Anda di halaman 1dari 2

1.

Gramatikal alquran adalah suatu ilmu yang mengkaji tata bahasa alquran menyangkut tata
bahasa dan tata bentuk.
2. Jumlah ismi yah dalam gramtikal alquran terdiri dari mubtada’ dan khobar sedangkan jumlah
fi’liyah terdiri dari fi’il fa’il dan maf’ul.
A. – Mubtada’ merupakan isim yang sepi atau selamat dari amil” lafdiyah.
- khobar adalah isim yang mengikuti pada mubtada’
Contoh : ‫ محمد معلم‬kata ‫ محمد‬sebagai mubtada’ dan ‫ معلم‬sebagai khobar.
B. – fi’il adalah lafadz atau kata yang terikat dengan waktu atau yang biasa disebut dengan kata kerja.
- fa’il adalah subjek atau pelaku dari suatu pekerjaan atau fi’il.
- maf’ul adalah objek atau sesuatu yang dikenai pekerjaan.
Contoh: ‫ حمل التالمذ قرآن‬lafadz ‫ حمل‬sebagai fi’il, lafadz ‫ التالمذ‬sebagai fa’il, dan lafadz ‫ قرآنا‬sebagai maf’ul.

3. Pengulangan isim nakirah atau makrifat ada 4 kemungkinan:


A. Jika kedua – duanya makrifat maka pada umumnya isim yang kedua adalah yang pertama
contohnya: ‫ صراط الذين‬،‫اهدنا الصراط المستقيم‬
B. Jika kedua – duanya nakirah maka yang kedua biasanya bukan yang pertama contohnya : ‫هللا الذي‬
‫خلقكم من ضعف ثم جعل من بعض ضعف قوة ثم جعل من بعض ضعف قوة ضعفا وشيبا‬
C. Jika yang pertama nakirah dan yang kedua makrifat maka yang kedua itu adalah yang pertama,
karena sudah diketahui. Contohnya: ‫ فعصى الى فرعون الرسول‬،‫كما ارسلنا الى فرعون رسوال‬
(al-Muzzammil 15-16)
D. Jika yang pertama makrifat dan yang kedua nakirah, maka tergantung qorinahnya, terkadang
qorinahnya (indikasi) itu menunjukkan bahwa keduanya itu berbeda. Contohnya: ‫ويوم تقوم الساعةيقسم‬
‫المجرمون مالبثواغير ساعة‬. Terkadang qorinahnya menunjukkan bahwa keduanya sama. Contohnya: ‫َو َلَقْد‬
‫ ُقْر ٰا ًنا َعَر ِبًّيا َغْيَر ِذ ْي ِع َو ٍج َّلَع َّلُهْم َيَّتُقْو َن‬. ‫َض َر ْبَنا ِللَّناِس ِفْي ٰهَذ ا اْلُقْر ٰا ِن ِم ْن ُك ِّل َم َثٍل َّلَع َّلُهْم َيَتَذَّك ُرْو َۚن‬
(Az zumar 27-28)
4.Menurut Fadil Shalih al-Samirai, ada sepuluh makna gramatikal “kana” dalam struktur kalimat
positif. Kesepuluh makna gramatikal “kana” itu adalah sebagai berikut:a. Al-Madli al-
Munqathi‟Makna ini terbagi kepada dua bagian, yaitu;1) Menunjukkan untuk memaknai suatu
kejadian terdahulu dengan sifat kejadian yang tetap, sehingga masih dianggap berlaku pada masa
sesudahnya.2) Menunjukkan kepada makna bahwa suatu peristiwa hanya terjadi satu kali. Makna
seperti ini akan ditunjukkan apabila khobar kȃnaberupa fiil madli.b. Al-Madli al-Mutajaddid wa al-
Mu‟taadiMakna ini muncul apabila kata yang menjadi khobar “kȃna” adalah berupa fiil mudlori.
Dalam struktur seperti ini, makna yang ditunjukkan adalah terbagi kepada dua bagian, yaitu;1)
Memaknai suatu peristiwa sedang berlangsung pada suatu kejadian.2) Memaknai bahwa suatu
pekerjaan yang terjadi di masa lampau adalah merupakan suatu kebiasaan pada waktu lampau itu.c.
Tawaqqu al-Huduts fi al-MadliMakna ini menunjukkan kepada bahwa suatu pekerjaan terjadi pada
lampu saja. Atau bahwa pekerjaan itu akan dilakukan pada masa lampau.d. Al-Dawam wa al-Istimrar
bi Makna “Lam Yazal”Makna ini menunjukkan bahwa suatu peristiwa terus berlangsung dan tidak
pernah berhenti.e. Menunjukkan kepada makna apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
adalah “keadaan.” Dengan ini, terdapat struktur kalimat yang mengandung “kȃna” menunjukkan
kepada makna “keadaan”.f. Menunjukkan kepada makna “Istiqbal”Makna yang ditunjukkan adalah
bahwa suatu kejadian pasti akan akan terjadi pada masa yang akan datang.g. Menunjukkan kepada
makna “Shȃra”Arti dari kata “shȃra” adalah “menjadi.”Sehingga, diantara struktur kalimat yang ada
kata “kana” menunjukkan kepada makna “menjadi.”h. Menunjukkan kepada makna “Yanbagi wa al-
Qudrat wa alIstitha‟ah”Secara harfiyah kata “yanbagi” diartikan “patut,” “pantas.” Sementara kata al-
qudrat dan al-istitha‟ah memiliki arti yang sama yaitu “kemampuan.”i. Menunjukkan kepada makna
“wajada” dan “waqaa‟Secara harfiyah kata “wajada” bertarti “mendapati” dan kata “waqaa” berarti
“menimpa”. Makna seperti ini akan muncul ketika perangkat kelengkapan pola kalimat “kana” ini
diringkas, sehingga khobar kana tidak nampak.j. Terkadang sebagai “zaidah” yang tidak
bermaknaSuatu saat, kata kana hanya sebagai tambahan kata saja, tidak mempunyai makna
tersendiri. Hal ini akan terjadi jika.a. Keberadaan “kana” hanya menunjukkan waktu peristiwa
terjadib. Keberadaan “kana” hanya untuk penguatan ( ta‟kid)Dalam keadaan seperti ini, kata “kana”
tidak mempunyai makna gramatikalnya.

Anda mungkin juga menyukai