Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam sebagai sistem nilai menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya
dan kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam.
Secara lebih spesifik, peradaban Islam dapat dimaknai sebagai bagian – bagian dan
unsurunsur yang halus dan indah seperti, sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa,
sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks. Atas dasar itu,
Sejarah Peradaban Islam adalah segala sesuatu yang merupakan daya cipta, rasa
dan karsa, terutama seperti tersebut diatas, yang pernah dihasikan oleh umat islam
dalam kurun sejarah. Dapat dikatakan pula bahwa sejarah peradaban islam merupakan
hasil konkrit nilai-nilai islam dalam sejarah. Pada masa kemajuan Islam, masa
perpecahan dan kemunduran Islam di Andalusia dan pengaruhnya terhadap Eropa,
masa dinasti-dinasti kecil, tiga dinasti besar, kolonialisme barat atas dunia Islam,
masuknya Islam di Indonesia, kerajaan-kerajaan Islam sebelum dan sesudah
penjajahan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Biografi dan kehidupan imam Muslim ?
1. Nama dan Kelahiran Imam Muslim bin Al-Hajjāj
2. Perkembangan Keilmuan Imam Muslim
3. Guru-guru Imam Muslim
4. Murid-murid dan Karya Ilmiah Imam Muslim

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui tentang :
1. Nama dan Kelahiran Imam Muslim bin Al-Hajjāj
2. Perkembangan Keilmuan Imam Muslim
3. Guru-guru Imam Muslim
4. Murid-murid dan Karya Ilmiah Imam Muslim

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nama dan Kelahiran Imam Muslim bin Al-Hajjāj


Imam Muslim bernama lengkap Abu al-Husain
Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Ward bin Kūsyāż al-
qusyairi al-naisabūrī. Ayah imam Muslim yaitu Al-Hajjaj
bin Muslim merupakan seorang penuntut ilmu hadīṡ,
walaupun ia tidak setenar ayah Imam Al-Bukhārī, namun
ia disebutkan oleh Muhammad bin Abdi al-Wahhab al-
Farra’ sebagai seorang guru dan pemerhati hadīṡ di kota
Naisabūr.

Sebatas pengetahuan penulis, sangat minim referensi yang menyebutkan tentang


biografi ibu Imam Muslim, sehingga gambaran tentang ibu Imam Muslim masih perlu
penelitian yang mendalam.
Al-naisabūrī merupakan nisbat Imam Muslim kepada tempat kelahirannya, yaitu
Naisabūr, sebuah kota yang terletak di provinsi Razavi Khurasan, sebelah timur Iran,
di sekitar wilayah Teheran. Daerah ini bukan hanya terkenal dengan keindahan
pemandangannya, namun juga terkenal dengan banyaknya ulama besar yang terlahir
disana, seperti Ishāq bin Rāhawaih al-naisaburī (w. 248 H), Ibnu Mājah al-qazwīnī (w.
273 H), Ibnu Khuzaimah al-naisaburī (w. 311 H).
Tentang tahun kelahiran Imam Muslim, Ada beberpa versi yang disebutkan oleh
sejarawan islam, diantaranya adalah, pertama: versi Imam Al-Zahabī (w. 748 H),
bahwa Imam Muslim lahir di tahun 204 H. Kedua: versi Imam Hakim al-Naisaburi (w.
405 H) dalam karyanya yang berjudul ulamā al-amshār, dan ini dinukil oleh Ibnu
Khilkān dalam karyanya wafayāt al-a’yān, bahwa Imam Muslim lahir di tahun 206 H.

B. Perkembangan Keilmuan Imam Muslim


Di abad ketiga hijriah abad keemasan ilmu hadīṡ, kota Khurasan khususnya
Nabisabūr merupakan salah satu markaz ilmu hadīṡ. Banyaknya guru besar bidang
hadīṡ yang bermukim di kota tersebut, menjadikan kota itu objek wisata keilmuan
yang dituju oleh para penuntut ilmu hadīṡ. Hal ini menjadi salah satu faktor

iii
pendukung utama perkembangan keilmuan Imam Muslim. Imam Muslim terlahir
dalam keluarga mulia pecinta ilmu. Sejak kecil ia telah dibimbing oleh orangtuanya
untuk mencintai ilmu agama. Mempelajari al-Quran, menghafal dan mendalami hadīṡ-
hadīṡ Nabi ‫ ﷺ‬merupakan rutinitasnya setiap hari.
Di umur yang masih belia, yaitu di tahun 218 H – ketika itu umurnya baru 12
tahun – telah nampak kesungguhan dan keseriusan Imam Muslim dalam menuntut
ilmu. Saat itu Ia berguru dari ulama-ulama terbaik di kota Naisabur, seperti Yahya bin
Yahya al-Tamimi al-naisābūrī (w. 226 H), Ishaq bin Rahawaih (w. 248 H) dan
lainnya.
Keilmuan Imam Muslim lebih berkembang ketika ia merantau melakukan
perjalanan menuntut ilmu ke luar kotanya. Dikisahkan bahwa Imam Muslim
melakukan dua kali perjalanan menuntut ilmu.
Pertama yaitu pada tahun 220 H, pada umurnya yang ke 16 tahun, ia pergi
menjalankan ibadah haji. Kesempatan tersebut tidak ia lewatkan untuk tetap belajar
kepada ulama-ulama Makkah, seperti Abdullah bin Maslamah al-Qa’nabī (w. 221 H),
yang merupakan murit senior Imam Malik (w. 179 H), setelah itu ia kembali lagi ke
kota Naisabur melalui kota Kufah.
Imam Muslim seakan tidak mengenal lelah dalam menuntut ilmu, baik saat
muqimnya atau safarnya. Ia selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk
mendulang ilmu dari siapa saja ulama yang dijumpainya. Seperti saat safarnya menuju
Kufah, ia tidak menyia-nyiakan momen berharga saat bertemu di perjalanan dengan
seorang pakar hadīṡ yang bernama Ahmad bin Yunus al-Tamīmī (w. 227 H).
Kedua yaitu pada tahun 230 H, imam Muslim melakukan perjalanan menuntut
ilmu yang durasinya lebih lama dibandingkan petualangannya yang pertama. Pada
perjalanan kedua ini Imam Muslim lebih banyak mendatangi negeri-negeri ilmu,
seperti Baghdad, Basrah, Kufah, Washīth, Makkah, Madinah, Syam, Mesir, Rai dan
lainnya.

C. Guru-guru Imam Muslim


Jika dibandingkan dengan Imam Al-Bukhārī, guru-guru Imam Muslim tidak
sebanyak Imam Al-Bukhārī. Namun karena umur mereka yang tidak terlampaun jauh
kurang lebih usia mereka berbeda 10 tahun- Imam Muslim mendapat kemuliaan bisa
berguru dari guru-guru Imam Al-Bukhārī.

iii
Guru-guru imam Muslim dapat dikategorikan dalam dua bagian. Pertama, yaitu
guru-gurunya yang ia tuliskan dalam kitab shahihnya. Jumlah mereka kurang lebih
220 guru, dari jalur merekalah imam Muslim menyusun sanadnya hingga ke
Rasulullah ‫ﷺ‬. Sebagai contoh di sini disebutkan beberapa di antaranya, yaitu:
1. Abū Bakr bin Abī Syaibah (w. 235 H)
2. Qutaibah bin Sa’īd al-ṡaqafī (w. 240 H)
3. Muhammad bin Basyar bundār (w. 252 H)
4. Muhammad bin Muṡannā al-‘anazī (w. 252 H)
5. Muhammad bin Rafi’ al-Naisābūrī (w. 245 H)

Kedua adalah guru-guru Imam Muslim yang memiliki peran besar dalam keilmuannya,
namun tidak disebutkan dalam shahihnya, seperti:
1. Ahmad bin Hanbal (w. 241 H)
2. Ishāq bin Rahawaih (w. 248 H)
3. Yahya bin Yahya al-Tamimi al-naisābūrī (w. 226 H)
4. Muhammad bin Ismā’īl al-Bukhārī (w. 256 H)
5. Abdullah bin Maslamah al-Qa’nabī (w. 221 H)
Imam Muslim terkenal dengan “fanatiknya” kepada Muhammad bin Ismā’īl al-
Bukhārī (w. 256 H). Di tahun 250 H Imam Al-Bukhārī datang ke Naisbūr untuk
mengajarkan ilmunya. Sejak saat itu Imam Muslim selalu bermulāzamah dengan Imam
Al-Bukhārī, menjadikannya sebagai idola, sehingga Imam Muslim menjadi murit
terbaik Imam Al-Bukhārī.
Kalimat-kalimat penghormatan Imam Muslim kepada gurunya diabadikan oleh
bebrapa penulis biografi Imam Muslim, ia pernah berkata kepada Imam Al-Bukhārī:
wahai guru dari para guru, wahai pemimpin para ahli hadīṡ, wahai dokter hadīṡ yang
menguasai kelemahan hadīṡ. Oleh karena itu Imam Al-Dāraqutnī pernah berkata: jika
bukan karena Al-Bukhārī tidak dakan dikenal siapa itu Muslim.
Demikian juga kedekatan Imam Muslim dengan Imam Ahmad bin Hanbal. Setiap
kali Imam Muslim berdiskusi dengan gurunya Imam Ahmad, bertanya kepadanya, ia
selalu menuliskan hasil diskusinya itu, sehingga menjadi sebuah karya ilmiah.
Walaupun Imam Muslim beristifadah sangat banyak dari Imam Al-Buhārī, namun
dalam shahihnya ia tidak pernah menyebutkan periwayatannya dari Imam Al-Bukhrī.

iii
Para Ulama yang hidup setelah itu menjelaskan dengan asumsi-asumsi yang dibangun
di atas husnuzan dalam penjelasan sebagai berikut:
1. Imam Muslim ingin menuliskan sanad ‘ālīdalam shahihnya, karena sebagian besar
guru Imam Al-Bukhārī juga guru Imam Muslim, olehnya jika ia menyebutkan jalur
periwayatannya dari Imam Al-Bukhārī, sanadnya akan menjadi nāzil.
2. Imam Muslim ingin menulisan tambahan faidah dalam shahihnya yang belum
disebutkan oleh gurunya Imam Al-Bukhārī, tambahan faidah itu berupa sanad dan
matan baru (ma infarada bihi Muslim), atau matan yang sama dengan shahih al-
Bukhārī namun sanad yang berbeda.
3. Karena permasalahan yang terjadi antara dua gurunya, yaitu Muhammad bin Yahya
al-Zuhlī dan Muhammad bin Ismāīl al-Bukhārī, agar menjaga perasaan keduanya
Imam Muslim tidak menyebutkan dua-duanya dalam sanadnya.

D. Murid-murid dan Karya Ilmiah Imam Muslim


Keberhasilan seorang guru terkadang dinilai dari kualitas keilmuan murit-murit
yang dibimbingnya. Kapasitas keilmuan seseorang juga kadang dinilai dari hasil
karyanya. Imam Muslim termasuk guru yang berhasil mencetak murit-murit unggul,
mereka menjadi ulama besar sepeninggal Imam Muslim. Di antaranya adalah:
1. Muhammad bin Isā al-Tirmizī (w. 279 H)
2. Muhammad bin Ishāq bin Khuzaimah (w. 311 H)
3. Abdurrahman bin Muhammad bin Idrīs Ibnu Abī Hātim al-Rāzī (w. 327 H)
4. Abū al-Fadhl Ahmad bin Salamah
Imam Muslim juga telah menuliskan banyak karya ilmiah, yang menjadi rujukan
utama bagi ummat islam sejak zamannya hingga sekarang, di antaranya adalah:
1. Shahīh Muslim
2. Al-Tamyīz
3. Kitāb al-Mukhadhramūn
4. Su’ālāt Imam Muslim lil Imam Ahmad
5. Al-intifā’ bijulūdi al-sibā’

E. Ciri fisik Imam Muslim dan Kedermawanannya


Imam Al-Hakim al-Naisābūrī berkata aku mendengar Abu Abdirrahmān al-sulamī
berkata: Aku melihat Imam Muslim mengajarkan hadīṡ, ia memiliki tinggi tubuh yang

iii
sempurna, rambut dan jenggotnya telah memutih, ia menjulurkan imamahnya di
antara kedua pundaknya, wajahnya tampan, pakaiannya indah.
Muhammad bin Abdul Wahhab al-Farra’ berkata : Imam Muslim hidup dengan
usahanya sendiri, beliau menjalankan bisnis berdagang baju, Kain dan tsaub.
Ia terkenal sangat dermawan, suka membantu orang lain dan berbuat baik kepada
orang disekitarnya. Al-Zahabī berkata: beliau seorang wirausaha, ia dikenal sebagai
muhsin Naisābūr (orang dermawannya Naisabūr).

F. Apresiasi Ulama terhadap Imam Muslim


Ahmad bin Salamah rahimahullah (sahabat Imam Muslim saat menuntut ilmu)
berkata: aku melihat Abū Zur’ah al-rāzī dan Abū Hātim al-rāzī lebih memilih
pendapat Imam Muslim daripada ulama lain yang semasa dengannya dalam
permaslahan keshahihahan hadīṡ.
Muhammad bin al-Akhram berkata: kota Naisabūr melahirkan tiga tokoh besar:
Muhammad bin Yahya, Muslim bin al-Hajjāj dan Ibrāhīm bin Abī Thālib.
Muhammad bin Basyār berkata: pemimpin para huffāz (penghafal hadīṡ) di dunia
ada empat orang: Abū Zur’ah di kota Rai, Muslim di Naisabūr, Abdullah al-Dārimī di
Samarkand dan Muhammad bin Ismā’īl di Bukhara.
Abū ‘Alī al-Husain bin ‘Alī al-Naisaburī berkata: tidak ada kitab yang lebih
shahih di dunia ini –setelah al-Quran- melebihi Shahih Muslim bin al-Hajjāj.

G. Wafat Imam Muslim


Imam Muslim wafat pada 25 Rajab 261 H di umur 55 tahun. Adapun sebab
wafatnya, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Al-Zahabi dari jalur Ahmad bin
Salamah, bahwa dalam satu masjlis mużākarah (tanya jawab) keilmuan, ada seorang
yang bertanya kepada Imam Muslim tetang satu hadīṡ yang belum penah ditemuinya,
padahal Imam Muslim adalah ensiklopedi hadis di zamannya.
Maka dengan rasa penasaran, ketika ia kembali ke rumah ia memerintahkan anak-
anak dan istrinya untuk tidak mengganggunya, karena ia akan fokus mencari hadīṡ
yang ditanyakan tadi dalam perpustakaan pribadinya. Di saat itu ada orang
menghadiahkan mereka satu keranjang kurma.

iii
Kurma itupun diminta oleh Imam Muslim agar ia mencicipinya saat tengah
mencari hadīṡ. Tanpa sadar, waktu fajar telah tiba, hadīṡ yang dicarinyapun berhasil ia
temukan, dan ternyata satu keranjang kurma telah habis dimakannya. Para ulama
menjelaskan itulah yang menjadi sebab wafatnya.

iii
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada tahun 202 H atau 817 M. Imam Muslim
bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al
Qusyairi an Naisaburi. Naisabur, yang sekarang ini termasuk wilayah Rusia, dalam sejarah
Islam kala itu termasuk dalam sebutan Maa Wara'a an Nahr, artinya daerah-daerah yang
terletak di sekitar Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah. Pada masa Dinasti Samanid,
Naisabur menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan selama lebih kurang 150 tahun.
Seperti halnya Baghdad di abad pertengahan, Naisabur, juga Bukhara (kota kelahiran
Imam Bukhari) sebagai salah satu kota ilmu dan pusat peradaban di kawasan Asia Tengah.
Di sini pula bermukim banyak ulama besar.
Perhatian dan minat Imam Muslim terhadap ilmu hadits memang luar biasa. Sejak
usia dini, beliau telah berkonsentrasi mempelajari hadits. Pada tahun 218 H, beliau mulai
belajar hadits, ketika usianya kurang dari lima belas tahun. Beruntung, beliau dianugerahi
kelebihan berupa ketajaman berfikir dan ingatan hafalan. Ketika berusia sepuluh tahun,
Imam Muslim sering datang dan berguru pada seorang ahli hadits, yaitu Imam Ad Dakhili.
Setahun kemudian, beliau mulai menghafal hadits Nabi SAW, dan mulai berani
mengoreksi kesalahan dari gurunya yang salah menyebutkan periwayatan hadits.
Selain kepada Ad Dakhili, Imam Muslim pun tak segan-segan bertanya kepada
banyak ulama di berbagai tempat dan negara. Berpetualang menjadi aktivitas rutin bagi
dirinya untuk mencari silsilah dan urutan yang benar sebuah hadits. Beliau, misalnya pergi
ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya. Dalam lawatannya itu, Imam
Muslim banyak bertemu dan mengunjungi ulama-ulama kenamaan untuk berguru hadits
kepada mereka. Di Khurasan, beliau berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin
Rahawaih; di Ray beliau berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu 'Ansan. Di Irak
beliau belajar hadits kepada Ahmad bin Hanbal dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz
beliau belajar kepada Sa'id bin Mansur dan Abu Mas 'Abuzar; di Mesir beliau berguru
kepada 'Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan ulama ahli hadits lainnya.

iii
MAKALAH
TENTANG TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM “IMAM
MUSLIM BIN AL-HAJJAJ” TOKOH ILMU HADIST
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN
BUDI PEKERTI

DISUSUN OLEH :
NYAI OCTA ROBIANI
KELAS Xl IPA 2

DINAS PENDIDIKANN DAN KEBUDAYAAN


PROVINSI BENGKULU
SMA NEGERI 02 KEPAHIANG
TAHUN PELAJARAN 2023/2024

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata kuliah
"Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti".

Selawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad saw. yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur'an dan sunah untuk keselamatan umat di dunia.

Meski telah disusun secara maksimal, penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini maka
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kepahiang, Januari 2024


Hormat Saya

NYAI OCTA ROBIANI

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Rmusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
C. Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
BAB II Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
A. Nama dan Kelahiran Imam Muslim bin Al-Hajjāj . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
B. Perkembangan Keilmuan Imam Muslim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
C. Guru-guru Imam Muslim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
D. Murid-murid dan Karya Ilmiah Imam Muslim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
BAB III Penutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

iii

Anda mungkin juga menyukai