Publisher:
Universitas muhammadiyah
Magelang Kata Kunci : Karakteristik; Minyak; Minyak Nabati; Minyak Ikan; FTIR
1. PENDAHULUAN
Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia.
Minyak, terutama minyak nabati mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat,
linolenat, dan arakidonat. Minyak juga berfungsi sebagai sumber vitamin dan pelarut bagi
vitamin-vitamin A, D, E, dan K. Minyak nabati adalah minyak yang di ekstraksi dari berbagai
tumbuhan. Ada banyak jenis minyak nabati diantaranya minyak kacang, bunga matahari,
jagung, kedelai, wijen, kelapa, zaitun dan lain sebagainya (Fatoni dan Mahandari, 2011).
Banyaknya industri makanan yang menggunakan minyak nabati sebagai bahan baku olahannya
untuk menghasilkan produk seperti margarin, mentega dan produk lainnya serta banyaknya
jenis minyak nabati yang terdapat di pasaran, sehingga perlu adanya pengembangan metode
analisis, untuk mengetahui kualitas dari berbagai jenis minyak nabati. Tak hanya minyak nabati,
minyak hewanipun sering dimanfaatkan. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan metode
analisis minyak spektrum FTIR dari minyak nabati dan minyak yang berasal dari beberapa jenis
ikan.
Spektroskopi FTIR merupakan salah satu jenis spektroskopi vibrasional yang sering digunakan
dalam analisis kualitatif (identifikasi) atau untuk analisis kuntitatif. Spektroskopi Fourier
Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) merupakan suatu metode paling mudah, sederhana,
dan cepat sehingga membuat metode ini menjadi pilihan dan dinilai efisien untuk dapat
mengidentifikasi karakteristik spesies tanaman. Spektroskopi FTIR digunakan untuk
mengelompokkan gugus fungsi. Gugus fungsi yang terabsorbsi memiliki karakteristik spektrum
Halaman | 138
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX
Nama Penulis dkk., 202 X
fingerprint karena pola spketrum FTIR ini merupakan suatu pola yang kompleks (Lia dkk,
2021).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuatlah review jurnal ini dengan tujuan adalah untuk
membandingkan hasil analisis farmasi menggunakan metode spektroskopi infra merah dari
beberapa sampel minyak nabati yang telah di teliti sebelumnya.
2. METODE
Penelitian review jurnal ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2023 dengan
menggunakan metode pengumpulan data secara studi literature. Pengumpulan data ini
menggunakan elektronik based yang terindeks nasional dan internasional seperti google
scholar dan elsevier yang dilengkapi dengan DOI dan ISSN pada setiap artikel dengan
menggunakan kata kunci berupa “karakteristik, minyak, minyak nabati, minyak ikan, FTIR”
3. HASIL
Penelusuran jurnal atau artikel ilmiahpada database Google Scholar, Pubmed dan Science
Direct dengan kata kunci dengan tahun publikasi (2011-2023) yang menghasilkan berbagai
pembahasan pada jurnal tersebut. Jurnal atau artikel ilmiah yang dihasilkan kemudian di
skimming berdasarkan judul dan abstrak, selanjutnya dikaji dan direview. Di riview jurnal
ini dengan hasil yang didapatkan dari kajian jurnal jenis jenis minyak dengan metode
Spektrofotmeter Fourier Transformed Infrared FTIR dari pencarian atau penelusuran berbagai
jurnal yang sudah ditelusuri yaitu:
Tabel 1. Jenis minyak Nabati
No. Sampel metode Jumlah artikel
Spektroskopi FTIR
Spektroskopi FTIR merupakan salah satu jenis spektroskopi vibrasional yang sering
digunakan dalam analisis kualitatif (identifikasi) atau untuk analisis kuntitatif. Spektroskopi
FTIR merupakan salah satu teknik analisis sidik jari dimana tidak ada dua senyawa atau lebih
memiliki spektrum FTIR yang sama. Spektroskopi FTIR merupakan suatu teknik analisis yang
cepat, sederhana dan non-destruktif dengan seluruh sifat kimia dalam sampel dapat ditelusuri
dan dimunculkan pada spektra (Umar et al., 2006). FTIR dilakukan pada kisaran gelombang
inframerah tengah (bilangan gelombang 4000 – 400 cm-1). Analisis FTIR digunakan untuk
melihat spektrum serapan masingmasing sampel dimana data serapan yang terdeteksi pada
bilangan gelombang 4000 – 400 cm-1
Penggunaan spektrofotometer Fourier transformed infrared (FTIR) untuk analisis suatu
komponen dalam sampel telah banyak dikembangkan, salah satunya dapat mengukur sampel
secara tepat tanpa merusak dan mampu menganalisis beberapa komponen secara serentak.
Halaman | 139
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX
Nama Penulis dkk., 202 X
Halaman | 140
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX
Nama Penulis dkk., 202 X
Minyak Biji
gelombang 3175 cm-1
Ketapang terdapat gugus O-H asam
(Terminalia karboksilat, pada panjang
gelombang 2923 cm-1
Catappa L.)
terdapat gugus H-C-H, pada
Dengan panjang gelombang 2124 cm-
Penambahan Oktavia 1 terdapat vibrasi C=C
Ekstrak ni et al, Ketapang alkuna, panjang gelombang
1705 cm-1 terdapat ester C=O,
Kesumba (2018) pada panjang gelombang 1593
(Bixa cm-1 terdapat alkena C=C,
Orellana L.) puncak serapan pada panjang
gelombang 662 cm-1 terdapat
Sebagai
vibrasi metilen cis-karatenoid.
Pewarna
Alami
Berdasarkan Analisis FT-IR
Spektrum dari minyak kelapa
sawit, menunjukkan puncak
Sintesis dan
(peak) penyerapan dan
karakterisasi penyempitan pada 3006,02
minyak Emilian dan 721,35 cm-1 diberikan
a oleh asam lemak tak jenuh cis-
kelapa sawit
minyak 9-oleicnmethyl ester (cis=CH).
untuk Kasmud Spektroskop Penyerapan puncak yang kuat
4. kelapa
agensia jiastuti i FT-IR sekitar 2921,66 sampai 2852
sawit cm-1 yaitu getaran peregangan
peminyakan et al,
asimetris CH3 dan CH2.
pada (2018) spektrum menunjukkan
penyamakan peregangan pita penyerapan
kulit pada 1743,25 dan 1464,30
cm-1 yang sesuai dengan
ikatan konjugasi masing-
masing (cis C=C) dan C-H.
Halaman | 141
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX
Nama Penulis dkk., 202 X
bilangan gelombang 3317-
3628 cm-1 terdapat gugus N–
H. Pada bilangan gelombang
2532-3130 cm-1 terdapat
gugus –OH. Terdapat
Senyawa regangan ikatan tunggal gugus
Kimia Daun C-H pada bilangan gelombang
Puspita 2855-2963 cm-1 dan juga
Mint
terdapat gugus C-H pada
(Mentha sp.) sari et atsiri daun bilangan gelombang 3010-
i FT-IR
dengan al mint 3087 cm-1. Selain itu, pada
Metode spektrum FTIR juga terdapat
(2021)
regangan ikatan rangkap yaitu
FTIR dan
gugus C=O golongan senyawa
Kemometrik keton pada bilangan
gelombang 1734 cm-1, dan
terdapat ikatan C=C aromatik
pada bilangan gelombang
1591-1604 cm-1
Halaman | 142
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX
Nama Penulis dkk., 202 X
dari gugus C=O ester yang
didukung dengan vibrasi
bending C–O pada bilangan
gelombang 1166 cm-1. Pada
bilangan gelombang 1658 cm-
Reaksi 1 terdapat vibrasi stretching
Amidasi pada gugus C=C dan pada
bilangan gelombang 723 cm-1
muncul serapan yang
menunjukkan gugus –
(CH2)n– yang merupakan
rantai dari metil ester.
Hasil karakterisasi
menggunakan spektroskopi
FTIR, pada bilangan
gelombang 1101,35 cm-1
terdapat vibrasi ikatan C-O
dari gugus eter, pada bilangan
gelombang 1741,72 cm-1
terdapat vibrasi ikatan C=O
Pemanfaatan dari gugus ester, puncak pada
bilangan gelombang 1462,04
Limbah Biji
cm-1 terdapat vibrasi ikatan
Alpukat Nila T C-H dari suatu hidrokarbon
Minyak
(Persea Berghui Spektroskop alifatik, puncak pada bilangan
9. biji gelombang 2852,72 cm-1
Americana) s et al i FT-IR
Alpukat terdapat vibrasi ikatan C-H
Sebagai (2019) dari rantai asam lemak,
Bahan Baku puncak pada bilangan
gelombang 1639,49 cm-1
Biodiesel
terdapat vibrasi ikatan C=C
dari asam lemak bebas, pada
bilangan gelombang 3410,15
cm-1 terdapat vibrasi ikatan
O-H, puncak pada bilangan
gelombang 723,31 cm-1
terdapat vibrasi ikatan
CH=CH- dari rantai asam
lemak tak jenuh.
10. Pemanfaatan Ngadiwi Spektroskop Minyak Hasil Spektrum FTIR geraniol
Geraniol yana et i FT-IR Sereh menunjukkan serapan pada
al (2008) bilangan gelombang 3350 cm-
Dari Minyak
1 yang merupakan
Sereh karakteristik dari gugus OH.
Sebagai Hal ini didukung pada serapan
1050 cm-1 yang merupakan
Senyawa
serapan dari C-O. Serapan
Penarik pada 1450-1375 cm-1 dan
Lebah Madu 3000-2850 cm-1 menunjukkan
adanya gugus hidrokarbon
pada geraniol. Ikatan C=C
ditunjukkan pada serapan
Halaman | 143
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX
Nama Penulis dkk., 202 X
1650 cm-1
PEMBAHASAN
Hasil analisis Karakteristik jenis minyak nabati menggunakan metode spektroskopi FTIR
Gambar 1. Spektrum FT-IR minyak atsiri (Mawar Indah Br Perangin Angin, 2015)
Halaman | 144
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX
Nama Penulis dkk., 202 X
Berdasarkan peneltiian Nur Intan Oktaviani et al, (2018), karakterisasi minyak atsiri biji
ketapang menghasilkan spektrum infra merah yaitu terdapat puncak serapan pada panjang
gelombang 3175 cm-1 menunjukan adanya gugus O-H asam karboksilat, puncak serapang pada
panjang gelombang 2923 cm-1 menunjukan adanya gugus H-C-H, puncak serapan pada panjang
gelombang 2124 cm-1 menunjukan adanya vibrasi C=C alkuna, panjang gelombang 1705 cm-1
menunjukan adanya ester C=O, puncak serapang pada panjang gelombang 1593
cm-1 menunjukan adanya alkena C=C, puncak serapan pada panjang gelombang 662 cm-1
menunjukan adanya vibrasi metilen cis-karatenoid.
Berdasarkan penelitian Lia Puspitasari et al (2021), hasil karakterisasi minyak atsiri
daun mint menghasilkan Spektrum FTIR yang memberikan interpretasi data, yaitu pada
bilangan gelombang 3317-3628 cm-1 terdapat gugus N–H golongan senyawa amina. Pada
bilangan gelombang 2532-3130 cm-1 terdapat gugus –OH yang berikatan pada golongan
senyawa asam. Terdapat regangan ikatan tunggal gugus C-H pada bilangan gelombang 2855-
2963 cm-1 yang menandakan adanya golongan senyawa alkana dan juga terdapat gugus C-H
pada bilangan gelombang 3010-3087 cm-1 yang menandakan adanya golongan senyawa alkena.
Selain itu, pada spektrum FTIR juga terdapat regangan ikatan rangkap yaitu gugus C=O
golongan senyawa keton pada bilangan gelombang 1734 cm-1, dan terdapat ikatan C=C
aromatik pada bilangan gelombang 1591-1604 cm-1
Berdasarkan penelitian Nila T Berghuis et al (2019), hasil karakterisasi minyak atsiri
dari biji alpukat terdapat puncak pada bilangan gelombang 1101,35 cm-1 yang menunjukkan
adanya vibrasi ikatan C-O dari gugus eter, puncak pada bilangan gelombang 1741,72 cm-1 yang
menunjukkan adanya vibrasi ikatan C=O dari gugus ester, puncak pada bilangan gelombang
1462,04 cm-1 yang menunjukkan adanya vibrasi ikatan C-H dari suatu hidrokarbon alifatik,
puncak pada bilangan gelombang 2852,72 cm-1 yang menunjukkan adanya vibrasi ikatan C-H
dari rantai asam lemak, puncak pada bilangan gelombang 1639,49 cm-1 yang menunjukkan
adanya vibrasi ikatan C=C dari asam lemak bebas, puncak pada bilangan gelombang 3410,15
cm-1 yang menunjukkan adanya vibrasi ikatan O-H, puncak pada bilangan gelombang 723,31
cm-1 yang menunjukkan adanya vibrasi ikatan –CH=CH- dari rantai asam lemak tak jenuh.
Berdasarkan penelitian Ngadiwiyana et al (2008), hasil karakterisasi dari minyak atsiri
yang dihasilkan dari minyak sereh menghasilkan Spektrum FTIR geraniol menunjukkan serapan
pada bilangan gelombang 3350 cm-1 yang merupakan karakteristik dari gugus OH. Hal ini
didukung pada serapan 1050 cm-1 yang merupakan serapan dari C-O. Serapan pada 1450-1375
cm-1 dan 3000-2850 cm-1 menunjukkan adanya gugus hidrokarbon pada geraniol. Ikatan C=C
ditunjukkan pada serapan 1650 cm-1.
Berdasarkan penelitian Fauzan Setiawan et al (2019), Hasil karakteristik minyak
kemenyan yaitu terbentuk Spektrum FT-IR dari B-CD-minyak kemenyan Pada pita hidroksil (-
OH) β- siklodekstrin murni pada 3297,85 cm-1 ditemukan lebih melebar dalam spektrum FTIR
dari kompleks inklusi. Pada pita karbonil (C=O) β-siklodekstrin (β-CD) murni pada 1645,86
cm-1 (79,14 %) terjadi pergeseran transmitan sejauh 21,24% pada spektrum FT-IR kompleks
inklusi sehingga dihasilkan puncak yang lebih tajam. Selain itu, spektrum FT-IR yang berada di
daerah sidik jari (dibawah 1300 cm-1) menujukkan bahwa kompleks inklusi dengan metode
kneading berbeda dari molekul β- siklodekstrin karena memiliki sinyal spektroskopi yang
berbeda (Ahmed et al, 1991).
Halaman | 145
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX
Nama Penulis dkk., 202 X
Gambar 2. Spektrum FT-IR minyak Zaitun (Mirna Ulfa Fauziah et al, 2017)
Berdasarkan penelitian Mirna Ulfa Fauziah et al (2017), Hasil Karakterisasi spektra FTIR
muncul pola serapan C-H alifatik jenuh pada panjang gelombang 2924,09 cm-1. Pada panjang
gelombang 2854,65 cm-1 terdapat gugus C-H pada CH3. pada panjang gelombang 1745,58 cm-
1 terdapat gugus C=O (keton alifatik). Pada panjang gelombang 1654,92 cm-1 terdapat vibrasi
regang C=C alifatik dengan pola serapan sedang hingga lemah. pada panjang gelombang
1460,11 cm-1 terdapat gugus CH2 sedangkan pada panjang gelombang 1375,25 cm-1 terdapat
gugus O-H. Pada panjang gelombang 1029,99 cm-1 terdapat gugus C-O ester.
Halaman | 146
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX
Nama Penulis dkk., 202 X
yang kuat sekitar 2921,66 sampai 2852 cm-1 yaitu getaran peregangan asimetris CH3 dan CH 2.
Spektrum menunjukkan peregangan pita penyerapan pada 1743,25 dan 1464,30 cm-1 yang
sesuai dengan ikatan konjugasi masing-masing (cis C=C) dan C-H. Spektrum minyak sulfat,
menunjukkan puncak (peak) penyerapan dan penyempitan pada 3401,16 dan 715,52 cm-1
diberikan oleh asam lemak tak jenuh cis-9-oleic methyl ester (cis = CH). Penyerapan puncak
yang kuat sekitar 2953,18 sampai 2850,71 cm-1 yaitu getaran peregangan asimetris CH3 dan
CH2. Spektrum menunjukkan peregangan pita penyerapan pada 1651,44 dan 1466,05 cm-1
yang sesuai dengan ikatan konjugasi masing-masing (cis C=C) dan C-H.
Dari hasil sintesis dan karakterisasi minyak kelapa sawit curah dapat disimpulkan bahwa
minyak kelapa sawit curah dapat disintesis menggunakan 25% H2SO4 dengan waktu sulfatasi
3 jam, kecepatan 300 rpm, dimana reaksi yang terjadi adalah reaksi sulfonasi. Karakterisasi
minyak kelapa sawit adalah angka Iodin 49,95 mg I2/minyak; asam lemak bebas 0,05%; kadar
air 0,18%; angka peroksida 16,23 mg/kg; angka asam 0,19 mg KOH/g; asam lemak jenuh yang
dominan adalah metil palmitat dan metil butirat; asam lemak tidak jenuh yang dominan adalah
cis-9-oleic methyl ester dan metil linoleat. Data spektrum FT-IR minyak sulfat menunjukkan
gugus cis=CH; CH3 dan CH2 dan cis C=C dan C-H yang serupa dengan minyak kelapa sawit
dan masih terdapat cis-9-oleic methyl ester. Minyak sulfat yang dihasilkan dari sintesis minyak
kelapa sawit dengan 25% H2SO4 selama 3 jam, mempunyai kadar air 6,47%; pH 8; kadar
minyak 81,28%; total alkalinitas 0,25%, angka penyabunan 192,74%; kadar abu 2,77% dan
kadar SO 3 terikat 7,68%. Minyak sulfat hasil penelitian dapat digunakan sebagai agensia
fatliquoring pada proses penyamakan kulit dengan nilai kekuatan tarik pada kulit tersamak
adalah 286,50 kg/cm2 dan kemuluran 63,33%.
Halaman | 147
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX
Nama Penulis dkk., 202 X
pada bilangan gelombang 4000 – 400 cm-1. Menurut Umar et al., (2006), Analisis FTIR
digunakan untuk melihat spektrum serapan masing-masing sampel dimana data serapan yang
terdeteksi pada bilangan gelombang 4000 – 400 cm-1. Beberapa gugus senyawa yang muncul
pada beberapa jenis minyak nabati antara lain gugus OH, NH, C=O, CH, C=C, C-O. Menurut
(Harborne, 1987; Muyonga et al.,2004), interpretasi hasil spektrum FTIR untuk jenis minyak
nabati yaitu pada Bilangan Gelombang (cm-1) 3588-3628 gugus fungsional yang muncul adalah
-OH alkohol, pada bilangan gelombang 3317-3628 gugus fungsional yang muncul adalah NH-
amina, pada Bilangan Gelombang (cm-1) 1591-1604 gugus fungsional yang muncul adalah -
C=C aromatik, pada bilangan gelombang 1678-1719 gugus fungsional yang muncul adalah -CO
keton, pada bilangan gelombang 2855-2963 gugus fungsional yang muncul adalah -CH alkana,
pada bilangan gelombang 3010-3087 gugus fungsional yang muncul adalah -CH alkena.
Halaman | 148
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX
Nama Penulis dkk., 202 X
menunjukkan adanya
vibrasi rentangan gugus
karbonil. Adanya serapan
kuat pada bilangan
gelombang 1150 cm-1
menegaskan bahwa gugus
karbonil yang
teridentifikasi merupakan
gugus ester. Gugus ester ini
memungkinkan karena
senyawa hasil ekstraksi
minyak ikan tuna
merupakan trigliserida
yang juga merupakan
senyawa ester sedangkan
pada hasil karakteristik
spektro FTIR lemak babi
dapat diperkirakan bahwa
senyawa yang dianalisis
memiliki gugus karbonil (-
Hala C=O) sebab terdapat pita
kuat dengan intensitas
tajam pada bilangan
gelombang 1745 cm-1
dengan overtone lemahnya
pada bilangan gelombang
3472 cm-1 yang
menunjukkan adanya
vibrasi rentangan gugus
karbonil. Adanya serapan
kuat pada bilangang
gelombang 1162 cm-1
menegaskan bahwa gugus
karbonil yang
teridentifikasi merupakan
gugus ester. Gugus ester ini
memungkinkan karena
senyawa hasil ekstraksi
lemak babi merupakan
trigliserida yang juga
merupakan senyawa ester.
Didalam jurnal tersebut pengujian minyak ikan murni menggunakan spektro UV VIS dimana
Hasil analisis peroksida ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Julaikha (2014) yaitu
11,67 meq/kg untuk minyak ikan murni berbahan baku belly flap. Perbedaan bilangan peroksida
diduga karena perbedaan jenis dan kondisi bahan baku serta metode ekstraksi yang digunakan.
Hal ini menunjukkan bahwa bentonit yang telah ditambahkan dapat mengurangi produk hasil
oksidasi lemak yaitu peroksida, aldehid dan keton (Dewi dan Hadjati 2012).
Total oksidasi minyak ikan murni dengan penggunaan bentonite konsentrasi 1; 4, dan 7%
dibawah standar IFOS. Kadar total oksidasi tertinggi pada perlakuan penambahan bentonit 1%
yaitu 5,73 meq/kg, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan penambahan bentonit 7% yaitu
2,28 meq/kg. Kadar total oksidasi terendah minyak ikan murni mengalami penurunan 35,6 meq/
Halaman | 149
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX
Nama Penulis dkk., 202 X
kg, total oksidasi awal 37,88 meq/kg menjadi 2,28 meq/kg. Rendemen tertinggi terdapat pada
perlakuan penambahan bentonit 1% yaitu 16,44% dan rendemen terendah terdapat pada
perlakuan penambahan bentonit 7% yaitu 13,18 %.
Hasil Karakterisasi spektra FTIR minyak ikan bahwa senyawa yang dianalisis memiliki
gugus karbonil (- C=O) sebab terdapat pita kuat dengan intensitas tajam pada bilangan
gelombang 1746 cm-1 dengan overtone lemahnya pada bilangan gelombang 3473 cm-1 yang
menunjukkan adanya vibrasi rentangan gugus karbonil. Adanya serapan kuat pada bilangan
gelombang 1150 cm-1 menegaskan bahwa gugus karbonil yang teridentifikasi merupakan gugus
ester. Gugus ester ini memungkinkan karena senyawa hasil ekstraksi minyak ikan tuna
merupakan trigliserida yang juga merupakan senyawa ester.
Pita C-H tajam pada bilangan gelombang 3012 cm-1 menunjukkan adanya gugus tak jenuh
(=C-H). Hal ini diperkuat oleh pita lemah tetapi tajam dekat bilangan gelombang 1653 cm-1
yang disebabkan oleh gugus C=C. Adanya serapan kuat pada bilangan gelombang 2923 dan
2853 cm-1 merupakan karakteristik serapan gugus alkil oleh vibrasi rentangan Csp 3 -H,
diperkuat oleh adanya serapan pada bilangan gelombang 1461 cm-1 yang menunjukkan vibrasi
bengkokan C-H gugus metilen (-CH2-). pola spektra minyak ikan menyerupai pola spektra IR
dari asam oleat yang merupakan asam lemak tak jenuh yang mengandung satu ikatan rangkap
atau termasuk dalam golongan monounsaturated fatty acid (MUFA).
Hasil karakteristik spektro FTIR lemak babi dapat diperkirakan bahwa senyawa yang
dianalisis memiliki gugus karbonil (-C=O) sebab terdapat pita kuat dengan intensitas tajam pada
bilangan gelombang 1745 cm-1 dengan overtone lemahnya pada bilangan gelombang 3472 cm-
1 yang menunjukkan adanya vibrasi rentangan gugus karbonil. Adanya serapan kuat pada
bilangang gelombang 1162 cm-1 menegaskan bahwa gugus karbonil yang teridentifikasi
merupakan gugus ester. Gugus ester ini memungkinkan karena senyawa hasil ekstraksi lemak
babi.
Pita C-H tajam pada bilangan gelombang 3007 cm-1 menunjukkan adanya gugus tak jenuh.
Hal ini diperkuat oleh pita lemah tetapi tajam dekat bilangan gelombang 1654 cm-1 yang
disebabkan oleh gugus C=C. Adanya serapan kuat pada bilangan gelombang 2925 dan 2854
cm-1 merupakan karakteristik serapan gugus alkil oleh vibrasi rentangan Csp 3 -H, diperkuat
oleh adanya serapan pada bilangan gelombang 1462 cm-1 yang menunjukkan vibrasi
bengkokan C-H gugus metilen (-CH2-). dapat dilihat bahwa pola spektra lemak babi
menyerupai pola spektra IR dari asam linoleat yang merupakan asam lemak tak jenuh yang
mengandung dua ikatan rangkap atau yang termasuk dalam golongan polyunsaturated fatty
acids (PUFA).
Pada sampel minyak ikan, pola serapan yang muncul pada bilangan gelombang 3007 dan
1653 cm-1 menunjukkan puncak yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan sampel lemak
babi. Tingginya puncak serapan untuk minyak ikan pada daerah ini merepresentasikan streching
vibration dari ikatan rangkap C=C cis. Menurut De Man [8], minyak ikan memiliki tiga jenis
asam lemak yaitu asam lemak jenuh yaitu asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap
pada rantai karbonnya, seperti palmitoleat. Asam lemak tidak jenuh tunggal (MUFA) yaitu
asam lemak yang mempunyai satu ikatan rangkap pada rantai karbonnya, seperti asam oleat.
Asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA) yaitu asam lemak yang mempunyai lebih dari satu
ikatan rangkap pada rantai karbonnya, seperti linoleat, asam eikosapentanoat (EPA) dan asam
dokosaheksanoat (DHA).
Perbedaan profil spektra IR lemak babi dan minyak ikan dapat digunakan untuk menentukan
apakah suatu bahan atau produk tercampur lemak babi atau tidak. Walaupun harus juga
dibandingkan dengan profil spektra IR bahan lain seperti daging ayam, daging kambing dan
daging sapi sehingga bermanfaat untuk penentuan kehalahan suatu produk.
3. KESIMPULAN
Jadi pada hasil penelitiaan-penelitiaan tersebut bahwa hasil review ini, yang dimana dari
hasil spektra IR yang telah dihasilkan dari 4 jurnal tersebut dengan masing-masing bahan yang
Halaman | 150
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX
Nama Penulis dkk., 202 X
mengandung lemak babi dan minyak ikan untuk sampel minyak ikan menunjukkan puncak yang
relatif tinggi jika dibandingkan dengan sampel lemak babi karena persentase asam lemak
MUFA (asam oleat) pada ikan tuna jauh lebih tinggi daripada pada lemak babi.
4. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis dapat memberikan pengakuan atas pendanaan atau pribadi yang membantu dalam
diskusi atau dukungan teknis. Selain itu, pengakuan dapat disampaikan kepada industri
bagaimana membantu dalam menyediakan bahan dalam penelitian. Pengakuan tidak diberikan
kepada penulis lain dalam naskah. Bagian Ucapan Terima Kasih ditulis dengan huruf Times
New Roman ukuran 11 pt dan spasi 1,15 .
5. KONFLIK KEPENTINGAN
Penulis harus menyatakan dengan jelas jika tidak ada konflik kepentingan dalam naskah,
“Semua penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan. Jika penulis mempunyai konflik
kepentingan misalnya penulis (Penulis X) bekerja di industri A, dan subjek penelitian adalah
produk dari industri A, maka harus dinyatakan “Penulis X bekerja di industri A, Semua penulis
menyatakan tidak ada konflik kepentingan. Bagian konflik kepentingan ditulis dengan huruf
Times New Roman ukuran 11 pt dan spasi 1,15.
6. REFERENSI
Referensi yang dikutip dalam naskah harus berkorelasi dengan penelitian dan harus
diperiksa pada sumber aslinya. Kutipan dalam teks harus ditulis dan diperiksa secara lengkap.
Harus dipastikan bahwa referensi yang dikutip harus disebutkan dalam referensi dan sebaliknya.
Kutipan dalam teks ditulis menggunakan nama belakang penulis diikuti tahun. Bagi pengarang
lebih dari 1 dan kurang dari 3, nama belakang pengarang disambung dengan “&”, sedangkan
pengarang lebih dari 2 orang, nama belakang pertama diikuti dengan “et al.” digunakan. Bagian
Referensi ditulis dalam Times New Roman 11 pt dengan spasi tunggal.
Referensi harus disusun dalam urutan yang logis sesuai dengan gaya American
Psychological Association (APA). Penulis/Penulis sangat disarankan untuk menggunakan
manajemen kutipan referensi untuk penyusunan naskah misalnya Zotero, Mendeley dll. Artikel
yang diterbitkan sebelumnya dapat digunakan sebagai model.
Referensi sangat dianjurkan minimal 10 tahun yang lalu dan minimal 15 referensi
beserta literatur primer (artikel penelitian asli) sebanyak 80%. Hasil yang tidak
dipublikasikan dan komunikasi pribadi tidak disarankan. Naskah yang mempunyai volume dan
terbitan yaitu Artikel di Pers dapat dijadikan rujukan dengan mencantumkan nomor DOI.
Halaman | 151
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX
Nama Penulis dkk., 202 X
Nama Belakang , KL dan Nama Belakang , DM (tahun penerbitan). Judul artikel. di Editor KL
(Eds.), Judul Prosiding (hlm. xx-xx). Tempat publikasi. Penerbit.
Misalnya:
Putri, DK, Pribadi, P., & Setiawan, A. (2020). Evaluasi Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika (SIPNAP). Dalam Simposium Internasional Borobudur ke-1 tentang
Humaniora, Ekonomi dan Ilmu Sosial (BIS-HESS 2019) (hlm. 1212-1216). Pers Atlantis.
Sumber: Situs web
Nama Belakang , KL dan Nama Belakang , DM (tahun penerbitan). Judul artikel. Alamat URL
[Tanggal, bulan, dan tahun diakses].
Misalnya:
Badan Antariksa Eropa. (2015) Rosetta: pertemuan dengan komet. Tersedia dari:
http://rosetta.esa.int [Diakses 15 Juni 2015].
Halaman | 152
JFSP Vol.XX, No.XX, 20 Juni 2 X, Halaman: XXX-XXX