oleh:
Muhammad Nur Yasin
NIM 192310101042
Mengetahui,
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmatNya yang berupa kesempatan serta pengetahuan
kepada kami sehingga makalah dengan judul “LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
CEREBO VASKULER ACCIDENT (CVA) INFARK” ini bisa selesai tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas aplikasi klinis
keperawatan di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.
Penulis
BAB 1. Konsep Teori Penyakit
Sumber:
http://assets.kompasiana.com/items/album/2021/03/07/anatomi-
otak-6044bad38ede4869c61f1112.jpg
b. Stroke emboli
Pada stroke jenis ini letak pembuluh darah yang terjadi
penggumpalan bukan terletak pada bagian otak melainkan pada
pembuluh darah yang lainnya, biasanya terjadi pada pembuluh
darah pada jantung yang menyebabkan berkurangnya pasokan
darah yang dialirkan menuju otak.
Aterosklerosis
Gangguan pada
Gangguan pada nervus 5 Penurunan lobus parietal
(otot rahang) dan nervus kesadaran (persepsi sensori)
10 (menelan)
pada serebelum
a. Identitas Pasien
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pada kasus stroke stroke iskemik, keluhan utama yang biasa
dirasakan oleh pasien adalah adanya perubahan tingkat kesadaran
secara mendadak dan umunya terjadi saat pasien istirahat, nyeri
kepala ringan, adanya kelemahan pada reflek, adanya gangguan
komunikasi (afasia), gangguan dalam memahami kata (defasia),
dan kesemutan (Nusatirin, 2018).
5. Riwayat Psikososial-spiritual
Contohnya ketika pasien yang mengalami stroke, pasien
umunya merasa cemas dikarenakan biaya perawatan penyakit
stroke yang mahal. Hal ini dapat mempengaruhi strabilitas
emosional dan pikiran klien dan keluarga, Selain itu adanya
kondisi tersebut juga dapat mempengaruhi perubahan hubungan,
peran, gangguan citra tubuh sehingga pasien akan merasa
kesulitas dalam melakukan aktivitas dan komunikasi, merasa
geilisah, dan memicu terjadinya defisit perawatan diri (Nusatirin,
2018).
3. Pola eliminasi
Pola eliminasi yang biasanya terjadi pada pasien stroke
adalah pada eliminasi urin dan feses. Pasien stroke umumnya
terjadi konstipasi yang diakibatkan penurunan peristaltik pada
usus, sementara permasalahan pada eliminasi urin seperti infeksi
perkemihan, retensi urin, dan juga batu ginjal (Nusatirin, 2018).
6. Pola kognitif
Pasien dengan penyakit stroke biasanya memiliki pola
kognitif yang terganggu, dikarenakan nyeri kepala yang ia rasakan
gangguan pada pengelihatan, serta gangguan lainnya yang
melibatkan sisten neusensorisnya (Lusiana, 2019).
d. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran
a) Secara Kualitatif
NO Derajat Keterangan
1. Composmentis Kesadaran penuh dengan memberikan respons
yang cukup terhadap stimulus yang diberikan
b) Secara kuantitatif
Parameter Kriteria Skor
Spontan 4
Terhadap suara 3
Eye Response
Terhadap rangsang nyeri 2
Tidak ada reaksi 1
Berorientasi baik 5
Dapat mengucapkan kalimat, 4
namun ada
disorientasi waktu dan tempat
Verbal response
Dapat mengucapkan kata-kata, 3
namun tidak
berupa kalimat dan tidak tepat
Mengerang 2
Suara tidak ada 1
Dengan perintah 6
Melokalisasi nyeri 5
Motoric Response Menarik area yang nyeri 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak berespon 1
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah pada pasien stroke umumnya tinggi, yaitu
sekitar >140/80, yang mana hal ini dapat menyebabkan
peningkatan intraplak.
b. Nadi pada pasien stroke biasanya normal yaitu sekitar
20x/menit.
c. Pola pernapasan umumnya terganggu dikarenakan adanya
gangguanbersihan jalan napas.
d. Suhu tubuh pada pasien stroke normal.
3. Rambut
Pasien dengan penyakit stroke umumnya akan mengalami
kesulitas dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, sehingga
akan mengalami defisit perawatan diri. Rambut pasien bisa saja
kotor apabila tidak dirawat dengan baik dan penyebaran rambut
juga tidak akan merata (Nusatirin, 2018).
4. Wajah
Umumnya wajah pada pasien dengan stroke akan terlihat
miring dan pucat. Pada wajah perlu dilakuakn pemeriksaan nervus
V (trigeminal), yaitu dengan mengusapkan kapas pada kornea
mata maka respon klien akan menutup mata. Selain itu juga perlu
dilakukan peeriksaan pada nervus VII (fascialis), yaitu dengan
mengamati apakah alis mata simetris, kemmapuan mengangkat
alis, mengerutkan dahi dan hidung, dan menggembungkan pipi.
Umumnya pasien dengan stroke ketika menggembungkan pipinya
akan terlihat tidak simetris antara bagian kana dan kiri, atau bisa
juga disesuaikan dengankelemahan pasien (Nusatirin, 2018).
5. Mata
Pasien dengan stroke umumnya memiliki konjungtiva yang
tidak anemis, sclera tidak ikterik, dilatasi pupil, dan reflek mata
yang negative terhadap cahaya. Pada pengkajian mata juga
dilakukan pemeriksaan nervus II (optikus) dan nervus III
(okulomotorius) yang biasanya akan didapatkan hasil pupil isokor
dan anisokor dna pemeriksaan reflek cahaya. Selain itu juga
dilakukan pemeriksaan pada nervus VI (absusen) dan IV (toklear)
(Nusatirin, 2018).
6. Hidung
Pada pemeriksaan hidung pasien stroke dilakukan
pemeriksaan nervus I (olfaktorius) untuk mengetahui ketajaman
penciuman dari pasien (Nusatirin, 2018).
7. Mulut dan gigi
Permasalahan defisit perawatan diri yang umumnya dialami
oleh pasien stroke terkadang menyebabkan masalah seperti bau
mulut, kurangnya kebersihan gigi, mukosa bibir kering, atau
peradangan pada gusi. Selain itu juga diperlukan pemeriksaan
nervus VII (facialis) dengan mendorong lidah ke pipi kanan atau
kiri, pemeriksaan indera pengecap, serta pada nervus IX
(glossofaringeal) dan nervus XII (hipoglaus) dengan meminta
pasien untuk menjulurkan lidah dan kemudian dibelokkan ke kiri
dan kanan (Nusatirin, 2018).
8. Telinga
Pemeriksaan telinga dilakukan dengan pemeriksaan pada
nervus VIII (auditori) dengan memberikan bunyi-bunyian seperti
gesekan jari. Umumnya pasien stroke hanya dapat mendengarkan
suara keras dengan artikulasi yang jelas (Nusatirin, 2018).
9. Leher
Pemeriksaan leher dilakukan dengan pemeriksaan nervus X
(vagus) yangmana umumnya pasien stroke akan mengalami
kesulian dalam menelan (Nusatirin, 2018).
10. Thoraks
a. Paru-paru
Inspeksi : umumnya paru-paru simetris antara kanan dan
kiri
11. Abdomen
Inspeksi : umumnya simetris dan tidak ada asites
Palpasi : umumnya tidak terdapat pembesaran hepar
Perkusi : umumnya terdengar suara tympani
Auskultasi : umumnya bising usus tidak terdengar, dilakukan pula
pemeriksaan reflek dinding perut, ketika perus digores, pasien
tidak merasakannya.
12. Ekstremitas
Pada ekstremitas bawah pasien dengan stroke, ketika dilakukan
pemeriksaan reflek biasanya akan ditemukan hasil pemeriksaan
bluedzensky positif, selain itu ketika kaki pasien digores, jari tidak
mengembang (babinski positif).
Skala Keterangan
Diagnosis yang dapat muncul pada pasien dengan stroke iskemik sebagai
berikut (PPNI, 2017):
Berikut intervensi yang dapat dilakukan pada diagnose yang telah ditegakkan sebagai berikut (PPNI, 2018) dan (PPNI,
2019):
Edukasi
6. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis.
mengatur pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan, membatasi
kunjungan)
Kolaborasi
3 (D.0019) Defisit Nutrisi b.d. Nafsu makan (L.03024) Manajemen Nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan mencerna Tujuan : setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi status nutrisi
makanan d.d. nafsu makan keperawatan kepada pasien selama 2 x 2. Identifikasi makanan yang disukai
menurun, berat badan 24 jam ,nafsu makan pada pasien dapat 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
menurun membaik, dengan nutrien
Kriteria hasil : 4. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
1. Keinginan makan membaik yang sesuai
2. Asupan makanan membaik
5. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
Promosi Berat Badan
1. Monitor adanya mual dan muntah
2. Monitor berat badan
3. Sediakan makanan yang tepat sesuai dengan
kondisi pasien
3.4 Implementasi
Pada tahap ini, perawat memerlukan pengetahuan, keterampilan, kemampuan berkomunikasi, serta kemampuan
teknik keperawatan lainnya (Nusatirin, 2018). Contoh implementasi yang dapat dilakukan pada pasien stroke adalah
dengan terapi range of motion (ROM), membantu pasien dalam melakukan toileting, dan lain sebagainya.
3.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dengan membandingkan secara sistemik dan
terencana mengenai kesehatan pasien atau kemajuan yang dicapai oleh pasien setelah dilakukannya implementasi
keperawatan. Penialaian dalam evaluasi ini memiliki tujuan untuk mengukur hasil keperawatan dan mengatasi
pemenuhan kebutuhan pasien (Nusatirin, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Arnando, R., I. Rosyidah, & Baderi. 2020. Pengaruh Terapi Genggam Bola Karet
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Post CVA Infark. STIKes Insan
Cendekia Medika Jombang.
Basyir, I. F., N. Nurkhalifah, & I. G. B. W. Linggabudi. 2021. Gambaran Radiologis
pada Bidang Neurologis Stroke. Syntax Fusion: Jurnal Nasional Indonesia.
1(10): 588-601.
Koerniawan, D., Daeli, N. E., dan Srimiyati. 2020. Aplikasi standar keperawatan:
diagnosis, outcome, dan intervensi pada asuhan keperawatan. Jurnal
Keperawatan Silampari. 3(2): 739-751.
Maria, Insana. 2021. Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus dan Asuhan Keperawatan
Stroke. Jakarta :deepublish
Nusatirin. 2018. Asuhan keperawatan Tn. H dengan stroke non hemoragik di ruang
bougenvil rumah sakit tk. II DR. Soedjono Magelang. Karya Tulis Ilmiah.
Politeknik Kesehatan Yogyakarta: Program Studi D-III Keperwatan
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.