Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
Ade Istikomah, M. Ag
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan sejarah historis hadis tematik
2. Untuk menjelaskan pengertian al-mahabbah kepada Nabi
3. Untuk memaparkan contoh hadist tentang mahabbah kepada Nabi
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Historis Hadis Tematik
Sejarah historis hadits tematik terjadi pada dua periode antara lain:
1. Hadis tematik pada masa sahabat
Pada masa sahabat ini, beberapa literatur secara tegas
mengisahkan beberapa nama yang sudah menerapkan konsep hadis
tematik. Mereka mengirimkan bukti tertulis seperti catatan pribadi
atau surat resmi yang dikirim kepada orang lain. Abu Bakr al-saqafi
juga pernah melakukannya. Ia mengirimkan surat resmi kepada
anaknya yang sedang bertugas di Sijistan. Surat tersebut berisi hadis-
hadis nabi tentang pengadilan. Juga dikisahkan oleh al-zuhri
bahwasanya Zaid bin Tsabit juga memiliki catatan tentang faraid. Ia
berkata "jika Zaid bin Tsabit tidak menuliskan tentang ketentuan
faraid, maka ilmu akan segera punah dari manusia”.1
2. Hadis tematik pasca masa sahabat dan tabi'in
Pada masa ini hadis tematik mengalami perkembangan. Jika
pada masa sahabat hadis tematik hanya ditulis sederhana dan hanya
pada tema-tema tertentu saja, pada masa ini hadis tematik semakin
berkembang, memuat tema yang lebih spesifik dan beragam.
Pembahasannya lebih meluas, dan pada masa ini lah mulai dikenalnya
sebuah karya yang bernama musannaf, muwatta dan jami'. Salah satu
ulama yang menyusun hadis dengan metode tematik yaitu Abd al-
Makīn ibn ‘Abd al-‘Azīz ibn Juraij (w. 150 H) memiliki sebuah karya
dalam bidang hadis, di antaranya al-Sunan yang memuat berbagai
hadis yang disusun berdasarkan bab-bab fikih. Di generasi yang sama
terdapat nama Muḥammad ibn Isḥāq ibn Yasār (w. 151 H) yang
disebut-sebut memiliki banyak hafalan hadis dan karya besar dalam
bidang sejarah dan dikenal luas dengan sebutan Sīrah Ibn Isḥāq. Dan
1
Miski, Pengantar Metodologi Penelitian Hadis Tematik, (Malang: Maknawi, 2021), hlm.
32.
2
masih banyak ulama yang lain. Meski tidak hanya berisi hadis nabi
saja, namun juga berisi fatwa sahabat dan tabi'in, metode hadis inilah
yang menjadi cikal bakal munculnya inovasi dari generasi setelahnya.2
B. Pengertian al-Mahabbah kepada Nabi
Secara etimologi kata Mahabbah berasal dari kata Ahabba-Yuhibbu-
Mahabbatan, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan cinta,
beberapa maknanya adalah mencintai secara mendalam, kecintaan, atau
cinta yang mendalam.3 Kata Mahabbah merupakan bentuk mashdar dari
kata hub yang memiliki 3 makna, yakni:4
1. membiasakan yang tetap, yang dimaksud adalah bahwa dengan
melazimi sesuatu secara tetap akan menimbulkan keakraban, yang
kemudian membawa kepada persahabatan yang akhirnya dapat
menimbulkan rasa cinta.
2. biji dari sesuatu yang memiliki biji yang dimaksud adalah biji
yang memiliki fungsi sebagai benih kehidupan bagi tumbuhan.
Cinta merupakan benih kehidupan manusia yang mendorong
lahirnya keinginan yang kuat untuk bertemu dan bersatu dengan
kekasih yang diiringi dengan kerelaan dalam memberikan yang
terbaik.
3. sifat keterbatasan yang dimaksud adalah sangat terbatas dalam
meraih sesuatu yang dicintai sehingga membutuhkan bantuan
sang pemilik cinta yang sesungguhnya, yaitu Allah swt.
Sedangkan secara terminologi al-Mahabbah sebagaimana yang
didefinisikan oleh beberapa ahli di antaranya adalah:5
a. al-Gazali sebagai salah seorang tokoh sufi mengatakan bahwa
cinta adalah suatu kecenderungan terhadap sesuatu yang dapat
2
Ibid. hlm. 40.
3
Mujetaba Mustafa,“Konsep Mahabbah dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Maudhu’i)”,
Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1 Tahun 2020, hlm. 44
4
Makmur dan Nurjanah,“Mencintai Rasulullah Saw. dalam Persfektif Hadis (Kritik Sanad
dan Matan Terhadap Hadis Riwayat Ibn Majah)”, Jurnal Pappasang, Vol. 1 No. 1 Tahun 2019,
hlm. 71
5
Ibid. hlm.71-72
3
memberikan manfaat. Apabila kecenderungan itu mendalam dan
menguat, maka hal itu dinamakan rindu.
b. Harun Nasution memaknai cinta sebagai kepatuhan pada Tuhan
dan membenci sikap melawan kepada-Nya, menyerahkan seluruh
diri kepada yang dikasihi dan mengosongkan hati dari segala-
galanya kecuali dari yang dikasihi, yaitu Tuhan.
c. Rabiatul adawiah seorang sufi wanita yang masyhur dan
dianggap sebagai penggagas konsep al-Mahabbah pernah
ditanya tentang cinta, maka ia menjawab antara orang yang
mencintai dan yang dicintai tidak ada jarak. Ia adalah ungkapan
kerinduan dan gambaran perasaan terdalam.
d. Kahlil Gibran mengungkapkan bahwa cinta mengarahkan
manusia kepada Allah dan karena cinta pula Allah
mempertemukan diri-Nya dengan manusia.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
cinta terdapat beberapa unsur yang bisa membedakannya dengan yang
lain, diantaranya dalam cinta ada ketertarikan, kekaguman, kesenangan,
pengorbanan, perasaan selalu ingin bertemu, ada unsur ketaatan dan
sebagainya.6
Dalam kitab Nurul Mubin fi Mahabbati Sayyidil Mursalin¸ K.H
Hasyim Asy’ari menjelaskan beberapa poin penting yang berkaitan dengan
mahabbah kepada Rasulullah, yaitu kewajiban mencintai rasul, pahala
bagi siapa saja yang mencintai rasul, perwujudan salafus shaleh dalam hal
mencintai rasul, dan tanda-tanda seseorang yang mencintai Rasul.7
Kecintaan kepada Rasulullah merupakan aktualisasi dari
kecintaan kepada Allah Swt. sehingga seorang muslim yang mengaku
mencintai tuhannya harus juga mencintai Nabi Muhammad Saw. sebagai
utusan dan pemegang amanah-Nya. Kecintaan kepada Allah Swt. dan
6
Ibid. hlm.73
7
Muhammad Yazid Arrizqi, “Mahabbah Kepada Rasulullah Perspektif Hadis (Analisis
Hadis dalam Kitab Nurul Mubin fi Mahabbati Sayyidil Mursalin Karya K.H Hasyim Asy’ari)”,
Gunung Djati Conference Series, Volume 4 Tahun 2023. hlm. 98
4
kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw. merupakan satu kesatuan
sehingga tidak dapat dipisahkan.8
Menurut K.H Hasyim Asy'ari ada dua point konsep mahabbah
kepada Rasulullah dalam kitabnya yaitu memperbanyak sholawat kepada
Rasulullah dan bertawashul kepada Rasulullah Saw.9
C. Contoh Hadist Tentang Mahabbah Kepada Nabi
Seorang muslim tidak akan merasakan manisnya keimanan sebelum
cintanya kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada yang
lain sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai
berikut:
8
Ibid. hlm. 102
9
Ibid. hlm. 107
5
pula, sampai akhir sanad, tidak terdapat kejanggalan (syadz) dan kecacatan
(illat).
Kata yang berarti manis atau lezat, menurut Imam Ibnu Hajar Al-
Asyqalani merupakan perumpamaan cinta seorang mukmin kepada sesuatu
yang manis. Sebagai contoh seseorang yang sakit akan mengatakan bahwa
madu itu rasanya pahit tetapi bagi orang yang sehat rasanya manis. Hal ini
juga berkaitan dengan pemahaman Ibnu Hajar tentang pengertian kata al-
hub dimana beliau mengatakan bahwa makna kata al-hub dalam hadis bab
halawah iman berarti cinta yang dilandasi dengan akal sehat. Sehingga
dengan demikian, cinta kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya merupakan
sebuah kebutuhan bagi seorang muslim yang masih memiliki akal sehat.
Allah Swt. merupakan sebaik-baiknya tempat untuk menyandarkan cinta.
Begitupun Rasulullah, manusia paling sempurna yang dipilih Allah Swt.
untuk menyebarkan cinta kasih ke seluruh alam (rahmatan lil 'alamin).
Kemudian penggunaan kalimat "manisnya iman", menurut
Muhammad ibn Abu Jamrah memiliki makna bahwa Allah Swt.
mengibaratkan iman seperti sebatang pohon sesuai dengan firmannya
dalam Q.S Ibrahim ayat 24 yang berbunyi:
ِالسمَاۤء
َّ َاَلمْ تَرَ كَْيفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصُْلهَا ثَاِبتٌ وَّفَ ْر ُعهَا فِى
6
Allah Swt. maka akan bertambah pula kecintaannya kepada Rasulullah
Saw.10
Seseorang yang mengaku mencintai Rasulullah, menurut K.H
Hasyim Asy'ari akan senantiasa memperbanyak bersholawat kepada
Rasulullah. Beliau mengutip firman Allah Swt. Q.S Al-Ahzab ayat 56
sebagai berikut:
10
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalam, Fathul Bari, (Beirut: Darul Fikr), hlm. 60.
7
ابو،الةً صَلََّى اهللُ عَلَيْهِ ِبهَا عَشْرًا (رواه مسلم
َ َرَ ُسوْلَ اهللِ صلى اهلل عليه وسلم يَ ُقوْلُ مَنْ صَلََّى عََليََّ ص
)النسائي الترمذي و،داود
11
Op.Cit. hlm. 21.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecintaan kepada Rasulullah merupakan aktualisasi dari kecintaan
kepada Allah Swt. sehingga seorang muslim yang mengaku mencintai
tuhannya harus juga mencintai Nabi Muhammad Saw. sebagai utusan dan
pemegang amanah-Nya. Kecintaan kepada Allah Swt. dan kecintaan
kepada Nabi Muhammad Saw. merupakan satu kesatuan sehingga tidak
dapat dipisahkan.
Bersholawat kepada Rasulullah Saw. merupakan sebuah amalan
yang sangat agung. Hal ini dikarenakan bahwa Allah Swt. sendiri juga
melakukan amalan tersebut. Berbeda halnya dengan amalan yang lain,
seperti sholat, puasa, dan zakat. Saat Allah Swt. memerintahkan manusia
untuk mendirikan sholat, melakukan puasa, dan menunaikan zakat, Allah
Swt. tidak melakukannya. Lain halnya ketika Allah Swt. memerintahkan
manusia untuk bersholawat kepada Rasulullah Saw. Dengan demikian,
Allah Swt. secara tidak langsung telah memberikan keistimewaan kepada
Nabi Muhammad Saw. sebagai mahkluk yang paling dekat dengan-Nya,
paling mulia di sisi-Nya dan paling agung diantara makhluk ciptaan Allah
Swt. yang lain sehingga Allah Swt. sudah menyiapkan pahala yang sangat
besar bagi siapapun yang memperbanyak membaca sholawat kepada
Rasulullah Saw. sebagai tanda cinta kepadanya
B. Saran
Dari pemaparan makalah ini penulis berharap agar kita semua dapat
memahami materi tentang kandungan hadis tematik mencintai nabi yang
telah dibahas di dalam makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah untuk
selanjutnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Makmur dan Nurjanah. 2019. “Mencintai Rasulullah Saw. dalam Persfektif Hadis
(Kritik Sanad dan Matan Terhadap Hadis Riwayat Ibn Majah)”. Jurnal
Pappasang, Vol. 1 No. 1.
10