Anda di halaman 1dari 2

Pertemuan 1

Praktikum Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)

Pada tanggal 12 Mei 2022, Iwan Iryaman menerima surat somasi dari Abdul Syukur
atas tuduhan tindak pidana memasuki pekarangan tanpa hak/izin pemiliknya
(huisvredebreuk) (vide: ps 167 ayat 1 KUHP). Iwan Iryaman diperintahkan untuk
mengosongkan objek tanah yang terdapat bangunan rumahnya karena berada dalam tanah
Abdul Syukur sebagaimana tertulis dalam Setifikat Hak Milik (SHM) No. 182/Blitar Surat
Ukur Nomor 70/2003, luas 4000 M2 a.n ABDUL SYUKUR.
Setelah surat somasi tersebut diterima oleh Iwan Iryaman, ia melaporkan kepada
keluarga besarnya bahwa ada pihak yang mengklaim bangunan rumah yang selama ini
ditempati berada di atas tanah miliknya. Keluarga besar yang terdiri dari Faiz Imron, Rafly
Ahmad, dan Riska Dwiky menganggap bahwa hal tersebut tidak mungkin, mengingat
bangunan rumah tinggal dengan luas 200 M2 yang ditinggali oleh Iwan Iryaman berada di
atas tanah 1000 M2, terletak di Kota Blitar RT. 001/02 yang dimiliki oleh almarhum Kakek
mereka bernama H. Ismail bin Mail yang diperoleh berdasarkan pembelian dari Eddy Slamet
berdasarkan Akte Pemindahan dan Pengoperan Hak yang dibuat dihadapan Notaris Tia Putri
tanggal 11 Mei 1996. Sampai saat ini tanah tersebut masih dikuasi secara terus-terus yang sah
menurut hukum berlaku dan mempunyai patok-patok serta memiliki batas-batas yang jelas
dan kuat. Selanjutnya diceritakan Riwayat tanah bahwa Eddy Slamet memperolehnya dari R.
Oetomo berdasarkan Surat Perjanjian Penyerahan Hak Usaha atas sebidang Tanah tanggal 25
Mei 1977 dibuat di atas kertas segel, diketahui lurah Sirajuddin dan Camat Soepriyadi No.
123/11/1977 tanggal 27 Mei 1977. R. Oetomo membeli dari Sanoesi Prawirodiharjo
bedasakan Surat Keterangan Hak Usaha Garapan Vorponding Indonesia tanggal 21 Juli 1971,
dengan batas-batas sebagai berikut: 1) Sebelah Timur berbatas dengan sungai Brantas; 2)
Sebelah Utara berbatas dengan kantor DPRD kota Blitar; 3) sebelah Barat berbatasan dengan
Pekarangan Abd. Ghofur; 4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Komplek Perumahan Blitar
Raya.
Kemudian pada tanggal 17 Mei 2022 para ahli waris beserta Iwan Iryaman menemui
Abdul Syukur untuk menanyakan mengenai kebenaran dari dalam Setifikat Hak Milik (SHM)
No. 182/Blitar Surat Ukur Nomor 70/2003, luas 4000 M2 yang dimiliki. Abdul Syukur
dengan menunjukkan SHM yang dimiliki sembari menerangkan bahwa ia melakukan
pembelian dan prosedur pendaftaran tanah secara benar. Sehingga ia tidak tahu menahu
mengenai adanya sebagaian tanah milik para ahli waris pada luas tanah yang dimilikinya.
Keluarga besar dari almarhum H. Ismail bin Mail yang diwakili oleh Faiz Imron,
Rafly Ahmad, dan Riska Dwiky sebagai ahli waris dari almarhum berdasarkan Akte
Keterangan Ahli Waris No. 10 tanggal 11 Maret 2000 mengajukan Surat Keberatan
tertanggal 30 Mei 2022 atas diterbitkannya SHM No. 182/Blitar Surat Ukur Nomor 70/2003
a.n ABDUL SYUKUR kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota Blitar dan telah diterima pada
tanggal 31 Mei 2022. Namun hingga 10 (sepuluh) hari surat diterima tidak ada jawaban atau
keputusan yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Blitar mengenai masalah
tersebut.
Setelah mendengar uraian peristiwa yang diceritakan klien saudara di atas, kemudian
yang saudara lakukan adalah melakukan gelar perkara serta membuat surat kuasa untuk
mewakili klien saudara dalam mengajukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara.

Buatlah!
1. Analisis kasus posisi di atas berdasarkan Peraturan Perundang-undangan dan teori
dalam hukum acara PTUN, khususnya berkaitan dengan objek yang disengketakan
(meliputi jenis dan tenggang waku), para pihak dan kepentingannya, serta tempat
diajukan gugatan.
2. Surat kuasa khusus disertai hak substitusi, dengan menempatkan diri anda sebagai
advokat.

Anda mungkin juga menyukai