perkara yang apabila ada
pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya
Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia
mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia
benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka"
rawi pada hadis riwayat Imam Bukhari nomor 15. Menurut ijma
ulama, hadis ini shahih karena sanadnya bersambung hingga ke
Rasulullah, seluruh rawinya tsiqah dan mattannya tidak bertentangan
dengan Al-Qur'an. Menurut Ibnu Shalah, hadis shahih adalah hadis yang
diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabit dari rawi yang adil dan dhabit

8
Ibid. hlm. 102
9
Ibid. hlm. 107

5
pula, sampai akhir sanad, tidak terdapat kejanggalan (syadz) dan kecacatan
(illat).
Kata yang berarti manis atau lezat, menurut Imam Ibnu Hajar Al-
Asyqalani merupakan perumpamaan cinta seorang mukmin kepada sesuatu
yang manis. Sebagai contoh seseorang yang sakit akan mengatakan bahwa
madu itu rasanya pahit tetapi bagi orang yang sehat rasanya manis. Hal ini
juga berkaitan dengan pemahaman Ibnu Hajar tentang pengertian kata al-
hub dimana beliau mengatakan bahwa makna kata al-hub dalam hadis bab
halawah iman berarti cinta yang dilandasi dengan akal sehat. Sehingga
dengan demikian, cinta kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya merupakan
sebuah kebutuhan bagi seorang muslim yang masih memiliki akal sehat.
Allah Swt. merupakan sebaik-baiknya tempat untuk menyandarkan cinta.
Begitupun Rasulullah, manusia paling sempurna yang dipilih Allah Swt.
untuk menyebarkan cinta kasih ke seluruh alam (rahmatan lil 'alamin).
Kemudian penggunaan kalimat "manisnya iman", menurut
Muhammad ibn Abu Jamrah memiliki makna bahwa Allah Swt.
mengibaratkan iman seperti sebatang pohon sesuai dengan firmannya
dalam Q.S Ibrahim ayat 24 yang berbunyi:

ِ‫السمَاۤء‬
َّ ‫َاَلمْ تَرَ كَْيفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصُْلهَا ثَاِبتٌ وَّفَ ْر ُعهَا فِى‬

Artinya: “Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah


membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik,
akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit”
Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat
dan cabangnya (menjulang) ke langit Kalimat yang dimaksud dalam ayat
diatas adalah kalimat thayyibah Laa ilaha illallah yang menjadi akar
keimanan seorang muslim, rantingnya adalah amal shaleh, dan buahnya
yang manis berupa ketaatan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya (Asyqalani,
n.d.). Selain itu, kecintaan kepada Rasulullah merupakan perwujudan cinta
kepada Allah Swt. Seorang muslim yang bertambah kecintaanya kepada

6
Allah Swt. maka akan bertambah pula kecintaannya kepada Rasulullah
Saw.10
Seseorang yang mengaku mencintai Rasulullah, menurut K.H
Hasyim Asy'ari akan senantiasa memperbanyak bersholawat kepada
Rasulullah. Beliau mengutip firman Allah Swt. Q.S Al-Ahzab ayat 56
sebagai berikut:

‫يايهَا الَّذِينَ آمَُنوْا صََّلوْا عَلَيْهِ وَسَلَّمُواسلِيمًا‬


ُّ ‫إِنَّ اهللَ وَمَلئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلى النيب‬

Artinya: "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk


Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."
Ibnu Abbas berkata makna dari ayat diatas adalah bahwa Allah Swt.
dan para malaikat-Nya memberkahi nabi dan sebagian berkata bahwa
Allah Ta'ala merahmati nabi dan para malaikat-Nya mendo'akan Nabi
Muhammad Saw. Makna Sholawat Allah Swt. kepada Rasulullah adalah
bentuk pujian bagi Rasulullah Saw. dihadapan para malaikat-Nya.
Adapaun makna sholawat malaikat kepada Rasulullah adalah bentuk do'a
dari para malaikat Allah Swt. untuk Rasulullah Saw. dan sholawat dari
umatnya merupakan permohonan ampun bagi beliau.
Setelah Allah Swt. dan para malaikat-Nya bersholawat kepada
Rasulullah, kemudian Allah Swt. memerintahkan umat manusia yang
beriman untuk bersholawat kepada Rasulullah Saw. Hal ini diperintahkan
oleh Allah Swt. karena dengan sholawat kepada Rasulullah, bisa menjadi
washilah atau perantara dianugerahkannya keberkahan dan kenikmatan
Allah Swt kepada umatnya. K.H Hasyim Asy'ari menjelaskan bahwa
membaca sholawat dapat menjadi washilah terkabulnya do'a. Kemudian
beliau mejelaskan bahwa dengan bersholawat kepada Rasulullah Saw,
dapat menambahkan ketaqwaan kepada Allah Swt. serta dapat membuka
pintu kebaikan.

10
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalam, Fathul Bari, (Beirut: Darul Fikr), hlm. 60.

7
‫ ابو‬،‫الةً صَلََّى اهللُ عَلَيْهِ ِبهَا عَشْرًا (رواه مسلم‬
َ َ‫رَ ُسوْلَ اهللِ صلى اهلل عليه وسلم يَ ُقوْلُ مَنْ صَلََّى عََليََّ ص‬
)‫النسائي‬ ‫ الترمذي و‬،‫داود‬

Artinya: "Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah


akan bershalawat untuknya sepuluh kali." (HR Muslim, Abu Dawud,
Tirmidzi, dan Nasa’i).
Bersholawat kepada Rasulullah Saw. merupakan sebuah amalan
yang sangat agung. Hal ini dikarenakan bahwa Allah Swt. sendiri juga
melakukan amalan tersebut. Berbeda halnya dengan amalan yang lain,
seperti sholat, puasa, dan zakat. Saat Allah Swt. memerintahkan manusia
untuk mendirikan sholat, melakukan puasa, dan menunaikan zakat, Allah
Swt. tidak melakukannya. Lain halnya ketika Allah Swt. memerintahkan
manusia untuk bersholawat kepada Rasulullah Saw. Dengan demikian,
Allah Swt. secara tidak langsung telah memberikan keistimewaan kepada
Nabi Muhammad Saw. sebagai mahkluk yang paling dekat dengan-Nya,
paling mulia di sisi-Nya dan paling agung diantara makhluk ciptaan Allah
Swt. yang lain sehingga Allah Swt. sudah menyiapkan pahala yang sangat
besar bagi siapapun yang memperbanyak membaca sholawat kepada
Rasulullah Saw. sebagai tanda cinta kepadanya.11

11
Op.Cit. hlm. 21.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecintaan kepada Rasulullah merupakan aktualisasi dari kecintaan
kepada Allah Swt. sehingga seorang muslim yang mengaku mencintai
tuhannya harus juga mencintai Nabi Muhammad Saw. sebagai utusan dan
pemegang amanah-Nya. Kecintaan kepada Allah Swt. dan kecintaan
kepada Nabi Muhammad Saw. merupakan satu kesatuan sehingga tidak
dapat dipisahkan.
Bersholawat kepada Rasulullah Saw. merupakan sebuah amalan
yang sangat agung. Hal ini dikarenakan bahwa Allah Swt. sendiri juga
melakukan amalan tersebut. Berbeda halnya dengan amalan yang lain,
seperti sholat, puasa, dan zakat. Saat Allah Swt. memerintahkan manusia
untuk mendirikan sholat, melakukan puasa, dan menunaikan zakat, Allah
Swt. tidak melakukannya. Lain halnya ketika Allah Swt. memerintahkan
manusia untuk bersholawat kepada Rasulullah Saw. Dengan demikian,
Allah Swt. secara tidak langsung telah memberikan keistimewaan kepada
Nabi Muhammad Saw. sebagai mahkluk yang paling dekat dengan-Nya,
paling mulia di sisi-Nya dan paling agung diantara makhluk ciptaan Allah
Swt. yang lain sehingga Allah Swt. sudah menyiapkan pahala yang sangat
besar bagi siapapun yang memperbanyak membaca sholawat kepada
Rasulullah Saw. sebagai tanda cinta kepadanya
B. Saran
Dari pemaparan makalah ini penulis berharap agar kita semua dapat
memahami materi tentang kandungan hadis tematik mencintai nabi yang
telah dibahas di dalam makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah untuk
selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

al-Asqalam, Al-Hafizh Ibnu Hajar, Fathul Bari, (Beirut: Darul Fikr),

Arrizqi, Muhammad Yazid. 2023. “Mahabbah Kepada Rasulullah Perspektif


Hadis (Analisis Hadis dalam Kitab Nurul Mubin fi Mahabbati Sayyidil
Mursalin Karya K.H Hasyim Asy’ari)”, Gunung Djati Conference Series,
Volume 2 Nomor 4.

Makmur dan Nurjanah. 2019. “Mencintai Rasulullah Saw. dalam Persfektif Hadis
(Kritik Sanad dan Matan Terhadap Hadis Riwayat Ibn Majah)”. Jurnal
Pappasang, Vol. 1 No. 1.

Miski. 2021. Pengantar Metodologi Penelitian Hadis Tematik. Malang: Maknawi.

Mustafa, Mujetaba. 2020. “Konsep Mahabbah dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir


Maudhu’i)”, Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1.

10

Anda mungkin juga menyukai