PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Revisi 2019, pada tahun 2050, satu dari enam orang di dunia akan berusia
di atas 65 tahun (16%), naik dari satu dari 11 orang pada tahun 2019 (9%).
Pada tahun 2018, untuk pertama kalinya dalam sejarah, orang berusia 65
tahun ke atas melebihi jumlah anak di bawah usia lima tahun secara global.
tiga kali lipat, dari 143 juta pada 2019 menjadi 426 juta pada 2050.
meningkat 400% pada tahun 2030 karena lebih banyak Wanita lanisa
angka harapan hidup hingga 1,1 % periode tahun 2017 hingga 2021
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017 angka
ke atas akan meningkat dari 7,56% menjadi 15,77 % dari total populasi
1
penduduk di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2035. Keadaan ini
yang menempati urutan ke 7 menurut data yang di rilis oleh World Health
mematikan dari pada penyakit kanker payudara atau kanker prostat antara
tahun 2000 sampai 2019 dengan kenaikan angka yang fantastis dalam
Pada saat ini jumlah penderita demensia menurut WHO tahun 2019
sebanyak 55 juta orang dari jumlah populasi dunia sebanyak 7,743 miliar
data estimasi penderita demensia tahun 2020 pada benua Asia sebanyak
11,42 juta,dan benua Afrika sebanyak 5,30 juta dengan jumlah penderita
2
demensia dunia tahun 2020 sebanyak 58,66 juta dari populasi dunia. Pada
tahun 2015 di Indonesia terdapat 9,9 juta kasus lansia dengan demensia
dengan total penderita demensia secara global dunia pada 2015 sebanyak
46,8 juta dan diprediksi akan meningkat 2 kali lipat pada setiap 20 tahun
dengan prediksi tahun 2030 jumlah penderita demensia sebanyak 74,7 Juta
lansia dan hubungannya dengan demensia (IMT ≥30 ;RR 1.3,95% Cl 1.1-
3
(2019) Prevalensi obesitas pada lansia berjumlah 14,6% dari jumlah
B. Rumusan Masalah
apakah “ada hubungan antara obesitas dengan risiko kejadian demensia pada lansia
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
RW 07 Margamulya Bekasi
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
5
sehingga kedepanya dapat berkurang jumlah lansia obesitas dan
E. Keaslian Penelitian
6
leptin and leptin dalam dengan yang penting untuk variabel
glutamate fungsi otak dan menggunakan berfungsinya otak obesitas
khususnya dalam pendekatan dengan benar, dan
penurunan cross sectional termasuk memori, alzheimer
memori yang dan proses belajar di disease ,p
terkait dengan hippocampus. enelitian
penyakit Leptin bersifat ini
Alzheimer (AD). neuroprotektif dan mengguna
meningkatkan LTP, kan
mempotensiasi variabel
aktivitas reseptor obesitas
NMDA sinaptik dan risiko
glutamat. Kami kejadian
membahas demensia
bagaimana 2) Sampel :
resistensi leptin, pada
disfungsi LTP, dan lansia di
juga peningkatan spanyol,p
glutamat terjadi enelitian
pada AD. Untuk ini di
semua ini, obesitas indonesisa
pada usia paruh 3) Instrumen
baya dapat dianggap :
sebagai faktor risiko instrumen
untuk yang
mengembangkan dipakai
DA pada orang tua adalah
pemeriksa
an leptin
dan
glutamate
sedangaka
n
penelitian
ini berat
badan dan
tinggi
badan
Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Lansia
Lanjut usia atau lansia merupakan seseorang dengan usai lebih dari 60
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Lanjut usia merupakan istilah bagi seseorang yang telah memasuki periode
dewasa akhir atau usia tua. Periode ini merupakan periode penutup bagi
yang telah berusia > 60 tahun yang telah memasuki periode penutup melewati
bertahap.
8
2. Batasan – batasan lanjut usia
3) Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
5) Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
3. Teori-teori Penuaan
Menurut (Widiyawati & Jerita, 2020)tahap lanjut usia adalah tahap dimana
9
dan jaringan tubuh lainnya.Kemampuan regenerative pada lansia
Secara umum teori tentang penuaan dapat dilihat ditabel berikut ini.
10
Topik ini akan menjelaskan materi tentang teori penuaan,proses
molecular dan seluler dalam system organ utama dan kemampuan tubuh
mengalami penuaan dengan cara yang berbeda dari waktu ke waktu dan
11
bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau menghindari
(Widiyawati & Jerita, 2020)
resiko dan memaksimalkan Kesehatan.
suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari
12
perkembangan radikal bebas,kolagen dan lipofusin.
(Widiyawati & Jerita, 2020)
13
berhasil lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi didalam
proses diferensiasi sel T,tubuh salah mengenali sel yang tua dan
4) Teori Neuroendokrin
seperti yang telah terjadi pada struktur dan perubahan pada tingkat
14
situasi.Para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh
pada proses menua maka saat itulah tubuh manusia tidak dapat
15
mengalami gangguan dan penurunan kemapuan dalam mengenali
6) Teori Stress
molekul lain yang akan menjadi penyebab kerusakan fungsi sel dan
16
terdapat pada zat pengawet makanan,asap rokok,asap kendaraan
17
keseluruh tubuh menjadi berkurang dan pada permukaan kulit yang
9) Teori Proeram
B. KONSEP DEMENSIA
1. Pengertian Demensia
18
Ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan demensia adalah suatu
(memori).
Demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal dan
bukan sesuatu yang pasti akan terjadi dalam kehidupan mendatang, demensia
2. Klasifikasi Demensia
dari jumlah, struktur dan fungsi neuron di daerah tertentu dari korteks.
(Mujahidullah, 2012)
3. Etiologi Demensia
19
Menurut (Mujahidullah, 2012)Keadaan yang secara potensial reversible/bisa
dihentikan:
c. Gangguan metabolic
d. Gangguan nutrisi
1) Penyakit Alzheimer
2) Penyakit pick
1) Penyakit Parkinson
2) Penyakit hungtington
lain, Metabolik (endokrin), Eye and Ear (disfungsi mata dan telinga),
20
Nutrition, Tumor and trauma, Infection, Arterosclerotic( komplikasi
4. Subtipe Demensia
walaupun dapat ditemukan pada usia yang lebih muda. Diagnosis klinis
dapat dibuat dengan akurat pada sebagian besar kasus (90%) walaupun
struktural dan fungsional) dan cairan otak (β-amiloid dan protein tau)
b) Demensia vaskuler
21
Vascular cognitive impairment (VCI) merupakan terminologi
yang memuat defisit kognisi yang luas mulai dari gangguan kognisi
hipoksik dan demensia tipe campuran (PA dan stroke / lesi vaskuler)
ateroskerosis dan DV. Faktor risiko vaskuler ini juga memacu terjadinya
lesi iskemik luas white matter dan stroke lakuner yang bersifat herediter.
(Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
kognisi, halusinasi visual yang nyata (vivid) dan terjadi pada awal
22
PA.Namun secara klinis orang dengan DLB cenderung mengalami
membedakan antara DLB dan DPP. Pada DLB, awitan demensia dan
d) Demensia Frontotemporal
dan atau kognisi pada observasi atau riwayat penyakit. Gejala yang
lobus frontal dan atau anterior temporal dan hipoperfusi frontal atau
hipometabolism pada SPECT atau PET. Dua jenis DLFT lain yaitu
23
Demensia Semantik (DS) dan Primary Non-Fluent Aphasia (PNFA),
masing adalah 40% dan kejadian PNFA sebanyak 20% dari total DLFT.
(Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2015)
e) Demensia campuran
Parkinson ditemukan pada 20% orang dengan PA dan 50% orang dengan
sebagai berikut:
1) Stadium awal
lanjut atau sebagai bagian normal dari proses otak menua oleh
24
proses berjalan sangat lambat, sulit sekali untuk menentukan kapan
2) Stadium menengah
a) Sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru dan nama
orang.
dirumah sendiri).
25
c) Sukar memahami dan menilai peristiwa
e) Kesulitan berjalan
a) Usia
perempuan usia 60- 64 tahun sampai 22.1% pada pria dan 30.8% pada
(Wreksoatmodjo, 2014)
wanita berusia lebih dari 90 tahun.
b) Gender
26
lebih panjang.12,Sebaliknya laki-laki cenderung lebih berisiko menderita
c) Genetik
27
menurun pada penderita AD.Dari data ini bisa ditafsirkan bahwa
risiko dipengaruhi oleh onset yang lebih dini, lama dan beratnya
28
diabetes melitus dengan demensia belum diketahui pasti; agaknya
silent infarcts, dan atrofi yang pada MRI terlihat lebih sering dan berat
e) Nutrisi
29
peningkatan kadar homosistein plasma, homosistein diketahui dapat
kejadian demensia. Asupan lebih tinggi polifenol dari sari buah dan
sayuran dan flavonoid dari buah, sayuran, anggur merah dan teh
30
insulin,menurunkan LDL dan kolesterol,menurunkan reaktivitas
roti dan susu dengan risiko demensia dan Alzheimer (AD) 21 tahun
asam lemak tak jenuh termasuk EPA dan DHA) terhadap fungsi
kognitif tidak menghasilkan efek pada usia lanjut, tetapi ada sedikit
31
pria.Peranan lemak pada fungsi kognitif dan demensia diduga
1) Merokok
perokok yang mencapai usia berisiko demensia. Pada studi atas pria
32
demensia dan penurunan kognitifnya dibandingkan dengan yang tak
2) Alkohol
33
dan demensia (termasuk Alzheimer dan demensia vaskuler)
ditemukan hubungan U-shape dan modifi kasi efek oleh ApoEe4 alel
34
antiamiloidogenik yang terkandung dalam anggur merah dan
(Wreksoatmodjo, 2014)
upregulasi asetilkholin hipokampus.
g) Trauma
h) Obesitas
35
peningkatan risiko;sebaliknya, studi di usia lanjut menunjukkan
C. KONSEP OBESITAS
1. Pengertian Obesitas
36
Obesitas adalah suatu kelainan yang ditandai dengan adanya
2. Penentuan Obesitas
berisiko obesitas:
3) Riwayat keluarga yaitu orang tua dengan kelebihan berat badan dan
obesitas.
37
4) Riwayat mengonsumsi obat-obatan seperti obat untuk
b) Pemeriksaan Antropometri
badan dan tinggi badan dilakukan untuk mendapatkan nilai IMT yang
berikut :
WHO menetapkan angka cut off >29 untuk kategori obesitas pada LANSIA
obesitas
(Underweight)
berdasarkan IMT
(overweight)
Obesitas ≥29
38
Sumber : Redefining Obesity WHO Western Pacific Region, 2000
c) Pemeriksaan Fisik
d) Pemeriksaan Penunjang
3. Etiologi
a) Faktor Genetik
39
Faktor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya.
40–50%. Dan bila kedua orang tuanya menderita obesitas maka peluang
b) Faktor lingkungan
1) Pola makan mencakup jumlah, jenis, jadwal makan, dan pengolahan bahan
(Gibney, 2009). Jadwal makan yang tidak teratur, tidak sarapan, dan suka
40
berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya berbagai fasilitas yang
yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat. Hal ini menjadikan jumlah
1) Obat-obatan
yang lama untuk terapi asma, osteoartritis dan alergi dapat menyebabkan
2) Hormonal.
hormon leptin, ghrelin, tiroid, insulin dan estrogen. Hormon leptin yang
41
Hormon leptin mempunyai peran dalam mengontrol nafsu makan. Jika
dalam sel otot dan lemak. Jika asupan tinggi karbohidrat maupun lemak
Menurut penelitian (Ma et al., 2020) bahwa kelebihan berat badan atau
menemukan kejadian demensia yang lebih tinggi terlebih pada lansia wanita
dengan obesitas.
42
Patofisiologi yang mendasari kejadian demensia pada individu obesitas
obesitas dikaitkan dengan tingkat risiko kejadian demensia yang lebih tinggi,
dengan risiko demensia di antaranya termasuk kondisi komorbid yang timbul dari
yang memiliki konsekuensi negatif pada otak. BMI yang tinggi meningkatkan
43
penanda utama dari penyakit demensia.Selanjutnya ,reseptor AGEs telah
ditemukan pada permukaan spesifik reseptor untuk Amyloid ß .Sehingga secara
potensial memfasilitasi keruakan neuron. (Luchsinger & Gustafson, 2009)
c) Adipokin dan Cytokines
Jaringan lemak aktif menghasilkan rangkaian substansi yang penting dalam peran
metabolisme (adipokin),dan proses inflamasi (cytokines).Adipokin meliputi
adiponectin,leptin,dan resistin dan cytokines yang meliputi Tumor Necrosis
factor-α dan interleukin-6 (IL-6).Semuanya berhubungan dengan resistensi insulin
dan hyperinsulinemia (Luchsinger & Gustafson, 2009) .Peran cytokine seperti IL-6
berhubungan dengan penurunan kognitif dan meningkatkan risiko demensia yang
berpengaruh secara langsung terhadap pembuluh darah atau dapat melewati sawar
darah otak dan mengganggu homeostatis dalam otak dimana individu dengan
obesitas memiliki level cytokine lebih tinggi daripada individu dengan berat
normal
44
E. Kerangka Teori Faskes
RT
Populasi Masyarakat
Obsitas
Resiko dimensia
Obesitas
45
RISIKO KEJADIAN DEMENSIA Terdiri dari 11 pertanyaan dengan
Aspek;
1. Atensi dan konsentrasi
2. Orientasi
KUESIONER Mini Mental State Examination (MMSE) 3. Bahasa
4. Memori
5. Visuospasial
6. Fungsi eksekutif
7. Kalklulasi
YA,Berisiko hasil skor TIDAK Berisiko hasil
MMSE : <24 skor MMSE
Skema : 24-30
2.1 Kerangka Teori
F. KERANGKA KONSEP
Penelitian ini mengkaji dua variable yang terdiri dari satu variable bebas
(independent) yakni obesitas serta satu variable terikat (dependen) yakni Risiko
Kerangka konsep penelitian tentang hubungan obesitas dengan risiko kejadian demensia pada lanjut usia di
G. HIPOTESIS
46
Ho : Tidak Ada hubungan antara obesitas dengan risiko kejadian demensia pada
Ha : Ada hubungan antara obesitas dengan risiko kejadian demensia pada lanjut
BAB III
METODE PENELITIAN
sebagai lokasi penelitian karena terdapat banyak jumlah lansia dengan obesitas
hubungan obesitas dengan risiko kejadian demensia pada lanjut usia di tempat
tersebut.
47
B. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
2. Sampel
Kota Bekasi
48
Kota Bekasi dengan kriteria laki-laki dan perempuan yang sudah
meliputi antara 100 hingga 150 orang, dan dalam pengumpulan data
1 RT 01 54 21
2 RT 02 46 18
3 RT 03 52 20
Jumlah 152 59
3) Sampel
49
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
penelitian ini yaitu laki-laki dan perempuan berusia ≥60 tahun dengan
lansia.
Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi pada Bulan juni-September Tahun 2023.
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
50
Variabel terikat adalah variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
Operasional Ukur
1 Obesitas Nilai yang Pengukurang -timbangan berat Indeks massa tubuh ordinal
berat badan membagi nilai berat badan dengan normal IMT 18,5-25
badan (m2)
responden
51
ientasi,Bahasa Tidak Berisiko
kalkulasi
E. Definisi Operasional
Salah satu unsur yang membantu komunikasi antar penelitian adalah definisi
F. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data primer. Data primer
adalah data atau informasi utama yang berhubungan langsung dengan obyek
primer juga diartikan data utama yang diperoleh dari sumber utama dalam
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui
52
pengukuran indeks massa tubuh serta lingkar pinggang pada lansia.Terdapat
ini,yakni:
Indonesia
3. Setelah persyaratan izin penelitian dan proposal penelitian disetujui dan surat
menjadi responden.
53
badan.Selanjutnya responden mengisi kuesioner MMSE dibantu dengan
MMSE yang telah terisi selanjutnya diolah dan dianalisis oleh peneliti
H. Instrumen Penelitian
pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur
2. Bagian B : Berupa hasil gambaran obesitas pada responden yang meliputi Hasil
pengukuran IMT yang didapat melalui hasil pembagian dari berat badan dalam
dan telah banyak digunakan oleh para klinisi untuk praktek klinik maupun
54
secara luas sebagai pemeriksaan yang sederhana dan cepat untuk mencari
pengulangan kata, perintah tiga langkah, perintah menutup mata, perintah menulis
Sumber :
Panduan Praktik Klinik Diagnosis dan Penatalaksanaan Demensia (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2015)
1. Uji validitas
MMSE didapatkan nilai r: 0.776 lebih tinggi dari nilai p (0,001) sehingga
55
2. Reliabilitas
J. PENGOLAHAN DATA
jawaban
56
Coding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada jawaban
a) Usia responden
b) Jenis Kelamin
L : Laki-laki
P : Perempuan
O1 :Obesitas tingkat 1
O2 :Obesitas tingkat 2
d) Pengkajian Demensia
TB : Tidak berisiko
B : Berisiko
Entry data adalah kegiatan memasukkan data dari kuesioner kedalam program
57
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan Kembali data yang sudah
K. ANALISA DATA
1. Analisis univariat
menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk table
58
individu yang diukur melalui IMT dan variable dependen (terikat) yaitu risiko
2. Analisis bivariat
L. Etika penelitian
1. Informed Consent
penelitian secara jelas. Jika responden setuju maka diminta untuk mengisi
59
lembar persetujuan dan menandatanganinya, dan sebaliknya jika responden tidak
2. Anominity
nama responden pada lembar kuesioner, lembar tersebut hanya diberi inisial atau
kode tertentu.
3. Confidentiality
diberikan tidak akan berdampak terhadap kondite dan pekerjaan. Data yang
sudah diperoleh oleh peneliti disimpan dan dipergunakan hanya untuk pelaporan
DAFTAR PUSTAKA
Al-Finatunni’mah, A., & Nurhidayati, T. (2020). Pelaksanaan Senam Otak untuk Peningkatan
Fungsi Kognitif pada Lansia dengan Demensia. Ners Muda, 1(2), 139.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i2.5666
Anjum, I., Fayyaz, M., Wajid, A., Sohail, W., & Ali, A. (2018). Does Obesity Increase the Risk of
Dementia: A Literature Review. Cureus. https://doi.org/10.7759/cureus.2660
60
Cahyaningrum, N. sari. (2015). HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF
PADA LANJUT USIA WANITA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1
DAN 3 JAKARTA.
Kurniasih, U., Studi, P., Keperawatan, I., Tinggi, S., Cirebon, I. K., Wahyuni, N. T., Kesehatan, I.,
Fa’riatul Aeni, C. H., Masyarakat, K., Suzana, C., Giri, I., Sekolah, M., Ilmu, T., Cirebon, K.,
& Fuadah, A. (2021). HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DEMENSIA PADA
LANSIA. 12(2), 102. https://doi.org/10.38165/jk
Lavida, T., R, R. S., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Kemuliaan, B. (2023). Edukasi Gizi Sehat Menuju
Lansia Berkualitas di RW.16-2 Kebon Melati Jakarta Pusat.
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/MediaAbdimas/issue/view/140
Livingston, G., Huntley, J., Sommerlad, A., Ames, D., Ballard, C., Banerjee, S., Brayne, C., Burns,
A., Cohen-Mansfield, J., Cooper, C., Costafreda, S. G., Dias, A., Fox, N., Gitlin, L. N.,
Howard, R., Kales, H. C., Kivimäki, M., Larson, E. B., Ogunniyi, A., … Mukadam, N. (2020).
Dementia prevention, intervention, and care: 2020 report of the Lancet Commission.
The Lancet, 396(10248), 413–446. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30367-6
Luchsinger, J. A., & Gustafson, D. R. (2009). Adiposity and Alzheimer’s disease. In Current
Opinion in Clinical Nutrition and Metabolic Care (Vol. 12, Issue 1, pp. 15–21). NIH Public
Access. https://doi.org/10.1097/MCO.0b013e32831c8c71
Ma, Y., Ajnakina, O., Steptoe, A., & Cadar, D. (2020). Higher risk of dementia in English older
individuals who are overweight or obese. International Journal of Epidemiology, 49(4),
1353–1365. https://doi.org/10.1093/ije/dyaa099
Noor, C. & M. ,Lie. (2020). Hubungan antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia.
Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Fungsi Kognitif Pada Lansia.
https://doi.org/10.18051/JBiomedKes.2020
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. (2015). PANDUAN PRAKTIK KLINIK Diagnosis
dan Penatalaksanaan Demensia PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA
Januari 2015. http://www.perdossi.or.id
Saraswati, S. K., Rahmaningrum, F. D., Pahsya, M. N. Z., Paramitha, N., Wulansari, A.,
Ristantya, A. R., Sinabutar, B. M., Pakpahan, V. E., & Nandini, N. (2021). Literature
Review : Faktor Risiko Penyebab Obesitas. MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT
INDONESIA, 20(1), 70–74. https://doi.org/10.14710/mkmi.20.1.70-74
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing.
61
Sulistyowati, L. S., Andinisari, S., & dkk. (2015). PEDOMAN UMUM PENGENDALIAN OBESITAS.
Widia Komala, D., Novitasari, D., Kurnia Sugiharti, R., Awaludin, S., Keperawatan Program
Sarjana, P., Kesehatan, F., Harapan Bangsa, U., Keperawatan Anestesiologi Program
Sarjana Terapan, P., Kebidanan Program Diploma Tiga, P., Keperawatan, P., Ilmu-Ilmu
Kesehatan, F., & Jenderal Soedirman, U. (2021). Mini-mental State Examination Untuk
Mengkaji Fungsi Kognitif Lansia. Jurnal Keperawatan Malang, 6(2).
https://jurnal.stikespantiwaluya.ac.id/
Wreksoatmodjo, B. R. (2014). Beberapa Kondisi Fisik dan Penyakit yang Merupakan Faktor
Risiko Gangguan Fungsi Kognitif. http://data.
LAMPIRAN
62
63
64
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
65
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(………………………)
66
LEMBAR OBSERVASI
PENILAIAN MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE)
Pemeriksa :
Tanggal :
Initial Responden :
Jenis Kelamin :
Usia :
Item Test Nilai Nilai
Maksimal
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 ---
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), 5 ---
(lantai/kamar)
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang, mawar), tiap 3 ---
benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda
tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai
pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah
pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. 5 ---
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “
WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum
kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 ---
BAHASA
6 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan 2 ---
( pensil, arloji)
7 Pasien diminta mengulang rangkaian kata :” tanpa kalau dan atau 1 ---
tetapi ”
8 Pasien diminta melakukan perintah: “ Ambil kertas ini dengan 3 ---
tangan kanan, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”.
67
9 Pasien diminta membaca dan melakukan perintah “Angkatlah 1 ---
tangan kiri anda”
10 Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan) 1 ---
11 Pasien diminta meniru gambar dibawah ini
SKOR 30
TOTAL
Pedoman Skor :
Alat bantu periksa: Siapkan kertas kosong, pinsil, arloji, tulisan yang harus
dibaca dan gambar yang harus ditiru / disalin.
Contoh:
68
FORMULIR ISIAN PENILAIAN INDEKS MASSA TUBUH
(IMT)
Initial Responden
Usia
Jenis Kelamin
Berat Badan
Tinggi Badan
BB(Kg)
Hasil Perhitungan IMT (
TB(M ²)
69