Anda di halaman 1dari 34

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 6 Sambaliung Jalan Bukit

Berbunga Sambaliung, terletak di kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau

Kalimantan Timur.

Letak geografis SMPN 6 Sambaliung tidak terlalu jauh dari perkotaan

sehingga mudah dijangkau dan mudah mendapatkan akses yang mendukung

pembelajaran seperti internet.

SMPN 6 Sambaliung saat ini memiliki 17 rombongan belajar dengan

jumlah siswa rata-rata perombongan belajar sebanyak 30 orang, memiliki fasilitas

pendukung seperti ruang perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium komputer

dan ruang multi media.

Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum 2013 yang menekankan

pendidikan karakter, menciptakan pendidikan berwawasan lokal dan menciptakan

pendidikan ceria yang bersahabat. Tenaga pendidik dan tenaga kependidikannya

95% berkualifikasi S1 dan mengampu mata pelajaran sesuai dengan latar

belakang pendidikannya, dan 5 orang berkualifikasi S2.

Subjek penelitian ini adalah siswa di kelas 7 sebanyak 31 orang terdiri dari

15 siswa putra dan 16 siswa putri. Pemilihan kelas 7 sebagai subjek penelitian

dikarenakan kelas ini memiliki karakteristik siswa yang heterogen secara sosial

ekonomi maupun dari tingkat pemahamannya.


35

Kelas 7 berisi siswa siswi yang cukup berbeda dibandingkan dengan kelas

7A, 7B, 7D, dan 7E karena siswa siswinya masih sangat kurang kesadarannya

untuk belajar dan berkonsentrasi, terlebih lagi dalam mengerjakan tugas. Tingkat

keaktifan bertanya dan menjawab pertanyaan dalam pembelajaran masih kurang

dibandingkan kelas lain, padahal sebenarnya tingkat pemahaman siswa kelas 7

tidak jauh berbeda dengan kelas 7A, 7B, 7D, dan 7E.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran

2019/2020 yang dimulai pada tanggal 12 Oktober 2019 sampai tanggal 09

November 2019. Pertemuan pertama dimulai tanggal 30 Oktober 2019 sebagai

dasar untuk memulai penelitian selama 2x40 menit di kelas 7C. Jumlah tatap

muka dalam penelitian ini sebanyak 4 kali tatap muka untuk dua siklus dengan

alokasi waktu 5 x 40 menit setiap minggu.

B. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian

1. Kondisi Pra Siklus

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di SMPN 6

Sambaliung kelas 7C dengan jumlah siswa 31 orang anak dalam kondisi

pembelajaran, rata rata siswa mengalami beberapa kendala, yaitu anak kurang

tertarik dalam proses kegiatan pembelajaran IPA karena materi terlalu banyak,

penerapan rumus dan analisa konsep yang masih belum dipahami dan dimengerti.

Sebenarnya kemampuan siswa SMPN 6 Sambaliung bisa dikatakan mampu

bersaing dengan siswa yang berada di kota Tanjung Redeb, tetapi karena

kurangnya motivasi siswa untuk belajar dan upaya untuk meningkatkan

kemampuan yang masih sangat kurang terlebih lingkungan sekitar yang kurang
36

mendukung, bahkan masih banyak yang tidak mendapatkan dukungan dari

keluarga. Dari permasalahan yang muncul tersebut, peneliti menduga bahwa

motivasi belajar yang kurang optimal menyebabkan kurangnya keaktifan siswa

yang menyebabkan hasil belajar siswa kurang maksimal.

Sebelum menerapkan pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan

model pembelajaran Discovery Learning, peneliti mengamati terlebih dahulu

perilaku siswa di dalam kelas yaitu masih kurangnya motivasi dalam belajar,

siswa masih kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan dan dalam

mengemukakan pendapat, kemudian masih banyak yang tidak memperhatikan

penjelasan guru, kemudian masih ada yang tidak mengerjakan tugas yang

diberikan guru, dan masih ada perilaku siswa yang tidak sesuai dengan kegiatan

belajar seperti masih ada siswa yang tidur ketika guru sedang menyampaikan

materi, menggambar atau mencoret coret, mengobrol dengan teman atau sibuk

dengan aktivitasnya sendiri.

2. Pelaksanaan Siklus Pertama

Persiapan penelitian diawali dengan refleksi awal berupa pengamatan

pendahuluan untuk mengetahui kondisi awal didalam proses pembelajaran. Hasil

pengamatan awal ini digunakan untuk merumuskan rencana tindakan.

Hasil pengamatan pendahuluan ditemukan bahwa selama proses

pembelajaran berlangsung, sebagian besar siswa kelas 7C SMPN 6 Sambaliung

cenderung tidak bersemangat dalam belajar, ini ditandai dengan ketidak aktifan

siswa dalam bertanya maupun merespon pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Siswa lebih banyak diam dan tidak memperhatikan guru. Pembelajaran berpusat

pada guru, guru lebih banyak menjelaskan, sesekali guru bertanya namun hanya
37

satu dua orang siswa saja yang merespon pertanyaan guru. Selama proses

pembelajaran berlangsung guru kurang merangsang keingintahuan siswa. Guru

sifatnya hanya memberi informasi mengenai materi yang sedang dibahas.

Beberapa siswa terutama yang duduk di barisan belakang asyik dengan

kegiatannya sendiri, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sangat sedikit.

Diakhir pembelajaran guru melakukan penguatan dalam bentuk pertanyaan-

pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang sudah

dibahas, namun pertanyaan tersebut lebih sering dijawab kembali oleh guru.

a. Tahap Perencanaan Siklus I

Dari hasil refleksi awal yang perlu dipersiapkan dalam penelitian ini

berupa lembar pengamatan setiap siklus, soal kuis, soal tugas, lembar penilaian

tugas, lembar penilaian kuis, lembar penilaian diskusi, dan catatan lapangan, serta

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran penerapan pembelajaran berorientasi HOTS

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Kompetensi Inti (KI) pada siklus pertama adalah memahami pengetahuan

(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

dengan Kompetensi Dasar (KD) menganalisis konsep suhu, pemuaian, kalor,

perpindahan kalor, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk

mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan.

Kompetensi Dasar ini mencakup materi: (1) Suhu, (2) Pemuaian, (3)

Kalor, (4) Perpindahan Kalor, (5) Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

termasuk mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan.
38

Pada siklus pertama materi yang disampaikan mengenasi suhu dan penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari termasuk mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh

manusia dan hewan.

Alokasi waktu yang digunakan pada siklus pertama sebanyak 2

pertemuan, setiap pertemuan mencakup kegiatan sebagai berikut :

1) Pertemuan pertama, guru menyiapkan alat pendukung model pembelajaran

Discovery Learning berupa Laptop, LCD, kartu pertanyaan, video

pembelajaran materi Suhu, Power Point materi Suhu dan kertas karton.

Model pembelajaran Discovery Learning dimulai dengan pemberian

rangsangan atau stimulant dengan menonton video pembelajaran mengenai

Suhu, menguatkan video dengan Power Point dan membagikan kartu

pertanyaan agar siswa tertarik terlebih dahulu dengan materi yang

disampaikan dan termotivasi untuk mengajukan pertanyaan.

Langkah kedua siswa diminta untuk membentuk kelompok kemudian setiap

kelompok merumuskan masalah berdasarkan tayangan video, Power Point

dan kartu pertanyaan dan menuliskan di kertas karton. Langkah ketiga, setiap

kelompok mengumpulkan data dengan menelaah pertanyaan dari kartu

pertanyaan yang sudah dibagikan.

Langkah keempat, setiap kelompok mengolah data dengan mendiskusikan

jawaban dari kartu pertanyaan dan menuliskan di kertas karton. Langkah

kelima, setiap kelompok melakukan verifikasi dengan membandingkan hasil

diskusi dengan melihat buku paket IPA untuk melihat apakah jawaban sudah

sesuai dan membuktikan bahwa siswa telah memahami materi.


39

Langkah keenam, setiap kelompok berdiskusi untuk membuat kesimpulan

mengenai materi suhu dan mempresentasikan di depan kelas untuk ditanggapi

kelompok lain.

Pada pertemuan pertama, siswa dimotivasi untuk menemukan sendiri masalah

yang muncul, kemudian menyelidiki sendiri masalah yang muncul dan

menganalisi cara memecahkan masalah. Dengan menerapkan langkah-langkah

dalam model pembelajaran Discovery Learning tersebut, diharapkan semua

siswa termotivasi dan aktif dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.

2) Pertemuan kedua, pada pertemuan kedua ini, langkah pertama yang dilakukan

adalah guru memberikan stimulant berupa percobaan untuk mengukur suhu air

dingin (es), air hangat dan air panas menggunakan termometer. Langkah

kedua, setiap kelompok diminta mengidentifikasi masalah yang muncul ketika

melakukan percobaan.

Langkah ketiga, setiap kelompok mengumpulkan data dari hasil pengamatan.

Langkah keempat, setiap kelompok mengolah data yang diperoleh dari hasil

percobaan dan mendiskusikannya.

Langkah kelima, setiap kelompok menverikasi kebenaran hasil pengolahan

data dengan melakukan pembuktian berdasarkan buku paket IPA.

Langkah keenam, setiap kelompok mendiskusikan kesimpulan dari hasil

percobaan dan mempresentasikan di depan kelas untuk ditanggapi kelompok

lain.

Pada pertemuan kedua ini, selain siswa diminta menemukan sendiri masalah

yang muncul, menyelidiki dan menganalisi cara memecahkan masalah, guru

juga memberikan penguatan-penguatan dan mengajukan pertanyaan-


40

pertanyaan untuk menguji pemahaman siswa terutama agar siswa terbiasa

menghadapi soal-soal HOTS. Sebelum menyelesaikan soal HOTS, siswa

digiring dengan menerapkan aspek saintifik, kecakapan Abad 21, dimensi

pengetahuan dan 3C (critical thinking, creative thingking, colaboratif

thinking) dalam pembelajaran.

c. Tahap Pengamatan Siklus I

Observasi dilakukan bersama Pengawas Pembina yaitu Bapak Djunaidi,

S.Pd, M.Pd sebagai observer, observasi difokuskan pertama pada aktivitas guru,

kedua pada aktivitas siswa, ketiga pada motivasi belajar seluruh siswa sesuai

dengan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilakukan untuk

mengetahui kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, di

samping itu dilakukan evaluasi dalam bentuk kuis pada akhir siklus untuk

mengetahui perkembangan hasil belajar siswa.

1) Analisa Data Aktivitas Guru Menerapkan Pembelajaran Berorientasi HOTS


Siklus I

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru dengan menerapkan

pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning sudah sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada pada RPP, tetapi masih

ada yang perlu diperbaiki oleh guru. Aktivitas guru dalam menerapkan

pembelajaran berorientasi HOTS selama proses tindakan pada siklus I yang

diamati oleh observer dapat dilihat pada tabel berikut :


41

Tabel 4.1. Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Pembelajaran HOTS


pada Siklus 1

Penilaian
Aspek yang diamati
Ya Tidak
A. Kegiatan Pendahuluan
1. Memotivasi peserta dalam memulai pembelajaran √
2. Mengondisikan suasana belajar yang nyaman √
(pengaturan tempat duduk, media, kesiapan alat
bantu pembelajaran)
3. Menyampaikan tujuan, indicator, alokasi waktu √
dan scenario kegiatan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
Penguasaan materi dan pengelolaan pembelajaran
Kemampuan memfasilitasi pembelajaran
1. Menguasai materi pembelajaran √
2. Menyajikan materi secara sistematis √
3. Menguasai kelas √
4. Melaksanakanpembelajaran sesuai dengan alokasi √
waktu yang direncanakan
Pelibatan peserta dalam pembelajaran
1. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta dalam √
kegiatan belajar
2. Merespon positif partisipasi peserta √
3. Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta √
dalam belajar
Integrasi Saintifik, Aspek HOTS, Kecakapan abad 21
dan dimensi pengetahuan dalam pembelajaran
1. Proses Saintifik (5M) √
2. Aktivitas pembelajaran HOTS
a. Transfer Knowledge √
b. Critical Creativity √
c. Problem Solving √
3. Kecakapan abad 21 (4C) √
4. Dimensi pengetahuan √
Pemanfaatan media/sumber belajar dalam pembelajaran
1. Menunjukkan keterampilan dalam menggunakan √
media belajar
2. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan √
sumber pembelajaran
3. Melibatkan peserta dalam pemanfaatan media √
belajar
Pelaksanaan penilaian pembelajaran
1. Melaksanakan penilaian sikap √
2. Melaksanakan penilaian pengetahuan √
3. Melaksanakan penilaian ketrampilan √
Penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam
42

pembelajaran
1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar √
2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar √
C. Kegiatan Penutup
1. Memfasilitasi peserta merangkum materi √
pembelajaran
2. Melakukan refleksi proses dan materi pelajaran √
Skor Total 25 1
Total Nilai 96
Berdasarkan table 4.1, bahwa aktivitas guru dalam menerapkan

pembelajaran berorientasi HOTS sudah sangat baik menunjukkan 96% sudah

dilaksanakan dan 4% belum dilaksanakan yaitu guru tidak memfasilitasi siswa

untuk merangkum materi dikarenakan alokasi waktu yang kurang padahal dengan

merangkum materi dapat membantu siswa memahami dan mengetahui materi

yang disampaikan.

2) Analisa Data Aktivitas Guru Menggunakan Model Pembelajaran Discovery


Learning Siklus I

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru dengan menerapkan

pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning sudah sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada pada RPP, tetapi masih

ada yang perlu diperbaiki oleh guru. Aktivitas guru dalam menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning selama proses tindakan pada siklus I yang

diamati oleh observer dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2. Observasi Aktivitas Guru Menggunakan Model Pembelajaran


Discovery Learning pada Siklus I

Siklus I
No. Aspek yang Diamati Pertemuan
1 2
1 Kemampuan membuka pelajaran
a. Menarik perhatian siswa BS BS
b. Menimbulkan motivasi BS BS
c. Memberikan acuan bahan
belajar yang B B
43

disajikan
d. Melakukan kegiatan apersepsi BS BS
2 Sikap dalam proses
pembelajaran
a. Kejelasan suara BS BS
b. Antusiasme penampilan
/mimik BS BS
c. Mobilitas tempat yang tidak
mengganggu siswa BS BS
3 Proses pembelajaran
a. Kesesuaian metode dengan
pokok bahasan BS BS

b. Kejelasan dalam menerangkan


dan BS BS
memberi contoh
c. Antusiasme dalam
menanggapi dan BS BS
menggunakan respon
d. Kecermatan dalam
menggunakan waktu B B
4 Kemampuan menggunakan
model pembelajaran Discovery
Learning
a. Kemampuan menggunakan BS BS
kalimat pembuka
b. Kemampuan menggunakan
afirmasi yang tepat BS BS

c. Kemampuan memfasilitasi
semua sintak BS BS
d. Kemampuan menguasai
kondisi kelas B B
e. Kemampuan menggunakan
kalimat B B
penutup di akhir pelajaran
5 Evaluasi
a. Menggunakan penilaian lisan BS BS
b. Menggunakan penilaian
tertulis BS BS
Persentase A (Baik sekali) 78% 78%
Persentase B (Baik) 27% 27%
Sumber : Lampiran
44

Berdasarkan tabel 4.2 bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran

dengan menerapkan pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning terlihat belum sepenuhnya sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) masih 78% terlaksana dengan baik

sekali dan 27% terlaksana dengan baik. Dari hasil observasi yang dilakukan

observer, dapat terlihat bahwa kemampuan guru untuk memberikan acuan bahan

belajar yang akan disajikan masih belum maksimal pada setiap pertemuan,

padahal memberikan acuan bahan belajar yang akan disajikan dapat membantu

siswa memahami materi yang akan disampaikan.

Kecermatan guru dalam menggunakan waktu masih perlu diperhatikan

lagi, alokasi waktu yang tepat perlu dilakukan sehingga waktu untuk

menyampaikan kesimpulan dalam pembelajaran bisa maksimal karena di akhir

pelajaran inilah biasanya siswa focus memperhatikan apa yang disampaikan guru.

Dari pengamatan kemampuan menggunakan kalimat penutup perlu ditingkatkan

dikarenakan alokasi waktu kurang sehingga kalimat penutup kurang maksimal.

Kemampuan menguasai kondisi kelas juga harus ditingkatkan, hal ini

terlihat masih ada siswa yang bermain sendiri, tidak aktif bekerja dalam kelompok

dan ngobrol pada saat pembelajaran berlangsung.

3) Analisa terhadap Motivasi Siswa pada Siklus I

Observasi motivasi belajar yang dilakukan oleh observer sesuai dengan

lembar observasi yang telah disiapkan peneliti untuk mengetahui tingkat motivasi

belajar siswa jika menerapkan pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan

model pembelajaran Discovery Learning. Aspek motivasi yang diukur adalah

perhatian (attention) dalam mengikuti pelajaran, relevansi (relevance) atau


45

manfaat yang diperoleh siswa dalam pembelajaran, kepercayaan diri (confidence)

siswa dalam pembelajaran dan kepuasan (satisfaction) siswa terhadap

pembelajaran.

Hasil observasi motivasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Persentase Motivasi Siswa Berdasarkan Kriteria dan Kondisi Siklus I

NO Kondisi Persentase Motivasi


1 Perhatian (Attention) 74%

2 Relevansi (Relevance) 63%

3 Percaya Diri (Confidence) 80%

4 Kepuasan (Satisfaction) 70%

Sumber : Rekapitulasi Angket Minat dan Motivasi Siswa Siklus I

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sudah cukup banyak siswa yang

memberikan respon baik terhadap penerapan pembelajaran berorientasi HOTS

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Perhatian siswa sudah

mencapai 74% dan manfaat dari pembelajaran sudah cukup dirasakan siswa

sampai 63%. Sekitar 80% siswa memiliki kepercayaan diri dan merasa puas

dengan penerapan pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning dengan angka ketercapaian 70%.

4) Hasil Belajar pada Siklus I

Hasil belajar diukur melalui kuis secara individual pada akhir siklus I

dengan menggunakan soal berorientasi HOTS dalam bentuk essay.

Berdasarkan hasil kuis pada siklus I diperoleh hasil siswa yang tuntas

dengan nilai lebih besar dari 75 sebanyak 94%, dan yang kurang dari 75 sebesar

6%. Data rekapitulasi hasil kuis siklus I dapat dilihat pada tabel berikut :
46

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Kuis Siklus I

No. Nilai Persentase Hasil Belajar


1. 100 94%
2. Kurang dari KKM 75 6%
Sumber : Daftar Nilai Kuis Siklus I

Berdasarkan hasil kuis pada siklus I ini menunjukkan bahwa penerapan

pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning sangat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Siswa mulai

mengenal soal yang berorientasi HOTS dan belajar menganalisis setiap soal

berdasarkan tahapan dalam proses bembelajaran.

d. Catatan Lapangan pada Siklus I

Kendala awal pada siklus I pertemuan pertama ketika penerapan

pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning dalam pembelajaran adalah : (1) waktu yang diperlukan untuk

menyiapkan alat dan media seperti LCD, Laptop, alat dan bahan percobaan

menyita waktu yang cukup lama sehingga jam belajar berkurang, (2) secara umum

siswa seperti belum terbiasa dengan penerapan pembelajaran baru, (3) mengingat

waktu di awal pelajaran banyak terpakai untuk mempersiapkan media dan alat,

sehingga guru kurang memperhatikan waktu yang menyebabkan penggunaan

kalimat penutup kurang maksimal dan alokasi waktu untuk penyampain

kesimpulan juga kurang maksimal sehingga kemungkinan masih ada siswa yang

kurang memahami materi.

Hal penting yang bisa diamati adalah sudah banyak siswa yang antusias

dan termotivasi mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir, hal ini

diharapkan tujuan pembelajaran tercapai dan hasil belajar siswa meningkat.


47

e. Refleksi Tindakan Siklus I

Hasil pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran pada siklus

pertama, nampak bahwa :

1) Siswa masih ada yang belum terbiasa dengan penerapan pembelajaran

berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery Learning,

masih ada siswa menganggap penerapan pembelajaran berorientasi HOTS

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning tersebut main main,

sehingga masih ada siswa yang tidak serius mengikuti pembelajaran.

2) Pada saat kerja kelompok masih ada siswa yang tidak ikut berdiskusi dan

hanya main-main sendiri atau ada yang ngobrol.

3) Pada saat kegiatan presentasi, nampak hanya beberapa orang saja yang aktif,

sebagian lain mengobrol dan tidak fokus. Sehingga dalam satu kelompok

belum menunjukkan kekompakan.

4) Kelompok yang mempresentasikan juga belum menunjukkan keseriusan dan

masih banyak yang kurang percaya diri.

5) Pada saat menjawab pertanyaan masih mengharapkan bantuan dari teman di

kelompoknya ini menunjukkan bahwa materi belum terserap dengan baik.

Hasil pengamatan terhadap guru pada siklus I, nampak bahwa :

1) Guru masih belum memfasilitasi siswa dengan memberikan acuan bahan

belajar yang akan disajikan

2) Guru masih kurang dalam mengalokasikan waktu untuk mendiskusikan

kesimpulan dari pembelajaran dan merangkum materi pelajaran

3) Masih ada siswa yang belum aktif dalam diskusi kelompok karena guru tidak

menegur dan membiarkan saja siswa ngobrol atau bermain sendiri.


48

4) Pada saat siswa berdiskusi, guru kurang memberikan bimbingan dengan

berkeliling ke setiap kelompok.

3. Pelaksanaan Siklus kedua

a. Tahap Perencanaan Siklus II

Berdasarkan analisis hasil refleksi kegiatan siklus pertama, kekurangan-

keurangan yang ditemukan pada siklus pertama diperbaiki dengan membahas

kembali langkah-langkah perumusan, rancangan, pelaksanaan tindakan serta

refleksi. Selain itu guru harus lebih berperan sebagai motivator dan memfasilitasi

kegiatan siswa sehingga siswa lebih dapat bereksplorasi, dengan demikian proses

pembelajaran akan lebih efektif.

Disamping itu guru juga pada siklus kedua ini harus lebih aktif

merangsang siswa untuk bertanya dan mau mengemukakan pendapatnya. Guru

juga harus merancang stimulant yang tepat sehingga siswa antusias dan

termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dari awal sampai selesai. Guru harus

lebih menguasai kondisi kelas dalam menerapkan pembelajaran berorientasi

HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Siklus kedua ini merupakan kelanjutan dari siklus pertama dengan

Kompetensi Inti (KI) pada siklus pertama adalah memahami pengetahuan

(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan ejadian tampak mata

dengan Kompetensi Dasar (KD) menganalisis konsep suhu, pemuaian, kalor,


49

perpindahan kalor, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk

mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan.

Kompetensi Dasar ini mencakup materi: (1) Suhu, (2) Pemuaian, (3)

Kalor, (4) Perpindahan Kalor, (5) Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

termasuk mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan.

Pada siklus kedua materi yang disampaikan mengenai pemuaian dan penerapan

dalam kehidupan sehari-hari.

Sebelum pelaksanaan pada siklus kedua perlu dilakukan persiapan-

persiapan antara lain : 1) Menyiapkan peralatan dan media yang mendukung

penerapan pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning, pada siklus kedua ini guru menambahkan stimulant berupa

percobaan yang inovatif yang dapat merangsang rasa ingin tahu siswa, 2)

Menyiapkan skenario pembelajaran yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang telah disempurnakan, 3) Menyiapkan lembar observasi siswa,

lembar observasi guru, lembar penilaian, soal HOTS, Lembar Kerja Peserta Didik,

4) Menyiapkan media pembelajaran yang digunakan antara lain berupa gambar-

gambar peristiwa pemuaian dalam kehidupan sehari-hari untuk setiap materi

diskusi.

Alokasi waktu yang digunakan pada siklus kedua sebanyak 2 (dua)

pertemuan, setiap pertemuan mencakup kegiatan sebagai berikut :

1) Pertemuan pertama, guru menyiapkan alat pendukung model pembelajaran

Discovery Learning berupa Laptop, LCD, video pembelajaran materi

Pemuaian, Power Point materi Pemuaian, alat dan bahan percobaan. Model

pembelajaran Discovery Learning dimulai dengan pemberian rangsangan atau


50

stimulant dengan menonton video pembelajaran mengenai Pemuaian,

menguatkan video dengan Power Point dan percobaan agar siswa tertarik

terlebih dahulu dengan materi yang akan disampaikan dan termotivasi untuk

mengajukan pertanyaan.

Langkah kedua siswa diminta untuk membentuk kelompok kemudian setiap

kelompok merumuskan masalah berdasarkan tayangan video, Power Point

dan melakukan percobaan dengan menutup mulut botol kaca dengan balon

kemudian botol kaca dipanaskan menggunakan lilin. Langkah ketiga, setiap

kelompok mengumpulkan data dari hasil percobaan.

Langkah keempat, setiap kelompok mengolah data dengan mendiskusikan dan

menuliskan di lembar kerja. Langkah kelima, setiap kelompok melakukan

verifikasi dengan membandingkan hasil diskusi dengan melihat buku paket

IPA untuk melihat apakah jawaban sudah sesuai dan membuktikan bahwa

siswa telah memahami materi.

Langkah keenam, setiap kelompok berdiskusi untuk membuat kesimpulan

mengenai hasil percobaan pemuaian dan mempresentasikan di depan kelas

untuk ditanggapi kelompok lain.

Pada pertemuan pertama, siswa dimotivasi untuk menemukan sendiri masalah

yang muncul, kemudian menyelidiki sendiri masalah yang muncul dan

menganalisi cara memecahkan masalah. Dengan menerapkan langkah-langkah

dalam model pembelajaran Discovery Learning tersebut, diharapkan semua

siswa termotivasi dan aktif dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.

2) Pertemuan kedua, pada pertemuan kedua ini, langkah pertama yang dilakukan

adalah guru memberikan stimulant berupa gambar-gambar peristiwa pemuaian


51

dalam kehidupan sehari-hari. Langkah kedua, setiap kelompok diminta

mengidentifikasi masalah yang muncul berdasarkan gambar.

Langkah ketiga, setiap kelompok mengumpulkan data dari hasil pengamatan.

Langkah keempat, setiap kelompok mengolah data dan mendiskusikannya.

Langkah kelima, setiap kelompok menverikasi kebenaran hasil pengolahan

data dengan melakukan pembuktian berdasarkan buku paket IPA.

Langkah keenam, setiap kelompok mendiskusikan kesimpulan dan

mempresentasikan di depan kelas untuk ditanggapi kelompok lain.

Pada pertemuan kedua ini, selain siswa diminta menemukan sendiri masalah

yang muncul, menyelidiki dan menganalisi cara memecahkan masalah, guru

juga memberikan penguatan-penguatan dan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan untuk menguji pemahaman siswa terutama agar siswa terbiasa

menghadapi soal-soal HOTS.

Selama kegiatan proses pembelajaran yang bertindak sebagai observer

guru adalah Pengawas Pembina sebagai mitra kolaborator, sedangkan peneliti

mencatat semua aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran.

c. Tahap Pengamatan Siklus II

Observasi dilakukan bersama Pengawas Pembina yaitu Bapak Djunaidi,

S.Pd, M.Pd sebagai observer, observasi difokuskan pertama pada aktivitas guru,

kedua pada aktivitas siswa, ketiga pada motivasi belajar seluruh siswa sesuai

dengan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilakukan untuk

mengetahui kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, di

samping itu dilakukan evaluasi dalam bentuk kuis pada akhir siklus II untuk

mengetahui perkembangan hasil belajar siswa.


52

1) Analisa Data Aktivitas Guru Siklus II

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru dengan menerapkan

pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning pada siklus II sudah lebih baik, kekurangan guru dalam menerapkan

pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning sudah diatasi. Aktivitas guru dalam selama proses tindakan pada siklus

II yang diamati oleh observer dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5. Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Pembelajaran HOTS


pada Siklus II

Penilaian
Aspek yang diamati
Ya Tidak
A. Kegiatan Pendahuluan
1. Memotivasi peserta dalam memulai pembelajaran √
2. Mengondisikan suasana belajar yang nyaman √
(pengaturan tempat duduk, media, kesiapan alat
bantu pembelajaran)
3. Menyampaikan tujuan, indicator, alokasi waktu √
dan scenario kegiatan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
Penguasaan materi dan pengelolaan pembelajaran
Kemampuan memfasilitasi pembelajaran
1. Menguasai materi pembelajaran √
2. Menyajikan materi secara sistematis √
3. Menguasai kelas √
4. Melaksanakanpembelajaran sesuai dengan alokasi √
waktu yang direncanakan
Pelibatan peserta dalam pembelajaran
1. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta dalam √
kegiatan belajar
2. Merespon positif partisipasi peserta √
3. Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta √
dalam belajar
Integrasi Saintifik, Aspek HOTS, Kecakapan abad 21
dan dimensi pengetahuan dalam pembelajaran
1. Proses Saintifik (5M) √
2. Aktivitas pembelajaran HOTS
a. Transfer Knowledge √
b. Critical Creativity √
53

c. Problem Solving √
3. Kecakapan abad 21 (4C) √
4. Dimensi pengetahuan √
Pemanfaatan media/sumber belajar dalam pembelajaran
1. Menunjukkan keterampilan dalam menggunakan √
media belajar
2. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan √
sumber pembelajaran
3. Melibatkan peserta dalam pemanfaatan media √
belajar
Pelaksanaan penilaian pembelajaran
1. Melaksanakan penilaian sikap √
2. Melaksanakan penilaian pengetahuan √
3. Melaksanakan penilaian ketrampilan √
Penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam
pembelajaran
1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar √
2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar √
C. Kegiatan Penutup
1. Memfasilitasi peserta merangkum materi √
pembelajaran
2. Melakukan refleksi proses dan materi pelajaran √
Skor Total 25 1
Total Nilai 96

Berdasarkan table 4.5, bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran

dengan menerapkan pembelajaran berorientasi HOTS terlihat sudah sesuai

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan guru mulai terbiasa

menerapkannya dalam pembelajaran dari siklus I sampai siklus II. Semua aspek

dalam pembelajaran berorientasi HOTS sudah dilakukan dengan baik terutama

dalam menerapkan aspek saintifik, kecakapan Abad 21, dimensi pengetahuan,

transfer knowledge, critical creativity dan problem solving yang

berkesinambungan dengan model pembelajaran Discovery Learning.


54

Tabel 4.6 Observasi Aktivitas Guru Menerapkan Model Pembelajaran Discovery


Learning pada Siklus II

Siklus II
No. Aspek yang Diamati Pertemuan
1 2
1 Kemampuan membuka pelajaran
a. Menarik perhatian siswa BS BS
b. Menimbulkan motivasi BS BS
c. Memberikan acuan bahan
belajar yang B B
disajikan
d. Melakukan kegiatan apersepsi BS BS
2 Sikap dalam proses
pembelajaran
a. Kejelasan suara BS BS
b. Antusiasme penampilan
/mimik BS BS
c. Mobilitas tempat yang tidak
mengganggu siswa BS BS
3 Proses pembelajaran
a. Kesesuaian metode dengan
pokok bahasan BS BS

b. Kejelasan dalam menerangkan


dan BS BS
memberi contoh
c. Antusiasme dalam
menanggapi dan BS BS
menggunakan respon
d. Kecermatan dalam
menggunakan waktu BS BS
4 Kemampuan menggunakan
model pembelajaran Discovery
Learning
a. Kemampuan menggunakan BS BS
kalimat pembuka
b. Kemampuan menggunakan
afirmasi yang tepat BS BS

c. Kemampuan memfasilitasi
semua sintak BS BS

d. Kemampuan menguasai
kondisi kelas B B
55

e. Kemampuan menggunakan
kalimat BS BS
penutup di akhir pelajaran
5 Evaluasi
a. Menggunakan penilaian lisan BS BS
b. Menggunakan penilaian
tertulis BS BS
Persentase A (Baik sekali) 89% 89%
Persentase B (Baik) 11% 11%
Sumber : Lampiran

Berdasarkan tabel 4.6, dari hasil observasi yang dilakukan observer dapat

terlihat bahwa kemampuan guru menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning sudah meningkat menjadi 89% di setiap pertemuan. Kecermatan guru

dalam menggunakan waktu sudah 100% teralokasi dengan baik sehingga

kesimpulan dan penggunaan kalimat penutup di akhir pembelajaran bisa

tersampaikan secara maksimal. Kemampuan menguasai kondisi kelas masih baik,

belum maksimal, masih ada siswa yang bermain sendiri, ngobrol dan tidak terlibat

dalam diskusi kelompok. Kemampuan guru menguasai kondisi kelas harus lebih

ditingkatkan lagi sehingga semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

2) Analisa terhadap Motivasi Siswa pada Siklus II

Aspek motivasi yang diukur adalah perhatian (attention) dalam mengikuti

pelajaran, relevansi (relevance) atau manfaat yang diperoleh siswa dalam

pembelajaran, kepercayaan diri (confidence) siswa dalam pembelajaran dan

kepuasan (satisfaction) siswa terhadap pembelajaran.

Hasil observasi motivasi belajar siswa pada siklus II sudah lebih baik,

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :


56

Tabel 4.7 Motivasi Siswa Berdasarkan Kriteria dan Kondisi Siklus II

NO Kondisi Persentase Motivasi


1 Perhatian (Attention) 75%

2 Relevansi (Relevance) 64%

3 Percaya Diri (Confidence) 81%

4 Kepuasan (Satisfaction) 72%

Sumber : Rekapitulasi Angket Motivasi Siswa Siklus II

Tabel 4.7 diatas menggambarkan bahwa motivasi siswa dilihat dari

perhatian, kesesuaian , percaya diri dan kepuasan siswa terhadap keseluruhan

pelaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan, rata-rata sudah mencapai

73%. Peningkatan yang paling tinggi pada kepuasan siswa diterapkannya

pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning yaitu 72% meningkat sebesar 2% dari siklus I. Dapat diartikan siswa

menyatakan kepuasannya ketika menerapkan pembelajaran berorientasi HOTS

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

Perhatian siswa terhadap pembelajaran dengan diterapkannya

pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning sebesar 75% meningkat 1% dari siklus I. Dapat diartikan perhatian

siswa pada Siklus II semakin meningkat.

Kesesuaian penerapan pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan

model pembelajaran Discovery Learning dengan materi pemuaian sebesar 64%

mengalami peningkatan 1% dari siklus II.

Kepercayaan diri siswa ketika diterapkannya pembelajaran berorientasi

HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery Learning sangat tinggi

mencapai 81%. Tingkat kepercayaan diri siswa terhadap teknik pembelajaran ini
57

pun mengalami peningkatan 1% dari siklus I. Dapat diartikan bahwa siswa

semakin percaya diri ketika mengikuti pembelajaran dengan diterapkannya

pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning, siswa lebih berani terlibat dalam percobaan, diskusi maupun presentasi

di depan kelompok lain, bahkan sudah banyak siswa yang aktif bertanya dan

menjawab pertanyaan.

3) Peningkatan Hasil Belajar pada Siklus II

Hasil belajar diukur melalui kuis secara individual pada akhir siklus II

dengan menggunakan 5 soal HOTS dalam bentuk pilihan ganda, materi yang

diujikan tentang pemuaian, kemudian nilai kuis siklus II dibandingkan dengan

nilai kuis siklus I. Diharapkan hasil belajar pada siklus II ini lebih tinggi

dibanding siklus I mengingat stimulant yang diberikan di awal pembelajaran lebih

menarik sehingga siswa akan lebih antusias dan termotivasi dalam mengikuti

pembelajaran.

Dengan membandingkan hasil kuis siswa kelas 7C pada siklus I dengan

siklus II, dapat dilihat perubahan yang terjadi ketika dilakukan perbaikan dan

penambahan dalam penerapan pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan

model pembelajaran Discovery Learning. Perbaikan dan penambahan tersebut

diharapkan semakin menyempurnakan penggunaannya dari waktu ke waktu

sehingga diperoleh manfaat yang maksimal.

Berdasarkan hasil kuis yang dilaksanakan pada siklus II diperoleh hasil

siswa yang tuntas dengan nilai lebih besar dari 75 sebanyak 27 siswa dengan

presentase 87%, data hasil kuis siklus II dapat dilihat pada tabel berikut :
58

Tabel 4.8 Nilai Uji Kompetensi Siklus II

No Perolehan Nilai Jumlah siswa Persentase

1 < 75 4 13%

2 76 - 100 27 87%

Jumlah siswa 31

Sumber : Rekapitulasi nilai uji kompetensi siswa siklus II

Berdasarkan tabel 4.12 nilai kuis pada siklus II dapat dijelaskan bahwa

siswa yang mencapai dan melampaui KKM sebanyak 27 orang atau 87%.

Sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM)

sebanyak 4 orang atau 13%. Nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 40.

d. Catatan Lapangan pada Siklus II

Dari hasil pemantauan di lapangan pada siklus II proses pembelajaran

dengan menerapkan pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning sudah lebih baik dibandingkan siklus I, kondisi

pada siklus II antara lain : (1) guru sudah mempersiapkan alat dan media yang

dipergunakan sebelum jam pelajaran dimulai dalam menerapkan pembelajaran

berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery Learning

sehingga tidak menyita waktu belajar terlalu lama, (2) guru mulai terbiasa dan

mulai menguasai penerapan pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan

model pembelajaran Discovery Learning terutama dalam memberikan stimulant

yang tepat di awal pembelajaran sehingga siswa termotivasi mengikuti

pembelajaran dari awal sampai berakhir sehingga selain bisa menguasai kondisi

siswa, guru juga dapat dengan mudah menguasai kondisi kelas, (3) siswa

sebagian besar sudah mulai terbiasa dengan sintak dalam model pembelajaran
59

Discovery Learning sehingga siswa terbiasa merumuskan masalah, menyelidiki

masalah dan menemukan sendiri cara mengatasi masalah yang muncul dalam

pembelajaran, (4) siswa sebagian besar juga sudah mulai terbiasa dengan

penerapan pembelajaran berorientasi HOTS karena Guru memfasilitasi siswa

dengan transfer knowledge, berpikir kristis dan menyelesaikan masalah terutama

dalam menyelesaikan soal yang berorientasi HOTS yang menggiring siswa untuk

menganalisa dan melalui tahapan berpikir dalam mengerjakan soal , (5) hanya saja

masih ada kelemahan guru yang masih belum memberikan acuan bahan belajar

yang akan disajikan, (6) guru juga masih kurang memberikan perhatian bagi siswa

yang kurang focus belajar sehingga masih ada yang bermain-main, ngobrol dan

tidak aktif dalam diskusi kelompok.

e. Refleksi Tindakan Siklus II

Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus kedua antara lain

guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan apersepsi, memotivasi

siswa, memberi arahan pelaksanaan pembelajaran, dan memberikan stimulant

untuk merangsang siswa bertanya, aktif dalam pembelajaran dan termotivasi

mengikuti pembelajaran sampai selesai sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Pada siklus ini sangat jelas guru selalu memberi kesempatan kepada siswa

untuk memberi tanggapan atas pertanyaan yang disampaikan siswa. Siswa juga

mulai aktif menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain. Guru juga selalu

berkeliling untuk memberikan bimbingan di dalam kelompok maupun pada

kegiatan mentransfer hasil diskusi masing-masing anggota untuk mengantisipasi

siswa yang tidak aktif dalam diskusi, ngobrol dan bermain-main saat

pembelajaran berlangsung. Guru juga memberi penguatan diakhir kegiatan dengan


60

meminta siswa menyampaikan kesimpulan dari hasil pembelajaran dan

mendiskusikannya. Dalam siklus II ini guru masih belum meminta siswa untuk

merangkum materi pembelajaran dikarenakan akan menyita waktu yang cukup

lama sehingga pada pertemuan berikutnya guru akan meminta siswa untuk

merangkum materi pembelajaran suhu dan pemuaian.

Berdasarkan pelaksanaan siklus I dan II dapat dilihat peningkatan motivasi

siswa dalam pembelajaran setelah diterapkannya pembelajaran berorientasi HOTS

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning, berikut ini adalah grafik

motivasi siswa dalam pembelajaran siklus I dan II :

90%

80%

70%

60%

50%
Siklus I
40% Siklus II
30%

20%

10%

0%
Perhatian Relevansi Percaya Diri Kepuasan

Grafik 4.1 Rekapitulasi Motivasi Siswa

Selama pelaksanaan tindakan, hasil belajar setelah diterapkannya

pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning mengalami penurunan dari siklus I dan siklus II. Berikut rekapitulasi

nilai kuis siklus I dan II yang dilaksanakan setiap akhir siklus :


61

Tabel 4.9 Nilai Kuis siklus I dan II

Siklus I Siklus II
No. Kategori
siswa % siswa %

1 < 75 2 6% 4 13%

2 76 - 100 29 94% 27 87%

Tabel diatas menggambarkan bahwa proses pembelajaran dengan

diterapkannya pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning pada siklus II masih belum meningkatkan hasil

belajar siswa dibandingkan siklus I. Ini dapat dilihat bahwa di siklus kedua siswa

yang mencapai dan melampaui nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)

mencapai 87 % atau 27 orang. Tabel diatas juga menunjukan bahwa siswa yang

belum mencapai nilai KKM pada siklus II sebanyak 4 siswa. Ketidak tercapaian

nilai KKM oleh 4 siswa disebabkan karena pada proses pembelajaran siswa

tersebut masih kurang focus terhadap materi diskusi, kurang terlibat aktif dalam

proses diskusi serta masih sering melakukan kegiatan yang tidak relevan dengan

proses belajar mengajar. Materi pembahasan pada siklus kedua tentang pemuaian

memang lebih sulit dibandingkan materi suhu karena penerapan rumus yang lebih

sulit dan perhitungan perkalian yang rumit. Dari hasil kuis pada siklus kedua

hanya 4 siswa yang tidak tuntas sudah menunjukkan hasil yang sangat

memuaskan, karena siswa sudah lebih banyak yang mulai terbiasa mengerjakan

dan menguasai soal-soal yang berorientasi HOTS. Hal ini bisa juga disebabkan

oleh tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang berbeda-beda.


62

C. Pembahasan

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang sistematis dan

berlaku secara umum (universal) yang membahas tentang sekumpulan data

mengenai gejala alam yang dihasilkan berdasarkan hasil observasi, eksperimen,

penyimpulan, dan penyusunan teori. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran

IPA sangat ditekankan ketrampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah sehingga

siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu melalui pengalaman langsung

sehingga melalui pembelajaran IPA diharapkan dapat membentuk karakter siswa

dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran IPA juga memerlukan pemahaman secara religius dengan

mengaitkan materi pelajaran dengan sang pencipta sehingga siswa menyadari

keindahan dan betapa dahsyatnya karya ciptaan Tuhan baik alam semesta maupun

makhluk hidup yang ada di dalamnya, terutama manusia yang diciptakan secara

sempurna yang semuanya dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan sehingga

pembelajaran IPA juga mampu meningkatkan keimanan kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

Penerapan pembelajaran berorientasi HOTS atau ketrampilan berpikir

tingkat tinggi saat ini sedang dikembangkan oleh Pemerintah dalam upaya

peningkatan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan.

Menurut beberapa ahli, definisi keterampilan berpikir tingkat tinggi salah

satunya dari Resnick (1987) adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan

materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan

membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar.


63

Keterampilan ini juga digunakan untuk menggarisbawahi berbagai proses tingkat

tinggi menurut jenjang taksonomi Bloom.

Implementasi Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No. 22 Tahun 2016

tentang Standar Proses, model pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk

perilaku saintifik, sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan salah satunya

adalah model pembelajaran Discovery Learning yang langkah kerja atau

sintaknya sesuai dengan pembelajaran HOTS.

Setelah selesai pelaksanaan penelitian di kelas 7C sebanyak 2 siklus dapat

diketahui perbandingan keaktifan guru, motivasi belajar siswa, hasil kuis dan

peningkatan pelaksanaan proses pembelajaran.

Secara umum proses pembelajaran semakin baik dan mengalami

peningkatan baik secara kognitif maupun afektif dan psikomotoriknya. Dari segi

motivasi belajar pun mengalami peningkatan dari siklus ke siklus.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran

dari siklus ke siklus terjadi peningkatan di semua aspek. Kemampuan guru dalam

menerapkan pembelajaran berorientasi HOTS semakin membaik terutama dalam

memberikan soal-soal yang berorientasi HOTS.

Kkemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Discovery

Learning semakin membaik terutama dalam memberikan stimulant di awal

pembelajaran sehingga mampu menarik perhatian siswa agar siswa termotivasi

untuk memperhatikan pelajaran dan guru dengan mudah dapat memberikan acuan

bahan belajar yang disajikan dan menyampaikan kaitan pelajaran dengan materi

sebelumnya.
64

Kemudian disetiap siklus guru beserta observer melakukan refleksi yang

kemudian hasil refleksi tersebut dijadikan acuan untuk perbaikan pelaksanaan

proses pembelajaran di siklus berikutnya. Aktivitas guru yang diamati antara lain

menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan apersepsi, memotivasi siswa,

mengarahkan dan memberi penjelasan pelaksanaan pembelajaran, mengajukan

pertanyaan terbuka, merespon pertanyaan yang disampaikan siswa, memberi

kesempatan siswa bertanya, memberikan kesempatan siswa untuk memberi

tanggapan, melakukan bimbingan selama proses diskusi, memberikan penguatan-

penguatan diakhir pertemuan. Kesemua aspek itu pada siklus kedua tercapai

dengan baik.

Sikap dalam proses pembelajaran juga sudah sangat baik, mobilitas guru

tidak mengganggu siswa. Guru juga memfasilitasi dan mendatangi ke setiap

kelompok selama melakukan percobaan dan diskusi.

Proses pembelajaran juga sudah berjalan sangat baik dari siklus ke siklus

karena kesesuaian metode dengan pokok bahasan, kejelasan guru dalam

menerangkan dan memberi contoh, kemudian cara merespon setiap pertanyaan

atau jawaban siswa.

Perlu diperhatikan dan diperbaiki adalah guru masih belum memberikan

acuan bahan ajar secara maksimal terutama penerapan rumus dan masih ada siswa

yang tidak aktif dalam diskusi kelompok, masih ada yang ngobrol dan bermain-

main.

Evaluasi baik secara lisan maupun tertulis sudah sangat baik dilakukan dan

sangat penting karena bisa memotivasi dan dijadikan acuan bagi siswa untuk lebih

meningkatkan potensi diri. Pemberian penghargaan sangat baik dilakukan dalam


65

penerapan pembelajaran berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning untuk meningkatkan motivasi dan semangat siswa di setiap

pertemuan.

Motivasi belajar siswa yang ditandai dengan perhatian siswa untuk

mengikuti materi pelajaran semakin meningkat, sehingga materi pelajaran dirasa

menjadi mudah, rasa ingin tahu terhadap materi semakin meningkat, dan model

pembelajaran yang diterapkan guru sangat menarik. Dalam hal ini siswa

menunjukkan rasa senang terhadap pelajaran, menunjukkan rasa ingin tahu,

memperlihatkan perhatian terhadap tugas yang diberikan dengan

menyelesaikannya tepat waktu sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Hal ini

sesuai dengan pendapat Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi

sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-

reaksi pencapaian tujuan.

Motivasi belajar pada aspek relevansi juga mengalami peningkatan yaitu

siswa merasa yang dipelajari dalam proses pembelajaran bermanfaat karena guru

mampu membuat materi pelajaran menjadi penting sehingga siswa mampu

menentukan standar keberhasilan yang sempurna karena isi pembelajaran sesuai

dengan tujuan belajar siswa. Siswa juga sudah mampu mengaitkan materi

pelajaran dengan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Motivasi belajar pada aspek percaya diri juga mengalami peningkatan

yaitu siswa semakin yakin akan berhasil dalam pembelajaran dan mendapatkan

nilai baik. Sedangkan motivasi belajar pada aspek kepuasan juga mengalami

peningkatan yang ditunjukkan dengan usaha keras siswa agar berhasil dalam

pembelajaran dan rasa puas dalam mengikuti pembelajaran dengan nilai yang
66

diperoleh dari hasil evaluasi guru dan tugas yang diberikan guru mampu

dikerjakan dengan baik terlebih guru memberikan penghargaan terhadap hasil

kerja siswa sehingga siswa memperoleh masukan dalam menentukan tingkat

keberhasilan kinerjanya.

Dilihat dari siklus I dan siklus II, motivasi siswa pada aspek perhatian,

relevansi, kepercayaan diri dan kepuasan diri tidak menunjukkan peningkatan

yang signifikan, peningkatan hanya berkisar 1% sampai 2% dari siklus I ke siklus

II, hal ini diasumsikan bahwa siswa ketika diterapkan pembelajaran berorientasi

HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery Learning sudah termotivasi

cukup tinggi sehingga pada pertemuan pertemuan selanjutnya siswa sudah

termotivasi terus. Pencapaian persentase tertinggi menunjukkan 75% untuk

perhatian, 64% untuk relevansi, 81% untuk tingkat percaya diri dan 72% ditingkat

kepuasan.

Hal ini diasumsikan bahwa antusias dan motivasi siswa dalam mengikuti

pembelajaran semakin meningkat, motivasi pada aspek perhatian mengalami

peningkatan persentase, siswa sudah mulai berani bertanya, menjawab pertanyaan,

bahkan mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelompok lain. Siswa

juga sudah mulai terbiasa mengerjakan soal-soal yang berorientasi HOTS

sehingga walaupun soal yang dihadapi perlu dianalisis dan memerlukan tahapan

berpikir untuk menyelesaikannya, siswa sudah terlatih dan sudah hampir semua

siswa bisa tuntas mengerjakan, meskipun dalam penilitian ini tidak mengalami

peningkatan tetapi jumlah yang tuntas mencapai 87%.

Hal ini perlu dikaji ulang penyebab tidak naiknya hasil belajar siswa dari

nilai kuis yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II. Kemungkinan disebabkan
67

pada aktivitas guru yang kurang memberikan acuan bahan ajar terutama dalam

penerapan rumus pemuaian.

Secara umum dan secara keseluruhan proses pembelajaran semakin baik

dari siklus ke siklus ini dapat diartikan bahwa penerapan pembelajaran

berorientasi HOTS menggunakan model pembelajaran Discovery Learning

terimplementasi dengan baik.

Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) biasanya meliputi beberapa

siklus tergantung pada tingkat permasalahannya yang akan diselesaikan dan

tergantung pada kondisi yang akan ditingkatkan karena tidak ada ketentuan

tentang berapa kali siklus yang harus dilakukan tergantung kepuasan peneliti

sampai mendapatkan tujuan yang diharapkan (Suharsimi 2010:75). Sesuai dengan

tujuan penelitian yaitu untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di kelas 7C

yaitu pada siklus II sudah tidak ada siswa yang mempunyai motivasi rendah dan

sudah cukup banyak siswa yang mencapai KKM, maka tindakan tidak dilanjutkan

ke siklus berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai