Zein Al Syurfah 701190008 Sistem Pernafasan
Zein Al Syurfah 701190008 Sistem Pernafasan
PERNAPASAN
(Asma)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Oleh
Zein Al Syurfah (701190008)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. Syukur Alhamdulillah saya dapat
mengerjakan tugas makalah dari mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat yang
berjudul “Keperawatan Gawat Darurat Pada Sistem Pernafasan (Asma)”. Saya
juga mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat yang telah memberikan tugas ini. Dengan ini saya bisa belajar memahami
lebih dalam terkait judul yang ditugaskan untuk saya.
Saya sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan didalamnya.
Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan makalah saya selanjutnya. Saya berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi saya umumnya dan khususnya kepada
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
b. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai
acuan untuk menambah wawasan tentang penanganan
kegawatdaruratan pada asma.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
1. Definisi
Asma adalah penyakit yang dengan ciri peningkatan respon
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan ditandai dengan
penyempitan jalan nafas yang luas dan dapat berubah-ubah secara
spontan (Arif, 2008). Asma merupakan salah satu penyakit yang
banyak diderita oleh masyarakat, diderita oleh anak-anak sampai
dewasa. Asma merupakan gangguan saluran pernafasan yang
sangat kompleks (Marni, 2014). Asma merupakan penyumbatan
jalan nafas yang tidak dapat pulih karena spasme bronkus
disebabkan oleh trakea dan bronki berespon secara hiperaktif
terhadap stimulasi tertentu (Wijaya & Putri, 2013)
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
mengalami penyempitan karena hiperventilasi terhadap rangsangan
tertentu yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat
sementara. Asma dibedakan menjadi 2, yakni Asma Bronkial dan
Asma Kardial. Asma bronkial dapat terjadi lantaran adanya radang
yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas bagian bawah.
Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan,
pembengkakan selaput lendir, pembentukan timbunan lendir yang
berlebih. Asma kardial adalah asma yang timbul akibat adanya
kelainan jantung biasanya terjadi pada malam hari yang disertai
sesak nafas yang hebat (Nurarif & Kusuma, 2013).
2. Etiologi
Penyakit asma bisa disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1. Faktor intrinsic
a. Infeksi : infeksi virus influenza, pneumonia,mycoplasma.
b. Fisik : cuaca dingin, perubahan suhu.
c. Iritan : kimia.
d. Polusi udara : asap rokok, parfum, karbondioksida.
e. Emosional : takut, cemas, tenang.
f. Aktivitas yang berlebih atau kelelahan.
2. Faktor ekstrinsik : reaksi antigen antibodi : inhalasi alergen
(debu, serbuk, bulu binatang). Alergi terhadap makanan beberapa
jenis makanan tertentu juga bisa menjadi faktor pencetus
terjadinya serangan asma, misalnya ikan laut, kacang, telur dan
susu sapi (Marni, 2014).
3. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos
bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang
umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga
terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodiy
Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antobodi ini menyebabkan
reaksi bila reaksi dengan antigen spesifiknya. Pada asma, antibodi
ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronchus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi Ig E orang
tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat analfilaksis yang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient) faktor kemotaktik
eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor
ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhiolus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan
spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama
ekspirasi dari pada selama inspirasi karena peningkatan tekanan
dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus.
Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada
penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik
dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini
menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari perut. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest (Musliha, 2010).
4. Pathway
5. Manifestasi klinik
Menurut Mumpuni & Wulandari, 2013 :
1. Kesulitan bernafas atau sering terlihat terengah-engah
bila melakukan aktivitas yang sedikit berat.
2. Sering batuk (disertai dahak atau tidak).
3. Mengi atau wheezing.
4. Dada terasa sesak karena adanya penyempitan saluran
nafas akibat rangsangan tertentu.
5. Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat
dada sesak.
6. Penatalaksanaan
Menurut Musliha, 2010 :
1. Medis Pengobatan dengan farmakologi (dengan obat):
obat pelega seperti salbutamol, terbutalin, fenoterol,
metaproterol, formoterol dan sebagainya. Obat anti vagus
misalnya atrovent.
2. Keperawatan Pengobatan non farmakologi dengan cara
pemberian penyeluruhan kesehatan untuk menghindari
pencetus asma, fisioterapi, kalau perlu dengan pemberian
oksigen
7. Komplikasi
Apabila penderita asma tidak segera mendapat pertolongan
yang cepat dan tepat, maka akan timbul komplikasi yang
bisa membahayakan kondisi pasien, diantaranya adalah
terjadinya status asmatikus, gangguan asam basa, gagal
nafas, bronkhiolitis, hipoksemia, pneumonia,
pneumothoraks, emphysema, chronic persistent bronkhitis,
atelektasis dan bahkan kematian (Marni, 2014)
D. Farmakotherapy
E. Analisa Data
Tabel 6. Analisa Data
- Mocus
berlebih
- Batuk
- Wheezing
- Sesak nafas
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
DS : Allergen
- Klien
mengatakan
klien sesak
nafas
DO : Penyempitan
- Klien tampak jalan nafas
susah
bernafas,
inspirasi
memendek,
ekspirasi Pola nafas tidak
2. memanjang, efektif Pola nafas tidak
nafas dangkal, efektif
tarikan otot
intercostal,
SPO2 96%
- TTV
Nadi :
81x/menit
Respirasi :
34x/menit
Suhu : 36,5oC
F. Asuhan Keperawatan
Tabel 7. Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan :
- Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Kode : D.0001 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d Sekresi
yang tertahan d.d Batuk tidak efektif,Sputum
berlebih,Wheezing,Dispnea ,Frekuensi nafas berubah,Pola nafas
berubah.
- Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Kode : D.0005 Pola Nafas Tidak Efektif b.d Hambatan Upaya
Nafas d.d Dispnea,Penggunaan otot bantu,Fase ekspirasi
memanjang,Pola nafas abnormal (takipneu), Pernafasan cuping
hidung,Tekanan inspirasi menurun. D.0001 Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif b.d Sekresi yang tertahan d.d Batuk tidak efektif,Sputum
berlebih,Wheezing,Dispnea,Frekuensi nafas berubah,Pola nafas berubah
Definisi :
- Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstrukssi jalan nafas
untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.
- Inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Standar Standar
Standar Intervensi/
Luaran/ Rasional/ Evidence Prosedur
Nursing
Nursing Based Nursing Operasional
Intervention
Outcome (SPO)
1. Setelah Latihan Batuk Observasi : *SPO
dilakukan Efektif (1.01006) - Untuk mengetahui Latihan
tindakan Observasi : kemampuan batuk Batuk
keperawatan 5 - Identifikasi klien. Efektif
jam diharapkan kemampuan - Untuk mengetahui dilampirkan
bersihan jalan batuk adanya retensi
nafas efektif, - Monitor adanya sputum
dengan kriteria retensi sputum
hasil : Terapeutik :
Bersihan Jalan Terapeutik : - Untuk memberikan
Nafas - Atur posisi semi- kenyamanan pada
(L.01001) Fowler atau klien
1. Batuk efektif Fowler - Agar pada saat
meningkat - Pasang perlak latihan batuk
2. Produksi dan bengkok efektif sputum
sputum dipangkuan tidak mengotori
menurun pasien baju klien
3. Wheezing - Buang secret
menurun pada tempat Edukasi :
4. Dispnea sputum - Agar klien
membaik memahami tujuan
5. Sianosis Edukasi : dan prosedur batuk
membaik - Jelaskan tujuan efektif
6. Frekuensi dan prosedur - Untuk mengurangi
nafas membaik batuk efektif gangguan pada
7. Pola nafas - Anjurkan Tarik pernafasan klien
membaik nafas dalam - Agar sputum dapat
melalui hidung keluar melalui
selama batuk
4detik,ditahan
selama 2
detik,kemudian
keluarkan dari
mulut dengan
bibir mengcucu
(dibulatkan)
selama 8 detik.
- Anjurkan
mengulang Tarik
nafas dalam
hingga 3kali
- Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
Tarik nafas falam
yang ke -3
2. Setelah Pemantauan Observasi : *SPO
dilakukan Respirasi (1.01014) - Untuk memantau Posisi
tindakan Observasi : frekuensi,irama, Semipowler
keperawatan 5 - Monitor Kedalaman dan atau Powler
jam diharapkan frekuensi,irama, upaya nafas dilampirkan
pola nafas Kedalaman dan - Agar mengetahui
menjadi efektif upaya nafas) pola nafas klien
dengan kriteria - Monitor pola - Untuk mengetahui
hasil : nafas (takipneu) kemampuan batuk
Pola Nafas - Monitor efektif klien
(L.01004) kemampuan - Untuk mengetahui
1. Dispnea batuk efektif apakah ada
menurun - Monitor adanya produksi sputum
2. Penggunaan produksi sputum atau tidak
otot bantu - Monitor adanya - Untuk mengetahui
menurun sumbatan jalan apakah ada
3. Pemanjangan nafas sumbatan jalan
fase - Palpasi nafas atau tidak
ekspirasi kesimetrisan - Untuk mengetahui
menurun ekspansi paru kesimetrisan paru
4. Pernafasan - Auskultasi bunyi - Untuk mengetahui
cuping nafas bunyi nafas klien
hifung - Monitor saturasi - Untuk memantau
menurun oksigen saturasi oksigen
5. Frekuensi - Monitor hasil x- klien
nafas ray toraks - Untuk mengetahui
membaik Terapeutik keadaan toraks
6. Kedalaman - Atur interval klien
nafas pemantauan
membaik respirasi sesuai Terapeutik
kondisi pasien - Agar respirasi
- Dokumentasikan klien dapat
hasil pemantauan kembali normal
Edukasi : - Untuk
- Jelaskan tujuan mengetahui
dan prosedur keadaan klien
pemantauan Edukasi
- Informasikan - Agar klien
hasil pemantauan memahami
, jika perlu tujuan dari
pemantauan
respirasi
IV. ANALISA KASUS
A. Analisa Kasus
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. K
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.Adipatikertamanah no 99
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama ; Islam
Tanggal MRS : 30 Mei 2017
No. MR : 001290839
Diagnosa Medis : Asma Bronkial
Keluhan Utama : Klien mengatakan sesak nafas,batuk
berdahak, dan dahak susah keluar
Tanda – tanda vital :
• Tekanan darah : 110/70 mmHg
• Jumlah pernafasan : 34 x/menit
• Nadi : 81 x/menit
• Suhu : 36,5 oC
b. Data Fokus Pasien
Tabel 8. Data Fokus Pasien
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
DS :
- Klien tampak
Allergen
susah
bernafas,
inspirasi
memendek,
ekspirasi
memanjang, Penyempitan
nafas dangkal, jalan nafas
2. tarikan otot Pola nafas tidak
intercostal, efektif
SPO2 96%
- TTV
Nadi :
Pola nafas tidak
81x/menit
Respirasi : efektif
34x/menit
Suhu : 36,5oC
Tabel 9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan :
- Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Kode : D.0001 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d Sekresi
yang tertahan d.d Batuk tidak efektif,Sputum
berlebih,Wheezing,Dispnea , Sianosis,Frekuensi nafas berubah,Pola
nafas berubah.
- Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Kode : D.0005 Pola Nafas Tidak Efektif b.d Hambatan Upaya
Nafas d.d Dispnea,Penggunaan otot bantu,Fase ekspirasi
memanjang,Pola nafas abnormal (takipneu), Pernafasan cuping
hidung,Tekanan inspirasi menurun. D.0001 Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif b.d Sekresi yang tertahan d.d Batuk tidak efektif,Sputum
berlebih,Wheezing,Dispnea , Sianosis,Frekuensi nafas berubah,Pola
nafas berubah
Definisi :
- Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstrukssi jalan nafas
untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.
- Inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Standar Standar
Standar Intervensi/
Luaran/ Rasional/ Evidence Prosedur
Nursing
Nursing Based Nursing Operasional
Intervention
Outcome (SPO)
1. Setelah Latihan Batuk Observasi : *SPO
dilakukan Efektif (1.01006) - Untuk mengetahui Latihan
tindakan Observasi : kemampuan batuk Batuk
keperawatan 5 - Identifikasi klien. Efektif
jam kemampuan - Untuk mengetahui dilampirkan
diharapkan batuk adanya retensi
bersihan jalan - Monitor adanya sputum
nafas efektif, retensi sputum
dengan kriteria Terapeutik : Terapeutik :
hasil : - Atur posisi semi- - Untuk memberikan
Bersihan Jalan Fowler atau kenyamanan pada
Nafas Fowler klien
(L.01001) - Pasang perlak - Agar pada saat
1. Batuk dan bengkok latihan batuk
efektif dipangkuan efektif sputum
meningkat pasien tidak mengotori
2. Produksi - Buang secret baju klien
sputum pada tempat
menurun sputum Edukasi :
3. Wheezing - Agar klien
menurun memahami tujuan
4. Dispnea Edukasi : dan prosedur batuk
membaik - Jelaskan tujuan efektif
5. Sianosis dan prosedur - Untuk mengurangi
membaik batuk efektif gangguan pada
6. Frekuensi - Anjurkan Tarik pernafasan klien
nafas membaik nafas dalam - Agar sputum dapat
7. Pola nafas melalui hidung keluar melalui
membaik selama batuk
4detik,ditahan
selama 2
detik,kemudian
keluarkan dari
mulut dengan
bibir mengcucu
(dibulatkan)
selama 8 detik.
- Anjurkan
mengulang Tarik
nafas dalam
hingga 3kali
- Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
Tarik nafas falam
yang ke -3
2. Setelah Pemantauan Observasi : *SPO
dilakukan Respirasi (1.01014) - Untuk memantau Posisi
tindakan Observasi : frekuensi,irama, Semipowler
keperawatan 5 - Monitor Kedalaman dan atau Powler
jam frekuensi,irama, upaya nafas dilampirkan
diharapkan Kedalaman dan - Agar mengetahui
pola nafas upaya nafas) pola nafas klien
menjadi efektif - Monitor pola - Untuk mengetahui
dengan kriteria nafas (takipneu) kemampuan batuk
hasil : - Monitor efektif klien
Pola Nafas kemampuan - Untuk mengetahui
(L.01004) batuk efektif apakah ada
1.Dispnea - Monitor adanya produksi sputum
menurun produksi sputum atau tidak
2.Penggunaan - Monitor adanya - Untuk mengetahui
otot bantu sumbatan jalan apakah ada
menurun nafas sumbatan jalan
3.Pemanjangan - Palpasi nafas atau tidak
fase ekspirasi kesimetrisan - Untuk mengetahui
menurun ekspansi paru kesimetrisan paru
4.Pernafasan - Auskultasi bunyi - Untuk mengetahui
cuping hifung nafas bunyi nafas klien
menurun - Monitor saturasi - Untuk memantau
5.Frekuensi oksigen saturasi oksigen
nafas membaik - Monitor hasil x- klien
6.Kedalaman ray toraks - Untuk mengetahui
nafas membaik Terapeutik keadaan toraks
- Atur interval klien
pemantauan
respirasi sesuai Terapeutik
kondisi pasien - Agar respirasi
- Dokumentasikan klien dapat
hasil pemantauan kembali normal
Edukasi : - Untuk
- Jelaskan tujuan mengetahui
dan prosedur keadaan klien
pemantauan Edukasi
- Informasikan - Agar klien
hasil pemantauan memahami
, jika perlu tujuan dari
pemantauan
respirasi
O:
- Sudah tidak terdengar
suara nafas tambahan
(wheezing) dan
respirasi 22 kali/menit
- Pasien sudah tampak
tidak susah bernafas
pola nafas efektif
dengan respirasi 22
kali/menit, nadi 95
kali/menit dan pasien
sudah mulai tidak
menggunakan
bantuan oksigen
- Klien tampak tidak
terengah-engah saat
berakivitas
A:
Kriteria Hasil :
Luaran Utama :
Bersihan Jalan Nafas
(L.01001)
1. Batuk efektif
meningkat
2. Produksi sputum
menurun
3. Wheezing menurun
4. Dispnea membaik
5. Sianosis membaik
6. Frekuensi nafas
membaik
7. Pola nafas membaik
I : Implementasi telah
dilakukan
A:
Kriteria Hasil :
Luaran Utama :
Pola Nafas (L.01004)
1.Dispnea menurun
2.Penggunaan otot bantu
menurun
3.Pemanjangan fase
ekspirasi menurun
4.Pernafasan cuping
hifung menurun
5.Frekuensi nafas
membaik
6.Kedalaman nafas
membaik
I : Implementasi telah
dilakukan
P ( Problem ) :
Seorang perempuan berusia 25 tahun mengeluh sesak nafas,batuk
berdahak, dan dahak susah keluar. Jalan nafas terdapat sumbatan,terdapat
secret terdengar suara wheezing, respiratory rate 34x/menit, inspirasi
memendek,ekspirasi memanjang, terdapat suara nafas tambahan
(wheezing), tarikan otot intercostal, nafas cuping hidung, SPO2 96%,Tidak
terjadi sianosis
Tanda – tanda vital :
• Tekanan darah : 110/70 mmHg
• Jumlah pernafasan : 34 x/menit
• Nadi : 81 x/menit
• Suhu : 36,5 oC
I (Intervention) :
Intervensi yang dilakukan selama 5jam yaitu untuk diagnosis Bersihan
Jalan Nafas Tidak Efektif b.d Sekresi yang tertahan d.d Batuk tidak
efektif,Sputum berlebih,Wheezing,Dispnea , Sianosis,Frekuensi nafas
berubah,Pola nafas berubah yaitu membersihkan jalan nafas klien dengan
latihan batuk efektif dan untuk diagnose Pola Nafas Tidak Efektif b.d
Hambatan Upaya Nafas d.d Dispnea,Penggunaan otot bantu,Fase ekspirasi
memanjang,Pola nafas abnormal (takipneu), Pernafasan cuping
hidung,Tekanan inspirasi menurun yaitu selain memberikan oksigan klien
juga diposisikan semi fowler/fowler.
C ( Comparation) :
Tidak dilakukan perbandingan
O (Outcome) :
Dari hasil penelitian selama 5 jam klien Klien mengatakan dahak sudah
bisa keluar,Klien mengatakan sudah tidak sesak nafas,Klien mengatakan
sudah tidak sesak nafas saat melakukan aktivitas,Sudah tidak terdengar
suara nafas tambahan (wheezing) dan respirasi 22 kali/menit,Pasien sudah
tampak tidak susah bernafas pola nafas efektif dengan respirasi 22
kali/menit, nadi 95 kali/menit dan pasien sudah mulai tidak menggunakan
bantuan oksigen,Klien tampak tidak terengah-engah saat berakivitas
T (Time) :
Penelitian dilakukan pada 30 Mei 2017
I. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian bab Analisa kasus , penulis dapat menarik kesimpulan
yaitu :
Hasil pengkajian pada tanggal 30 Mei 2017 keluhan utama yang
dirasakan Ny. K yaitu Klien mengatakan sesak nafas,batuk
berdahak, dan dahak susah keluar
Marti, Eva. 2016. Validitas Triase dilihat dari Hubungan Level Triase terhadap
Length of Stay Pasien di IGD. http://jurnal.unmuhjember.ac.id
NCDC (National Centers for Disease Control). 2016. National Centers for Health
Statistic. http://nhlbi.nih.gov/guidelines/asthma/asthmagldn.pdf.
Putri, D., Fitria, C., N. (2018). Ketepatan dan Kecepatan Terhadap Life Saving
Pasien Trauma Kepala. Jurnal The 7th University Research Colloqium 2018
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
BATUK EFEKTIF
Standar Prodedur
Operasional (SPO)
Pengertian Latihan mengeluarkan secret yang terakumulasikan dan
mengganggu di saluran nafas dengan cara dibatukkan
Tujuan 1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
2. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostic
laboraturium
3. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret
Kebijakan 1. Klien dengan gangguan saluran nafas akibat
akumulasi sekret
2. Pemeriksaan diagnostic sputum di laboraturium
Petugas Perawat
Peralatan a. Tempat sputum
b. Tissu
c. Stestoskop
d. Hanscoon
e. Masker
f. Air putih hangat dalam gelas
Prosedur Peralatan Tahap prainteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap orientasi
1. Memberikan salam dan nama klien
2. Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien
Tahap kerja
1. Menjaga privasi klien
2. Mempersiapkan klien
3. Meminta klien meletakkan satu tangan di dada dan
satu tangan di perut
4. Melatih klien tuberkulosis melakukan napas perut
(menarik napas dalam melalui hidung hingga 3
hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
5. Meminta klien tuberkulosis merasakan
mengembangnya perut
6. Meminta klien tuberkulosis menahan napas hingga 3
hitungan
7. Meminta klien tuberkulosis menghembuskan napas
perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti
meniup)
8. Meminta klien tuberkulosis merasakan
mengempisnya perut
9. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan
penderita tuberkulosis bila duduk atau di dekat mulut
bila tidur miring)
10. Meminta penderita tuberkulosis untuk melakukan
napas dalam 2 kali, pada inspirasi yang ketiga tahan
napas dan batukkan dengan kuat
11. Menampung lendir ditempat pot yang telah
disediakan tadi