Dosen Pengajar :
Fajriawati, S.H., M.H.
Disusun Oleh :
Kelompok 3
JESIKAPNA (2306200346)
REZA ALI FAHLEVI HARAHAP (2306200347)
MUHAMMAD RIZKY FADHILAH LUBIS (2306200349)
MUHAMMAD RANGGA SYAHPUTRA (2306200355)
MAULANA JD. AL TITO POHAN (2306200374)
ZIA SYARIAH APRILIA (2306200383)
FARID AFDHAL YUZZAR LUBIS (2306200388)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Pengantar Ilmu Hukum” Dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Tidak lupa kami ucapkan kepada Fajriawati, S.H., M.H, selaku Dosen pengampu
mata kuliah Pengantar ilmu hukum yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah
ini. Kami juga mengucapkan terimkasih kepada teman-teman kami yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam
makalah ini kami menjelaskan tentang prinsip hukum islam, ciri hukum islam, sendi hukum
islam, dan tujuan hukum islam.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis
miliki sangat kurang. Oleh karena itu, saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
i.PENDAHULUAN.............................................................................................4
ii. PEMBAHASAN
A.KODIFIKASI HUKUM.....................................................................................5
a.Pengertian Kodifikasi...................................................................................5
b.Sejarah Kodifikasi Hukum..........................................................................6
c.Tujuan Kodifikasi Hukum ......................................................................... 6
d.Perlunya Kodifikasi Hukum ...................................................................... 7
e.Contoh Kodifikasi Hukum ......................................................................... 7
f. Bentuk -Bentuk Kodifikasi Hukum ........................................................... 8
g. Sistematika Kodifikasi Hukum .................................................................. 8
B. UNIFIKASI HUKUM...................................................................................... 11
3
i
PENDAHULUAN
Kodifikasi hukum dan unifikasi hukum adalah dua konsep esensial dalam pengembangan
sistem hukum suatu negara yang memiliki latar belakang historis yang kuat dan relevan.
Latar belakang perkembangan kedua konsep ini dapat ditemukan dalam sejarah
perkembangan hukum di berbagai yurisdiksi dan wilayah. Di masa lalu, banyak masyarakat
bergantung pada hukum adat yang seringkali bersifat tidak tertulis dan bervariasi secara
signifikan dari satu daerah ke daerah lain. Dalam kerangka hukum yang didefinisikan secara
kabur ini, muncul ketidakpastian hukum, ketidakadilan, serta kesulitan dalam menjaga
integritas sistem hukum.
Kodifikasi hukum adalah sebuah fenomena hukum yang muncul sebagai solusi untuk
mengatasi ketidakpastian dan ketidakjelasan dalam sistem hukum yang berlaku. Sebagai
contoh, Kode Napoleon yang terkenal, yang diperkenalkan di Prancis pada abad ke-19,
adalah suatu manifestasi signifikan dari konsep ini. Kode Napoleon menggabungkan berbagai
peraturan hukum yang berlaku menjadi satu kode hukum nasional yang sistematis dan
terstruktur. Dengan begitu, masyarakat dan praktisi hukum memiliki akses yang lebih mudah
dan pemahaman yang lebih baik terhadap hukum yang berlaku.
Di sisi lain, unifikasi hukum muncul sebagai respons terhadap kompleksitas hukum yang
berlaku di berbagai yurisdiksi, terutama dalam konteks hubungan antar-negara dan
perdagangan internasional. Unifikasi hukum mencoba untuk menciptakan konsistensi dalam
hukum antar berbagai negara bagian atau wilayah. Tujuan utamanya adalah untuk mengatasi
hambatan hukum yang dapat muncul dalam perdagangan internasional dan kerjasama lintas
batas. Unifikasi hukum juga merupakan tanggapan terhadap isu-isu global, seperti hak asasi
manusia dan perlindungan lingkungan, yang membutuhkan kerangka hukum yang seragam di
tingkat internasional.
Dalam latar belakang ini, terlihat bahwa kedua konsep, kodifikasi hukum dan unifikasi
hukum, muncul sebagai solusi terhadap permasalahan historis yang terkait dengan
ketidakpastian, ketidakadilan, dan kompleksitas dalam sistem hukum. Makalah ini akan
mengeksplorasi lebih lanjut peran dan dampak penting dari kedua konsep ini dalam
pembentukan sistem hukum yang konsisten, efisien, dan adil di berbagai konteks hukum.
4
ii
PEMBAHASAN
A.Kodifikasi Hukum
a.Pengertian Kodifikasi
Menurut Black Law Dictionary 9th Edition, codification atau kodifikasi hukum
adalah the process of compiling, arranging, and systematizing the laws of a given
jurisdiction, or of a discrete branch of the law into an ordered code.1
Yang mana jika diartikan, kodifikasi hukum adalah proses menyusun, mengatur, dan
mensitemasisasikan hukum dari yurisdiksi tertentu, atau dari cabang hukum yang terpisah ke
dalam kode yang teratur.
Kemudian, menurut R. Soeroso dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum (hal. 77),
kodifikasi hukum adalah pembukuan hukum dalam suatu himpunan undang-undang dalam
materi yang sama.2
1
Bryan A. Garner, Black's Law Dictionary, 9th Edition, West, June 2009
2
R. Soeroso. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hal. 77
5
masyarakat, sehingga hukum tidak lagi dianggap sebagai peraturan yang menghambat
kemajuan masyarakat.
2. Kodifikasi tertutup
Sejarah kodifikasi nasional dimulai dari Code Civil Napolen, karena ebelum ada
kodifikasi undang-undang tersebut belumadanya kesatuan dan kepastian hukum. Sejarah dari
Romawi dan Perancis Inilah akhirnya melahirkan kodifikasi yang digunakan hingga saat ini
untuk memudahkan pengelompokkan undang-undang sesual jenisnya. Hamper semua ahli
hukum sepakat bahwa Code of Notulen 1804 merupakan produk kodifikasi hukum yang
memiliki pengaruh kuat khususnya pada negara-negara yang menganut system hukum civil
low. Bahkan dalam perkembangan kodifikasi dihubungkan dengan negara yang menganut
system hukum civil low. 3
Tujuan dari kodifikasi hukum adalah agar didapat suatu rechtseenheid (kesatuan
hukum) dan suatu rechts-zakerheid (kepastian hukum).4
3
Clarke, R. Floyd. 1982. The Science of Law and Lawmaking: Being an Introduction to Law, a General View of
Its Forms and Substance, and a Discussion of the Question of Codification. New York: Macmillan, 1898.
4
R. Soeroso. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hal. 77
6
Menurut Satjipto Rahardjo dalam bukunya Ilmu Hukum (hal. 92), tujuan umum dari
kodifikasi hukum adalah untuk membuat kumpulan peraturan-undangan itu menjadi
sederhana dan mudah dikuasai, tersusun secara logis, serasi, dan pasti.
Kodifikasi hukum nasional yang pertama adalah Code Civil Perancis atau Code
Napoleon. Dinamakan Code Napoleon karena Napoleon lah yang memerintahkan dan
mengundangkan Undang-Undang Perancis sebagai Undang-Undang Nasional pada
permulaan abad XVIII, setelah berakhirnya revolusi politik dan sosial di Perancis. 5
Mengapa kodifikasi hukum tumbuh dan diperlukan? Fungsi kodifikasi hukum adalah
untuk mengatasi tidak adanya kepastian hukum dan kesatuan hukum di suatu negara.
Di Indonesia, sebelum adanya kodifikasi atau hukum nasional, hukum yang berlaku
adalah hukum adat. Menurut V. Vollenhoven, di Indonesia terdapat 19 macam masyarakat
hukum adat atau rechtsgemeenschappen. Tiap-tiap rechtsgemeenschap ini memiliki hukum
adatnya sendiri yang berbeda dengan hukum adat di rechtsgemeenschap yang lain, sehingga
bagi keseluruhan wilayah Indonesia tidak ada kesatuan dan kepastian hukum. 6
Di masa itu, secara nasional tidak terdapat kesatuan hukum dan kepastian hukum. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan hukum antara masing-masing daerah. Kemudian, demi adanya
kesatuan dan kepastian hukum, Indonesia memerlukan hukum yang bersifat nasional dan
berlaku bagi seluruh warga negara Indonesia. 7 Oleh karenanya, diperlukan kodifikasi hukum
Indonesia.
1. Di Eropa:
corpus Iuris Civillis (mengenal perdata yang disahkan oleh Kaisar Justinianus dari kerajaan
romawi timur dalam tahun - 565.)
5
R. Soeroso. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hal. 77
6
R. Soeroso. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hal. 78
7
R. Soeroso. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hal. 79
7
2. Di Indonesia:
Contoh, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang- undang Hukum
Perdata (KUHPdt), Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD).
4) Hukum adat
8
Hovden, Eirik. Waqf in Zaydi Yemen : legal theory, codification, and local practice. Leiden: Brill, 2019.
8
Sistematika kodifikasi artinya susunan yang diatur dari suatu kodifikasi. Sistematika
bentuk KUHPdt:
Sistematika Fungsional ada dua macam, yaitu menurut pembentuk UU dan ilmu
pengetahuan Hukum. Sistematika isi menurut pembentukan B.W. Meliputi empat kelompok
materi yaitu, mengenai orang, benda, perikatan, pembuktian. Sedangkan sistematika menurut
ilmu pengetahuan hukum yaitu mengenal orang, keluarga, harta kekayaan, pewarisan.
Dengan adanya kodifikasi dan unifikasi terhadap hukum, ada beberapa kemungkinan
terhadap eksistensi hukum, yaitu:
I.Hukum itu sudah kodifikasi dan unifikasi. Misalnya Hukum pidana dalam KUHP, hukum
dalam dagang KUHD, dan hukum acara pidana dalam KUHP
II.Hukum itu sudah dikodifikasi tetapi belum diunifikasi. Misalnya Hukum Perdata,
walaupun telah dikodifikasi dalam KUHPer namu isinya masih tetap membeda bedakan
berlakuny bagi warga negra menurut golongannya.
III.Hukum itu sudah diunifikasi tetapi belum dikodifikasi. Misalnya UU No 5 Tahun 1960
tentang peraturan dasar pokok pokok agraria dan lain lain.
a. Menurut sumbernya
I. Hukum UU
II. Hukum Kebiasaan
III. Hukum Traktat
IV. Hukum Yurisuprudensi
b. Menurut Bentuknya
I. Hukum tertulis yang telah dikodifikasi
II. Hukum tertulis yang tidak dikodifikasi
c. Menurut Tempat berlakunya
9
I. Hukum nasional
II. Hukum Internasional
III. Hukum Asing
IV. Hukum Gereja
d. Menurut Waktu Berlakunya
I. lus Costitutum
II. lus Costituendu
III. Hukum Asasi
e. Menurut Cara Mempertahankannya
I. Hukum Material
II. Hukum Formal
III. Hukum Acara
f. Menurut sifatnya
I. Hukum yang memaksa
II. Hukum yang mengatur
g. Menurut Wujudnya
I. Hukum Objektif
II. Hukum Subjektif
III. Hukum Subjektif disebut Hak
h. Menurut Isinya
I. Hukum Privat
II. Hukum Politik
Hukum sipil dan hukum politik dari segala macam hukum yang disebut diatas, yang
terpenting adalah hukum sipil dan hukum publik. Hukum ini akan kita bahas sebagai berikut:
1) Hukum Sipil terdiri atas:
a) Hukum sipil dalam arti luas, yang meliputi hukum perdata, dan hukum dagang.
b) Hukum sipil dalam arti sempit, yaitu meliputi hukum perdata saja
2) Hukum Administrasi Negara yaitu hukum yang mengatur cara cara menjalankan hukum
publik terdiri dari:
a) Hukum Tata Negara yaitu hukum yang mengatur bentuk dan susunan tugas dari
kekuasaan alat-alat perlengkapan negara.
b) Hukum Pidana
c) Hukum Internasional
10
B.Unifikasi Hukum
Umar Said 9yang dikutip oleh Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari dalam
jurnalnya Perkembangan Hukum Indonesia dalam Menciptakan Unifikasi dan Kodifikasi
Hukum (hal. 118) menyebutkan bahwa unifikasi hukum adalah penyatuan hukum yang berlaku
secara nasional atau penyatuan pemberlakuan hukum secara nasional.
Penyatuan hukum secara nasional untuk hukum yang bersifat sensitif yaitu hukum-hukum
yang mengarah kepada pelaksanaan hukum kebiasaan sangat sulit untuk diunifikasi karena
masing-masing daerah memiliki adat istiadat yang berbeda. Misalnya, UU Pornografi yang
banyak mendapat penolakan dari masyarakat di daerah yang menganggap jika dilaksanakan akan
mempengaruhi esensi pelaksanaan kegiatan adat di daerah mereka. 10
Contoh unifikasi hukum lainnya yang kami temukan adalah UU Perkawinan, di mana di
setiap wilayah Indonesia memiliki adat tersendiri dalam hal perkawinan. Oleh karena itu,
dibentuklah UU Perkawinan sebagai penyatuan dan penyeragaman hukum untuk diberlakukan di
negara Indonesia sebagai hukum nasional.
Jika disimpulkan, unifikasi hukum adalah penyatuan hukum yang berlaku secara nasional
atau penyatuan pemberlakuan hukum secara nasional. Kemudian, kodifikasi hukum adalah
pembukuan hukum dalam suatu kumpulan undang-undang dalam materi yang sama.
9
Umar Said, Pengantar Hukum Indonesia: Sejarah Dan Dasar-Dasar Tata Hukum Serta Politik Hukum Indonesia,
Setara Press, 2009.
10
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari. Perkembangan Hukum Indonesia dalam Menciptakan Unifikasi dan
Kodifikasi Hukum. Jurnal Advokasi, Vol. 5, No. 2, 2015, hal. 118
11
Dengan mengadopsi hukum yang seragam dan terkoordinasi, unifikasi hukum dapat
mengurangi tumpang tindih dan kebingungan dalam sistem hukum. Ini dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas penegakan hukum serta proses peradilan.
2.Meningkatkan keadilan
Unifikasi hukum dapat menghilangkan perbedaan hukum yang tidak adil antara wilayah,
kelompok sosial, atau individu. Ini membantu menciptakan kesetaraan di mata hukum dan
memastikan perlakuan yang adil bagi semua warga negara.
Dalam konteks hukum internasional, dapat mempromosikan integrasi dan harmonisasi antara
negara-negara. Ini dapat mengurangi hambatan hukum dalam perdagangan, investasi, dan
Kerjasama internasional, serta meningkatkan kerja sama di berbagai bidang.
Dengan adanya hukum yang seragam dan jelas, dapat memberikan kepastian hukum yang
diperlukan dalam transaksi bisnis. Ini membantu mengurangi risiko dan ketidakpastian dalam
kegiatan ekonomi, serta meningkatkan kepercayaan para pihak yang terlibat.
Dengan adanya hukum yang seragam,dapat memfasilitasi mobilitas dan interaksi sosial
antara individu, kelompok, atau entitas hukum yang berbeda. Ini dapat mendukung integrasi
sosial, pertukaran budaya, dan kolaborasi lintas batas.
Dengan memiliki hukum yang seragam, dapat mengurangi biaya administrasi dan kepatuhan
hukum bagi individu, perusahaan, dan lembaga. Hal ini karena mereka hanya perlu mematuhi
12
satu set peraturan hukum daripada harus menghadapi peraturan yang berbeda-beda di setiap
yurisdiksi.
Unsur-unsur hukum dalam unifikasi hukum mencakup empat elemen penting, yaitu:
a.Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam bermasyarakat
Unsur pertama dari hukum adalah adanya peraturan yang mengatur tingkah laku manusia
dalam bermasyarakat. Peraturan ini biasanya berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan daerah, atau peraturan lainnya yang dibuat oleh badan yang berwenang.
b.Peraturan tersebut dibuat oleh badan yang berwenang
Unsur kedua adalah peraturan tersebut harus dibuat oleh badan yang berwenang, yaitu badan
atau lembaga yang memiliki wewenang untuk membuat peraturan tersebut. Biasanya badan yang
berwenang adalah lembaga legislatif seperti DPR atau lembaga eksekutif seperti pemerintah.
c.Peraturan itu secara umum bersifat memaksa
Unsur ketiga adalah peraturan tersebut harus bersifat memaksa secara umum, artinya
peraturan tersebut harus memiliki sanksi atau hukuman yang dapat diterapkan apabila ada
pelanggaran. Hal ini bertujuan untuk menjamin bahwa peraturan tersebut diikuti oleh semua
warga negara.
d.Sanksi dapat dikenakan bila melanggarnya sesuai dengan ketentuan atau perundang-undangan
yang berlaku
Unsur keempat dari hukum adalah adanya sanksi atau hukuman yang dapat diterapkan
apabila terjadi pelanggaran terhadap peraturan tersebut. Sanksi tersebut harus sesuai dengan
ketentuan atau perundang-undangan yang berlaku untuk menjamin keadilan dan kepastian
hukum.
13
A.Kekuatan tradisi dan agama
Indonesia memiliki keragaman budaya, tradisi, dan agama yang kuat di masyarakatnya.
Nilai-nilai dan praktik-praktik tradisional sering kali terkait erat dengan agama dan memiliki
pengaruh yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Beberapa hukum adat juga
masih diakui dan diterapkan di beberapa daerah. Ketika melakukan unifikasi hukum, penting
untuk mempertimbangkan keberagaman ini dan memastikan bahwa nilai-nilai budaya dan agama
masyarakat dihormati.
Indonesia memiliki sistem nilai dan pandangan tradisional yang kuat tentang kehidupan
keluarga. Beberapa aspek kehidupan keluarga, seperti pernikahan, warisan, dan hukum keluarga,
masih diatur oleh adat atau agama tertentu. Pengaruh tradisi dan agama ini dapat menyulitkan
proses unifikasi hukum di bidang ini, karena terdapat perbedaan pandangan dan praktik di antara
kelompok masyarakat yang berbeda.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan berbagai suku, budaya, dan adat istiadat yang
berbeda di setiap daerahnya. Pandangan tentang hubungan antar daerah dalam kelompok bangsa
dapat mempengaruhi pelaksanaan unifikasi hukum. Terkadang terdapat keinginan untuk
mempertahankan otonomi daerah dan menjaga identitas budaya lokal. Hal ini dapat menghambat
proses unifikasi hukum yang bersifat sentralistis.
Oleh karena itu, wajar jika sistem undang-undang di berbagai bidang hukum masih memiliki
sifat yang tidak seragam dan kemungkinan besar akan tetap berlangsung dalam jangka waktu
yang cukup lama. Meskipun ada banyak faktor yang menjadi penghambat, namun tidak boleh
menjadi alasan untuk tidak memulai upaya pembukaan hukum dan unifikasi hukum di
Indonesia.
14
iii
A.Kesimpulan
Kodifikasi hukum dan unifikasi hukum adalah konsep yang berakar dalam sejarah
pengembangan sistem hukum. Mereka telah memainkan peran penting dalam membawa
ketertiban, konsistensi, dan keadilan dalam sistem hukum di berbagai tingkatan, baik di tingkat
nasional maupun internasional. Melalui analisis makalah ini, beberapa kesimpulan penting dapat
diambil:
3. Kedua konsep ini mendukung perlindungan hak asasi manusia dan keadilan. Dengan
menciptakan sistem hukum yang lebih dapat diakses dan dapat dipahami, kodifikasi hukum dan
unifikasi hukum memberikan perlindungan hukum yang lebih besar kepada warga negara dan
pihak-pihak yang terlibat dalam konteks internasional.
B.Saran
Berdasarkan pemahaman yang telah kita peroleh dari makalah ini, ada beberapa saran yang
dapat diajukan:
15
1.Penelitian Lanjutan: Perkembangan sistem hukum terus berlangsung, dan perubahan sosial
serta teknologi berdampak pada tuntutan hukum. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lanjutan
untuk memahami bagaimana kodifikasi hukum dan unifikasi hukum dapat mengikuti
perkembangan ini dan tetap relevan.
2. Penerapan Global: Unifikasi hukum di tingkat internasional menjadi semakin penting dalam
era globalisasi. Saran ini adalah untuk memperluas upaya dalam mencapai harmonisasi hukum di
berbagai negara untuk mengatasi isu-isu global seperti perdagangan, lingkungan, dan hak asasi
manusia.
3. Pendidikan Hukum: Masyarakat umum dan praktisi hukum perlu diberikan pendidikan yang
kuat tentang makna dan manfaat dari kodifikasi hukum dan unifikasi hukum. Ini dapat
memastikan bahwa sistem hukum tetap demokratis, transparan, dan adil.
4. Kolaborasi Antar Negara: Kerjasama antar negara dalam proses unifikasi hukum sangat
penting. Saran ini adalah untuk mempromosikan kolaborasi aktif dan konstruktif antar negara
dalam rangka mencapai unifikasi hukum yang efektif.
Makalah ini telah membahas pentingnya kodifikasi hukum dan unifikasi hukum dalam
membawa ketertiban, konsistensi, dan keadilan dalam sistem hukum. Dengan mengikuti saran-
saran ini, kita dapat terus memperbaiki dan memperkuat kerangka hukum yang ada, sehingga
dapat mengakomodasi perubahan-perubahan dalam masyarakat dan memastikan perlindungan
hak asasi manusia serta keadilan yang lebih besar di seluruh dunia.
16
Daftar Pustaka
Clarke, R. Floyd. The Science of Law and Lawmaking: Being an Introduction to Law, a General
View of Its Forms and Substance, and a Discussion of the Question of Codification. New
York: Macmillan, 1898.
Hovden, Eirik. Waqf in Zaydi Yemen : legal theory, codification, and local practice. Leiden:
Brill, 2019.
Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991.
Sari, Annisa Medina. Pengertian Unifikasi Hukum ,Tujuan, dan Unsur Hukumnya. August 26,
2023. https://fahum.umsu.ac.id/pengertian-unifikasi-hukum-tujuan-dan-unsur-hukumnya/
(accessed Oktober 29, 2023).
Sugiantari, Anak Agung Putu Wiwik. "Perkembangan Hukum Indonesia dalam Menciptakan
Unifikasi dan Kodifikasi Hukum." Jurnal Advokasi 5 (2015).
17