Anda di halaman 1dari 96

PERAN GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN FIKIH DI MTS ANNIDA


AL ISLAMY DURI KOSAMBI
Proposal Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:
Taqiyuddin Ar Robbani
NIM. 11190110000127

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023 M / 1444H
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Taqiyuddin Ar Robbani
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 15 Maret 2001
NIM : 11190110000127
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing Proposal : Nur Kholis Majid, M.A.g.
NIP : 197203092005011004

Dengan ini menyatakan bahwa proposal skripsi yang saya buat benar-benar hasil
karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya
tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat mengikuti seminar proposal.

Jakarta, 24 Agustus 2023


,Yang menyatakan

Taqiyuddin Ar Robbani
NIM. 11190110000127
ABSTRAK
Taqiyuddin Ar Robbani (NIM. 11190110000127), “Peran Guru Dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fikih Di MTs
Annida Al Islamy Duri Kosambi”. Skripsi Program Strata Satu (S-1),
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2023.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kesulitan belajar pasti terjadi dalam setiap
mata pelajaran termasuk pada mata pelajaran Fikih. Pelajaran ini merupakan
pelajaran yang sangat penting karena dalam belajar Fikih kita dapat mengetahui
hukum-hukum syara’ yang amaliah dengan melalui dalil-dalil yang terperinci dan
selalu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap guru senantiasa
mengharapkan siswa supaya dapat mencapai hasil belajar yang maksimal baik
dari ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Namun pada kenyataannya,
terkadang mereka mengalami kesulitan dalam belajar.
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah peran guru dalam mengatasi
bentuk-bentuk kesulitan belajar Fikih siswa di MTs Annida Al Islamy Duri
Kosambi Jakarta dengan fokus penelitian (1) Apa sebab-sebab kesulitan belajar
siswa pada mata pelajaran Fikih di MTs Annida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta
(2) Bagaimana strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa mata
pelajaran Fikih di MTs Annida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta (3) Bagaimana
dampak strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa mata pelajaran
Fikih di MTs Annida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan
deskriptif. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara mendalam, dan
dokumentasi. Dan dalam menganalisis datanya menggunakan reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi. keabsahan data melalui triangulasi.
Hasil penelitian ini bahwa: peran guru dalam mengatasi bentuk-bentuk
kesulitan belajar Fikih siswa di MTs Annida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta (1)
penyebab kesulitan belajar siswa kelas VIII dalam mengikuti mata pelajaran Fikih
adalah Fakor internal antara lain: kurangnya minat, kurang pahamnya siswa
terhadap materi, malas, kurangnya konsentrasi dan. Motivasi. Sedangkan faktor
eksternal antara lain: guru, orang tua, lingkungan, dan teman bergaul. (2) strategi
yang digunakan guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa kelas VIII adalah
dengan kesiapan guru dalam menyampaikan materi, Menggunakan strategi
Pembelajaran Ekspositori dan Kontekstual, lebih menekankan tekhnik hafalan,
Ice breaking dalam pembelajaran, memberikan motivasi kepada peserta didik, dan
metode yang bervariasi, (3) Dampak strategi yang dilakukan terhadap hasil belajar
siswa siswa kelas VIII adalah di dalam aspek kognitif terjadi perubahan pada nilai
siswa dan pengetahuan siswa, dalam aspek afektif terjadi perubahan sikap siswa,
siswa yang sebelumnya bersikap kurang sopan dan disiplin sekarang sudah
membaaspek psikomotor terjadi perubahan pada keterampilan siswa yang
sebelumnya belum bisa Zakat menjadi bisa Zakat.
Kata kunci: Guru, Kesulitan Belajar, Fikih.

ii
ABSTRACT
Taqiyuddin Ar Robbani (NIM. 11190110000127), "The Role of Teachers in
Overcoming Student Learning Difficulties in Jurisprudence Subjects at MTs
Annida Al Islamy Duri Kosambi". Thesis Strata One (S-1) Program, Islamic
Religious Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and Keguruan
Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2023.
This research is motivated by the fact that learning difficulties definitely
occur in every subject, including the subject of Jurisprudence. This lesson is a
very important lesson because in studying Fiqh we can find out the practical laws
of Sharia through detailed arguments and always put them into practice in
everyday life. Every teacher always hopes that students can achieve maximum
learning outcomes both in the cognitive, affective and psychomotor domains. But
in reality, sometimes they experience difficulties in learning.
The delimitation of the problem in this research is the role of the teacher in
overcoming the forms of students' learning difficulties in Jurisprudence at MTs
Annida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta by formulating research questions What
are the causes of students' learning difficulties in the subject of Jurisprudence at
MTs Annida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta (2 ) What is the teacher's strategy in
overcoming the learning difficulties of students in the Fiqh subject at MTs Annida
Al Islamy Duri Kosambi Jakarta (3) What is the impact of the teacher's strategy in
overcoming the learning difficulties of students in the Fiqh subject at MTs Annida
Al Islamy Duri Kosambi Jakarta
This type of research is qualitative research, using a descriptive approach. Data
collection uses observation, in-depth interviews, and documentation. And in
analyzing the data using data reduction, data presentation, and verification. data
validity through triangulation.
The results of this research are that: the role of teachers in overcoming the forms
of learning difficulties of students in Fiqh at MTs Annida Al Islamy Duri
Kosambi Jakarta (1) the causes of learning difficulties for class VIII students in
taking Fiqh subjects are internal factors including: lack of interest, lack of
understanding of students towards material, laziness, lack of concentration and.
Motivation. Meanwhile, external factors include: teachers, parents, environment
and social friends. (2) the strategy used by the teacher in overcoming the learning
difficulties of class VIII students is the teacher's readiness in delivering the
material, using Expository and Contextual Learning strategies, placing more
emphasis on memorization techniques, ice breaking in learning, providing
motivation to students, and varying methods, (3) The impact of the strategy
implemented on the learning outcomes of class VIII students is that in the
cognitive aspect there is a change in students' grades and knowledge, in the
affective aspect there is a change in students' attitudes, students who previously
behaved less politely and disciplined now have changes in the psychomotor
aspect. on the skills of students who previously could not afford Zakat to become
able to Zakat.

iii
Keywords: Teacher, Learning Difficulties, Jurisprudence.
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Proposal skripsi berjudul “Peran Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Fikih Di MTs Annida Al Islamy Duri Kosambi” disusun oleh
Taqiyuddin Ar Robbani, NIM. 11190110000127. Program Studi Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai
karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada seminar proposal sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 24 Agustus 2023


Dosen Pembimbing

Nur Kholis Majid, M.A.g.


NIP.197203092005011004

iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang senantiasa melimpahkan berbagai nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis
mampu menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Peran Guru Dalam
Mengatasi Kesulitan belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fikih Di MTs Annida Al
Islamy Duri Kosambi” untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada suri tauladan umat manusia, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya semoga kita
termasuk ke dalam umat yang medapatkan syafa’atul uzma di hari kiamat nanti.
Dalam proses penyusunan proposal skripsi ini tentu tidaklah mudah,
penulis menghadapi berbagai hambatan dan rintangan, namun berkat karunia dan
izin Allah SWT serta bantuan dari banyak pihak sehingga proposal skripsi ini
dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D. Selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Siti Nurul Azkiyah, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hiday atullah Jakarta.
3. Ahmad Irfan Mufid, S.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bobi Erno Rusadi, M.Pd.I. Selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Nur Kholis Majid, M.Ag. Selaku Dosen Pembimbing proposal skripsi
yang selalu memberikan masukan dan nasihat kepada penulis.
6. Wahdi S.Ag., M.Ag. Selaku Dosen Penasihat Akademik yang selalu
menasihati dan membimbing penulis selama perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

v
Jakarta, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi
penulis.
8. Ahmad Firdaus, S.Ag., selaku Kepala MTs An-Nida Al-Islamy Duri
Kosambi beserta jajaran guru yang telah memberikan izin dan bantuan
kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian.
9. Siswa MTs An-Nida Al-Islamy Duri Kosambi yang bersedia menjadi
responden penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian proposal ini namun tidak
dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat


bagi para pembaca dan dapat ditindak lanjut dengan pengerjaan skripsi agar lebih
sempurna. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan usaha yang kita
lakukan dengan pahala yang berlimpah dan tak terbatas.

Jakarta, 24 Agustus 2023

Penulis

vi
DAFTAR ISI
ABSTRAKii
ABSTRACTiii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBINGiv
KATA PENGANTARv
DAFTAR ISIvii
BAB I PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang1
B. Identifikasi Masalah8
C. Pembatasan Masalah9
D. Rumusan Masalah9
E. Tujuan Penelitian9
F. Manfaat Penelitian9
BAB II KAJIAN TEORI11
A. Peran Guru11
B. Kesulitan Belajar16
C. Fikih30
D. Hasil Penelitian Yang Relevan36
E. Kerangka Berfikir38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN40
A. Jenis Penelitian40
B. Tempat dan Waktu Penelitian40
C. Populasi dan Sampel41
D. Teknik Pengumpulan Data42
E. Analisis Data45
F. Keabsahan Data47
DAFTAR PUSTAKA53

vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan pendidikan. Pendidikan merupakan proses
yang penting dalam pengembangan individu dan masyarakat. Pendidikan
memberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk berfungsi dalam masyarakat. Melalui pendidikan,
seseorang dapat mempelajari berbagai disiplin ilmu serta mengembangkan
keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, seperti membaca,
menulis, dan berkomunikasi dengan baik.1
Pendidikan juga berperan dalam meningkatkan kualitas hidup
seseorang. Melalui pendidikan, seseorang dapat memahami bagaimana
menjaga kesehatan, memahami hak-haknya, dan mengembangkan
pemahaman yang lebih luas tentang dunia di sekitarnya. Pendidikan juga
dapat membantu seseorang mengambil keputusan yang lebih baik dalam
kehidupan sehari-hari, seperti keputusan finansial atau keputusan yang
berhubungan dengan kesehatan.
Setiap individu memiliki potensi unik yang dapat dikembangkan
melalui pendidikan. Pendidikan membantu mengidentifikasi bakat dan minat
seseorang, serta memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi
tersebut. Melalui pendidikan, seseorang dapat mengeksplorasi minatnya,
mengembangkan keterampilan khusus, dan mencapai prestasi pribadi yang
lebih tinggi.2
Dengan memiliki akses ke pendidikan yang berkualitas, manusia
dapat mengembangkan diri mereka, meningkatkan kesempatan hidup, dan
berkontribusi secara positif pada masyarakat. Manusia membutuhkan

1
A. Hadi Soedomo, Pendidikan: Suatu pengantar, (Surakarta: UNS Press, 2018) h. 17.
2
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/thufula/article/viewFile/4270/2771. Diakses pada
10 Juni 2023.
pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia
dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran.3
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3, yang
merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.4
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensinya untuk memiliki spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.5
Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu pendidikan dasar 9 Tahun.

P
endidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan
pendidikan nasional. Untuk itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada
sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga terletak pada sumber daya
manusia yang berkualitas. Maka diperlukan peningkatan sumber daya
manusia Indonesia sebagai kekayaan negara dan investasi untuk mencapai
kemajuan bangsa.

3
Munirah, “Peran Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa”, Jurnal Pendidikan
Agama Islam, Vol. 3 No. 2, 2018, h. 112.
4
https://pusdiklat.perpusnas.go.id/regulasi/download/6#:~:text=(1)%20Pendidikan
%20diselenggarakan%20secara%20demokratis,dengan%20sistem%20terbuka%20dan
%20multimakna. Diakses pada 10 Juni 2023.
5
https://pusdiklat.perpusnas.go.id/regulasi/download/6#:~:text=(1)%20Pendidikan
%20diselenggarakan%20secara%20demokratis,dengan%20sistem%20terbuka%20dan
%20multimakna. Diakses pada 10 Juni 2023.

2
Pembangunan sumber daya manusia merupakan inti dan titik berat
dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Keberhasilan pencapaian
pembangunan nasional di masa yang akan datang sangat bergantung dari
kualitas manusia yang dikembangkan pada masa kini. Kualitas manusia yang
dimaksud adalah pribadi paripurna dalam arti terwujudnya pribadi yang
serasi, selaras dan seimbang dalam aspek-aspeknya, yaitu spiritual, moral,
intelektual, sosial, kultural, nasional dan fisik. Manusia dengan kualitas
seperti itu diperlukan dalam upaya meningkatkan kemampuan, mutu
kehidupan, dan martabat manusia secara keseluruhan. Maka jelaslah bahwa
pendidikan mempunyai tanggung jawab dan peranan yang amat penting
dalam meningkatkan kualitas manusia.6
Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan
manusia. Sikap guru yang mendidik memiliki pengaruh terhadap
perkembangan jiwa peserta didik, sehingga guru dituntut untuk memiliki
sikap yang tepat dan sesuai dengan tuntunan tugas profesionalnya secara
bertanggung jawab. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung kepada guru.7
Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah
dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan
aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami atau
tidak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari kita merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian dapat kita
katakan, tidak ada ruang dan waktu dimana manusia dapat melepaskan
dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti pula bahwa belajar tidak
pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang
menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti.8
Dalam kegiatan pembelajaran selalu melibatkan dua perilaku aktif,
yaitu guru dan siswa, dalam proses pemebelajaran di sekolah baik guru
6
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/ibtida/article/download/177/165/. Diakses
pada 10 Juni 2023.
7
https://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/jurnal_buana_pendidikan/article/download/
2273/1988/6514. Diakses pada 10 Juni 2023.
8
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2014) h. 33.

3
maupun siswa, pasti mengharapkan agar mencapai hasil yang sebaik-
baiknya. Guru mengaharapkan agar siswa berhasil dalam belajarnya, dan
siswa mengharapkan agar guru dapat mengajar dengan baik, sehingga
mereka memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Namun pada
kenyataanya, harapan itu tidak selalu terwujud, masih banyak siswa yang
tidak memperoleh hasil yang tidak memuaskan. Ada siswa yang mendapat
nilai tinggi dan rendah, bahkan ada pula siswa yang gagal dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Kenyataan ini menunjukan bahwa masih banyak
guru mengahadapi sejumlah peserta didikyang menghadapi kesulitan belajar.9
Setiap anak memiliki karakter yang berbeda, begitu juga dalam
kemampuan akademis yang sering disebut dengan intelektual atau
kecerdasan. Sebagian anak memiliki kecerdasan yang di bawah rata-rata,
dan hasil ini mempengaruhi prestasi anak di sekolah. Ketika anak tidak
mampu berprestasi dengan baik dan memuaskan berdarkan kecerdasan
yang dimiliki, maka anak tersebut dikatakan sebagai anak bermaslah
dalam belajar atau kesulitan belajar.10
Kesulitan belajar merupakan gangguan yang dimiliki anak terkait
dengan faktor internal dan eksternal pada anak yang menyebabkan
kesulitan otak dalam mengikuti proses pembelajaran secara non formal dalam
hal menerima, memproses, dan menganalisis informasi yang didapat selama
pembelajaran.11
Fenomena kesulitan belajar seseorang siswa biasanya tampak jelas
dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun kesulitan
belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku
siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, dan
sering tidak masuk sekolah.12

9
Munirah, Op.cit, h. 113.
10
Ety Mukhlesi Yeni, “Kesulitan Belajar Matematika Di Sekolah Dasar”, Jurnal Jupendas.
Vol. 2 No 2, 2015, h. 1.
11
https://eprints.uny.ac.id/29197/1/ASTI%20NOOR%20HANIK.pdf 1. Diakses pada 10 Juni
2023.
12
https://prosiding.ikippgribojonegoro.ac.id/index.php/Prosiding/article/viewFile/1056/377.
Diakses pada 10 Juni 2023.

4
Adanya kesulitan belajar pada seorang siswa dapat dideteksi dengan
kesalahan-kesalah siswa dalam mengerjakan tugas maupun soal-soal tes.
Kesalahan adalah penyimpangan terhadap jawaban yang benar pada suatu
butir soal. Ini berarti kesulitan belajr siswa dapat dideteksi melalui
jawaban-jawaban siswa yang salah dalam mengerjakan suatu soal.13
Anak-anak dengan ketidakmampuan belajar memiliki karakteristik
untuk mereka sendiri dan gaya belajar yang berbeda. Oleh karena itu,
setiap anak memiliki kemampuan untuk berhasil dalam studi mereka. Guru
mampu dalam memantau kemajuan mereka dan menerapkan berbagai strategi
mengajar di kelas. Siswa-siswa ini memerlukan perhatian khusus dan
dikategorikan sebagai siswa dengan kebutuhan khusus.14
Dalam pembelajaran Fikih, jika anak mengalami kesulitan belajar
dianggap sebagai sebuah hal yang biasa dan sudah realita umumnya
seperti itu. Hal ini disebabkan karena Fikih merupakan pelajaran yang
menjadi momok menakutkan bagi anak-anak. Fikih dianggap sebagai ilmu
yang sulit untuk dipahami karena abstrak, tidak saja oleh siswa tingkat MTs
bahkan hingga mahasiswa di perguruan tinggi.15
Akibat keberlanjutan kesulitan belajar Fikih dibiarkan saja, maka
anak-anak akan semakin kurang minat belajarnya pada mata pelajaran
Fikih. Fikih akan terus menjadi momok yang menakutkan bagi anak. Anak
selalu bosan dan mudah jenuh dalam pembelajaran Fikih. Jika melihat
bagaimana terkaitnya Fikih dalam kehidupan sehari-hari, maka akan dapat
diprediksi bagaimana sulitnya anak dalam kehidupan sosialnya jika
tidak dapat memahami Fikih dengan baik.16 Mata pelajaran fikih
mempunyai karakteristik khas yang lumayan unik, apabila dibanding dengan
pelajaran lain dalam lingkup mata pelajaran agama Islam sebab pada
13
Riyan Tusturi, dkk, “Peran Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Di SD Negeri
10 Banda Aceh”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Vol. 2. No. 4, 2017, h. 128.
14
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/download/796/764. Diakses pada
10 Juni 2023.
15
https://www.ejurnalilmiah.com/index.php/Educate/article/download/351/305. Diakses pada
10 Juni 2023.
16
Nurus Sifa, “Strategi Pembelajaran Fiqih Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Gambut
Kabupaten Banjar”, Jurnal Tarbiyah Islamiyah, Vol. 7, No. 2, 2020, h. 15.

5
pelajaran tersebut ada tanggung jawab yang besar dalam upaya membagikan
motivasi serta reward untuk manusia yang sanggup menguasai, melakukan
serta mengamalkan hukum Islam dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Secara universal ciri mata pelajaran fikih yakni menekankan pada ilmu yang
memusatkan syariat serta hukum Islam, yang mengendalikan ikatan manusia
secara vertikal (ikatan manusia dengan Allah SWT) serta ikatan horizontal
(ikatan manusia dengan sesama ataupun masyarakat) dalam kehidupan setiap
hari.17
Melihat pentingnya Fikih bagi anak, maka kesulitan belajar yang
dihadapi anak sebaiknya dideteksi sejak dini. Kesulitan belajar Fikih ini akan
mulai terlihat sejak anak duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah. Ada
banyak faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Fikih anak, seperti
minat dan motivasi yang kurang dalam Fikih, pembelajaran yang kurang
tepat dalam mengajarkan Fikih, dan kurangnya dukungan dari orang tua
dan lingkungan sekitar dalam pelajaran Fikih bagi anak yang dikarenakan
kurang pahamnya orang tua dan lingkungan terhadap Fikih.18
Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan memiliki anak
didik yang berkesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan
oleh sekolah modern di perkotaan tapi, juga dimiliki oleh sekolah
tradisonal di pedesaan dengan segala kekurangan dan kesederhanaannya.

Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis, faktor penyebabnya.19


Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika
mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman,
hambatan, dan gangguan dialami oleh anak didik tertentu sehingga
mengalami kesulitan dalam belajar. Pada tingkat tertentu memang ada anak
didik yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tetapi pada kasus-kasus
17
Muhammad Rizqillah Mansyur, “Metodologi Pembelajaran Fikih”, Jurnal Al-Marifat. Vol.
4, No. 2, 2019, h. 38.
18
Heronimus Delu Pingge dan Muhammad Nur Wangid, “Faktor Yang Mempengaruhi Hasil
Belajar Siswa Sekolah Di Kecamatan Kota Tambolaka”, Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Vol. 2
No. 1, 2016, hal. 148-150.
19
Ulfa Danni Rosada, “Diagnosis Of Learning Difficulties And Guidance Learning
Services To Slow Learner Student”, Jurnal Guidena. Vol. 6, 2016, h. 64.

6
tertentu, karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya,
maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik.20
Seorang guru yang berilmu dengan memiliki keyakinan berdasarkan
pada pemahaman bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya,
sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-Insyirah ayat 5 sampai 6:
‫ۗا‬ ‫ِر‬ ‫ِر ۙا ِا‬ ‫ِا‬
)6-5 :94/‫ ( الشرح‬٦
‫ َّن َمَع اْلُعْس ُيْسًر‬٥ ‫َف َّن َمَع اْلُعْس ُيْسًر‬
5. Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan,
6. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.
(Asy-Syarh/94:5-6).21

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk


mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk
mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala
sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan
siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari
berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam
segala fase dan proses perkembangan siswa22
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, pada tanggal 29 Mei
2023 peneliti melakukan observasi/wawancara dengan salah seorang guru
Fikih yang mengajar di MTs Nida Al Islami Cengkareng. Hasil dari
wawancara yang dilakukan peneliti bahwa adanya kesulitan belajar Fikih.
Hal ini dapat diketahui dari prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata
yang dicapai siswa di kelas, siswa tidak dapat menyelesaikan tugas dengan
tepat waktu, mengerjakan PR di sekolah yang disebabkan karena tidak

20
Rini Febrianti, “Peran Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Pendidikan Agama
Islam (PAI) Di SMP Negeri 1 Labuhan haji Aceh Selatan”, Jurnal lentera Islam, vol. 12, 2022, h.
2.
21
https://tafsirweb.com/37364-surat-al-insyirah-lengkap.html. Diakses pada 10 Juni 2023.
22
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta,
2015) h. 97.

7
mampu menyelesaikannya di rumah. Kondisi ini menunjukan bahwa siswa
belum menguasai materi pelajaran yang di berikan oleh guru.23
Peran yang dilakukan guru Fikih Di MTs Annida Al Islamy terhadap
siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu guru harus memberikan
penanganan khusus dan perhatian yang lebih dibandingkan siswa yang tidak
mengalami kesulitan dalam belajar, memberikan tugas dan latihan agar
siswa mau belajar secara mandiri, mengarahkan siswa belajar dalam
kelompok.24
Berdasarkan uraian dan penjelasan latar belakang di atas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian di |MTs Al Nida Al Islami l.
Raya Duri Kosambi No.33A, RT.2/RW.7, Duri Kosambi, Kecamatan
Cengkareng, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11750,
dengan judul Peran Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Fikih di
MTs Annida Al Islamy Cengkareng.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
1. Fikih dianggap sebagai ilmu yang sulit untuk dipahami karena abstrak
2. Terdapat berbagai jenis dan tingkatan memiliki anak didik yang
berkesulitan belajar
3. Minat dan motivasi yang kurang dalam Fikih
4. Metode pembelajaran yang kurang tepat dalam mengajarkan Fikih
5. Kurangnya dukungan dari orang tua dan lingkungan sekitar dalam
pelajaran Fikih.
6. Diperlukan penangan khusus terhadap anak yang mengalami kesulitan
belajar

23
Wawancara, Bapak Ahmad Firdaus S.Ag (kepala sekolah Mts An-Nida Al-Islamy), 29 Mei
2023.
24
Wawancara, Bapak Ahmad Firdaus S.Ag (kepala sekolah Mts An-Nida Al-Islamy), 29 Mei
2023.

8
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan dalam pembahasan, maka peneliti
membatasi permasalahan yang memfokuskan pada:
1. Peran guru dalam mengatasi kesulitan belajar fikih.
2. Peneliti memfokuskan pada mata pelajaran fikih kelas VIII bab Zakat.
3. Peneliti memfokuskan pada siswa kelas VIII MTs Annida Al Islamy
Duri Kosami Jakarta
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan
masalahnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagimana peran
guru dalam mengatasi bentuk-bentuk kesulitan belajar Fikih siswa di MTs
Annida Al Islamy Duri Kosambi jakarta?
Perumusan Masalah tersebut menghasilkan pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut
1. Apa sebab-sebab kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Fikih di
MTs Annida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta
2. Bagaimana strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa mata
pelajaran Fikih di MTs Annida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta
3. Bagaimana dampak strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar
siswa mata pelajaran Fikih di MTs Annida Al Islamy Duri Kosambi
Jakarta
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana peran guru dalam mengatasi bentuk-
bentuk kesulitan belajar Fikih siswa di MTs Annida Al Islamy Duri
Kosambi Jakarta.

9
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian yang dilakukan dapat digunakan sebagai bahan
kajian dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama
mengenai peran guru dalam mengatasi kesulitan belajar Fikih.
b. Hasil penelitian yang dilaksanakan dapat digunakan sebagai
referensi untuk penelitian sejenis dimasa akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan atau
pengetahuan tentang peran guru dalam mengatasi kesulitan belajar
Fikih.
b. Pendidik
Sebagai masukan dalam upaya mengatasi kesulitan belajar Fikih.
c. Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi kesulitan belajar
Fikih

10
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peran Guru
1. Pengertian Peran
Peran mencerminkan posisi seseorang dalam sistem sosial, dengan
hak dan kewajiban, kekuasaan dan tanggung jawab yang menyertainya. 25
Pengertian Peran Menurut Barbara dalam Fadly yang dikutip Bayu
Azwary, peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.
Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar
dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi sosial tertentu. 26
Menurut Horton dan Hunt sebagaimana dikutip Bayu Azwary, peran
adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu
status. Berbagai peran yang tergabung dan terkait pada satu status ini
dinamakan perangkat peran (role set). Dalam kerangka besar, organisasi
masyarakat, atau yang disebut sebagai struktur sosial, ditentukan oleh
hakekat (nature) dari peran-peran ini, hubungan antara peran-peran
tersebut, serta distribusi sumberdaya yang langka diantara orang-orang
yang memainkannya. Masyarakat yang berbeda merumuskan,
mengorganisasikan, dan memberi imbalan (reward) terhadap aktivitas-
aktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga setiap masyarakat
memiliki struktur sosial yang berbeda pula. Bila yang diartikan dengan
peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam suatu status
tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari
orang yang melakukan peran tersebut. 27

25
Lidya Agustina, “Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran, dan Kelebihan Peran
terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor ”, Jurnal Akuntansi, Vol. 1, 2019, h. 42.
26
Bayu Azwary, “Peran Paramedis Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
di Puskesmas Pembantu Kampung Kasai Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau”, ejournal
Ilmu Pemerintahan, Vol. 1 No. 1, 2018, h. 387.
27
Bayu Azwary, ibid.

12
2. Pengertian Guru
Dalam kamus bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. 28 Kata guru dalam bahasa
Arab disebut disebut mu’allim dan dalam bahasa inggris teacher itu
memang memiliki arti sederhana, yakni seorang yang pekerjaannya

mengajar orang lain.29 Abuddin Nata mendefenisikan guru adalah


seseorang yang memberi bimbingan, arahan dan ajaran.30 Guru secara
umum diartikan sebagai orang yang pekerjaannya mengajar.31
Undang-undang No.14 tahun 2005 di jelaskan bahwa: Guru adalah
pendidik propfesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.32 Sejalan dengan pendapat tersebut


Dede Rosyada33 , menjelaskan tentang tugas guru adalah mengontrol
stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang
diinginkan, dan guru pemberi hadiah atau hukuman pada siswa, yaitu
hadiah diberikan kepada siswa yang dapat memberikan perubahan yang
bermakna ke arah yang lebih baik dari sebelumnya dan pemberi hukuman
bagi siswa yang tidak dapat memberikan perubahan yang bermakna karena
melakukan kesalahan.
Menurut perspektif Pendidikan Islam, guru ialah seseorang yang
mampu menjadi suri tauladan dengan menginternalisasikan ilmunya dalam

28
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Ahmani,
2000), h. 116.
29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, (Bandung Remaja
Rosda Karya, 2013), h. 222.
30
Abuddin Nata, Persfektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2021), h. 84.
31
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2011), h. 340.
32
Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No.14 Th. 2005, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2010), h. 3.
33
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model. Pelibatan Masyarakat
dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 94.

13
menjalankan kewajibannya dengan baik dan benar. 34 Hadari Nawawi
menerangkan bahwa guru ialah seseorang yang profesinya sebagai pengajar
pada lembaga pendidikan tertentu untuk membentuk kedewasaan dari
setiap peserta didik. Guru ialah seseorang yang mengemban amanah sangat
mulia dari Allah SWT, untuk mengarahkan, mendidik, dan membimbing
manusia. Seorang guru juga menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia,
karena dapat membentuk manusia menjadi lebih baik yang senantiasa
bertaqwa kepada Allah SWT., maka dari itu, menjadi seorang guru akan
memiliki kedudukan serta derajat yang lebih tinggi khususnya dalam
perspektif Pendidikan Islam. Selain itu, menjadi seorang guru merupakan
salah satu ibadah yang disariatkan oleh Allah SWT. 35
Guru juga sebagai pewaris nabi (warathah al-anbiya) yang memiliki
misi rahmat li al-‘alamin (membawa rahmat bagi seluruh alam). Seorang
guru harus berpedoman pada konsep amar ma’ruf nahi munkar dan konsep
tauhid dalam menyebarkan misi iman, islam, serta ihsan, supaya
mendapatkan kebahagian hidup, baik dunia maupun akhirat. 36 Profesi guru
dalam Islam membawa dua misi pada satu waktu secara bersamaan,
misinya yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan.
Seorang pendidik dalam menjalankan misi agama harus mentransfer
nilai-nilai Islam atau spiritual kepada peserta didik, supaya bisa
melaksanakan kehidupannya sesuai dengan syariat Islam. Guru dalam
menjalankan misi ilmu pengetahuan harus mentransfer ilmunya sesuai
dengan tuntutan zaman, supaya bisa menyelesaikan berbagai persoalan
yang sedang dihadapi.37
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peran guru
memiliki arti keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan oleh guru

34
Purwaningsih, R. F., & Muliyandari, A, Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Islam.
Ngaji: Jurnal Pendidikan Islam, vol. 1 No. 1, 2021, 61.
35
Hermawan, I., Ahmad, N., & Suhartini, A. Konsep Amanah dalam Perspektif Pendidikan
Islam. Qalamuna. Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama, vol.12 No. 2, 2020, h. 141.
36
M. Samsudin, Pendidikan Anak Perspektif Islam Dan Barat (Studi Analisis Pendekatan
Filosofis dan Ilmu Pendidikan). Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 09 No. 01, 2015, h. 36.
37
Muhlison, Guru Profesional (Sebuah Karakteristik Guru Ideal Dalam Pendidikan Islam).
Jurnal Darul ‘Ilmi, Vol. 02 No. 02, 2014, h. 46.

14
dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru38 Guru mempunyai
peranan yang sangat luas baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
Di sekolah guru berperan sebagai pengajar dan pendidik, di dalam
keluarga guru berperan sebagai family educator sedangkan di
masyarakat guru berperan sebagai social developer (pembina masyarakat)
dan social motivator (pendorong masyarakat).39
Di bawah ini ada beberapa pendapat mengenai peran seorang guru:
Menurut Pidarta, peranan guru antara lain:
1. Sebagai manajer pendidikan atau pengorganisasian kurikulum.
2. Sebagai fasilitator pendidikan.
3. Pelaksana pendidikan.
4. Pembimbing dan supervisor.
5. Penegak disiplin.
6. Menjadi model prilaku yang akan ditiru siswa.
7. Sebagai konselor.
8. Menjadi penilai.
9. Petugas tata usaha tentang administrasi kelas yang diajarnya.
10. Memjadi komunikator dengan orang tua siswa dan masyarakat.
11. Sebagai pengajar untuk meningkatkan profesi secara berkelanjutan.
12. Menjadi anggota organisasi profesi40
Dilihat dari segi pribadinya, seorang guru dapat berperan sebagai
berikut:
1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
2. Pelajar dan ilmuan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar
secara terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya.
3. Orang tua, artinya guru wakil orang tua di sekolah bagi siswa.

38
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 187.
39
Ibid, h. 188.
40
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 6.

15
4. Model teladan, guru adalah model tingkah laku yang harus di contoh
oleh siswa-siswanya.
5. Pemberi keselamatan, guru senantiasa memberi keselamatan bagi setiap
siswanya.41
Menurut Hamzah B. Uno peran guru adalah
1. Pemimpin belajar
2. Fasilitator belajar
3. Moderator belajar
4. Motivator belajar
5. Evaluator belajar42
Dalam melaksanakan perannya sebagai pembimbing, guru
membimbing peserta didiknya, mengarahkan mereka dalam menata masa
depan, membekali mereka, dan bertanggung jawab terhadap bimbingannya.
Sebagaimana firman Allah QS. An-Nisa [4] : 59

‫ٰٓيَاُّيَه ا اَّلِذ ْيَن ٰاَمُنْٓو ا َاِط ْيُعوا الّٰل َه َو َاِط ْيُعوا الَّر ُسْو َل َو ُاوىِل اَاْلْم ِر ِم ْنُك ْۚم َفِاْن‬
‫ٍء ُّد ِاىَل الّٰلِه الَّر ِل ِاْن ُك ْن ِم َن ِبالّٰلِه اْل ِم‬
‫َو َيْو‬ ‫ُتْم ُتْؤ ُنْو‬ ‫َو ُسْو‬ ‫َتَناَزْعُتْم ْيِف َش ْي َفُر ْو ُه‬
)59 :4/‫ ( النسۤاء‬٥٩ ࣖ ‫اٰاْلِخ ِۗر ٰذ ِلَك َخ ْيٌر َّو َاْح َسُن َتْأِو ْياًل‬
59. Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di
antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(An-Nisa'/4:59)43
Maksud ayat di atas Nabi Ibrahim memohon agar Allah mengutus
kepada mereka (penduduk tanah haram) seorang Rasul yang bersal dari
kalangan mereka sendiri, untuk membacakan ayat-ayat Allah, mengajarkan
41
Hamzah B. Uno, Profesi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), h. 27.
42
Imam wahyudi, pengembangan Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2012), h. 67.
43
https://tafsirweb.com/37121-surat-an-nisa-lengkap.html. Diakses pada 01 Juli 2023.

16
kitab-kitab Allah dan Hikmah kepada ummatnya, untuk mendidik manusia
agar menjadi manusia yang sesuai dengan syariat Islam. Maksud Al-

Hikmah adalah hukum-hukun yang terdapat di dalamnya.44 Dalam ayat


tersebut tujuan yang akan dicapai adalah untuk memberikan pemahaman
tentang ajaran-ajaran yang ada dalam Al- Qur’an dan As-Sunnah.
Kemudian dapat dihubungkan antara guru dengan siswa, yaitu seorang
guru bertugas dan membimbing siswanya agar memiliki karakter yang
baik dan sesuai dengan syariat Islam.
Nasrul menjelaskan bahwa peran guru di sekolah sebagai pegawai
(employee), dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (suborninate)
terhadap atasan, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman
sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik,
sebagai pengatur disiplin, evaluator, dan pengganti orang tua.45
Mengingat betapa pentingnya peran guru dalam mencetak generasi
penerus bangsa. Di tangan gurulah tunas-tunas bangsa ini terbentuk sikap
dan moralitasnya sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak
negeri ini di masa yang akan datang.
B. Kesulitan Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang
untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari
kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan
dalam kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga,
kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok
diantara siswa satu dengan siswa lainnya.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, kesulitan belajar
adalah suatu keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya, hal ini tidak selalu disebabkan oleh faktor

44
Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Terjemahan Tafsir Jalalain
Berikut Asbabun Nuzul Jilid I, (Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo, 1997), h. 68.
45
Nasrul Hs, Profesi dan Etika Keguruan, (Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2014), h. 23.

17
intelegensi, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor non intelegensi. 46
Sedangkan menurut S.B. Djamarah, kesulitan belajar merupakan kondisi
dimana anak didik tidak dapat belajar dengan baik, disebabkan adanya
ancaman dan gangguan dalam proses belajar yang berasal dari faktor
internal siswa maupun dari faktor eksternal siswa.47
Menurut Ilham dkk, Kesulitan belajar ialah suatu permasalahan
yang menyebabkan seorang siswa tidak dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik layaknya siswa lain pada umumnya yang
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu sehingga ia terlambat atau bahkan
tidak dapat mencapai tujuan belajar dengan baik sesuai dengan apa yang
diharapkan.48
Widdiharto mengatakan bahwa kesulitan belajar merupakan kurang
berhasilnya siswa dalam memahami konsep, prinsip, ataupun algoritma
penyelesaian masalah, meskipun telah berusaha untuk
mempelajarinya dan hal ini ditambah lagi dengan rendahnya kemampuan
siswa dalam mengabstraksi, menggeneralisasi, berpikir dedukatif dan
mengingat konsep-konsep maupun prinsip- prinsip membuat siswa akan
selalu merasa bahwa pelajaran tersebut itu sulit.49
Mulyadi berpendapat bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi
dalam suatu proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini
mungkin disadari oleh orang yang mengalaminya dan mungkin juga tidak
disadari, serta dapat bersifat sosiologis, psikologis ataupun fisiologis

dalam keseluruhan proses belajarnya.50 Sugihartono dan kawan-kawan


46
Abu Ahmadi dan Supriyono Widodo, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004),
h. 77.
47
Syaiful Bahri, Djamarah dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.
201.
48
Remaita Manalu dkk, ”Analisis Kesulitan-kesulitan Belajar IPA Siswa Kelas IV dalam
Implementasi Kurikulum 2013 di SD Piloting Se-Kabupaten Gianyar”, e-Journal PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 3 No.1, 2015,
49
Rahayu Sri Waskitoningtyas, “Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas V
Sekolah Dasar Kota Balikpapan Pada Materi Satuan Waktu”, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika, Vol. 5 No. 1, 2016,h. 25-26.
50
Maya Anggraini, Kesulitan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Siswa pada Mata
Pelajaran IPA di Kelas VB SD Negeri 80/1 Muara Bulian, (Skripsi, Universitas Jambi, 2017), h.

18
dalam bukunya mengemukakan bahwa kesulitan belajar ialah suatu
gejala/indikasi yang terlihat pada diri siswa yang ditandai dengan adanya
prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang telah ditetapkan.51
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa kesulitan belajar
merupakan suatu permasalahan yang mengakibatkan seorang siswa tidak
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik layaknya siswa lain
pada umumnya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan yang
disebabkan faktor-faktor tertentu.
2. Ciri-ciri Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
Guru dalam proses pembelajaran akan menjumpai berbagai macam
sikap atau perilaku siswa. Terdapat siswa yang aktif mengikuti
pelajaran, sering bertanya, mencatat, dan rajin mengerjakan tugas, tetapi
ada juga siswa yang terlihat masa bodoh, acuh tak acuh, meninggalkan
pelajaran, pasif tidak pernah bertanya, jika ditanya diam saja, tidak pernah
mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Perilaku tersebut dapat
menunjukkan ada tidaknya hambatan atau kesulitan belajar yang dialami
siswa.
Sumadi Suryobroto menyatakan bahwa siswa yang mengalami
kesulitan belajar dapat diketahui melalui kriteria-kriteria yang sebenarnya
adalah harapan yang sekaligus merupakan indikator terjadinya kesulitan
belajar. Adanya tidaknya kesulitan belajar tersebut dapat diketahui atas
dasar.
a. Grade level, yaitu apabila siswa tidak naik kelas sampai dua kali.
b. Age level, terjadi pada anak yang umurnya tidak sesuai dengan
kelasnya. Misalnya ada anak yang berumur 12 tahun baru kelas 4 SD.
Ketidaksesuaian kelas ini disebabkan bukan karena keterlambatan anak
masuk sekolah, akan tetapi karena anak tersebut mengalami kesulitan
belajar.

21.
51
Sugihartono dkk, Psikologi Pendidikan, ( Yogyakarta: UNY Press, 2013), h. 149.

19
c. Intelligensi level, terjadi pada anak yang mengalami under
achiever, artinya secara potensi siswa yang bersangkutan baik, tapi
dalam kenyataannya hasil belajar siswa selalu di bawah potensi yang
seharusnya dapat dicapai.
d. General level, terjadi pada anak yang seharusnya dapat mencapai
prestasi sesuai dengan apa yang diharapankan, namun ada beberapa
mata pelajaran yang tidak dapat dicapai sesuai dengan kriteria atau
sangat rendah. Pada mata pelajaran yang perestasinya rendah inilah
siswa dianggap mengalami kesulitan belajar.52
Ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar menurut Sugihartono
dan kawan-kawan adalah sebagai berikut.
a. Prestasi belajar rendah artinya nilai yang diperoleh siswa di
bawah dari nilai rata-rata siswa secara keseluruhan
b. Usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar tidak sesuai dengan
hasil yang dicapai
c. Lamban dalam mengerjakan tugas dan lambat dalam menyelesaikan
atau menyerahkan tugas
d. Sikap acuh dalam mengikuti pelajaran dan sikap kurang pantas lainnya
e. Menunjukkan perilaku menyimpang dari perilaku temannya yang seusia,
misalnya suka membolos, malas mengerjakan tugas, tidak punya
semangat dan sebagainya
f. Emosional, misalnya mudah tersinggung, mudah emosi, marah-marah
dan sebagainya.53
3. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar terjadi disebabkan oleh berbagai macam latar
belakang. Apabila penyebab kesulitan belajar dihubungkan dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar maka penyebab kesulitan belajar
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal (berasal dari dalam siswa)
dan faktor eksternal (berasal dari luar siswa). M. Dalyono dalam

52
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, h. 153-154.
53
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, h. 154-155.

20
bukunya mengemukakan, bahwa faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
digolongkan menjadi dua yaitu: (a) faktor internal yakni faktor yang berasal
dari dalam diri siswa, yang terdiri dari faktor fisikologi dan psikologi, (b)
faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang terdiri
dari faktor-faktor non-sosial dan faktor-faktor sosial.54
a. Faktor Internal
1) Sebab yang bersifat fisik.
a) Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan pada fisiknya,
sehingga saraf sensorik dan motorisnya lemah. Dampaknya,
rangsangan yang diterima melalui panca inderanya tidak dapat
diteruskan ke otak. Terlebih jika sakitnya sudah lama, maka
sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak bisa masuk
sekolah untuk beberapa hari sehingga mengakibatkan ia akan
tertinggal jauh dalam pelajarannya.
b) Karena kurang sehat
Siswa yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belaja karena
dirinya akan lebih mudah merasa capek, mengantuk, pusing,
daya konsentrasi hilang, kurang semangat dan pikirannya
terganggu. Hal tersebut mengakibatkan penerimaan dan respon
pelajaran menurun, saraf otak tidak dapat bekerja secara maksimal
memproses, mengelola, menginterpretasi dan mengorganisasi
materi pelajaran melalui inderanya. Perintah dari otak yang
langsung kepada saraf motoris yang berupa ucapan, tulisan,
dan hasil pemikiran pun menjadi lemah juga.
c) Sebab karena cacat tubuh
Cacat tubuh ada dua yaitu cacat tubuh ringan (kurangnya
pendengaran, penglihatan, dan gangguan psikomotor), dan cacat
tubuh yang tetap/serius (buta, tuli, bisu, hilang tangannya dan
kakinya).

54
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 230-231.

21
2) Sebab-sebab kesulitan belajar karena rohani
a) Intelegensi
Anak yang IQ-nya tinggi akan dapat menyelesaikan segala
permasalahan yang dihadapi. Anak yang IQ-nya normal (90-110)
dapat lulus SD tepat pada waktunya. Anak yang memiliki IQ 110-
140 dapat digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 ke atas
dapat dikategorikan anak yang jenius. Golongan ini mempunyai
potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan
Tinggi. Jadi, semakin tinggi IQ seseorang akan makin cerdas pula.
Anak yang mempunyai IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental.
Anak inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar.
b) Bakat
Bakat merupakan potensi/kecakapan dasar yang dibawa seseorang
sejak lahir. Setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda.
Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu hal yang sesuai
dengan bakatnya. Apabila seseorang siswa harus mempelajari
materi yang beda dari bakatnya ia akan cepat bosan, mudah putus
asa, dan tidak senang. Hal- hal tersebut dapat terlihat pada siswa
yang suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau mengikuti
pelajaran, sehinga nilainya rendah.
c) Minat
Tidak adanya minat siswa pada suatu pelajaran akan menyebabkan
timbulnya kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya
mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan
kebutuhan, tidak sesuai kecakapan, ketidaksesuaian pada anak akan
banyak menimbulkan permasalahan pada dirinya. Ada tidaknya
minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak
mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, dan perhatian dalam
pelajaran itu.
d) Motivasi

22
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan,
mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat
menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehinga semakin
besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.
Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih
tidak mau menyerah, rajin membaca buku-buku untuk
meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya
rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak
tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering
meninggalkan pelajaran hingga akibatnya banyak mengalami
kesulitan belajar.
e) Faktor kesehatan mental
Hubungan kesehatan mental dan emosi yang baik akan
menimbulkan hasil belajar yang baik, demikian juga belajar yang
selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri
tumbuh itu merupakan faktor adanya kesehatan mental. Individu
didalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan
dorongan-dorongan seperti: memperoleh penghargaan, dapat
kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila
kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa masalah-masalah
emosional dan bentuk-bentuk maladjusment. Maladjusment
sebagai manifestasi dari rasa emosional mental yang kurang sehat
dapat merugikan kegiatan belajarnya misalnya, anak yang sedih
akan kacau pikirannya, kecewa akan sulit berkonsentrasi. Biasanya
mereka melakukan kompensasi di bidang lain mungkin melakukan
perbuatan-perbuatan agresif, seperti kenakalan, merusak alat- alat
sekolah, dan sebagainya. Keadaan seperti ini akan menimbulkan
kesulitan belajar.
f) Tipe-tipe khusus seorang pelajar
Anak-anak memiliki tipe belajar masing- masing. Anak dengan
tipe visual akan mudah mempelajari materi yang disajikan dalam

23
tulisan, bagan, grafik, gambar. Anak dengan tipe auditif mudah
mempelajari materi yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah).
Sedangkan anak dengan tipe motorik mudah mempelajari materi
yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor keluarga
a) Faktor orang tua
i. Cara mendidik anak
Orang tua yang tidak/kurang memperhatikan pendidikan anak-
anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan
kemajuan belajar anak-anaknya akan menjadi penyebab
kesulitan belajarnya. Orang tua yang bersifat kejam, otoriter
akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini
mengakibatkan anak tidak nyaman, tidak senang di rumah,
hingga lupa belajar. Orang tua yang lemah suka memanjakan
anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar, menderita,
berusaha keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan
dan kemauan, bahkan sangat tergantung pada orang tua, hingga
malas berusaha, malas menyelesaikan tugas-tugas sekolah
sehingga mengakibatkan prestasinya menurun.
ii. Hubungan orang tua dan anak
Hubungan yang dimaksud adalah kasih sayang, penuh perhatian
atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan, dan
lain sebagainya. Hubungan yang baik akan membuat mental
yang sehat pada anak, begitu pula sebaliknya.
iii.Contoh/bimbingan dari orang tua
Orang tua adalah contoh terdekat dari anak-anaknya. Semua
yang diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh anak-
anaknya. Karenanya sikap orang tua yang bermalas-malasan
dan yang tidak baik sebaiknya dibuang jauh- jauh. Belajar
membutuhkan bimbingan orang tua agar sikap dewasa dan

24
tanggungjawab belajarnya bisa tumbuh pada diri anak. Orang
tua yang sibuk bekerja, sibuk berorganisasi berarti anak tidak
mendapatkan pengawasan/bimbingan dari orang tua sehingga
kemungkinan akan banyak mengalami kesulitan belajar.
b) Suasana rumah /keluarga
Suasana keluarga yang sangat ramai/gaduh tidak memungkinkan
anak dapat belajar dengan baik, anak akan terganggu
konsentrasinya sehingga sulit untuk belajar. Demikian juga suasana
rumah yang selalu tegang, selalu banyak cekcok atau selalu
membisu akan mewarnai suasana keluarga yang melahirkan anak-
anak yang tidak sehat mentalnya. Anak akan tidak tahan di rumah,
akhirnya pergi ke luar bersama teman sebayanya mengahabiskan
waktunya sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar menurun.
Untuk itu hendaknya suasana dirumah selalu dibuat
menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal
dirumah. Keadaan seperti itu akan menguntungkan bagi kemajuan
belajar anak.
c) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi digolongkan dalam,
i. Keadaan ekonomi yang kurang (miskin), keadaan ini
bisa menyebabkan kurangnya alat-alat belajar siswa,
kurangnya biaya yang disediakan orang tua untuk
mendukung proses belajar siswa dan tidak mempunyai tempat
belajar yang nyaman.
ii. Ekonomi yang berlebihan (kaya), keadaan ini berbanding
terbalik dengan keadaan yang pertama, dimana ekonomi
keluarga berlimpah, siswa akan menjadi malas belajar karena
terlalu sering bersenang-senang. Mungkin juga dimanjakan
orang tuanya, orang tua tidak tega jika melihat anaknya belajar
bersusah payah. Keadaan seperti ini akan menghambat
kemajuan belajar siswa.

25
2) Faktor sekolah
a) Guru
Guru menyebabkan kesulitan belajar apabila,
i. Guru tidak berkualitas, baik dalam penggunaan metode
pembelajaran yang diterapkan kurang tepat dan kurang
persiapan sehingga penyampaian guru kurang jelas dan akan
sulit dipahami oleh siswa.
ii. Hubungan guru dengan siswa kurang baik, hal ini diawali
oleh sifat dan perilaku guru yang tidak disukai siswa, seperti:
kasar, suka marah, tidak pernah senyum, suka membentak,
sinis, sombong, dan lain sebagainya.
iii. Guru menuntut standar pelajaran diatas kemampuan siswa,
hal ini biasanya terjadi pada guru yang masih relatif muda
yang belum berpengalaman sehingga belum bisa mengukur
kemampuan siswa. Akibatnya hanya ada beberapa siswa saja
yang bisa berhasil mencapai standar pelajaran dengan baik.
iv. Guru tidak mempunyai kecakapan dalam usaha
mendiagnosis kesulitan belajar siswa, misalnya dalam bakat,
minat, tingkah laku, kebutuhan anak dan lain sebagainya.
v. Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan
belajar, misalnya guru mengajar tidak dilengkapi alat peraga,
menggunakan metode mengajar yang menyebabkan siswa
pasif, menggunakan metode mengajar yang tidak menarik,
dan lain-lain.
b) Faktor alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap akan membuat penyajian
pelajaran tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum,
kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan
dalam belajar. Timbulnya alat-alat akan menentukan metode
mengajar guru, kedalaman ilmu pengetahuan pada pikiran siswa,
memenuhi tuntutan dari bermacam- macam tipe anak. Tidak

26
adanya alat-alat itu guru cenderung menggunakan metode ceramah
yang menimbulkan kepasifan bagi siswa, sehingga tidak mustahil
timbul kesulitan belajar.
c) Kondisi gedung
Gedung/ruangan kelas harus memenuhi standar kesehatan,
seperti: ruangan harus berjendela, ventilasi udara cukup, dinding
bersih, lantai tidak becek, licin atau kotor, serta harus jauh dari
keramaian.
d) Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik, misal bahan-bahan ajarnya
terlalu tinggi, pembagian bahan ajar tidak sesuai, adanya
pemadatan materi. Hal tersebut dapat menyebabkan kesulitan
belajar bagi siswa. Sebaliknya, apabila kurikulum yang digunakan
baik dan sesuai dengan kebutuhan maka akan membawa
kesuksesan siswa dalam belajar.
e) Waktu sekolah dan disiplin kurang
Apabila sekolah masuk siang, sore atau bahkan malam, maka
kondisi siswa tidak lagi dalam keadaan optimal untuk
menerima pelajaran, dikarenakan energi yang sudah berkurang
dan juga udara yang relatif panas pada waktu siang hari dapat
mempercepat proses kelelahan pada siswa. Waktu yang baik untuk
belajar adalah pagi hari. Disamping itu disiplin yang kurang
seperti, siswa yang sering terlambat masuk, tugas yang diberikan
tidak dikerjakan, kewajiban yang diberikan dilalaikan, semua itu
dapat menyebabkan kesulitan belajar.
3) Faktor media massa dan lingkungan sosial
a) Faktor media massa
Faktor media masaa ini meliputi bioskop, televisi, surat kabar,
majalah, handphone, dan buku komik. Media massa tersebut
dapat menyebabkan kesulitan belajar apabila siswa terlalu banyak

27
menggunakan waktu untuk hal-hal tersebut sehingga lupa
akan tugasnya yaitu belajar.
b) Lingkungan sosial
i. Teman bergaul
Teman bergaul mempunyai pengaruh yang sangat besar dan
lebih cepat masuk dalam diri anak. Apabila anak suka bergaul
dengan temannya yang tidak bersekolah, maka bisa jadi ia akan
malas, begitu pula sebaliknya. Kewajiban orang tua adalah
mengawasi anak dan mencegahnya agar dapat mengurangi
pergaulan dengan temannya yang tidak bersekolah.
ii. Lingkungan tetangga
Corak kehidupan tetangga, misalnya tetangga yang suka
bermain judi, minuman keras, dan pengangguran dapat
mempengaruhi anak-anak yang bersekolah. Sebaliknya jika
tetangga terdiri dari para pelajar, mahasiswa, dokter, dosen
maka akan memotivasi anak untuk lebih giat belajar.
iii.Kegiatan dalam masyarakat
Terlalu sering mengikuti organisasi, mengikuti kursus ini-itu
dapat menyebabkan terbengkalainya waktu belajar siswa. Orang
tua harus terus mengawasi agar kegiatan diluar belajar dapat
diikuti tanpa menganggu waktu belajarnya.55
Dari paparan di atas penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengarui kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain yaitu:
kondisi tubuh dan mental, kecerdasan siswa, bakat dan minat siswa
terhadap pembelajaran, motivasi siswa terhadap pembelajaran, sikap
terhadap pembelajaran, dan tipe siswa saat belajar. Faktor eksternal
diantaranya: perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar siswa, cara orang
tua mendidik anak, hubungan siswa dengan keluarga, suasana rumah saat
belajar, keadaan ekonomi keluarga, hubungan guru dengan murid,

55
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, h. 231.

28
kualitas guru, metode mengajar guru, alat/media pembelajaran, ruang kelas
dan sarana penunjang pembelajaran, kurikulum yang digunakan saat
pembelajaran, pengaruh media massa, teman bergaul, tetangga dan
masyarakat.
4. Cara Mengenali Kesulitan Belajar pada Siswa
Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar pada siswa, kita perlu
mengenali/menetukan faktor penyebab kesulitan belajar tersebut. Setelah
mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar siswa, kita baru bisa
menentukan alternatif bantuan yang akan diberikan. Agar dapat mengenali
kesulitan belajar dengan tepat, maka kita harus mengumpulkan data
selengkap mungkin, baik itu dengan menggunakan teknik nontes maupun
teknik tes.56
a. Teknik Nontes
Teknik nontes dalam pelaksanaannya siswa tidak
diperlakukan secara khusus atau dalam kondisi-kondisi tertentu
sebagimana halnya dalam teknik tes, akan tetapi siswa dibiarkan
sebagaimana adanya. Teknik atau metode nontes meliputi wawancara,
observasi, angket, sosiometri, biografi, pemeriksaan fisik dan
kesehatan, serta dokumentasi.
i. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu cara yang digunakan untuk
memperoleh data atau keterangan dengan cara menjalin komunikasi
dengan sumber data atau responden. Bentuk komunikasi tersebut
dapat berupa dialog atau tanya jawab yang dilakukan secara lisan
ataupun tertulis kepada responden.
ii. Observasi
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan
menggunakan alat indera pada suatu kegiatan yang tengah
berlangsung, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
56
Muhamad Irham & Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2017), h. 267.

29
iii. Angket
Angket atau kuisener merupakan alat pengumpul data yang berisikan
daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang
yang diselidiki (responden).
iv. Sosiometri
Sosiometri ialah suatu cara untuk mengetahui hubungan sosial
seseorang, yang sering disebut sebagai ukuran pertemanan
seseorang.
v. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengutip dari sumber catatan yang sudah ada.
vi. Pemeriksaan fisik dan kesehatan
Pemeriksaan fisik dalam pengumpulan data berhubungan dengan
kondisi dan perkembangan fisik responden, misalnya kecacatan yang
dimiliki, bentuk tubuh dan wajah yang kurang menarik. Sedangkan
pemeriksaan kesehatan dalam pengumpulan data berhubungan
dengan masalah penyakit yang diderita seseorang.57

b. Teknik tes
Teknik tes merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan memberikan tes. Tes sendiri adalah pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan oleh
responden.58
5. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor, dalam mengatasi kesulitan belajar yang perlu ketahui terlebih
dahulu adalah faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar. Menurut
Sugihartono dkk kesulitan belajar dapat diatasi dengan bantuan berupa

57
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, h. 158.
58
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, h. 163

30
program remedial atau pengajaran perbaikan, layanan bimbingan
konseling, mengirimkan siswa kepada ahli yang profesional dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa.59
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi kesulitan
belajar antara lain.
a. Mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
b. Melokalisasi letak kesulitan belajar.
c. Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar.
d. Memperkirakan alternatif bantuan.
e. Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya.
f. Tindak lanjut.60
C. Fikih
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Pembelajaran Fikih MTs
Hukum yang mengatur segala aktifitas manusia, baik itu perkataan
maupun perbuatan. Hukum-hukum itu ada kalanya disebutkan secara jelas
serta tegas dan ada kalanya pula hanya dikemukakan dalam bentuk dalil-
dalil dan kaidah secara umum. Hukum-hukum syari’at islam semuanya
diatur didalam kajian Fikih.
Fikih sendiri merupakan sebuah cabang ilmu yang bersifat ilmiyah,
logis dan memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fikih tidak seperti tasawuf
yang lebih merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti
tarekat yang merupakan pelaksanaan ritual-ritual. Fikih juga bukan seni
yang lebih bermain dengan rasa dan keindahan. Fikih adalah sebuah
cabang ilmu yang bisa dipelajari, didirikan di atas kaidah-kaidah yang
bisa dipresentasikan dan diuji secara ilmiyah.
Secara umum, kata Arab fikih adalah istilah bahasa Arab yang
berarti "pemahaman yang mendalam" atau "pemahaman penuh" yang

membutuhkan pengerahan potensi akal.61 Ibn Khaldun mendefinisikan


59
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, h. 170.
60
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, h. 170.
61
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ushul Fikih, (Jakarta: Amzah, 2019),
h. 63.

31
fikih sebagai "pengetahuan tentang aturan Allah menyangkut
tindakan orang-orang yang memiliki dirinya terikat untuk mematuhi
hukum, dan menghormati apa yang diharuskan (wajīb), dilarang
(harām), diperbolehkan (mandūb), ditolak (makrūh) atau netral

(mubāh)".62 Ia merupakan ilmu yang mempelajari syari’at Islam baik


dalam konteks asal hukum maupun praktek dari syari’at Islam itu sendiri.
Pengertian ini merupakan penjabaran firman Allah dalam surat At-
Taubah ayat 122:
‫ًۗة‬
‫۞ َو َم ا َك اَن اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ِلَيْنِف ُر ْو ا َك ۤاَّف َفَل ْو اَل َنَف َر ِم ْن ُك ِّل ِفْر َق ٍة ِّم ْنُه ْم َطۤإِى َف ٌة‬

( ١٢٢ ࣖ ‫ِّلَيَتَف َّق ُه ْو ا ىِف الِّد ْيِن َو ِلُيْن ِذُرْو ا َقْو َمُه ْم ِاَذا َر َجُعْٓو ا ِاَلْيِه ْم َلَعَّلُه ْم ْحَيَذ ُرْو َن‬

)122 :9/‫التوبة‬

122. Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya


pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di
antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama
mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. (At-
Taubah/9:122)63
Dari beberapa istilah yang dikemukakan, intinya, fikih merupakan
sebuah disiplin ilmu yang membicarakan suatu pengetahuan hukum
Islam. Ia adalah produk pengetahuan fuqaha’ (para ahli hukum Islam)
atau mujtahid yang didalamnya diandaikan adanya proses teoritik untuk

menuju produk akhir.64 Fiqh merupakan hasil pemahaman yang


mendalam yang tidak dapat dilepaskan dari teks dan konteks pada saat
teks tersebut dipahami disesuaikan dengan sosio-kultural, dinamika dan

62
Syafaul Mudawam, Syari’ah-Fikih-Hukum Islam: Studi tentang Konstruksi Pemikiran
Kontemporer, (Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum, Vol. 46 No. 2, 2021, h. 412.
63
https://tafsirweb.com/37112-surat-at-taubah-lengkap.html. Diakses pada 01 Juli 2023
64
Mahfudz Junaedi, Epistemologi Hukum Islam Kontemporer, Jurnal: Fakultas Syari’ah
dan Hukum UNSIQ Wonosobo , h. 29.

32
perkembangan masyarakat pada saat fikih tersebut ditetapkan sebagai
hukum.
Fikih menurut bahasa berarti al-fahm (pemahaman), yang pada
hakikatnya adalah pemahaman terhadap ayat-ayat ahkam yang terdapat di
dalam al-Qur‟an dan hadits-hadits ahkam. Fikih dalam pengertian
sederhana adalah ketentuan-ketentuan hukum syariat mengenai perbuatan
manusia mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan
manusia, dan alam. Digali dari dalil-dalil terperinci.65
Fikih berarti “paham” yang menjadi kebalikan dari, dan sekaligus
menjadi suplemen terhadap “ilm” (menerima pelajaran) terhadap al-
Qur’an dan Sunnah. “ilm” diartikan dengan menerima pelajaran, karena
proses memperolehnya melalui riwayat penerimaan, seperti menerima
esensi al- Qur’an atau Sunnah. Penerimaan ini tidak melalui pemikiran
atau pemahaman, namun melalui riwayat. Ini berbeda dengan memberi
hukum terhadap suatu kasus dengan cara menafsirkan al-Qur’an dan
Sunnah.
Dari beberapa pengertian tersebut jelas bahwasanya fikih merupakan
suatu cabang ilmu yang membahas hukum-hukum syari’at islam dalam
bidang amaliyah (perbuatan nyata manusia) menurut ketentuan hukum
syari’at agama islam yang diambil dari dalil-dalil secara rinci yang
diperoleh melalui jalan ijtihad para ulama ahli fikih.
2. Tujuan Pembelajaran Fikih
Dalam konteks pembelajaran, fikih dapat dimaknai sebagai suatu
kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, yang bertujuan
mengembangkan kreatifitas berfikir siswa dalam bidang syari’at Islam
dari segi ibadah dan muamalah, baik dalam konteks asal hukumnya
maupun praktiknya, sehingga siswa mampu menguasai materi tersebut
dan terjadi perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap serta
tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan yang sesuai dengan syari’at

65
Hafsah, pembelajaran fiqih, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2016), h. 3.

33
Islam dengan menggunakan cara-cara dan alat-alat komunikasi
pembelajaran.
Pembelajaran fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik
dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara
pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga
menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara
kaffah. Pelajaran ini bertujuan membekali peserta didik agar dapat: (a)
mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur
ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah
yang diatur dalam fikih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama
yang diatur dalam fikih muamalah; (b) Melaksanakan dan mengamalkan
ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada
Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan
ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab
sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.66
Ruang lingkup mapel fikih meliputi ketentuan pengaturan hukum
Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara
hubungan manusia dengan Allah swt. dan hubungan manusia dengan
sesama. Adapun ruang lingkup mapel fikih di Madrasah Tsanawiyah
meliputi: a) Aspek fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tatacara taharah,
salat fardu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan
dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan
umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah
kubur. b) Aspek fikih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual
beli, qirad, riba, pinjam- meminjam, utang piutang, gadai, dan agunan
serta upah. 67
3. Kurikulum Pelajaran Fikih MTs

66
Lampiran Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor: 165 Tahun 2014
Tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab pada
Madrasah, h. 46.
67
Lampiran Keputusan Menteri Agama …, h. 48.

34
Pengembangan Isi kurikulum Fiqh di madrasah Tsanawiyah (MTs)
merupakan kelanjutan dari kurikulum di MI, beberapa isi kurikulum
merupakan perluasan dan pendalaman dari kurikulum sebelumnya.
Dalam hal ini pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode
pembelajaran sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar,
sehingga peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat
sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan
tersebut.
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum hasil
refleksi, pemikiran dan pengkajian dari kurikulum yang telah berlaku
sebelumnya. Kurikilum baru ini diharapkan dapat membantu
mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar diarahkan untuk memberikan
keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi yang penuh
dengan berbagai perubahan, persaingan, ketidakpastian dan kerumitan
dalam kehidupan. Kurikulum ini diciptakan untuk menghasilkan out
put yang kompeten, cerdas dalam membangun integritas sosial,
bertanggung jawab, serta mewujudkan karakter cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia. 68 Pemetaan Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) Fikih Madrasah Tsanawiyah (kelas VII) dalam
kurikulum 2013 sebagai berikut:69
KELAS VIII SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan 1.1 Meyakini hikmahbersukur
menghayati ajaran 1.2 Menghayati hikmah sujud tilawah
agama yang dianutnya 1.3 Menghayati hikmah ibadah puasa
1.4 Menghayati hikmah zakat
2. Menghargai dan 3.1 Membiasakan sikap bersyukur kepada Allah Swt,.
menghayati perilaku sebagai implementasi dari pemahaman tentang sujud
68
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan dasar Dan Menengah, h. 3
69
Lampiran Keputusan Menteri Agama …, h. 139-146.

35
jujur, disiplin, syukur
tanggung jawab, peduli 3.2 Membiasakan perilaku taat dan patuh sebagai
(toleransi, gotong implementasi dari pemahaman tentang sujud tilawah
royong), santun, 3.3 Memiliki sikap empati dan simpati sebagai
percaya diri, dalam implementasi dari pemahaman tentang hikmah puasa
berinteraksi secara 3.4 Membiasakan sikap dermawan sebagai implementasi
efektif dengan dari pemahaman tentang hikmah zakat
lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
3. Memahami dan 3.1 Memahami ketentuan sujud syukur
menerapkan 3.2 Memahami ketentuan sujud tilawah
pengetahuan (faktual, 3.3 Menganalisis ketentuan ibadah puasa
konseptual, dan 3.4 Menganalisis ketentuan pelaksanaan zakat
prosedural)
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
4. Mengolah, menyaji 4.1 Memperagakan tata cara sujud syukur
dan menalar dalam 4.2 Memperagakan tata cara sujud tilawah
ranah konkret 4.3 Mensimulasikan tatacara melaksanakan puasa
(menggunakan, 4.4 Mendemonstrasikan pelaksanaan zakat
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan
membuat) dan ranah
abstrak (menulis,
membaca, menghitung,

36
menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam
sudut pandang/teori

D. Hasil Penelitian Yang Relevan


1. “Peran Guru Dalam mengatasi Kesulitan Belajar Pendidikan Agama Islam
(PAI) di SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan” yang disusun oleh Rini
Febrianti, tahun 2020 Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam
Banda Aceh.
Adapun hasil penelitiannya bahwa di SMP negeri Labuhanhaji siswa
mengalam kesulitan belajar PAI, ada berbagai jenis kesulitan belajar yaitu
slow leaner,i under achiever, dan learning disibilities dan guru telah
melakukan perannya dengan baik sebagai motivator, pembimbing,
fasilitator, model, dan evaluator dalam mengatasi kesulitan belajar
siswa . Peran guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa sudah lebih
baik dilaksanakan oleh guru, kemudian dalam langkah-langkahnya juga
guru telah membuat siswa untuk belajar lebih baik lagi dan lebih giat
dalam belajar agar tidak merasa kesulitan lagi dalam belajar, kemudian
siswa juga belajar dengan giat lagi demi mencapai prestasi belajar yang
lebih baik lagi.70
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang peran guru dalam
mengatasi kesulitan belajar. perbedaannya adalah peneliti meneliti
tentang pelajaran matematika pada siswa Madrasah Tsanawiyah sedangkan

70
Rini Febrianti, “Peran Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Pendidikan Agama Islam
(PAI) di SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan”, Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, 2020, h. v.

37
penelitian yang dilakukan oleh Rini Febrianti meneliti tentang pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada siswa SMP.
2. “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan
Belajar Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran Fiqh (Studi Kasus di Madrasah
Ibtidaiyah Adabiyah 1 Palembang) tahun Ajaran 2019/2020” yang disusun
oleh Mardiah, tahun 2020 Universitas Muhammadiyah Palembang.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peran guru di lingkungan
Madrasah Ibtidaiyah Adabiyah 1 Palembang sangat berpengaruh sekali di
dalam proses belajar mengajar. Terlebih lagi kepada siswa kelas II yang
cara belajar mereka masih standar dan kurang memadai itulah perlunya
peran seorang guru dalam meningkatkan kualitas belajar mereka agar
mereka terbantu dengan adanya guru di samping mereka. Dan
alhamdulillah dengan adanya penelitian ini secara tidak langsung dapat
mendorong kembali semangat belajarnya anak-anak di dalam kelas.71
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan
peneliti adalah sama-sama membahas tentang peran guru dalam mengatasi
kesulitan belajar Fikih. Perbedaannya adalah peneliti subyek penelitiannya
adalah siswa Madrasah Tsanawiyah sedangkan pada penelitian yang
dilakukan oleh mardiah mata pelajaran yang digunakan adalah mata
pelajaran Fiqh di Sekolah Dasar.
3. “Peran guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 2 Kuala Tungkal”, yang disusun oleh Rizka Nur
Fauziah, tahun 2020 Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
Hasil penelitiannya adalah siswa lambat menerima pelajaran,
memahami dan menghafal dan kurangnya motivasi siswa dalam belajar.
peran guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa antara lain:

71
Mardiah, “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran Fiqh (Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah Adabiyah 1
Palembang) tahun Ajaran 2019/2020”, Skripsi S1 Fakultas Agama Islam,
Universitas Muhammadiyah Palembang, 2020, h. xii.

38
memberikan perhatian khusus kepada siswa yang bersangkutan,
memberikan motivasi kepada siswa dan bekerja sama dengan seluruh
komponen sekolah dan orang tua. Hasil yang dicapai antara lain:
pendekatan terhadap siswa yang sulit memahami pelajaran, pendekatan
terhadap siswa yang sulit menghafal pelajaran, siswa sudah mulai
bersemangat dalam belajar Pendidikan Agama Islam dan mulai
berusaha dalam menerima pelajaran, sehingga pada saat ulangan
didapatkan nilai siswa telah cukup baik dan tuntas.72
Persamaan penelitian tersbeut dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti adalah sama-sama membahas tentang Peran guru Dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa. Perbedaannya adalah peneliti
menggunakan mata pelajaran Fikih dan meneliti di Madrasah
Tsanawiyah. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rizka Nur Fauziah
menggunakan mata pelajarn Pendidikan Agama Islam dan
penelitiannya dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
E. Kerangka berfikir
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber
daya manusia bagi kehidupan di masa yang akan datang. Melalui proses belajar
diharapkan akan dicapainya tujuan pendidikan. Proses belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan
tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung pada faktor-
faktor pendukung belajar yang mempengaruhi siswa.
Pada dasarnya kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang
berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa berkampuan tinggi.
selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkampuan
rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat
tercapainya kinerja akademik sesuai dengan harapan Kesulitan belajar adalah
suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang

72
Rizka Nur Fauziah, “Peran Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2
Kuala Tungkal”, Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Shultan
Thaha Saifuddin Jambi, 2020, h. x.

39
mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau bahasa tulisan,
gangguan tersebut disebabkan adanya disfungsi neurologis mungkin
menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam
mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau
menghitung.
Selain itu kesulitan belajar pun perlu adanya identifikasi untuk
memecahkan masalah kesulitan belajar pada siswa. Sebelum melakukan
identifikasi, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan
identifikasi terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya
kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut
diagnosis yang bertujuan menetapkan jenis penyakit yakni jenis kesulitan
belajar siswa. Dengan demikian guru dituntut untuk memegang peran penting
dalam mengatasi kesulitan belajar siswa agar tujuan pembelajaran tercapai.

40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang dijadikan penelitan adalah MTs. Annida Al Islamy Jl.
Raya Duri Kosambi No.33A Rt.004/07, Duri Kosambi, Kec. Cengkareng,
Kota Jakarta Barat
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dimulai Mei 2023 sampai dengan Juli 2023 dengan
perincian
a. Pengumpulan Data : Mei sampai dengan Juni 2023
b. Analisa Data : Juni sampai dengan Juli 2023
c. Penulisan Penelitian : Agusutus 2023
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk menelitipada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan
sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik
pengumpulan dengan teknik triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.73
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah menggunakan
pendekatan deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan deskriptif yaitu
peneliti harus mendeskripsikan suaatu obyek, fenomena, atau setting sosial
yang akan dituangkan dalam tulisan yang bersifat naratif. Artinya dalam
penulisan data dan fakta yang dihimpun berbentuk kata atau gambar dari

pada angka. 2

73
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 15.

41
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau suatu kesatuan
individu atau subyek pada wilayah dan waktu serta dengan kualitas tertentu
yang akan di teliti, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada
dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Populasi pada penelitian ini adalah “Guru Fikih dan siswa kelas VIII D MTs
Annida Al Islamy Duri Kosambi, Kec. Cengkareng, Kota Jakarta Barat”
Sedangkan pengambilan sampel menggunakan teknik snowball
sampling. Snowball sampling atau pengambilan sampel rujukan berantai
didefinisikan sebagai teknik pengambilan sampel non-probabilitas di mana
sampel memiliki sifat yang jarang ditemukan. Ini adalah teknik pengambilan
sampel, di mana subjek yang ada memberikan rujukan untuk merekrut sampel
yang diperlukan untuk studi penelitian.
Metode pengambilan sampel ini melibatkan sumber data primer yang
mencalonkan sumber data potensial lainnya yang akan dapat berpartisipasi
dalam studi penelitian. Metode Snowball Sampling murni berdasarkan
rujukan. Oleh karena itu metode ini disebut juga dengan metode chain-
referral sampling.
Teknik ini dipilih karena pengambilan sampel ini dapat berlangsung
terus-menerus, seperti bola salju yang semakin besar ukurannya (dalam hal
ini ukuran sampel) hingga peneliti memiliki cukup data untuk dianalisis,
untuk menarik hasil konklusif yang dapat membantu organisasi
membuat keputusan yang tepat.
Sedangkah yang dipilih adalah tipe Snowball Sampling Non-
Diskriminatif Eksponensial: Dalam jenis ini, subjek pertama direkrut dan
kemudian dia memberikan banyak referensi. Setiap rujukan baru kemudian
memberikan lebih banyak data untuk rujukan dan seterusnya, sampai ada
cukup banyak subjek untuk sampel. Subjek pertama yang di wawancarai
adalah Guru Fikih kelas VIII D.

42
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data meliputi 3 (tiga)
kegiatan yang dilakukan. Lofland dan Lofland (dalam Moleong ) menegaskan
bahwa dalam rangka pengumpulan data ada tiga kegiatan yaitu:74
1. Proses memasuki lokasi penelitian (getting-in), pada tahap ini memasuki
untuk melakukan adaptasi dan proses kegiatan wawancara awal dengan
informan.
2. Ketika berada di lokasi penelitian (getting along), pada tahap ini berusaha
menjalin hubungan secara pribadi yang lebih akrab dengan subjek
penelitian, mencari informasi yang dibutuhkan secara lengkap dan
berupaya menangkap makna dari informasi dan pengamatan yang
diperoleh. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah pengampu ngaji
ihya online yaitu Ulil abshar Abdalla dan beberapa peserta ngaji di Jakarta.
3. Mengumpulkan data (logging the data), pada tahap ini menggunakan tiga
macam teknik pengumpulan data yaitu:
a. Observasi (pengamatan).
Selama di lapangan peneliti melakukan pengamatan berperan
serta sesuai dengan definisi yang disampaikan oleh Bogdan
sebagaimana dikutip oleh Moleong pengamatan berperan serta adalah
penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup
lama antara peneliti dengan suyek dalam lingkungan subyek, dan
selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara
sistematis dan berlaku tanpa gangguan.75
Dalam hal ini sebagai pengamat, peneliti berperan serta dalam
kehidupan sehari-hari subjeknya pada setiap situasi yang diinginkannya
untuk dapat di pahaminya, jadi jelas tidak pada seluruh peristiwa ia
perlu berperan. Dengan kata lain, ada seperangkat acuan tertentu yang
membimbingnya untuk berperan serta.

74
Lexy J Moleong, Ibid, h. 58.
75
Lexy J Moleong, Ibid, h. 164.

43
Cara berkomunikasi dan berinteraksi yang cukup lama dengan
subjeknya dalam situasi tertentu memberikan peluang bagi peneliti
untuk dapat memandang kebiasaan, konflik, dan perubahan yang terjadi
dalam diri subjek dan keterkaitannya dengan lingkungannya.
Teknik ini digunakan untuk mengamati tentang kegiatan yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian yaitu peran guu dalam
kesulitan belajar siswa.
b. Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-
peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter dan data yang
relevan dengan penelitian.
Arikunto mengatakan bahwa “metode dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda
dan sebagainya”.76 Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.
Peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk dijadikan alat
pengumpul data dari sumber bahan tertulis yang terdiri dari dokumen
resmi. Peneliti melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang dianggap
penting dan berkaitan dengan rumusan masalah yaitu pengembangan
pembelajaran agama Islam.
c. Wawancara (interview).
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur, dan dapat dilakukan dengan cara tatap muka (face to face)
maupun menggunakan telepon. Sejalan dengan teori tersebut, Sudjana
mengemukakan bahwa wawancara adalah proses pengumpulan data
76
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), h. 89.

44
atau informasi antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang
ditanya (interviewee).77 Teknik ini digunakan untuk mendapatkan
informasi (data empiris) yang berhubungan dengan: masalah penelitian.
Agar data hasil wawancara ini dapat tercatat dengan baik digunakan alat
bantu berupa alat perekam dan pedoman wawancara.
Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi yang digali dari sumber secara langsung, sehingga hasil data
yang dihasilkan lebih jelas dan dapat dipertanggungjawabkan oleh
peneliti.
Efenberg (2002) dalam Sugiyono mengemukakan beberapa
wawancara yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. 78
Wawancara terstruktur dalam istilah Esterberg (dalam Komariah dan
Satori) adalah wawancara menggunakan sejumlah pertanyaan yang
terstandar secara baku.79 Wawncara ini digunakan untuk mengetahui
jawaban-jawaban yang sudah baku dan tidak membutuhkan penafsiran.
Misalnya umur, tempat tinggal, latar belakang pendidikan agama dan
lain sebagainya.
Wawancara tidak terstruktur jenis wawancara ini termasuk
dalam kategori Indept interview. Wawancara ini memiliki ciri-ciri, yaitu
pertanyaan sangat terbuka, kecepatan wawancara sangat sulit
diprediksi, sangat fleksibel, pedoman wawancara sangat longgar urutan
pembicaraan
pertanyaan, penggunaan kata, alur , dan tujuan wawancara
adalah untuk memahami suatu fenomena. Dalam wawancara ini
digunakan untuk mengetahui motivasi pengampu dalam pengembangan
pembelajaran. Dan teknik-teknik pengembangan. Serta untuk
mengetahui tanggapan “santri online” terhadap pengembangan dan
mengetahui keberagaan subyek penelitian.
E. Analisis Data

77
Sudjana, Metode Statistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 87.
78
Lexy J Moleong, op.cit, h. 56.
79
Komariah, Aan Djam'an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 95.

45
Analisis dilakukan untuk menemukan pola, dengan cara melakukan
penelusuran melalui catatan-catatan lapangan, hasil wawancara dan bahan-
bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua
hal yang dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.
Proses analisis data ini dilakukan secara terus menerus, bersamaan
dengan pengumpulan data. Di dalam melakukan analisis data mengacu
kepada tahapan yang dijelaskan Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga
tahapan yaitu: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display)
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusion drawing verivication),
sebagai berikut:80
1. Reduksi Data,
Pada tahap ini, data yang diperoleh dari lokasi penelitian (data
lapangan) dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terinci.
Laporan lapangan akan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok,
difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema atau polanya
(melalui proses penyuntingan, pemberian kode, dan pentabelan). Reduksi
data ini dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian
berlangsung.
2. Penyajian Data, atau display
Penyajian data dimasudkan untuk memudahkan dalam melihat
gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian.
Dengan kata lain merupakan pengorganisasian data ke dalam bentuk
tertentu sehingga kelihatan dengan sosoknya lebih utuh.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi,
Dalam penelitian kualitatif, penarikan data dilakukan secara terus
menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki
lapangan dan selama proses pengumpulan data, berusaha untuk
menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan yaitu
dengan cara mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang
sering timbul, yang dituangkan dalam kesimpulan yang masih bersifat

80
Matthew B. Miles and A. Michael Huberman, op.cit, h. 16.

46
tentatif, akan tetapi dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi
secara terus menerus, maka akan diperoleh kesimpulan yang
senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung
yang melibatkan interprestasi.
Sistem analisa data secara garis besar dapat dilihat pada gambar di bawah
ini,

SUMBER DATA
Wawancara, FGD, Pengamatan dan catatan
lapangan

REDUKSI DATA
Identifikasi (Seleksi Data)
Klasifikasi ( Pengelompokan)
Pengkodeam (Pemberian Identitas)

PENYAJIAN DATA
Klasifikasi wujud dan implikasi fragmatis dengan
menggunakan kalimat naratif

PENYIMPULAN DATA
Di dasarkan pada analisis pragmatis, etnografi,
pengecekan ulang dan diskusi teman sejawat
Belum cukup

Sudah cukup

TEMUAN PENELITIAN

Sumber: Spradley (1983)

F. Keabsahan Data

47
Moleong mengemukakan bahwa ada empat kriteria yang dapat
digunakan untuk memeriksa keabsahan data, yaitu derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability),
dan kepastian (confirmability).81 uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
meliputi uji credibility, transferability, dependability, dan confirmability. Hal
ini dapat digambarkan seperti gambar berikut.

Uji derajat kepercayaan


(credibility)

Uji keteralihan
(transferability)
Uji Keabsahan data
Uji kebergantungan
(dependability)
Uji kepastian
(confirmability)

Gambar Uji validitas (keabsahan) data dalam penelitian kualitatif

1. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman
sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.
a. Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data
yang pernah ditemui maupu yang baru. Hal ini hal ini berati hubungan
peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin
akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai
sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

81
Lexy J Moleong, op.cit, h. 87.

48
Dalam perpanjangan pengamatan untuk
menguji kredibilitas data penelitian ini,sebaiknya difokuskan pada
pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu
setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak.
Bila setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti
kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.
Untuk membuktikan bahwa peneliti melakukan uji kredibilitas
melalui perpanjangan pengamatan atau tidak, maka kana lebih baik
kalau dibuktikan dengan surat keterangan perpanjangan ini dilampirkan
dalam laporan penelitian.
b. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa aakan dapat direkam secara pasti
dan sistematis.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah
dengan cara membaca berbagi referensi buku maupun hasil penelitian
atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang
diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas
dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeiksa data yang
ditemukana itu benar/ dipercaya atau tidak.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat trianguasi sumber, teknik
pengunpulan data, dan waktu. Triangulasi dapat juga dilakukan degan
cara mengecek hasil penelitian, dari penelitian lain.

d. Triangulasi Sumber

49
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberpa
sumber. Dalam penelitian ini dilakuakn dengan mengecek hasil
pengamatan wawancara dan pengamatan Data dari sumber tersebut,
dideskripsikan, dikategorisasikan, dicari pandangan yang sma, yang
berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang
telah dianalisis oleh peneliti menghasilkan suatu kesimpulan
selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga
sumber data tersebut.
e. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek
dengan observasi, dokumentasi. Bila dengan tiga teknik pengujian
kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka
peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang
dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut
pandangnya berbeda-beda.
f. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu waktu juga sering memengaruhi kredibiltas
data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari
pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan
memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu
dalam rangka pengujian kredibiltas data dapat dilakukan degan cara
melakukan pengecekan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang
berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai
ditemukan kepastian datanya.

50
g. Analisis kasus negative
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda
dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu.
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang
berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan.
Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan,
berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti
masih mendapatkan data–data yang bertentangan dengan data yang
ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah temuannya. Hal ini
bergantung seberapa besar kasus negatif yang muncul.
h. Menggunakan bahan referensi
Yang dimaksud dengan bahan referensi adalah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh
peneliti. Sebagai conth, data hasil wawancara perlu didukung dengan
adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau
gambaran keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-
alat bantu perekam data dalam penelitian kualitaif, seperti camera,
handycam, alat rekam suara, sangat diperlukan untuk
mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dlam
laporan penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu
dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi
lebih dpat dipercaya.
i. Mengadakan member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati
oleh para pemberi data berarti datanya tersebut valid, sehingga semakin
kredibel/dipercaya. Tetapi apbila data yang ditemukan peneliti dengan
berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka
peneliti pelu melakukan diskusi dengan pemebri data. Apabila

51
perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan
harus menyesuaikan dengan apa yang dibrikan oleh pemberi data. Jadi
tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh dan akan
digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud
sumber data atau informan.
Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu periode
pengumpulan data selesasi, atau setelah mendapat suatu temuan atau
kesimpulan. Caranya dapat dilakukan secara individual dengan cara
peneliti datang ke pemberi data, atau melalui forum diskusi kelompok.
Dalam diskusi kelompok peneliti menyampaikan temuannya kepada
sekelompok pemberi data. Dalam diskusi kelompok tersebut, mungin
ada data yang disepakati, ditambah, dikurangi atau ditolak oleh pemberi
data. Setelah data disepakati bersama, maka para pemberi data diminta
untuk menandatangani, supaya lebih otentik dan sebagai bukti bahwa
peneliti telah melakukan member check.
2. Uji Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal yang berkaitan
dengan derajad kesepakatan atau diterapkannya hasil penelitian
ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
Nilai transfer ini berkaitan dengan pertanyaan, hingga mana hasil
penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi peneliti
naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakai, hingga manakah hasil
penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain.
Peneliti sendiri tidak menjamin validitas eksternal ini.
Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian
kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasik penelitian
tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan
uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian
maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat
memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian
tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh

52
gambaran yang sedemikian jelasnya, “semacam apa” suatu hasil penelitian
dapat diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi
standar transferabilitas.
3. Uji Dependability
Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering tejadi
peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa
memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji dependability-nya. Untuk
itulah perlu dilakukan uji dependabilty dengan cara melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor
yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas
peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai
menentukan masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data,
melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat
kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tak
mempunyai dan tak dapat menunjukkan “jejak kreativitas lapangannya”,
maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan.
4. Uji Confirmabilty
Pengujian konfirmability dalam penelitian kualitatif mirip dengan
uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara
bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian,
dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan
fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian telah
memenuhi standar konfirmability.

53
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian


1. Sejarah MTs Nida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta
Sejarah berdirinya MTs Nida Al Islamy dimulai ketika para alumni
Annida Al Islamy yang stagnan memiliki ide untuk membuat pengajian dua
kali dalam sebulan. Pada tahun 1981 itu mulailah pengajian itu diadakan
dan K.H. Muhajirin sebagai pemateri yang dilaksanakan di Masjid Al
Khoirot Rawa Buaya. Setelah beberapa bulan berjalan, maka timbul ide
untuk membangun pendidikan di Rawa Buaya.
Kemudian setelah selesai pengajian, para alumni bermusyawarah untuk
mendirikan lembaga pendidikan formal, pada waktu itu hadirlah K.H.
Ma’mun, H. Ahmad Suaidy, K.H. Abdul Mubin, Ustadz Hadromi, Ustadz
Miftah, Ustadz Jamahsari, Ustadz Abdurrozzaq, H. Dul, Ustadz Sofyan
Mas’ud, H. Matsani, H. Ikhsan dan masih banyak alumni Annida yang
hadir pada waktu itu.
Namun saat itu hanya empat orang yang diberikan kesempatan untuk
mengikuti musyawarah memberikan nama terhadap lembaga yang akan
didirikannya yaitu, Ustadz Hadromi, Ust. Miftah, K.H. Ma’mun, dan H.
Dul. Kemudian Ustadz Hadromi mengusulkan agar nama lembaga tersebut
adalah Annida Al Islamy hal ini dikarenakan lembaga ini didirikan oleh
mayoritas alumni Annida dan nama yayasannya adalah Shiraathu Al-Rahim
sesuai dengan nama pewakaf tanah Annida. Kemudian empat orang ini
keluar bertemu jamaah pengajian dan mengumumkan nama lembaga dan
yayasan, lalu hasil musyawarah alumni ini dilaporkan oleh Ustadz H.
Abdurrozzaq kepada K.H. Muhajirin Amsar Addari di Bekasi.
Perguruan Annida Al Islamy berawal dari tingkat Tsnawiyah. Pada
bulan Juli 1982 didirikanlah Madrasah Tsanawiyah, yang berlokasi di MI
Shiraturrahman yang sekarang hingga tahun 1983 akhir. Kepala
Madrasahnya adalah K.H. Abdul Mubin diantara tenaga pendidiknya

54
adalah: Ust. Jamahsari, Ust. Miftah Mugeni, Ust. Niswan, Ust. Ja’ani, Ust.
Zainal Abidin.
Pada akhir tahun 1984 Annida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta Barat
dipindahkan ke Duri Kosambi dan berada di atas tanah wakaf H.
Abdurrohim. Tidak lama kemudian K.H. Abdul Mubin mengundurkan diri
sebagai kepala sekolah lalu dijabat oleh K.H. Ma’mun selama setengah
tahun. Pada tahun 1984 kepala sekolah dijabat oleh Ust. Jamhari sampai
1986.
Adapun nama Annida Al Islamy Jakarta Barat itu sendiri diambil dari
nama Annida Bekasi, dimana Ust. H. Sopyan, Ust. Hadromi dan Ust. H.
Abdul Mubin memohon kepada K.H. Muhajirin Amsar Addari agar MTs
yang ada di Rawabuaya diberi nama Annida Al Islamy dan merupakan
cabang dari Annida Bekasi.
Pada tahun yang sama dibentuklah Yayasan Shiraathu Al-Rahim yang didirikan
pertama kali oleh 8 orang pendiri yaitu:

Gambar 1 Pendiri Nida Al Islamy Jakarta

55
2. Letak MTs Nida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta
Sebelum membicarakan tentang MTs Nida Al Islamy Duri Kosambi
Jakarta, terlebih dahulu diutarakan sekilas gambaran wilayah Duri
Kosambi. Kelurahan Duri Kosambi merupakan salah satu kelurahan yang
terletak di Kecamatan Cengkareng Kota Jakarta Barat. Kelurahan Duri
Kosambi terdiri atas satu wilayah dan mempunyai luas wilayah Kelurahan
5,91 km2 . Adapun wilayah kelurahan Duri Kosambi berbatasan : Sebelah
Utara : Kelurahan Cengkareng Barat Sebelah Selatan : Kelurahan
Cipondoh Sebeleah Barat : Kelurahan Semanan Sebelah Timur :
Kelurahan Rawa Buaya.
Jumlah sekolah yang berada di Duri Kosambi adalah sebanyak 42
sekolah. Terdiri dari SMA/MA, SMP/MTs, dan SD secara terperinci
sebagai berikut,
Tabel 4.1. Sekolah di Kelurahan Duri Kosambi
No Jenjang Jumlah
1 SMA/MA Sederajat 7
2 SMP/MTs Sederajat 13
3 SD/MI Sederajat 22
Jumlah 42

Letak MTs Nida Al Islamy di Jl. Raya Duri Kosambi No.33 A,


RT.4/RW.7, Duri Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Kota Jakarta Barat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11750. Letak secara austronimis Lintang: -
6.164500000000 Bujur: 106.724900000000. Secara lebih jelas dapat dilihat pada
peta berikut ini,

56
Sumber Google map
Gambar 4. 1. Letak MTs Nida Al Islamy Cengkareng
3. Identitas Sekolah
Tabel 4.2
Identitas MTs Nida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta
Nama MTSS ANNIDA AL ISLAMY
NPSN 20178156
alamat Jl. Raya Duri Kosambi No.33A Rt.004/07

Desa/Kelurahan Duri Kosambi


Kecamatan/Kota (LN) Kec. Cengkareng
Kab.-Kota/Negara (LN) Kota Jakarta Barat
Propinsi/Luar Negeri (LN) Prov. D.K.I. Jakarta
Status Sekolah Swasta
Bentuk Pendidikan Mts

57
Tabel 4.3
Dokumen dan perijinan
Naungan
NPYP -
No. SK. Pendirian Kd.09.04/4/PP.00.4/0676/2010
Tanggal SK. Pendirian 11-01-2010
Nomor SK Operasional KW.09.4/5/PP.07/6658/2015
Tanggal SK Operasional 26-06-2015
File SK Operasional Lihat SK Operasional
Tanggal Upload SK Op. 2016-12-13 07:09:57.767
Akreditasi A

4. Visi dan Misi MTs Nida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta


1) Visi MTs Annida Al Islamy
Menyiapkan Generasi Beriman, Beradab, berilmu berprestasi dan Berkualitas,
untuk Islam dan Indonesia”
2) Misi MTs Annida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta
Dari visi MTs Annida Al Islamy tersebut maka ditetapkan misi sebagai
berikut:
a) Mengamalkan ajaran agama Islam sesuai tuntunan Al Quran dan Hadist
dalam kehidupan sehari-hari serta menjadi warga negara Indonesia yang
baik
b) Membina dan meningkatkan kompetensi spritual, sosial, pengetahuan dan
keterampilan siswa dan guru
c) Menjadikan Penguatan pendidikan karakter (PPK) dan literasi sebagai basis
pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Annida Al Islamy
d) Meningkatkan kerjasama antara seluruh stakeholder madrasah dalam
penguatan pendidikan karakter dan literasi siswa madrasah
e) Mengutamakan Displin tinggi di segala aspek kehidupan Madrasah
f) Menciptakan lingkungan Madrasah yang bersih aman dan nyaman
g) Mendukung dan mendorong kreatifitas, inovasi dan kopetensi peserta
didik
h) Membina hubungan yang baik dan kerjasama antar warga Madrasah
i) Mewujudkan warga madrasah yang peduli lingkungan
j) Mewujudkan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun)

58
3) Tujuan Madrasah
Tujuan MTs Annida Al Islamy berdasarkan rumusan misi tersebut diatas
sebagai berikut:
a) Meningkatnya nuansa keislaman dan kebangsaan di lingkungan MTs
Annida Al Islamy
b) Meningkatnya profesionalisme guru dan pegawai
c) Meningkatnya prestasi akademik dan nonakademik Siswa/i
d) Meningkatnya daya saing siswa menghadapi studi lanjut
e) Meningkatnya paradigma dan life skill siswa berbasis kearifan lokal
f) Meningkatnya hubungan interdependensi warga madrasah dengan
masyarakat
g) Meningkatnya kepedulian madrasah terhadap lingkungan

4. Daftar Nama Guru dan Karyawan MTs Nida Al Islamy Duri Kosambi
Jakarta
Tabel 4.4
Daftar Nama Guru dan Karyawan MTs Nida Al Islamy Duri Kosambi
Jakarta
Tahun Ajaran 2023/2024
Urut Nama Jabatan Mengajar pada Jenjang Jurusan
bidang Pendidikan
Terakhir
1 Hadromi, S.Ag Guru Al Qur`an Hadits, S1 PAI
Tajwid
2 Achmad Fauzi, Guru Aqidah Akhlak S2 Megister
M.Pd.I Pendidikan
3 Khoirudin, S.Ag Guru Fikih S1 Fikih
4 Muhammad Arip, Guru B. Inggris S1 B. Inggris
S.Pd
5 A. Salimullah, Staff TU - S1 PAI
S.Pd.I
6 Zainal Arfin, S.Kom Kepala TU Komputer, TIK S1 T. Informatika
7 Ahmad Firdaus, S. Guru - S1 Perb. Agama
Ag
8 Tuti Alawiyah, S.Pd Guru BP/BK S1 Pendidikan
Bimbingan dan
Konseling
9 Ali Nurhasan, S.S Guru Bahasa Arab S1 Sastra Arab
10 Sri Suhesti, SE Staff TU - S1 Ekonomi

59
11 Leny Hikmah Guru Bahasa Inggris S1 Bahasa dan Sastra
Rentiana,S.S.,M.Pd Inggris
12 Ikmalia, S.Si Guru Fisika S.1 MIPA-Kimia
13 Silvi Nurjanah, S.Pd Guru Fisika s.1 Pendidikan Kimia
14 Mila Zulfiah, S.Pd Guru IPS S.1 Pendidikan IPS
15 Nu'man Istikhori, Guru Akidah Akhlak S.1 PAI
S.Pd.I
16 Iva Selfiana, S. Pd Guru Sosiologi S.1 Pend. IPS
17 Wiwik Widiatuti, Guru Biologi S1 Pendidikan
S.Pd Biologi
18 Ajrine Rahmah, Guru Aqidah Akhlak S1 Pendidikan
S.Pd Agama Islam
19 Eka Susanti, S.Pd Guru Bahasa Inggris S1 Pendidikan
Bahasa Inggris
20 Dian Darmawati, Guru Fikih S1 Pendidikan Fikih
S.Pd
21 Anggoro Gito Guru Bahasa Arab S1 Pendidikan
Prayogo, S.Pd Bahasa Arab
22 Habibburohman, Guru B. Indonesia S1 Pendidikan B.
S.Pd Indonesia
23 Rini Wirawan Putri, Guru Bahasa Inggris S1 Bahasa Inggris
S.Hum
24 Jamaludin, M.Hum Guru SKI S2 SKI
25 Agus Prasetyo, Guru SKI S1 Humaniora
S.Hum
26 Rahmadini, S.Pd Guru Tahfidz S1 Pendidikan
Agama Islam
27 Nasopah, S.Pd Guru IPS S1 Pendidikan IPS
28 Siti Amaliyah .S.A, Guru Bahasa Indonesia S1 Bahasa dan Sastra
S.Pd Indonesia
29 Fifin Novita, S.Pd Guru Fisika S1 Pendidikan Fisika
30 Candra Puspitasari, Guru Bahasa Indonesia S1 Pendidikan
S.Pd Bahasa Indonesia
31 Faiz Zuhad, S.Pd.I Guru Qur'an Hadist S1 Pendidikan
Agama Islam
32 Viola Fajar Sari, Guru Fikih S1 Pendidikan Fikih
S.Pd
33 Awaliyah Alfiani, Staff TU D3 Manajemen
A.md Informatika
34 Ema Hayati, S.Psi Bimbingan BP/BK S1 Psikologi
Konseling
35 Nida Cahya Ilhami Guru Piket S1 Pendidikan
Geografi
36 Musyafa Elbazh, Guru PKn S1 Pendidikan
S.Pd Pancasila dan
Kewarganegaraan
37 Shinfiatun Kamilah, Guru Bahasa Arab S1 Pendidikan
S.Pd Bahasa Arab
38 Nur Lita Rahmatia, Guru Qur'an Hadist S1 Bahasa dan Sastra
S.Hum Arab
39 Muhammad Guru Penjasorkes S1 Pendidikan
Zakwan, S.Pd Jasmani,
Kesehatan dan
Rekreasi

60
40 Fajril Intisor, S.Pd Guru Praktek Ibadah S1 Pendidikan
Agama Islam
41 Novia Fajriani, Guru English Conv. S2 Pendidikan
M.Pd Bahasa Inggris
42 Siti Anis Guru Fiqih S1 Pendidikan
Musaropah, S.Pd Agama Islam
43 Muhamad Zein, Guru Piket S1 Pendidikan
S.Pd Agama Islam
44 Nurhidayanti, S.Pd Laboran S1 Pend. Biologi
45 Taufik Subekti, S.Pd Bendahara S1 Pendidikan
Madrasah Bahasa Inggris
46 Nikita Nurkoyumi, Staff RUTADA S1 Teknik
S.Kom Infomatika
47 Zarkasih Staff RUTADA D3 Manajemen
Informatika
48 Sri Wati Kebersihan - SMA IPS
49 Rizky Kurnia Kebersihan
Surachman
50 Abdul Muaz Keamanan
51 Edy Kebersihan
52 Taufik Hidayat Kebersihan MA
53 Sugiati Kebersihan SMP
54 Fatimah Sahra Kebersihan - SMA IPS
5. Jumlah Kelas dan Keseluruhan Siswa
Secara keseluruhan jumlah di MTs Nida Al Islamy Duri Kosambi
Jakarta pada Tahun Ajara 2023/2024 adalah 16 ruangan dan jumlah siswa
577 siswa dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 4.5
Jumlah Kelas dan Keseluruhan Siswa MTs Nida Al Islamy
Duri Kosambi Jakarta Tahun Ajaran 2023/2024
No Kelas Jumlah Siswa
Laki-laki perempuan
1 VII 94 103
2 VIII 93 97
3 IX 91 99
Jumlah 278 299
Sumber: Arsip TU MTs Nida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta

6. Sarana dan Prasarana MTs Nida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta


Setiap sekolah wajib memiliki sarana dan prasarana yang memadai,
karena setiap satuan pendidikan untuk mewujudkan tujuan organisasi

61
dalam bidang pendidikan harus didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai dan siap untuk diperlukan.82
Untuk mencapai tujuan pendidikan memerlukan berbagai alat dan
metode. Istilah lain dari alat pendidikan yang dikenal hingga saat ini
adalah media pendidikan, audio visual aids (ava), alat peraga dan sarana
prasarana. Alat atau sarana dan prasarana pendidikan meliputi segala
17
sesuatu yang dapat membantu proses pencapaian tujuan pendidikan.
Adapun keadaan sarana dan prasarana di MTs Nida Al Islamy Duri
Kosambi Jakarta dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6
Data Sarana dan Prasarana MTs Nida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta
Tahun Ajaran 2023/2024
No Nama Jumlah Kondisi
1 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
2 Ruang Guru 1 Baik
3 Ruang Kelas 16 Baik
4 Perpustakaan 1 Baik
5 Rumah Penjaga Sekolah 2 Baik
6 Gudang Peralatan 1 Baik
7 Wc Siswa 12 Baik
8 Wc Guru 5 Baik
9 Papan Pengumuman 1 Baik
10 Kursi Siswa 577 Baik
11 Papan Tulis 16 Baik
12 Bank Data Kelas 16 Baik
13 Meja Siswa 577 Baik
14 Meja Guru di Kelas 16 Baik
15 Kursi Guru di Kelas 16 Baik
16 Almari Kelas 16 Baik
17 Almari Guru 8 Baik
18 Almari kepala Sekolah 4 Baik
19 Meja dan Kursi TU 5 Baik
20 Komputer TU 2 Baik
21 Printer 2 Baik
22 Pengeras Suara 1 Baik

82
Trisnawati dkk, “Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan
Mutu Pembelajaran Di SD Negeri Lamteubee Aceh Besar”, Jurnal Magister Administrasi
Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. ISSN 2302-0156, H. 63

62
23 Tempat Parkir 1 Baik
24 Kantin 1 Baik
25 Jam Dinding 9 Baik
26 Tempat sampah 18 Baik
27 Rak Buku Perpustakaan 6 Baik
28 Tempat Cuci Tangan 9 Baik
29 Microphone 2 Baik
30 Alat Olahraga:
a. Bola Futsal 2 Baik
b. Gawang Futsal 2 Baik
c. Bola Volly 2 Baik
d. Bolla Kasti 6 Baik
e. Net 2 Baik
f. Matras 4 Baik
Sumber: Dokumen Staf TU MTs Nida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta Tahun 2023
B. Peran guru dalam mengatasi bentuk-bentuk kesulitan belajar Fikih
siswa di MTs Annida Al Islamy Duri Kosambi
Pada bagian ini, peneliti mendeskripsikan bagaimana peran guru
dalam mengatasi kesulitan belajar Fikih pada siswa di MTs Nida Al Islamy
Duri Kosambi Jakarta. Penelitian ini melakukan penggalian data dengan
melalui beberapa teknik yaitu melalui observasi, wawancara, dokumentasi
dan triangulasi. Hal-hal yang diteliti terkait peran guru dalam mengatasi
kesulitan belajar Fikih siswa MTs Nida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta
serta kendala yang dihadapi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa
selama proses pembelajaran Fikih.
Agar pembahasan lebih sistematis dan lebih terarah maka peneliti
membagi ke dalam beberapa pembahasan yaitu:
1. Sebab-sebab yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa pada
mata pelajaran Fikih di MTs Nida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta
Barat
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama berada di lokasi,
diketahui bahwa sebab-sebab yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa
pada mata pelajaran Fikih ada 2 yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Faktor internal
Setelah peneliti melakukan pengamatan proses pembelajaran
yang sedang berlangsung di dalam kelas pada khususnya kelas VIII,

63
maka dalam hal ini penulis menemukan beberapa faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam memahami mata
pelajaran Fikih yang diajarkan guru, salah satunya adalah saat guru
mengajar siswa ada yang berbicara sendiri, dan ada pula melakukan
aktifitas yang seharusnya tidak dilakukan oleh siswa, seperti sibuk
bermain sendiri, merasa bosan pada saat pembelajaran berlangsung,
bahkan ada pula yang tertidur saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Itulah beberapa temuan yang diamati oleh penulis
sekaligus peneliti.
Faktor internal yang menyebabkan siswa kesulitan dalam
memahami mata pelajaran Fikih adalah kurangnya minat siswa,
kurang pahamnya siswa terhadap materi, malas, kurangnya
konsentrasi dan motivasi. Hal ini yang menyebabkan siswa sulit
dalam memahami materi yang dijelaskan oleh guru, sehingga siswa
terlihat tidak memperhatikan ketika pembelajaran Fikih
berlangsung. Hal ini senada dengan pendapat Ibu Siti Anis
Musarofah, S. Pd selaku guru bidang studi Fikih, menyampaikan.
“Begini mas, kesulitan belajar yang yang dialami siswa
disebabkan karena kurangnya minat belajar siswa itu
sendiri, siswa juga sering kali berbicara sendiri saat
pembelajaran berlangsung, ada juga yang tertidur, ya
dikarenakan banyak siswa yang kurang istirahat karena
banyak aktifitas diluar pembelajaran ketika anak di rumah
mislanya memainkan game di hp sampai larut malam efeknya
ketika dikelas ada beberapa siswa yang mengantuk”.83

Pernyataan yang diungkapkan oleh ibu Siti Anis Musarofah ,


S. Pd selaku guru mata pelajaran Fikih. Dapat diambil kesimpulan
bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam
memahami mata pelajaran Fikih di kelas VIII adalah faktor dari
dalam diri siswa itu sendiri. Hal ini dapat dilihat ketika peneliti
melakukan pengamatan di kelas, siswa terlihat malas ketika

83
Wawancara dengan Guru Fikih Ibu Siti Anis Musarofah pada tanggal 10 Juli 2023 pada
pukul 09.30

64
mengikuti pelajaran. Ketika guru menerangkan terdapat beberapa
siswa yang sibuk dengan aktifitasnya sendiri dan kurang tertarik
dengan penjelasan dari guru.
Pertemuan berikutnya, peneliti melanjutkan pengamatan untuk
memperjelas penyebab terjadinya kesulitan belajar siswa pada
mata pelajaran Fikih yang diajarkan guru pada saat proses
pembelajaran. Adapun hasil yang diperoleh pada saat pengamatan
adalah ketika guru mengajar, ada siswa yang kurang begitu senang.
Karena kurang pahamnya siswa terhadap materi yang diterangkan
guru, siswa terlihat kebingungan ketika mengikuti pembelajaran di
kelas, dan siswa terlihat malas ketika guru menerangkan. Seperti
itulah yang terjadi ketika penulis melakukan pengamatan proses
belajar mengajar guru dan siswa di kelas VIII. Hal ini sesuai dengan
pendapat salah satu siswa AMS kelas VIII menurutnya,
“Saya kadang malas mengikuti pelajaran Fikih pak…saya
susah menghafal bacaan, saya masih kurang begitu lancar
membaca arab pak, pernah saya bosan pas lagi mengerjakan
tugas…saya malah jadi ngantuk di kelas hehehe. Itu
kendala saya pak. Menurut saya pak, saya sebenarnya senang
dengan pelajaran Fikih tapi kadang-kadang senang kadang
tidak, tergantung pelajarannya pak atau pokok bab nya susah
atau tidak”.84

Pernyataan di atas menandakan bahwa siswa ada yang


kurang senang belajar Fikih dan beranggapan bahwa pembelajaran
Fikih sedikit membosankan kendalanya karena belum dapat
membaca huruf Arab. Hal ini akan berdampak negatif pada prestasi
belajar siswa, karena jika siswa sudah tidak senang lagi tidak ada
minat lagi hal itu akan menghambat proses belajar siswa. hal
tersebut juga akan mempengaruhi prestasi belajarnya.
Sementara itu menurut siswa bernama MI kelas VIII penyebab
sulitnya belajar Fikih adalah:

84
Wawancara dengan AMS pada tanggal 10 Juli 2023 pada pukul 09.30-10.00 WIB

65
“saya sebenarnya senang belajar Fikih pak, gurunya baik dan
sabar, tetapi terkadang guru mengajar hanya ceramah. Jadi
membuat saya malas pak. Kalo udah males mau konsentrasi
ke pelajaran susah”.85

Adapun siswa yang memahami mata pelajaran Fikih


dikarenakan siswa tersebut suka dengan pelajaran Fikih dan senang
dengan gurunya, ada juga yang suka pelajaran Fikih karena mereka
sadar bahwa pelajaran Fikih itu penting untuk dipelajari sehingga
mereka bersemangat dalam mempelajari pelajaran Fikih.
Sedangkan siswa yang tidak senang belajar Fikih adalah disebabkan
oleh oleh guru yang hanya menggunakan metode ceramah, sehingga
membuat malas mengikuti pelajaran.
Sedangkan hasil wawancara penulis dengan siswa yang
bernama AR Kelas VIII di MTs Nida Al Islamy adalah sebagai
berikut:
“saya kalau belajar Fikih itu ya kadang suka kadang tidak,
kadang suka kadang malas. Malasnya itu ketika saya tidak
begitu paham dengan bab itu, sulit dipahami jadinya malas
dan ngantuk. Tapi kalau bab nya saya suka saya paham maka
saya tertarik dengan pelajaran tersebut dan akan
memperhatikan guru ketika menerangkan”.86

Pernyataan dari siswa diatas sangat jelas kalau pelajaran Fikih


itu relatif, menurutnya belajar Fikih itu kadang membosankan
kadang tidak, kadang menyenangkan kadang tidak. Hal yang tidak
disukai siswa tersebut itu akan menghambat dalam proses belajar
dan hal tersebut dapat memicu siswa untuk malas belajar pelajaran
Fikih dan sebaliknya.
Selain hal tersebut faktor penyebab kesulitan belajar adalah
kurangnya konsentrasi dan motivasi dari dalam diri siswa sendiri.
Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Siti Anis Musarofah selaku
guru Fikih sebagai berikut:

85
Wawancara dengan siswa AR pada tanggal 8 Juli 2023 pada pukul 10.00-10.15 WIB
86
Wawancara dengan siwa MI pada tanggal 9 Juli 2023 pukul 09.00 – 10.00 WIB

66
“Dalam satu kelas itu ada sekitar 25 peserta didik mas, dari 25
siswa tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda ada
yang konsentrasinya tinggi ada yang rendah begitupun dalam
motivasi ada yang motivasinya tinggi ada yang sebaliknya.
Saya yakin mas tidak semua peserta didik bisa konsentrasi
penuh saat pembelajaran berlangsung. Pasti ada peserta didik
yang konsentrasinya rendah. Ya mungkin karena kecapean
atau malas, atau mungkin ada faktor lain yang
menyebabkan konsentrasi ataupun motivasi siswa dalam
belajar itu rendah”.87
Konsentrasi dan motivasi dari dalam diri siswa itu
sangatlah penting karena berpengaruh terhadap kelancaran proses
belajar mengajar. Jika konsentrasi dan motivasi diri siswa tinggi itu
akan membantu siswa dalam menyerap pelajaran yang diterangkan
oleh guru dan akan membantu kelancaran dalam proses belajar
mengajar. Guru disini sudah memberikan motivasi kepada siswa
agar siswa dapat belajar dengan sungguh-sungguh. Motivasi yang
dilakukan dilakukan dengan berbagai cara. Motivasi yang
dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Motivasi secara
langsung misalnya: ditengah-tengah atau diakhir guru menjelaskan
pelajaran guru memberikan motivasi kepada peserta didik,
sedangkan motivasi secara tidak langsung tertulis di dinding lap dan
kelas.
Hal ini diperkuat dengan hasil observasi yang peneliti lakukan,
“saya mengikuti Ibu Siti Anis Musarofah yang sedang mengajar di
kelas VIII, saat Ibu Siti Anis Musarofah menyampaikan materi ada
beberapa anak yang sulit untuk konsentrasi ketika mengikuti
pelajaran Fikih. Ada sekitar 4 orang anak yang kurang konsentrasi
dalam belajar. hal tersebut dikarenakan mereka sudah jenuh dan
bosan, akhirnya mereka berbicara sendiri dengan teman
sebangkunya. Dan ketika Ibu Siti Anis Musarofah mengetahui
kejadian tersebut, Ibu Siti Anis Musarofah memberikan pertanyaan

87
Wawancara dengan Ibu Siti Anis Musarofah pada tanggal 10 Juli 2023 pada pukul 09.30
WIB

67
tersebut dan hasilnya peserta didik hanya diam saja tidak mampu
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Ibu Siti Anis
Musarofah”.88
Berdasarkan hasil wawancara dan didukung dengan hasil
observasi, terlihat bahwa penyebab kesulitan belajar yang
disebabkan oleh faktor internal di MTs Nida Al Islamy Cengkareng
adalah kurangnya minat siswa, kurang pahamnya siswa terhadap
materi, malas, kurangnya konsentrasi dan motivasi. Hal ini yang
menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam proses belajar
mengajar. Akan tetapi hal tersebut masih bisa diatasi oleh guru mata
pelajaran Fikih dengan menggunakan berbagai macam cara atau
strategi pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan dengan
lancar.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar
siswa, faktor tesebut berupa guru, orang tua, sekolah, lingkungan,
teman sebaya, peralatan dan alam. faktor-faktor tersebut sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Ketika penulis
melakukan pengamatan terhadap siswa di kelas VIII di MTs Nida
Al Islamy Cengkareng, terdapat beberapa faktor eksternal yang
mempengaruhi kesulitan belajar siswa, faktor tersebut yaitu faktor
dari guru, menurut pengamatan yang saya lakukan dalam mengajar
guru Fikih disini sudah baik dan bagus akan tetapi guru harus
mampu memberikan semua kebutuhan siswa untuk menunjang
pembelajaran. Ada beberapa kendala diantaranya guru dalam
mengajar kurang memahami apa yang dibutuhkan siswa dan kurang
kreatif lagi dalam menggunakan media pembelajaran supaya lebih
menarik perhatian siswa. Dikarenakan juga karena sarana
prasarananya kurang memadai.

88
Observasi Kegiatan Belajar Mengajar Fikih pada tanggal 13 Juli 20232019 pada pukul
13.00-14.00 WIB

68
Faktor eksternal lainnya adalah kurangnya dukungan dari
orang tua, hal tersebut terbukti ketika guru memberikan tugas
kepada siswa, siswa jarang sekali belajar ketika di rumah, orang tua
siswa kurang bisa mengantar anaknya untuk belajar pada saat
dirumah, karena sebagian latar belakang pendidikan orang tua itu
rendah, sehingga kurang begitu sadarnya akan pentingnya
pendidikan bagi anak.
Hal itu sependapat dengan salah satu siswa MBP kelas VIII
ketika diwawancarai pada siswa tersebut tidak mengerjakan tugas
yang diberikan guru, menurutnya.
“saya lupa tidak mengerjakan tugas pak, saya jarang sekali
belajar dirumah karena malas pak, orang tua saya juga sibuk
dengan pekerjaannya, jadi saya kurang diperhatikan dalam hal
belajar,orang tua kadang menyuruh kadang tidak pak.”89

Pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya


penyebab kesulitan belajar siswa diantaranya adalah siswa merasa
malas belajar karena tidak ada dukungan atau kontrol dari orang tua
untuk belajar di rumah. Selain dari itu pada pelajaran Fikih yang
lebih ditekankan adalah prakteknya dalam kehidupan sehari-hari
contoh sholat. Anak malas untuk sholat dikarenakan faktor dari
orang tua yang tidak memberikan contoh dan dorongan kepada
anaknya untuk melakukan sholat sehingga siswa malas untuk
melakukan sholat.
Faktor lainnya adalah faktor lingkungan sekitar yang
kurang kondusif untuk menjalankan ibadah walaupun dari siswa itu
baik. Lama kelamaan pasti akan terseret oleh lingkungan yang
kurang mendukung. Lingkungan sangat berpengaruh dalam proses
belajar siswa. Jika lingkungannya baik maka akan membantu siswa
berkepribadian baik, jika tidak maka akan sebaliknya.

89
Wawancara dengan siswa MBP tanggal 11 Juli 2023 di MTs Nida Al Islay Jakarta

69
Faktor lainnya adalah teman bergaul. Teman bergaul
pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak.
Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah,
maka ia akan malas belajar, sebab cara hidup anak yang bersekolah
berlainan dengan anak yang tidak bersekolah.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa yang diuraikan
diatas mulai dari faktor internal dan faktor eksternal, seperti
faktor internal yang berarti terjadi dari diri siswa itu sendiri, faktor
internal tersebut seperti minimnya minat siswa terhadap mata
pelajaran Fikih, kurang pahamnya siswa terhadap materi, malas,
tingkat kemampuan belajar siswa rendah, dan kurangnya motivasi.
Keempat faktor tersebut akan berdampak pada siswa, sehingga
siswa mengalami malas belajar, ramai sendiri ketika pembelajaran
berlangsung dan tidak semangat mengikuti mata pelajaran Fikih.
Sedangkan faktor eksternalnya adalah berupa dari guru, dukungan
atau kontrol dari orang tua siswa masih kurang mengena pada
siswa, lingkungan sekitar, serta teman bergaul. Dari keempat faktor
tersebut maka siswa jarang mengerjakan tugasnya dan siswa jarang
belajar di rumah.
Data faktor kesulitan belajar siswa diatas diperoleh penulis
berdasarkan hasil pengamatan penulis. Teknik penelitian tersebut
berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan
instrument penelitian berupa peneliti sebagai instrument kunci,
catatan, angket, voice, recorder, kamera, dan buku catatan lapangan.
Selama penulis melakukan pengamatan di MTs Nida Al Islamy
Cengkareng, penulis melakukan dengan prosedur yang berlaku
2. Strategi yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan belajar
siswa pada mata pelajaran Fikih di MTs Nida Al Islamy Cengkareng
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan jenis kesulitan
belajar Fikih yang ada di MTs Nida Al Islamy Cengkareng ini sifatnya
masih ringan dan bisa diatasi. Namun demikian pihak madrasah tetap

70
berupaya mengatasi kesulitan belajar Fikih yang dialami oleh peserta
didik. Berikut ini adalah strategi yang dilakukan guru dalam mengatasi
kesulitan belajar Fikih di MTs Nida Al Islamy Cengkareng:
a. Kesiapan guru dalam menyampaikan materi
Strategi yang dilakukan oleh guru Fikih MTs Nida Al Islamy
Cengkareng yang pertama adalah kesiapan guru itu sendiri dalam
menyampaikan materi. Sebelum mengajar guru sudah
mempersiapkan RPP, sudah mempersiapkan semua bahan ajar yang
akan diajarkan kepada peserta didik. Kesiapan tersebut dapat dilihat
dari ketika guru menyampaikan materi dengan tidak mengacu atau
melihat LKS. Sehingga guru benar-benar menguasai materi sebelum
masuk ke dalam kelas. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh
Ibu Siti Anis Musarofah selaku guru mata pelajaran Fikih yaitu:
“strategi yang saya gunakan salah satunya adalah
mempersiapkan terlebih dahulu RPP, bahan ajar, dan semua
yang saya butuhkan dalam mengajar. Hal ini saya lakukan
karena untuk bisa mengajar dengan maksimal. Dan agar bisa
mencapai tujuan pembelajaran yang saya harapkan”.90

Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan dari bapak


Bapak H Ahmad firdaus, S. Ag selaku kepala sekolah:
“begini mas salah satu strategi guru yang digunakan
adalah mempersiapkan terlebih dahulu RPP, karena kalau
persiapannya bagus maka pasti mengajarnya juga bagus”.91

Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi yang pertama


digunakan guru adalah dengan kesiapan guru itu sendiri dalam
menyampaikan materi. Sebelum mengajar guru sudah
mempersiapkan RPP, sudah mempersiapkan semua bahan ajar yang
akan diajarkan kepada peserta didik.

90
Wawancara dengan Ibu Siti Anis Musarofah pada tanggal 13 Juli 2023 pada pukul
12.00- 12.30 WIB
91
Wawancara dengan Bapak H Ahmad firdaus, S. Ag pada tanggal 13 Juli 2023 pada pukul
11.00-11.30 WIB

71
b. Menggunakan Strategi Pembelajaran Ekspositori dan
Kontekstual
Definisi strategi pembelajaran ekspositori sebagaimana
dikemukakan Sanjaya. Sanjaya mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru, dalam strategi ini guru
memegang peran yang sangat dominan..92
Sedangkan Strategi pembelajaran kontekstual adalah suatu
konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan
mereka.93 Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan dari Ibu Siti
Anis Musarofah yaitu:
“dalam pelajaran Fikih itu mas harus ada strategi pembelajaran
ekspositori karena dalam pembelajaran Fikih lebih berorientasi
kepada guru, guru berperan lebih dominan daripada siswa. Jadi
peran guru lebih banyak guru harus lebih menjelaskan dengan
sejelas-jelasnya materi yang disampaikan dengan menggunakan
metode ceramah. Dan digabung dengan strategi kontekstual
yang mana strategi kontekstual ini mengaitkan materi
pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Jadi siswa akan
lebih paham akan materi yang diajarkan”.94
Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi yang digunakan guru di
MTs Nida Al Islamy Cengkareng adalah dengan menggunakan
strategi gabungan yaitu strategi pembelajaran ekspository dengan
kontekstual.
c. Lebih Menekankan teknik hafalan
Untuk mengatasi kesulitan belajar siswa mata pelajaran
Fikih guru lebih menekankan pada teknik hafalannya. Dengan
adanya teknik hafalan bersama-sama ini siswa akan terbantu dalam
92
Wina Sanjaya,. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group: 2022, h. 78
93
Wina Sanjaya,. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan … hal.
79
94
Wawancara dengan Ibu Siti Anis Musarofah pada tanggal 13 Juli 2023 pada pukul 09.00-
09.30 WIB

72
mengetahui bacaan-bacaan terkait pelajaran Fikih, siswa yang
awalnya kurang bisa dalam membaca arab dengan benar lama
kelamaan akan bisa mengetahui dan paham dengan bacaan-bacaan
yang terdapat pada pelajaran Fikih. Siswa akan terbantu dengan
adanya tekhnik hafalan ini.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari Ibu Siti Anis
Musarofah yaitu:
“untuk mengatasi siswa yang kesulitan belajar dalam
membaca arab, salah satu strateginya yaitu dengan teknik
hafalan bersama-sama, karena siswa akan lebih terbantu
dan anak yang belum begitu lancar dalam membaca bisa
menirukan temannya dan lama kelamaan siswa akan hafal
sendiri bacaan-bacaan yang terdapat dalam pembelajaran
Fikih misalnya bacaan-bacaan sholat itidal, doa duduk
diantara dua sujud, takhiyat akhir dan lain sebagainya begitu
mas”.95

Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi yang digunakan guru di


MTs Nida Al Islamy Cengkareng adalah dengan menggunakan
strategi lebih menekankan pada teknik hafalannya untuk membantu
siswa yang kurang lancar dalam membaca arab.
d. Selingan Ice breaking dalam Pembelajarn
Selingan ice breaking dalam pembelajaran misalnya
menggunakan humor dan Permainan dalam menyampaikan materi.
Untuk mengurangi kesulitan belajar yang dialami peserta didik,
guru MTs Nida Al Islamy Cengkareng memilih menggunakan
teknik permainan di tengah-tengah menyampaikan materi.
Berikut ini hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas VIII
Saat Ibu Siti Anis Musarofah menyampaikan materi tentang
zakat ditengah-tengah beliau menyampaikan materi sesekali guru
Fikih ini menunjuk Aprilia Putri Prastya untuk menjawab
pertanyaan dari Ibu Siti Anis Musarofah lalu melempar pertanyaan

95
Wawancara dengan Ibu Siti Anis Musarofah pada tanggal 13 Juli 2023 pada pukul 09.00-
09.30 WIB

73
ke siswa lain, dilempar lagi sampai semua siswa fokus ke pelajaran
(suasana kelas jadi bersemangat lagi setelah diselingi humor dan
permainan lempar tanya jawab)
Penggunaan humoris di tengah-tengah menyampaikan materi
ini dilakukan untuk mengurangi rasa bosan dan jenuh pada siswa.
Seperti yang di paparkan oleh Ibu Siti Anis Musarofah selaku guru
Fikih di MTs Nida Al Islamy Cengkareng,
”Kalau menurut saya siswa itu lebih antusias dan nyaman saat
saya menyelingi humor dan permainan dalam menyampaikan
materi, kaalu kita menyampaikan materi hanya dengan
ceramah saja itu akan menyebabkan siswa cepat bosan dan
ngantuk lama-lama siswa juga lelah. Jadi saya memilih
strategi ini untuk membuat siswa tertarik dengan pelajaran
saya”.96

Pernyataan tentang siswa merasa senang ketika guru Fikih


menggunakan tekhnik humoris dalam menyampaikan materi juga
diakui oleh NH siswa kelas VIII
“saya suka pak dengan pelajaran Fikih dan saya tidak bosan
ketika Ibu Siti Anis Musarofah menyelingi canda tawa karena
dengan begitu saya merasa rileks dan tidak menegangkan pak
saat pembelajaran. Pelajarannya juga jadi mudah untuk
dipahami pak”.97

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas dapat


disimpulkan bahwa salah satu strategi yang dilakukan guru MTs
Nida Al Islamy Cengkareng dalam mengatasi kesulitan belajar
adalah dengan ce breaking menggunakan tekhnik humoris dan
permainan di tengah-tengah menyampaikan materi, cara ini
dilakukan agar tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan,
sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru dapat
dicapai oleh seluruh peserta didik baik dari ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotorik.

96
Wawancara dengan Ibu Siti Anis Musarofah pada tanggal 13 Juli 2023 pada pukul 09.00-
09.30 WIB
97
Wawancara dengan siswa NH pada tanggal 13 Juli 2023 pada pukul 09.30- 10.00 WIB

74
e. Memberikan motivasi
Selain dengan menggunakan tehnik humoris dan permainan di
tengah-tengah menyampaikan materi strategi yang dilakukan
guru MTs Nida Al Islamy Cengkareng dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa adalah dengan memberikan motivasi. Motivasi ini
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, berikut ini
adalah hasil pengamatan peneliti ketika berada di MTs Nida Al
Islamy Cengkareng:
Strategi yang dilakukan guru untuk mengurangi kesulitan
belajar Fikih dilakukan dengan memberikan motivasi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu
melalui gambar-gambar yang terlihat beberapa kalimat-kalimat
motivasi yang ditempel di ruang-ruang kelas dan lab komputer.
Seperti kalimat “do’a tanpa ikhtiar adalah bohong, ikhtiar tanpa
do’a adalah sombong” kalimat motivasi ini ditempel di lab
komputer, selain kalimat tersebut ada kalimat motivasi yang
digambar di dalam ruang kelas.98
Adanya kalimat-kalimat motivasi ini dijelaskan oleh Ibu Siti
Anis Musarofah selaku bapak guru Fikih MTs Nida Al Islamy
Cengkareng:
“Begini mas..Kalimat-kalimat motivasi itu dibuat dengan
tujuan dipasang di dinding-dinding sekolah itu untuk
mendorong siswa melakukan sesuai yang diharapkan dan
siswa melakukan sesuai yang ditulis di kalimat-kalimat
motivasi tersebut mas dan juga sebagai media
17
pembelajaran tidak langsung bagi siswa mas.

Strategi yang dilakukan guru adalah dengan memberikan Motivasi


kepada siswa baik itu motivasi yang dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Pernyataan Ibu Siti Anis Musarofah di atas dikuatkan dengan
hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas VIII, Saat mengawali
pembelajaran terlihat beberapa anak yang sudah gaduh sendiri, Ibu Siti

98
Observasi lingkungan madrasah pada tanggal 13 Juli 2023 pada pukul 12.00-12.30

75
Anis Musarofah mencoba memberikan semangat dengan mangatakan,
“apa kabar anak-anak sehat hari ini?, Alhamdulillah sehat pak (jawab
anak-anak). Mari kita belajar dengan sungguh- sungguh agar apa? Agar
ilmu yang kita pelajari bermanfaat untuk diri kita sendiri dan orang lain.
Kalau kalian tidak sungguh-sungguh apa bisa ilmu kalian bermanfaat?
Tidak pak (jawab peserta didik). Setelah memberikan kalimat motivasi
baru mulailah Ibu Siti Anis Musarofah menyampaikan materi pelajaran.
Diakhir dari pembelajaran Ibu Siti Anis Musarofah juga memberikan
kalimat-kalimat motivasi kepada siswa dengan mengatakan jadilah
manusia-manusia yang berguna, berguna bagi diri kamu sendiri dan orang
lain. Karena sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat. Kalau
kamu belajar hanya malas- malasan apa bisa berguna, jangan sampai
kehadiran kita justru membawa mala petaka bagi orang lain. Belajar tidak
ada ruginya. Kita hidup di dunia ini hanya sementara yang kekal adalah
hidup di akhirat nanti. Kemudian Ibu Siti Anis Musarofah mengakhiri
pelajaran dengan salam”.99
Hal yang sama dilakukan oleh Ibu Siti Anis Musarofah ketika beliau
akan masuk di kelas VIII :
Pukul 10.30 jam pelajaran ke 6-7 berbunyi, saya mengikuti Ibu Siti
Anis Musarofah yang akan masuk di kelas VIII, saat guru Fikih ini kan
masuk kelas terlihat siswa kelas lain yang sedang duduk di depan kelas
bersama teman-temannya. Dari hasil pengamatan yang saya lakukan
ternyata anak tersebut tidak berpakaian rapi, dia mengeluarkan
seragamnya. Melihat siswa berpakaian seperti itu Ibu Siti Anis Musarofah
langsung memghampiri dan menegurnya, Ibu Siti Anis Musarofah
berkata “mau jadi apa kalian nanti kalau perilaku kalian seperti ini tidak
disiplin dan rapi, “anak tersebut langsung memasukkan seragamnya dan
masuk ke dalam kelas.100

99
Hasil pengamatan pada tanggal 27 Juli 2023 pada pukul 10.30 – 12.00 WIB
100
Wawancara dengan pada Siti Anis Musarofah tanggal 10 Juli 2023 pada pukul 10.00-
10.30

76
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pemberian motivasi
ini dilakukan melalui 2 cara yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung guru memberikan motivasi kepada peserta didik baik
dalam pembelajaran maupun ketika diluar jam pelajaran, sedangkan tidak
langsung melalui gambar-gambar dan tulisan yang di tempel di dinding
kelas dan di dinding lab.
f. Menggunakan metode yang bervariasi
Strategi selanjutnya yang digunakan guru MTs Nida Al Islamy
Cengkareng dalam mengatasi kesulitan belajar Fikih adalah dengan
menggunakan metode yang bervariasi. Seperti ceramah, Tanya jawab, dan
demonstrasi. Hal ini disampaikan oleh Ibu Siti Anis Musarofah selaku
guru Fikih di MTs Nida Al Islamy Cengkareng,
“Strateginya biasanya pada awalnya kita menjelaskan terlebih
dahulu materi Fikih, kemudian kita langsung mempraktekkan
materi tersebut. Semisal materi tentang zakat. Kita terlebih dahulu
menjelaskan apa itu zakat, niat zakat, syarat zakat, kemudian kita
langsung demonstrasikan atau praktekkan langsung kepada siswa
supaya siswa paham betul tentang zakat dan bisa
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu baru
dilakukan tanya jawab mas. Dengan begitu siswa akan lebih
20
tertarik mas dan siswa lebih paham materi tersebut”.

Berdasarkan pemaparan guru Fikih diatas strategi yang dilakukan


untuk mengatasi kesulitan belajar siswa adalah dengan menggunakan
metode yang bervariasi diantaranya metode ceramah, tanya jawab dan
demonstrasi. Ibu Siti Anis Musarofah juga mengatakan,
“Penggunaan metode yang bervariasi juga bisa mengurangi
kesulitan belajar siswa mas, kadang saya juga menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, demonstasi dan diselingi humor dalam
proses pembelajaran tujuannya untuk mengurangi tingkat kejenuhan
siswa, apalagi kalau pelajaran Fikih ditaruh di jam-jam terakhir.
Kalau hanya menggunakan metode ceramah saja siswa jenuh mas
dan mengantuk akibatnya banyak yang tidur dan ramai sendiri”.101

101
Wawancara dengan Ibu Siti Anis Musarofah tanggal 10 Juli 2023 pada pukul 09.30-
10.00 WIB

77
MA, siswa kelas VIII ini mengungkapkan pernyataan sejalan dengan
pernyataan yang disampaikan Ibu Siti Anis Musarofah
“Itu bu Siti Anis Musarofah seringkali ketika mengajar pelajaran
Fikih itu setelah menjelaskan materi Ibu Siti Anis Musarofah
langsung mempraktekkannya kemudian kami disuruh menirukan
beliau, setelah itu kami ditanyai hal mana yang belum bisa. Saya
senang bu dengan beliau karena beliau sering menuntun kami
dengan sabar sampai kami bisa. Ketika kami mulai bosan Ibu Siti
Anis Musarofah menyelingi pelajaran dengan humornya”.102

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas, dapat disimpulkan


bahwa strategi yang digunakan MTs Nida Al Islamy Cengkareng adalah
dengan menggunakan metode yang bervariasi seperti ceramah, tanya
jawab, dan demonstrasi. Pemilihan metode ini disesuaikan dengan materi
bahan ajar yang diajarkan. Dengan menggunakan metode yang bervariasi
siswa akan lebih antusias dan bersemangat saat mengikuti mata pelajaran
Fikih.
g. Program Remedial
Program remedial juga dijadikan salah satu strategi yang digunakan
guru MTs Nida Al Islamy Cengkareng dalam mengatasi kesulitan belajar
siswa, upaya ini disampaikan oleh Ibu Siti Anis Musarofah, program
remidial itu wajib mas dilakukan oleh setiap guru. Berikut pemaparan dari
Ibu Siti Anis Musarofah
“Bagi anak yang mengalami kesulitan belajar ada program remidial
mas, yang tidak mampu mencapai KKM itu biasanya remidialnya
per satu pokok bahasan, jadi tidak habis ujian tengah semester
begitu mas. Dan bentuk dari remidialnya tidak harus mengerjakan
soal, mungkin memberikan tugas atau praktek mas”.103

Berdasarkan hasil wawancara diatas strategi terakhir yang dilakukan


guru adalah dengan menggunakan program remidial. Program ini

102
Wawancara dengan peserta didik MA tanggal 23 Januari 2019 pada pukul 09.30-10.00
WIB
103
Wawancara dengan Bapak Nu’manul Basyir pada tanggal 13 Juli 20232019 pukul 12.30-
13.00 WIB

78
diperuntukkan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar yang nilainya
dibawah KKM.
3. Dampak strategi yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan
belajar terhadap ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa
pada mata pelajaran Fikih di MTs Nida Al Islamy Cengkareng
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dampak strategi yang
dilakukan guru terhadap ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa, berikut
adalah hasil observasi peneliti ketika berada di lokasi adalah seperti yang
dijelaskan oleh Ibu Siti Anis Musarofah selaku guru Fikih di MTs Nida Al
Islamy Cengkareng
“Dampak dari strategi yang dilakukan oleh guru pasti adanya mas
diantara dari ranah kognitif yaitu siswa yang semula tidak tau menjadi
lebih tau, siswa yang awalnya kurang pahammenjadi paham dan
ilmu pengetahuan yang dimiliki siswa bertambah. Dari ranah afektif
terjadi perubahan perilaku siswa, siswa yang awalnya tidak mau belajar
menjadi belajar, siswa yang sebelumnya mengeluarkan bajunya,
memasukkan bajunya setelah adanya motifasi yang diberikan oleh guru.
Sedangkan dari ranah psikomotor siswa terjadi perubahan yang awalnya
siswa belum bisa zakat sekarang sudah bisa zakat dan diterapkan di
kehidupan sehari-hari mereka..104

Hal tersebut didukung oleh hasil observasi yang peneliti lakukan. Pukul
11.00 pergantian jam berbunyi, saya mengikuti Ibu Siti Anis Musarofah
yang akan memasuki kelas VIII, saat Ibu Siti Anis Musarofah akan masuk
kelas terlihat siswa kelas lain sedang duduk di depan kelas bersama teman-
temannya. Dari hasil pengamatan yang saya lakukan ternyata anak tersebut
tidak berpakaian rapi, anak tersebut mengeluarkan seragamnya. Melihat
siswa berpakaian seperti itu Ibu Siti Anis Musarofah langsung menghampiri
dan menegurnya, Ibu Siti Anis Musarofah berkata “mau jadi apa kalian kalau
perilaku kalian seperti ini masukkan seragamnya dan masuk kelas! Bel sudah
bunyi kok kalian tidak masuk kelas. Selanjutnya, Ketika Ibu Siti Anis
Musarofah yang sedang mengajar di kelas VIII terlihat ada beberapa siswa
yang kelihatan tidak begitu paham dengan pelajaran, kemudian Ibu Siti Anis
104
Wawancara dengan Bapak Nu’manul Basyir pada tanggal 23 Januari 2019 pada pukul
10.00 -11.00 WIB

79
Musarofah menghampiri siswa tersebut dan bertanya kepada siswa tersebut
apakah kamu mengalami kesulitan? (MN) Menjawab iya bu saya kurang
paham dengan materi tersebut. Kemudian Ibu Siti Anis Musarofah menuju
depan kelas dan menjelaskan lagi materi tersebut didepan semua siswa
supaya siswa yang lain juga memperhatikan. Setelah selesai menjelaskan
beliau bertanya kepada peserta didik. Sudah paham anak-anak? Anak-
anak menjawab dengan semangat “sudah bu”.105
Dari pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi yang
dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan belajar berhasil dan hal tersebut
berdampak ke ranah kognitif siswa. Siswa yang awalnya tidak paham dengan
materi tersebut menjadi paham. Dan ilmu pengetahuan yang dimiki siswa
juga bertambah. Selanjutnya, Ketika Ibu Siti Anis Musarofah yang sedang
mengajar di kelas VIII, yang berlangsung pukul 10.30-12.00 Atau jam
pelajaran ketiga-empat. Karena materi pelajaran di kelas ini sudah
hampir selesai bapak Imam Suhadak menyuruh siswa untuk mengerjakan
soal-soal yang ada di lks. Sambil menunggu siswa mengerjakan soal Ibu Siti
Anis Musarofah mengelilingi kelas guna melihat dan mengawasi siswa.
Namun ada 1 diantara siswa yang tidur di dalam kelas. Melihat kejadian ini
Ibu Siti Anis Musarofah langsung menegurnya kemudian anak ini di suruh
untuk wudlu. Selang beberapa menit anak pun izin keluar kelas untuk
wudlu.106
Berikut pernyataan dari Ibu Siti Anis Musarofah terkait dampak yang
terjadi terhadap siswa setelah adanya berbagai upaya yang dilakukan guru
MTs Nida Al Islamy Cengkareng dalam mengatasi kesulitan belajar siswa,
siswa menjadi lebih bersemangat lagi mas dan ada perubahan tingkah
laku”.107
Ibu Siti Anis Musarofah juga mengatakan,

105
Observasi kegiatan belajar mengajar Fikih pada tanggal 27 Juli 2023 pada pukul 11.00 –
12.00 WIB
106
Observasi kegiatan belajar mengajar Fikih pada tanggal 27 Juli 2023 pada pukul 011.00
– 12.00
107
Wawancara dengan Ibu Siti Anis Musarofah pada tanggal 10 Juli 2023 pada pukul
09.30-10.00 WIB

80
“ya kalau perubahan itu pasti ada mas yang dulunya tidak bisa sekarang
ilmu pengetahuan siswa bertambah, dan yang dulunya sikapnya ada
yang kurang sopan dengan guru sekarang sudah berubah menjadi lebih
baik lagi, dan yang dulunya belum bisa zakat sekarang sudah bisa zakat
dan di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.108

Dari data diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terjadi perubahan


hasil belajar siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor setelah
adanya berbagai strategi yang dilakukan guru. Namun demikian masih
diperlukan ketelatenan dan kesabaran guru dalam mengatasi kesulitan belajar
siswa.
C. Pembahasan
Dari hasil paparan data diatas, peneliti memperoleh suatu temuan
penelitian yang berguna untuk menjawab fokus penelitian yang saling
berkaitan antara yang satu dengan yang lain dan sesuai dengan skripsi dengan
judul “strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada mata
pelajaran Fikih di MTs Nida Al Islamy Cengkareng”, berdasarkan data hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi yang peneliti lakukan pada saat di
lapangan adalah diperoleh hasil temuan penelitian seperti berikut:
1. Sebab-sebab yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa pada
mata pelajaran Fikih di MTs Nida Al Islamy Cengkareng
Siswa di MTs Nida Al Islamy Cengkareng memiliki kemampuan
yang berbeda-beda dalam menangkap pelajaran. Tidak selamanya
aktivitas belajar dapat berlangsung dengan lancar. Kadang-kadang dapat
cepat menangkap pelajaran dengan mudah, kadang-kadang juga sulit.
Terkadang semangatnya tinggi, terkadang juga sulit untuk konsentrasi.
Perbedaan siswa tersebut yang menyebabkan perbedaan tingkah laku
belajar di kalangan siswa, dimana keadaan siswa yang tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya.

108
Wawancara dengan Bapak Nu’manul Basyir pada tanggal 10 Juli 2023 pada pukul
10.00-11.00 WIB

81
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti diketahui
bahwa sebab-sebab yang menyebabkan kesulitan belajar siswa yang
terjadi di MTs Nida Al Islamy Cengkareng adalah sebagai berikut:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa
diantaranya ada faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari
dalam diri siswa itu sendiri seperti kurangnya minat siswa, kurang
pahamnya siswa terhadap materi, malas, kurangnya konsentrasi dan
motivasi. Sedangkan faktor eksternalnya terdiri dari: guru, orang tua,
lingkungan sekitar, dan teman bergaul.
a. Faktor internal
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa MTs Nida Al
Islamy Cengkareng mengalami kesulitan dalam memahami mata
pelajaran Fikih di kelas VIII. Hal tersebut dikarenakan siswa malas
untuk belajar dan kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran
Fikih. Selain itu siswa sering kali tidak menghiraukan guru ketika
pelajaran berlangsung, dan kurangnya motivasi dalam diri siswa.
Pelajaran Fikih bukan di bakatnya sehingga sulit mempelajari mata
pelajaran Fikih. Selain itu siswa juga kesulitan dalam membaca arab
sehingga dalam membaca dan menghafal siswa merasa kesulitan
(termasuk Intelegensi siswa).
b. Faktor eksternal
Selain faktor internal yang mempengaruhi kesulitan belajar
siswa ada faktor lain yaitu faktor eksternal yang diantaranya
adalah: dari guru sendiri, guru kurang memahami apa yang dialami
siswa. Kurangnya dukungan dari orang tua hal ini terlihat ketika siswa
tidak mengerjakan tugas. Sebagian siswa ketika dirumah tidak pernah
belajar karena kurangnya pengawasan dari orang tua terhadap siswa.
Hal ini akan berdampak pada prestasi belajar siswa di sekolah, siswa
akan semakin sulit memahami materi pelajaran dan akan menurunkan
prestasi siswa. Dari lingkungan sekitar kurang mendukung. Dari
teman bergaul yang salah. Dan dari sarana prasarana kurang memadai.

82
Namun demikian walaupun sebab-sebab kesulitan belajar yang dirasa
masih bisa diatasi ini masih tetap menjadi fokus tersendiri bagi guru
MTs Nida Al Islamy Cengkareng guna mencari solusi dalam
mengatasi penyebab kesulitan belajar tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Slameto faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar terbagi menjadi dua, yaitu: faktor Intern dan faktor
109
Ekstern. Faktor intern adalah berasal dari diri siswa dan faktor ekstern
adalah pengaruh yang berasal dari luar atau lingkungan
2. Strategi yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan belajar
siswa pada mata pelajaran Fikih di MTs Nida Al Islamy Cengkareng.
Untuk mengatasi kesulitan belajar fiqh di MTs Nida Al Islamy
Cengkareng yang dgunakan guru dalam mengatasi kesulitan tersebut
adalah dengan menggunakan berbagai macam cara yaitu sebagai
berikut:
a. Penguasaan materi
Adanya usaha guru dengan sungguh-sungguh dalam
menguasai materi, sebelum mengajar guru sudah menyiapkan
bahan ajar yang akan disampaikan, guru tidak monoton hanya
membuka buku panduan atau LKS terus menerus. Ini dilihat
bahwasannya guru sudah menguasai materi yang saat itu
disampaikan kepada peserta didik. Penyampaian materi seperti
ini, membuat peserta didik menjadi lebih perhatian dan tidak ragu
terhadap guru dalam menerima materi. Guru harus lebih banyak
informasi atau wawasan sehingga peserta didik lebih yakin
kedalam ilmu yang dimiliki oleh guru.
b. Menggunakan strategi Pembelajaran Ekspositori dan
Kontekstual
Strategi pembelajaran ekspositori disini merupakan bentuk
dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru,

109
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
2013, hal. 54

83
dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan.
strategi ini menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan
maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran
secara optimal.
Sedangkan Strategi pembelajaran kontekstual adalah suatu
konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam
kehidupan mereka.
Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi yang digunakan guru
di MTs Nida Al Islamy Cengkareng adalah dengan menggunakan
strategi gabungan yaitu strategi pembelajaran ekspository dengan
kontekstual.
c. Lebih Menekankan teknik hafalan
Untuk mengatasi kesulitan belajar siswa mata pelajaran
Fikih guru lebih menekankan pada teknik hafalannya. Dengan
adanya teknik hafalan bersama-sama ini siswa akan terbantu
dalam mengetahui bacaan-bacaan terkait pelajaran Fikih, siswa
yang awalnya kurang bisa dalam membaca arab dengan benar
lama kelamaan akan bisa mengetahui dan paham dengan bacaan-
bacaan yang terdapat pada pelajaran Fikih. Siswa akan terbantu
dengan adanya tekhnik hafalan ini.
d. Menggunakan selingan humoris dan permainan
dalam menyampaikan materi.
Strategi ini digunakan guru dalam menyampaikan materi
memiliki tujuan untuk mengurangi rasa bosan dan jenuh yang
dialami siswa dalam mengikuti mata pelajaran Fikih, humor disini
dalam artian humor yang sifatnya masih berkaitan dengan materi.

84
Selingan humor dalam proses pembelajaran akan
mendorong siswa agar tidak bosan dalam mengikuti
pelajaran. Karena dengan humor guru dapat menciptakan suasana
yang menyenangkan dalam pembelajaran sehingga tercipta
komunikasi yang harmonis dengan para siswa.
e. Pemberian motivasi
Pemberian motivasi yang digunakan disini adalah dengan
motivasi langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
motivasi dilakukan melalui pembelajaran, sedangkan secara tidak
langsung diberikan melalui gambar-gambar dan tulisan yang
ditempel di dinding kelas dan dinding lab. Gambar-gambar dan
tulisan ini selain digunakan sebagai motivasi juga digunakan
sebagai media pembelajaran.
f. Menggunakan metode yang bervariasi
Selain menggunakan teknik humor dan permainan dalam
menyampaikan materi, strategi yang digunakan guru MTs Nida
Al Islamy Cengkareng dalam mengatasi kesulitan belajar siswa
adalah dengan menggunakan metode yang bervariasi. Adapun
metode yang digunakan dalam pembelajaran Fikih adalah seperti
metode ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab.
g. Program remidial
Strategi terakhir yang digunakan adalah dengan
menggunakan program remidial, bentuk dari remidial
yang diterapkan di MTs Nida Al Islamy Cengkareng adalah
berupa soal uraian, ringkasan atau praktek.
3. Dampak strategi yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan
belajar terhadap ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa
pada mata pelajaran Fikih di MTs Nida Al Islamy Cengkareng
Strategi yang dilakukan guru Fikih dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa membawa pengaruh bagi siswa. Adapun dampak yang
dirasakan oleh siswa adalah perubahan dari ranah kognitif, afektif, dan

85
psikomotor. Adapun dari ranah kognitif pengetahuan siswa yang
semula tidak tau menjadi lebih tahu, siswa yang awalnya kurang paham
menjadi paham dan ilmu pengetahuan yang dimiliki siswa bertambah.
Dari ranah afektif terjadi perubahan perilaku siswa, siswa yang
awalnya tidak mau belajar menjadi belajar, siswa yang sebelumnya
mengeluarkan bajunya, memasukkan bajunya setelah adanya motivasi
yang diberikan oleh guru. Sedangkan dari ranah psikomotor siswa terjadi
perubahan yang awalnya siswa belum bisa zakat sekarang sudah bisa
zakat
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang penulis lakukan tentang
upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa Fikih
di kelas VIII di MTs Annida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta dengan
melakukan bebrapa langkah perbaikan dan dan berhasil. Dengan perincian
sebagai berikut:
1. Sebab-sebab kesulitan belajar yang yang dihadapi siswa di kelas VIII
dalam mengikuti mata pelajaran Fikih ada dua yaitu dari dalam diri siswa
(intern) dan diluar dari siswa (eksternal). Fakor internal antara lain:
kurangnya minat siswa, kurang pahamnya siswa terhadap materi, malas,
kurangnya konsentrasi dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal
antara lain: guru, orang tua, lingkungan sekitar, dan teman bergaul.
2. Strategi yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan belajar adalah
dengan kesiapan guru dalam menyampaikan materi, Menggunakan
strategi Pembelajaran Ekspositori dan Kontekstual, lebih menekankan
tekhnik hafalan, melakukan ice breaking dalam menyampaikan materi,
memberikan motivasi kepada peserta didik dan strategi terakhir yang
digunakan adalah dengan menggunakan metode yang bervariasi

86
disesuaikan dengan materi yang cocok pada mata pelajaran Fikih
seperti ceramah, demonstrasi dan tanya jawab, dan program remidial.
3. Dampak strategi yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa di dalam
aspek kognitif terjadi perubahan pada nilai siswa dan pengetahuan
siswa, dalam aspek afektif terjadi perubahan sikap siswa, siswa yang
sebelumnya bersikap kurang sopan dan disiplin sekarang sudah membaik,
siswa yang sebelumnya mengeluarkan bajunya kemudian memasukkan
bajunya setelah adanya berbagai upaya yang telah dilakukan guru.
Sedangkan dalam aspek psikomotor terjadi perubahan pada keterampilan
siswa yang sebelumnya belum bisa zakat menjadi bisa zakat
B. Saran
1. Lembaga MTs Annida Al Islamy Duri Kosambi Jakarta
Supaya menjadi bahan pertimbangan atau solusi dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan strategi guru.
Serta diharapkan dapat berguna sebagai acuan dan strategi dalam rangka
mengatasi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Fikih. Maka apa
yang selama ini telah diterapkan oleh lembaga dalam menjalin kerjasama
yang baik antara guru agar dipertahankan dan juga lebih ditingkatkan.
2. Guru
Supaya hasil penelitian ini bisa menjadi salah satu masukan atau
referensi bagi guru untuk mengatasi kesulitan belajar siswa yang
diharapkan dapat berguna dan menjadikan diri lebih baik dalam
melaksanakan pembelajaran di dalam kelas maupun diluar kelas.
3. Siswa
Hendaknya mematuhi setiap nasihat, perintah, larangan dari guru
sehingga ilmu yang diperoleh bisa barokah, hendaknya selalu optimis,
belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
Hendaknya meningkatkan kesadaran dalam belajar, hendaknya selalu
menjaga nama baik madrasah di manapun dia berada.
4. Peneliti berikutnya

87
Supaya hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
petunjuk, arahan, acuan, serta bahan pertimbangan bagi peneliti
selanjutnya dan diharapkan penelitian ini dapat di sempurnakan lagi oleh
peneliti selanjutnya. Baik dari segi pendidikan Islam ataupun aspek
kehidupan yang lain.

88

Anda mungkin juga menyukai