Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

MAKALAH ANALISA GAS DARAH (BGA)

MATA KULIAH: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“ANALISA GAS DARAH (BGA)”

Oleh:
Yuliana Devi Triyanti
235170109111009

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
2
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha ESA yangtelah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah Keperawatan Medikal Bedah.
Makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas kuliah Keperawatan Medikal Bedah
yang diberikan kepada saya untuk menambah pengetahuan mengenai pendahuluan
praktikum tentang standart operasional prosedur water seal drainage (WSD). Pembuatan
makalah ini tidak akan terlaksana tanpa adanya kerjasama, bantuan, dukungan, bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak.

Malang, 18 September 2023

Yuliana Devi Triyanti

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2. Tujuan...................................................................................................................................2
1.3. Manfaat.................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................................3
2.2 Tujuan...................................................................................................................................3
2.3 Indikasi, Kontraindikasi dan Komplikasi..............................................................................3
2.4 Lokasi Pengambilan Darah Arteri.........................................................................................3
2.5 Prosedur pengambilan spesimen darah arteri.......................................................................4
2.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan tindakan....................................................6
2.7 Hal-hal yang harus dicatat setelah tindakan (dokumentasi)..................................................7
2.8 Interpretasi Analisa Gas Darah (AGD).................................................................................7
BAB III IMPLEMENTASI DAN MANFAAT..............................................................................11
BAB IV PENUTUP........................................................................................................................15
Referensi........................................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemeriksaan analisa gas darah atau (Blood Gas Analysis/ BGA)
adalah suatu pemeriksaan untuk mengetahui tekanan gas karbondioksida
(CO2), oksigenasi, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan basa (Severinghaus John,2010). Pemeriksaan analisa gas darah
tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis suatu penyakit, harus disertai
dengan pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya (Severinghaus John, 2010).
Namun pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan
klinis pasien dan kemajuan terapi.
Sampel pemeriksaan analisa gas darah dapat berupa darah arteri
maupun vena. Sampel arteri lebih banyak diterima dan digunakan dalam dunia
medis, sebab berhubungan langsung dengan kondisi pasien (Severinghaus
John, 2010; William Marshall, 2008; Chu YC, et al, 2003). Pengambilan
sampel darah arteri lebih sulit dibandingkan sampel darah vena karena
pembuluh darahnya lebih dalam dan tidak terlihat/teraba dengan komplikasi
yang lebih berat. Sehingga pengambilan sampel arteri lebih invasive, dan
tidak nyaman bagi pasien bila dibandingkan dengan vena. Resiko untuk
terjadinya komplikasi seperti trauma pembuluh darah, perdarahan,
thrombosis, kerusakan saraf, dan kejadian infeksi lebih besar pada
pengambilan sampel darah arteri bila dibandingkan dengan vena.
Keterampilan seorang plebothomist dalam pengambilan darah arteri
sangat menentukan sekali terhadap akurasi hasil, dan sekaligus menentukan
dampak komplikasi yang ditimbulkan. Hal ini tentunya tergantung dari
pengalaman, pengetahuan terhadap indikasi pengambilan darah arteri, kontra
indikasi pengambilan darah arteri, serta prosedur pengambilan darah arteri.

1
1.2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui indikasi,
kontraindikasi dan prosedur pengambilan darah arteri yang baik dan benar
serta dapat menginterpretasikan hasil analisa gas darah dengan tepat.

1.3. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait analisa gas darah
utamanya dalam mengabil spesimen darah arteri
b. Manfaat Praktis
Dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pengambilan spesimen
darah arteri

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Pengambilan darah arteri adalah suatu tindakan untuk mengambil darah arteri
yaitu pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding tebal dan kaku.
Mengambil sampel darah arteri membutuhkan suntikan perkutan pada arteri
brachialis, radial atau femoralis. Juga bisa didapatkan dari arterial line.
2.2 Tujuan
Pengambilan darah arteri dilakukan untuk pemeriksaan analisa gas darah yang
digunakan untuk mendiagnosa dan mengevaluasi penyakit pernafasan serta kondisi
yang mempengaruhi seberapa efektif paru-paru mengirimkan oksigen ke darah dan
mengeleminasi karbondioksida dari darah .
2.3 Indikasi, Kontraindikasi dan Komplikasi
1. Indikasi :
Pada pasien dengan penyakit paru, bayi prematur dengan penyakit paru,
Diabetes Melitus berhubungan dengan kondisi asidosis diabetic.
2. Kontraindikasi :
Pada pasien dengan penyakit perdarahan seperti hemofilia dan trombosit
rendah.
3. Komplikasi :
Pengambilan darah arteri akan minimal terjadi jika dilakukan dengan benar.
Namun dapat terjadi perdarahan atau perdarahan yang tertunda atau memar pada
area tusukan jarum atau yang jarang terjadi, kerusakan sirkulasi di sekitar area
tusukan (Fathana et al., 2021).
2.4 Lokasi Pengambilan Darah Arteri
Mengidentifikasi arteri untuk pengambilan sampel. Arteri yang paling sering
unutk pengambilan sampel termasuk arteri radialis, arteri brachialis, dan arteri
femoralis. Dari ketiganya, arteri radial adalah area sampling yang paling disukai
karena tiga faktor utama:

3
(a) Mudah untuk mengakses
(b) Arteri radial adalah arteri dangkal dan karena itu lebih mudah untuk diraba,
stabil, dan mudak ditusuk
(c) Memiliki jaminan aliran darah
Jika kerusakan pada arteri radial terjadi atau menjadi terhambat, arteri ulnaris
akan memasok darah ke jaringan biasanya dipasok oleh arteri radial.
2.5 Prosedur pengambilan spesimen darah arteri
1. Alat dan bahan
Alat yang diperlukan untuk pengambilan darah arteri adalah :
- Antiseptik (kapas alkohol)
- Kassasteril
- Spuit yang steril ukuran 3 cc
- Heparin
- Kontainer atau es
- Label specimen
- Sarung tangan
- Pengalas
- Bengkok
- Plester dan gunting
2. Persiapan :
Cek catatan medik.
Meliputi:
- Alasan pengambilan spesimen darah. Rasional mengidentifikasi tipe
darah yang dibutuhkan dan bagaimana mengumpulkannya.
- Riwayat faktor risiko perdarahan: terapi antikoagulan, gangguan
perdarahan, jumlah trombosit yang rendah. Rasional mengingatkan
untuk menyiapkan peralatan tambahan untuk penekanan pada daerah
penusukan setelah dilakukannya tindakan.
- Faktor kontra indikasi dilakukan penusukan pada arteri atau vena :
infus intra vena atau keadaan setelah radikal mastektomi. Rasional

4
mengidentifikasi daerah yang dapat digunakan sebagai tempat
dilakukannya prosedur tindakan.
Siapkan formulir
laboratorium. Cuci tangan.
Siapkan alat dan bahan.
Untuk pengambilan darah arteri : siapkan spuit aspirasi 0,5 ml heparin
dengan perbandingan 1: 1000 unit/ml dari vial; Kemudian lakukan usaha
agar heparin menyentuh semua dinding bagian dalam spuit. Rasional
mencegah pembekuan darah. Ini perlu untuk keakuratan analisa darah.
3. Pelaksanaan
- Beri salam, panggil pasien dengan namanya.
- Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan kepada
klien. Rasional memberikan informasi pada klien. Penjelasan pada
pasien tantang tujuan dari test ini dan pemberitahuan bahwa tindakan ini
dapat merimbukan rasa sakit nyeri. (catatan: beberapa institusi
mengijinkan diberikan anastesi di area penusukan dengan 1% lidocaine
(Xilocaine) akan mempersiapkan diri pasien, atau pada bayi dioleskan
anestesi semprot/salep.
- Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.
- Menanyakan keluhan utarna klien.
- Memulai tindakan dengan cara yang baik.
- Jaga privacy klien.
- Dekatkan peralatan pada klien.
- Atur posisi klien agar nyaman.
- Identifikasi tempat penusukan.
- Posisikan klien dengan lengan ekstensi dan telapak tangan menghadap ke
atas.
- Letakkan pengalas.
- Pakai sarung tangan.

5
- Palpasi arteri radial dan brakial dengan jari tangan. Tentukan daerah
pulsasi maksimal. Rasional mengidentifikasi dimana letak arteri yang
paling dekat dengan permukaan kulit.
- Lakukan test Allen. Rasional untuk mengkaji keadekuatan sirkulasi
kolateral pada arteri ulnaris. Sirkulasi kolateral ini penting bila arteri
radialis terobstruksi oteh trombus setelah dilakukan tindakan penusukan.
Untuk melakukan test Allen, lakukan penekanan pada kedua denyutan
radialis dan ulnaris dari salah satu pergelangan tangan pasien sampai
denyutannya hilang. Tangan menjadi pucat karena kurangnya sirkulasi
ke tangan. Lepaskan tekanan pada arteri ulnaris. Jika tangan kembali
normal dengan cepat (tangan akan kemerahan dalam 10 detik), hasil test
dinyatakan negatif dan penusukan arteri dapat dilakukan pada
pergelangan tangan tersebut. Jika setelah dilakukan pelepasan tekanan
pada arteri ulnaris tangan tetap pucat, artinya sirkulasi ulnaris tidak
adekuat. Hasil test dinyatakan positif dan pergelangan tangan yang lain
harus di-test. Bila hasil test pada kedua pergelangan tangan adalah
positif, arteri femoralis harus dieksplorasi.
2.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan tindakan
1. Pasien menerima oksigen, pastikan terapi oksigen telah berjalan sekurang-
kurangnya 15 menit sebelum mengambil gas darah. Indikasikan pada slip lab,
jumlah dan tipe terapi oksigen yang diterima pasien. Catat suhu pasien, level
Hb, dan RR terbaru. JIka pasien memakai ventilator mekanik, catat fraksi
inspirasi oksigen dan tidal volume.
2. Pasien tidak memakai O2, indikasikan jika pasien bernafas dengan udara
ruangan.
3. Pasien baru saja memakai nebulizer, tunggu hingga 20 menit sebelum
mengambil sampel. Konsentrasi oksigen harus tetap konstan selama 20 menit
sebelum pengambilan sampel.
4. Jika order secara spesifik tanpa oksigen, maka matikan gas selama 20 menit
sebelum pengambilan sampel agar hasilnya akurat.

6
5. Saat menarik spuit untuk mengambil sampel, jika ada tahanan. Ubah posisi
ekstremitas yang dilakukan tindakan dan cek area tusukan. Lanjutkan
pengambilan darah, jika masih ada tahanan, beritahukan dokter.
6. Jika spesimen yang diambil gelap, darah yang gelap artinya mungkin vena
telah terakses, atau darah sangat kurang oksigen. Pastikan dari mana specimen
diambilil apakah dari arterial line. Juga cek level saturasi oksigen untuk
mengevaluasi hipoksemia. Pastikan bahwa arterilah yang telah ditusuk
sebelum membawa sampel ke lab.
7. Sampel tidak akan diterima oleh laboratorium kecuali jarum suntik diberi
label, kantong es diberi label, dan permintaan selesai. Untuk dianggap
lengkap, permintaan harus berisi nama pasien, nomor pendaftaran, tanggal
lahir atau usia, pemesanan dokter, waktu ditarik, F1O2 dan suhu pasien.
2.7 Hal-hal yang harus dicatat setelah tindakan (dokumentasi)
Catat identitas pasien, nama dokter yang memberi order, waktu pengambilan
sampel, jumlah sampel yang diambil, suhu pasien, area tusukan, catat waktu yang
diterapkan pada area untuk mencegah perdarahan, tentukan tipe dan jumlah untuk
terapi oksigen jika pasien menerima terapi. Catat respon klien. Tanda tangan dan
nama
perawat yang melaksanakan tindakan.
2.8 Interpretasi Analisa Gas Darah (AGD)
1. Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH
Serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Sumber
ion hidrogen dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam seperti
asam laktat dan asam keto. Nilai normal pH serum:
 Nilai normal : 7.35 - 7.45
 Nilai kritis : < 7.25 - 7.55
Implikasi Klinik:
a. Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia
peningkatan
pembentukan asam

7
b. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia kehilangan
asam
c. Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3
diketahui juga untuk memperkirakan komponen pernafasan atau
metabolik yang mempengaruhi status asam basa
2. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2).
PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 kyang terlarut
dalam plasma. Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan
keadaan asam basa dalam darah.
 Nilai Normal : 35 - 45 mmHg
 SI : 4.7 - 6.0 kPa
Implikasi Klinik:
a. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/
nervousness dan emboli paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu
mendapatkan perhatiaan khusus.
b. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau
penurunan fungsi pusat pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mmHg perlu
mendapat perhatian khusus.
c. Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi
sedangkan penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi.
d. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2
sebesar 1.3 mmHg.
3. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen, (PaO2).
PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen
yang terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru
dalam menyediakan oksigen bagi darah.
 Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur): 75 - 100 mmHg
 SI : 10 - 13.3 kPa
Implikasi Klinik:

8
a. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi
kronik, PPOK, penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat
gangguan fisik atau neoromuskular dan gangguan fungsi jantung.
Nilai PaO2 kurang dari 40 mmHg perlu mendapatkan perhatian
khusus.
b. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran
O2 oleh alat bantu, contohnya nasal prongs, alat ventilasi mekanik
hiperventilasi dan polisitemia, peningkatan sel darah merah dan daya
angkut oksigen.
4. Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen, (SaO2).
Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi
total oksigen yang terikat pada hemoglobin.
 Nilai Normal : 95 - 99 % O2
Implikasi Klinik:
a. Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi
hemoglobin dan kecakupan oksigen pada jaringan
b. Tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan
jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin sebagai ion
bikarbonat
5. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida, (CO2).
Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion
bikarbonat,
5% sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2
plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur
oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama bersifat asam dan diatur oleh
paruparu. Oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi
bikarbonat.
 Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2) : 22 - 32 mEq/L
 SI : 22 - 32 mmol/L

9
Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang
bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang
bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma
menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Implikasi Klinik:
a. Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah,
emfisema, dan aldosteronisme
b. Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik
asidosis dan hiperventilasi
c. Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan
nitrofurantoin

10
BAB III
IMPLEMENTASI DAN MANFAAT

3.1. Implementasi Pengambilan Darah Arteri


Pengambilan darah arteri (radialis, brakhialis, femoralis) untuk bahan
pemeriksaan gas darah. Berikut implementasi dari pengambilan darah arteri.
1) Menentukan daerah yang akan di injeksi, raba kembali arteri radialis, dan
palpasi pulsasi yang paling keras dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah
2) Melakukan desinfeksi daerah yang akan dilakukan suntikan dengan alcohol
swab tunggu sampai kering
3) Membilas spuit ukuran 3 cc dengan sedikit heparin 1000 ui/ml dan kemudian
kosongkan spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit
4) Melokalisasi arteri yang sudah dibersihkan difiksasi oleh tangan kiri dengan
cara kulit diregangkan dengan kedua jari, telunjuk dan jari tengah sehingga
arteri yang akan ditusuk berada diantara dua jari tersebut
5) Memegang spuit yang sudah diheparinisasi, pegang seperti memegang pensil,
menusukkan jarum kedalam arteri yang sudah difiksasi
a) Pada arteri radialis posisi jarum 45
b) Pada arteri brakhialis posisi jarum 60
c) Pada arteri femoralis posisi jarum 90
Menusukkan jarum ke arteri, tekanan arteri akan mendorong penghisap spuit
sehingga darah dengan mudah akan mengisi spuit, tetapi kadang darah tidak
langsung keluar.
6) Mencabut jarum setelah darah diperoleh sebanyak 2cc, mengusahakan posisi
pemompa spuit tetap untuk mencegah terhisapnya udara kedalam spuit dan
segera gelembung udara dikeluarkan dari spuit
7) Menutup segera ujung jarum dengan sterofoam/gabus, jari kiri menekan area
tusukan dengan alcohol swab kemudian difiksasi
8) Masukkan spuit langsung ke dalam ice box

11
9) Memberikan etiket laboratorium dengan mencantumkan nama pasien,
tanggal, jam
10) Mengatur kembali posisi klien senyaman mungkin
11) Merapikan alat
12) Melepas handscoon
13) Mencuci tangan

3.2.Manfaat Teknik Pengambilan Darah Arteri


Analisa gas darah arteri dilakukan ketika dibutuhkan informasi tentang status
asam-basa klien. Ketidakseimbangan antara oksigen, karbon dioksida, dan tingkat
pH darah dapat mengindikasikan adanya suatu penyakit atau kondisi medis
tertentu. Sebagai contoh pada gagal ginjal, gagal jantung, diabetes yang tidak
terkontrol, pendarahan, keracunan zat kimia, overdosis obat, dan syok. Gas darah
arteri memungkinkan untuk pengukuran pH dan juga keseimbangan asam basa,
oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan
kelebihan atau kekurangan basa.
Kontraindikasi : keadaan fibrinolisis sistemik, seperti pada terapi trombolitik
merupakan keadaan kontraindikasi relatif.
Tujuan dilakukan analisa gas darah adalah untuk mengetahui:
a) pH darah
b) Tekanan parsial
c) Karbon Dioksida (PCO2)
d) Bikarbonat (HCO3 - )
e) Base excess/deficit
f) Tekanan Oksigen (PO2)
g) Kandungan Oksigen (O2)
h) Saturasi Oksigen (SO2)

12
3.3. Implementasi Pengambilan Gas Darah
Tes analisa gas darah dilakukan apabila menemukan gejala-gejala yang
menunjukkan bahwa seorang pasien mengalamai ketidakseimbangan oksigen,
karbon dioksida, atau pH darah. Gejala yang dimaksud meliputi:
 Sesak napas
 Sulit bernafas
 Kebingungan
 Mual

3.4 Gambaran Kasus

Seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat di ruang rawat intensif pada


tanggal 15 September 2023 jam 13.00 dengan keluhan dalam 24 Jam terakhir
kesadaran nampak menurun setelah keluhan nyeri dada sebelah kiri. Pasien
memiliki riwayat serangan jantung 3 bulan yang lalu, hipertensi sejak 8 tahun yang
lalu. Pada pukul 07.30 perawat jaga shift pagi mendapatkan penurunan kesadaran
secara cepat dalam 30 menit disertai munculnya sesak napas disertai perburukan
kondisi hemodinamiknya. Pemeriksaan fisik pasien mendapatkan tanda tanda
sebagai berikut: Tekanan darah: 93/61 mmHg; Nadi 143x/menit; Suhu: 36,2oC, RR:
35x/menit. BB: 65 Kg; TB 168 cm. Kesadaran GCS 223, kualitatif stupor. EKG : ST
elevasi di lead II,III, AVF. Baru saja dilakukan pemeriksaan BGA. Setelah 20 menit,
didapatkan hasil analisa gas darah. Jelaskan prosedur pengambilan BGA.

Berdasarkan hasil lab di bawah ini lakukan interpretasi hasil Analisa gas darah:
Asidosis/Alkalosis? Metabolik/Respiratorik? Terkompensasi/Tidak terkompensasi?
Kesimpulan?

15 September 2023 jam 16.30

13
Analisa AGD jam 16.30:

Alkalosis respiratorik (karena ph sama dengan HCO3) terkompensasi sebagian


(Karna PH ,HCO3 & PCO2 nya abnormal)

15 September jam 20.00

Analisa AGD jam 20.00

Alkalosis metabolik (karena PH sama dengan HCO3) terkompensasi sebagaian


(PH,HCO3 dan PCO2 abnormal)

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu
mengambil O2 dari udara luar dan mengeluarkan CO 2 di dalam dari badan ke
udara luar. Bilamana paru berfungsi secara normal, tekanan parsial O 2 dan
CO2 di dalam darah akan dipertahankan seimbang, sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
Pemeriksaan analisis gas darah merupakan pemeriksaan laboratorium
yang penting sekali di dalam penatalaksanaan penderita akut maupun kronis,
terutama penderita penyakit paru. Pemeriksaan analisis gas darah penting
baik untuk menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun
untuk mengikuti per$alanan penyakit setelah mendapat terapi.
Dalam tubuh manusia nilai normal pH berkisar antara 7,35-7,45 disebut nilai
normal. Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya
dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-
basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan atau gangguan
metabolik. Komponen dasar AGD mencakup pH, PCO2, PO2, SO2, HCO3
dan BE (base excesses/kelebihan basa).
Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
2. Pasien dengan edema pulmo
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Pasien syok
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
8. Resusitasi cardiac arrest

15
Referensi
Alimul, H. A., Aziz, U. M. (2004). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC.
Aryani. (2009). Prosedur Klinik Keperawatan Kebutuahan Dasar Manusia. Jakarta
Timur: CV. Trans Info Media.
Dr Gde M, Dr Tjokorda GAS. (2017). Ilmu Anestesia Dan Reanimasi. Indeks.
Farhan AR, Calcarina FRW, Bhisrowo YP. (2015). Aplikasi Klinis Analisis Gas
Darah Pendekatan Stewart Pada Periode Perioperatif , 3 (1).
Fathana, P. B., Rahmadona, D., & Affarah, W. S. (2021). Pelatihan Tekhnik
Pengambilan, Penanganan Dan Transportasi Sampel Darah Arteri Untuk
Pemeriksaan Analisa Gas Darah Pada Tenaga Kesehatan Di Rs Universitas
Mataram. Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2021
LPPM, 3(1), 1–23.
Gupte, S. (2003). Neonatal Emergency, Recent Advances in Pediatrics, volume 12,
Jaypee Brothers, New Delhi.
Hidayat, A Aziz Alimul & Musrifatul Uliyah. (2004). Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar
Pagana KD and Pagana TJ. (2018). Mosby’s Manual Of Diagnostic and Laboratory
Tests, Sixth Edition. Elsevier Missouri.
Sukinem N, Skep G. (2013). Interpretasi Analisa Gas Darah. Ministry Of Health
Department Kariadi Hospital Of Semarang Central Jawa, Indonesia.
Turner, R and Blackwood, R. (2000). Clinical Skills, 3rd ed. Blackwell Science. UK.

16
17

Anda mungkin juga menyukai