Anda di halaman 1dari 18

Nama : Airiza Fatma Yossineura

NIM : 22010121210013

Koas Ilmu Penyakit Dalam Periode 11 Juli – 4 Agustus 2022

Dosen Pembimbing : dr. Bambang Joni Karjono, Sp.PD, K-Ger

Residen Pembimbing : dr. Risa Ardiani

DIAGNOSIS BANDING LEMAS

Pemeriksaan Pemeriksaan
Masalah Keluhan Tatalaksana Komplikasi Prognosis
Fisik Penunjang
Anemia - Anemia - Anemia - Anemia aplastik - Anemia aplastik - Anemia aplastik - Anemia aplastik
Aplastik aplastik,  Darah tepi,  Tatalaksana Infeksi berat, Tergantung pada
 Badan perdarahan ditemukan definitif, berupa perdarahan, gagal derajat penyakitnya.
lemas kulit atau anemia transplatasi jantung pada Pada tahun pertama
 Pusing mukosa dan normositik sumsum tulang anemia berat setelah didiagnosis,
 Jantung tanda-tanda normokromik  Tatalaksana pasien dengan anemia
berdebar infeksi ; kadang suportif - Anemia defisiensi aplastik berat memiliki
 Demam ditemukan  Apabila  Anemis survival rate sekitar
 Nafsu - Anemia makrositik, terdapat defisiensi besi 20%. Pada umumnya
makan defisiensi anisositosis, keluhan akibat jarang pasien meninggal
berkurang Def. Besi, poikilositosis anemia berikan menimbulkan karena infeksi,
 Pucat disfagia, atrofi ; granulosit transfusi hingga komplikasi berat perdarahan atau
 Sesak papil lidah, dan trombosit kadar Hb 7-8  Anemia komplikasi transfusi
nafas stomatitis ditemukan gr/dL defisiensi folat darah
 Penglihata angularis dalam jumlah  Terapi menyebabkan
n kabur Def. Folat, rendah; imunokompresi: hiperhomosistei - Anemia defisiensi
 Telinga lidah merah limfositosis antithymocyte nemia yang  Tanda respon
berdengin relatif (terjadi globulin 20 berhubungan pengobatan baik,
g - Anemia pada 75% mg/kgBB/ hari erat dengan antara lain
- Anemia hemolitik, kasus); selama 4 hari penyakit retikulosit
defisiensi ikterus dan retikulosit  Untuk aterosklerosis meningkat pada
 Lemas hepatosplenom rendah meningkatkan minggu pertama,
 Cepat egali  Laju endap neutrofil, mencapai puncak
lelah darah (LED) filgrastim 5 pada hari ke 10 dan
 Mata Selain hal  Faal mikrogram/Kg kembali normal

berkunang tersebut hemostatis, BB/hari pada hari ke 14


-kunang didapatkan waktu  Atasi infeksi  Pada umumnya
 Pucat warna kulit perdarahan dengan pasien berespon
- Anemia pucat, ptechiae memanjang pemberian Ab baik terhadap
hemolitik dan echymosis,  Sumsum suplementasi folat
 Ikterus kuku sendok, tulang, - Anemia defisiensi yang ditandai
ikterus, kepadatan dengan proses
 Demam konjungtiva tulang <25%,  Defisiensi Besi retikulositosis
 Urine pucat, banyak terisi  Terapi kausal, setelah 4 hari
berwarna perubahan lemak mengatasi dengan
gelap fundus, ulserasi, penyebab terkoreksinya
 Splenome limfadenopati, - Anemia perdarahan anemia setelah 1-2
gali dan hepatomegali defisiensi  Pemberian bulan kemudian
hepatome dan  Kadar hb dan preparat Fe,
gali splenomegali indeks ferrous sulfat - Anemia hemolitik
 Limfaden eritrosit : peroral 3x200 Tergantung pada
opati Hbꜜ, MCVꜜ, mg selama 3-6 penyakit yang
MCHꜜ, bulan mendasarinya. Secara
MCHCꜜ  Terapi Fe umum, angka
 Apusan darah parenteral, iron mortalitas pada kasus
tepi, terdapat dextran anemia hemolitik
gambaran A. complex tergolong rendah.

Mikrositik (50mg/mL) Namun meningkat


hipokrom,  Defisiensi folat pada pasien berusia
anisositosis, Suplementasi asam lanjut dengan
poikilositosis folat 1 mg/hari gangguan KV
, sel cincin peroral
dan sel pensil
 def. Besi. - Anemia Hemolitik
Ditemukan  Hemolitik imun
sel darah  Kortikosteroid
merah yang 1-1,5
besar mg/kgBB/hari
(makrositik),  Imunosupresan,
MCV >100fL azatriopin 50-
dan neutrofil 200 mg/hari
hiperpigment  Danazol 600-
asi  def. 800 mg/hari
folat  Transfusi,
 Fe menurun dilakukan
<50mikrogra apabila kondisi
m/dL mengancam
 TIBC nyawa
meningkat  Hemolitik non

>350 imun
mikrogram/d Tatalaksananya
L disesuakan dengan
penyebabnya.
- Anemia
hemolitik
 Hb <7 g/dL
 Retikulosit
200.000 –
600.000
 Apusan
darah :
sferositosis
(+)
 Uji Coomb
direk (+)
Diare Fases dengan Nilai tanda vital - Analisis fases - Rehidrasi - Dehidrasi (ringan Dengan penggantian
konsistensi dan derajat rutin  Pemberian cairan – sedang – berat) cairan yang adekuat,
lebih encer dehidrasi pasien. peningkatan rehidrasi bergantung - Gagal ginjal perawatan yang
dan frekuensi Keberadaan jumlah leukosit pada derajat dehidrasi dengan atau tanpa mendukung, dan terapi
lebih sering bercak-bercak fases, tes darah pasien. Metode asidosis metabolik antimikrobial jika

(>2x dalam pada kulit, samar tinja pemberian terapi - Sepsis diindikasikan, prognosis
satu hari) ulserasi mulut, positif, rehidrasi berupa oral, - Ileus paralitik diare infeksius
tenderness dan laktoferin, enteral dan parenteral hasilnya sangat baik
defans muscular calciprotein - Nutrisi dengan morbiditas dan
abdomen serta positif Pemberian makanan mortalitas yang
bising usus - Pemeriksaan harus langsung minimal.
harus dilakukan Seperti kebanyakan
untuk telur dan parasit dimulai 4 jam setelah penyakit, morbiditasdan
membantu apabila indikasi rehidrasi. Makanan mortalitas ditujukan
menegakkan diare >14 hari, yang diberikan dalam pada anak-anak dan
diagnosis dan refrakter bentuk small and pada lanjut usia
menilai adanya terhadap terapi frequent feeding
komplikasi. Bila antibiotik, dan dibagi dalam 6x
tidak yakin pasien makan. Diet terdiri
mengenai imunokomprom dari menu tinggi
adanya darah di ais kalori dan
fases atau diare - Kultur fases  mikronutrien
berdarah pada dehidrasi, - Terapi Simtomatik
pasien >50 demam, diare Antimortalitas 
tahun, lakukan berdarah, nyeri loperamid 4 mg dosis
pemeriksaan abd pada pasien awal lalu dilanjutkan 2
colok dubur usia >50 tahun, mg tiap diare,

pasien usia >70 maksimal dosis 16


tahun, mg/24 jam
imunodefisiensi Antispasmodik 
, atau setelah 3 hyoscine-n-
hari pengobatan butilbromid 10 mg, 2-
dengan 3x sehari maksimum
antibiotik
namun tidak 100mg/hari
terjadi Pengeras fases 
perbaikan klinis atalpugit 2 tablet
- Pasien dengan @630 mg tiap diare,
dehidrasi  maksimal 12
darah, urin, tablet/hari
kimia darah - Terapi definitif
seperti ureum, Kuinolon (mis.
kreatinin, Siprofloksasin 2x500
elektrolit, gula mg selama 5-7 hari)
darah, serum
transaminase
dan jika
diperlukan
analisis gas

darah
Sindrom - Edema yang - Hipertensi - Darah perifer - Tatalaksana - Hiperkoagulabilit Prognosis pada
Nefrotik progresif - Edema lengkap, farmakologi as, kondisi yang sindrom nefrotik
pada anasarka hipoalbuminem  Kombinasi mengakibatkan sangat bergantung dari
ekstremitas - Ascites ia, fungsi hati, diuretik : loop gangguan protein penyebab dasarnya,
bawah profil lipid, diuretik dan tiazid. pada kaskade pemeriksaan histologi
dan faktor risiko dari
- Peningkatan elektrolit, gula Biasanya koagulasi pasien. Meskpiun
berat badan darah, diberikan 2x - Infeksi, menjadi sebagia besar 14
- hemostatis sehari lebih rentan pasien membaik
Lemas, yang
merupakan - Urinalisis  Penghambat ACE terjadi karena dengan terapi suportif
gejala tipikal (proteinuria, atau ARB sebagai cairan yang dan tidak memerlukan
pada albuminuria, antiproteinuria menumpuk terapi spesifik, akan
sindrom hematuria,  Statin untuk diruang tetapi ada beberapa
nefrotik sedimen urin), hiperlipidemia ekstraselular yang yang memburuk
dan urine - Tatalaksana non merupaka media secara agresif
dipstik farmakologi yang baik untuk sehingga memerlukan
- Protein urin  Diet, pola makan tumbuhnya terapi spesifik
kuantitatif 24 yang dianjurkan bakteri
jam untuk penderita - Gangguan fungsi
- Pemeriksaan SN adalah rendah ginjal seperti AKI
titer ANA, anti garam (<2 g/hari), dan CKD

dsDNA, C3, rendah lemak - Gangguan


C4, HbsAg, anti jenuh, serta rendah keseimbagan
HCV, anti HIV kolesterol nitrogen
- Elektroforesis  Asupan protein 0,8 - Penyakit
protein apabila g/kgBB/hari kardiovaskuler
dicurigai ditambah dengan
ekskresi protein
mieloma dalam urin selama
multipel 24 jam
- Biopsi ginjal  Restriksi cairan
untuk diagnosis untuk membantu
pasti mengurangi edema
 Hindari obat-
obatan yang
nefrotoksin
(OAINS, Ab
golongan
aminoglikosida)
Abses - Demam, - Febris - Laboratorium, Antibiotik Dapat Mortalitas HAP yang
Hepar biasanya - Hepatomegali leukositosis Penisilin dan ampisilin menyebabkan diberikan antibiotik
tinggi dan dengan nyeri berat dengan atau aminoglikosida septisemia atau sesuai hasil kultur dan
disertai tekan hepar pergeseran shift Sefalosporin generasi 3 bakteremia dengan drainase 10-16%.

menggigil diperberat to the left, dan klindamisin atau mortalitas hingga Prognosis buruk bila
- Nyeri perut dengan peningkatan metronidazole 85%, ruptur abses terlambat didiagnosis
kanan atas pergerakan alkaline Regimen sesuai hasil hati disertai dan diberi tatalaksana.
- Batuk abdomen fosfatase, enzim uji sensitivitas bakteri peritonitis Prognosis yang buruk
- Ikterus - Splenomegali transaminase, generalisata dengan dipengaruhi oleh abses
- Ascites dan serum Bedah mortalitas 6-7%, multipel, beratnya
- BAB pucat
bilirubin, Tidak ada respon klinis kelainan kondisi medis yang
- Urin - Ikterus peningkatan setelah drainase via pleuropulmonal, mendasari, keberadaan
berwarna - Hipertensi LED kateter selama 4-7 hari gagal hati, komplikasi dan
- Radiologis, Abses multipel, besar perdarahan terlambatnya diagnosis
gelap portal
- Anoreksia USG abdomen dan terlokulasi kedalam rongga
- Malaise dan CT Scan Abses berdinding tebal abses, empiema,
- Mual dan - Mikrobiologi, dengan pus kental ruptur ke dalam
muntah kultur Drainase perkutan perikardium atau
- Penurunan gagal retroperitoneum

berat badan Terdapat proses


intraabdomen
DM - Poliuria - - GDS - Edukasi, mengenai - Makroangiopati Prognosis diabetes
- Polidipsia - GDP pengertian DM,  Penyakit mellitus sangat
- Polifagia - GD2PP promosi perilaku jantung dipengaruhi oleh
- Penurunan - HbA1c hidup sehat, koroner kontrol gula darah,
BB yang - Profil lipid pada pemantauan glukosa  Penyakit arteri dimana keadaan

tidak dapat keadaan puasa darah mandiri serta perifer hiperglikemia, terutama
dijelaskan - Kreatinin seum tanda hipoglikemia  Penyakit hiperglikemia persisten
sebabnya beserta cara serebrovaskul akan lebih mudah
- Albuminuria
- Lemas mengatasinya perlu er mengalami komplikasi
- Keton
- Kesemutan dipahami oleh pasien  Kaki diabetes mikrovaskular, seperti
- Sedimen
retinopati dan nefropati,
- Gatal - Protein urin
- Terapi nutrisi medis, serta makrovaskular,
- Mata kabur - EKG kebutuhan kalori - Mikroangiopati seperti SKA dan
- Disfungsi - Rotgen dada dilakukan dengan  Retinopati penyakit
memperhitungkan serebrovaskular.
ereksi pada diabetika
pria/pruritus kalori basal.  Nefropati
vulva pada Kebutuhan kalori ini diabetika
wanita besarnya 25 untuk  Disfungsi
perempuan dan 30 ereksi
untuk pria ideal,
ditambah atau - Neuropati
dikurangi tergantung  Neuropati
dari jenis kelamin, perifer
umur, aktivitas, BB.  Neuropati
Komposisi makanan otonom
yang harus
dikonsumsi 

karbohidrat 45-65%,
lemak 20-25%,
protein 10-20%,
natrium <3gram atau
1 sdt, serat kurang
lebih 25 gram/hari,
pemanis alternatif
tetap perlu
dihitungkan
kandungan kalorinya

- Aktivitas fisik,
kegiatan jasmani
yang dianjurkan
adalah intensitas
sedang minimal

aerobik 75
menit/minggu. Untuk
penyandang DM
dengan KV maka
latihan jasmani
dimulai dengan
intensitas rendah
dengan durasi singkat

- Terapi farmakologi
 Pemicu sekresi
insulin yaitu
sulfonylurea
 Peningkat
sensitivitas
terhadap insulin
yaitu metformin
 Penghambat
absorpsi glukosa
yaitu penghambat
glukosidase alfa
 DPP-IV inhibitor
Hipertiroidi - mudah lelah, Gejala toksik - Pemeriksaan - Obat antitiroid, - Penyakit jantung Apabila tidak
sme lemas pada PF terdapat laboratorium  Tionamid dan tiroid ditatalaksana optimal,
- gelisah, retraksi atau ag penurunan TSH Imidazole - Aritmia kondisi tirotoksikosis
insomnia, pada kelopak dan - Tindakkan bedah, - Krisis tiroid akan mengalami
iritabel mata, peningkatan T4 dapat - Eksoftalmus berbagai komplikasi.
- mata berair, eksoftalmus, - Radiologis dan dipertimbangkan

fotofobia, takikardi, EKG dilakukan pada pasien yang


sensasi fibrilasi atrial, untuk sudah menjalani
benda asing, ginekomastia, mendeteksi pengobatan dengan
nyeri, mata tremor, kulit penyakit OAT namun
menonjol, hangat dan penyerta mengalami relaps
pandangan lembab, - Terapi radioiodin,
kelemahan otot
ganda, dan myopati menggunakan
gangguan proksimal. yodium radioaktif

penglihatan Pemeriksaan untuk


- jantung neurologi menghancurkan sel-
berdebar- menunjukan sel tiroid secara
debar, sesak adanya progresif
saat peningkatan
aktivitas, refleks, wasting
edema, nyeri otot, dan
dada myopati
- peningkatan proksimal yang
mortalitas tidak disertai
usus, sering fasikulasi
buang air Pemeriksaan
besar kelenjar tiroid

- poliuria, ditemukan
polidipsia pembesaran
- gangguan difuse yang
siklus mens, disertai bruit
perubahan akibat
volume peningkatan
vaskularisasi
mens, kelenjar tiroid
impotensi,

ginekomasti
a
- tremor
- nyeri
punggung,
riwayat
fraktur
- mudah
memar
- tidak tahan
panas,
penuruan
BB, nafsu
makan tetap
atau
meningkat
- berkeringat
Bronkiektas - Batuk - Pada - Foto thorax, Terapi antibiotik - Hemoptisis masif Prognosis bronkiektasis
is berdahak, pemeriksaan terlihat merupakan tatalaksana - Gagal napas atau bronchiectasis terg
beberapa auskultasi gambaran jalur utama pada - Cor pulmonale antung pada etiologi
batuk kering ditemukan tram, cincin, bronkiektasis. yang mendasari, seperti

lama ronkhi basah garis paralel Eksaserbasi akut, infeksi, penyakit


- Lemas dan dan mengi dan struktur terjadi perburukan obstruktif saluran
penurunan - Jari tabuh tubular keadaan umum napas, kondisi
BB - Takipneu - CT Scan mendadak, biasanya struktural paru, defek
- Demam dan - Bronkoskopi dalam beberapa hari. klirens mukosiliar,
nyeri dada fiberoptik Terapi antibiotik imunodefisiensi, dan
- pemeriksaan bersifat empirik dan penyakit komorbid.
sputum, kultur diberikan selama 10-14
sputum dan hari
pewarnaan Jangka panjang,
keluhannya sangat
berat dan sering.

DAFTAR PUSTAKA

Perkumpulan Gasteroenterologi Indonesia (PGI). Konsensus Penatalaksanaan Diare Akut pada Dewasa di Indonesia. Jakarta: PGI; 2009.
Lanata CF, Fischer-Walker CL, Olascoaga AC, Torres CX, Aryee MJ, Black RE; Child health epidemiology referance group of the WHO and

UNICEF. Global cause of diarrheal disease mortality in Children anf 5 years of age: a systematic review. pLoS one. 2013 Sep 4;8(9):e72788

Koedner, C. (2016). Diagnosis and Management of Nephrotic Syndrome


Syndr ome in Adults. American Academy of Family Physician, 93(6):479-485.

Floege J, Feehaly J. Introduction to glomerular disease. Dalam: Freehaly J. Foege J, Jonhson RJ, penyunting. Comprehensive clinical nephology.

St. Loius: Elsevier-Saunders; 2010.

Gehrs BC, Friedberg RC. Autoimun hemolytic anemia. Am J Hematol. 2002; 69(4):258-71.

Soenarto. Anemia megaloblastik. Dalam : Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, penyunting. Buku ajar ilmu

penyakit dalam. Edisi 6. Jakarta: interna Publishing: 2014.

Rani AA, Soegon


Soegondo
do S, Nasir AUZ, Wija
Wijaya
ya IP, Nafri
Nafrialdi,
aldi, Mansjoe
Mansjoerr A, penyun
penyunting.
ting. Panduan pelayana
pelayanann medik perhimpun
perhimpunan
an dokter spesial
spesialis
is

penyakit dalam Indonesia. Jakarta: Interna Publishing; 2009.

Hoffbrand AV, JE Pettit, PAH Moss. Essential Hematology. Edisi ke-5. New York: The McGraw-Hill Companies; 2005.

Reechaipi
Reechaipichitk
chitkul
ul W, Latong S. Etiology and treat
treatment
ment outcomes of massi
massive
ve hemop
hemoptysis.
tysis. Southea
Southeast
st Asian Journal of Tropic
Tropical
al Medi
Medicine
cine and

Public Health. 2005;474–80.

McLean A. Bronchiectasis: A new look at an old adversary. Aust Prescr. 2008;31(3):77–9.


Bird K, Memon J. Bronchiectasis. StarPearls Publishing. 2019.

Waspadji S. Pendekatan Klinis dan pengelolaan tirotoksikosis. Dalam: Naskah lengkap pelatihan penatalaksanaan penyakit-penyakit tiroid bagi

dokter umum. Jakarta:Interna Publishing; 2008.

PERKENI. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. 2011. Jakarta: PB Perkeni; 2011.

IDF. Guidline on self-monitoringof blood glucose in non-insullin treared type 2 diabetes. International Diabetes Federation; 2009.

Anda mungkin juga menyukai