Anda di halaman 1dari 3

PERANG BALI I

Perang Bali I merupakan ekspedisi militer pertama yang dilancarkan Koninklijk


Nederlandsch-Indisch Leger ke kerajaan Buleleng, Bali pada tahun 1846. Perang ini lahir
sebagai langkah Hindia Belanda mewujudkan Pax Netherlandica (perdamaian di bawah
Belanda) di nusantara. Upaya tersebut melahirkan perjanjian tahun 1941 dengan kerajaan
Klungkung, Badung dan Buleleng. Salah satu isinya berbunyi: "Raja-raja Bali mengakui
bahwa kerajaan-kerajaan di Bali berada di bawah pengaruh Belanda."

Intervensi Belanda di Bali (1846)


Perang Bali I

Batalyon VII maju dalam serangan ke Bali

Tanggal 7 Mei 1848-1850

Lokasi Bali, Indonesia

Hasil Kemenangan Belanda yang menentukan.


Belanda menguasai Bali Utara.

Batalyon VII maju dalam serangan ke Bali


Tanggal7 Mei 1848-1850
Lokasi Bali, Indonesia
Hasil Kemenangan Belanda yang menentukan. Belanda menguasai Bali Utara.
Latar belakang
Sunting
Bali adalah salah satu pulau di Kepulauan Sunda yang berada di timur Jawa. Jarak bentang pulau ini
105 mil geografis dan berpenduduk 700.000 jiwa. Cornelis de Houtman pernah mendatangi pulau itu
dan diterima baik namun dalam perkembangannya kesepahaman kurang terjalin. Pada tahun 1841 dan
1843, sebuah persetujuan diputuskan antara kerajaan setempat dan pemerintah Hindia Belanda tetapi
penduduk Bali segera menunjukkan permusuhan. Khususnya Raja Buleleng berkali-kali melanggar
perjanjian. Pemerintah Hindia Belanda mempermasalahkan tradisi Tawan Karang Bali, dan
menjadikannya alasan untuk menyerang dan menghukum Bali. Tawan Karang adalah tradisi Bali,
bahwa kapal beserta isinya yang karam dan terdampar di pesisir Bali adalah hak milik raja setempat.
Pemerintah Hindia Belanda menganggap tradisi ini tidak dapat diterima dalam hukum internasional,
[1] dan tidak dapat membiarkannya karena daerah lain juga akan menunjukkan tanda-tanda
perlawanan.

Ekspedisi
Sunting
Sebuah armada dipersiapkan, terdiri atas 23 kapal perang dan 17 kapal lainnya. Angkatan itu terdiri
atas 1.280 serdadu dan dipersenjatai dengan 115 moncong senapan. Pada tanggal 20 Juni 1846
pasukan diberangkatkan di bawah pimpinan LaksDa Engelbertus Batavus van den Bosch ke Besuki
dan seminggu kemudian ke Buleleng. Pasukan ekspedisi dibawa ke kapal dengan kekuatan 1.700
prajurit, di antaranya terdapat 400 serdadu Eropa dipimpin oleh LetKol. Gerhardus Bakker. Raja
diberi ultimatum 3 kali dalam 24 jam, pada tanggal 17 Juni, hari ketika ekspedisi ke Buleleng terjadi,
berlalu begitu saja. Pada hari berikutnya, pasukan itu tiba di bawah pimpinan perwira Abraham
Johannes de Smit van den Broecke di bawah perlindungan senapan laut. Lebih dari 10.000 prajurit
Bali mencegah pendaratan tersebut namun gagal dan pasukan penyerang maju ke daerah persawahan
yang telah dikelilingi oleh pasukan Buleleng. Angkatan yang tersedia dibagi tiga di bawah pimpinan
May. Cornelis Albert de Brauw, May. Boers dan Kapt. J.F. Lomon. Semua perlawanan dilakukan dan
pada hari berikutnya serdadu Belanda maju ke ibu kota Singaraja dan menaklukkan kota itu.

Pasca perang
Sunting
Kerajaan Karangasem dan Buleleng menawarkan penyerahan diri dan para penduduk kembali ke
tempat tinggalnya masing-masing. Ketika datang ke Bali, Gubernur Jenderal Jan Jacob Rochussen
menemukan penduduk di daerah-daerah setempat telah menyerah. Dengan Kerajaan Karangasem dan
Buleleng menyerah, disepakatilah perjanjian baru, dimana kewajiban terhadap pemerintah Hindia
Belanda diselesaikan dengan cepat. Namun keadaan damai yang dicapai pada tanggal 12 Juli itu
pecah kembali.

Pemerintahan Belanda membangun benteng di Buleleng yang dihuni oleh 200 orang dan
mengendalikan penduduk setempat serta menjamin pengawasan kontrak yang dibuat. Pada
kenyataannya, tak dapat disangka bahwa perang kedua justru segera meletus dan serangan kedua
menjadi kenyataan.

Rujukan
Sunting
1900. W.A. Terwogt. Het land van Jan Pieterszoon Coen. Geschiedenis van de Nederlanders in oost-
Indië. P. Geerts. Hoorn
1900. G. Kepper. Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 1816-1900. M.M. Cuvee, Den
Haag.’
1876. A.J.A. Gerlach. Nederlandse heldenfeiten in Oost Indë. Drie delen. Gebroeders Belinfante, Den
Haag.

Anda mungkin juga menyukai