Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MUSYTARAK BAINA SHAHIH, HASAN DAN DHO'IF


Disusun Untuk Memenuhi Tugas makalah Mata Kuliah Ulumul Hadist

Dosen Pengampu :
Nana Gustianda, S.Th.I., M.Ag

Disusun oleh :
Kelompok 12
1. Ahmad Arifaldo (23100015)
2. Mhd Juari (23100009)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
T.A (2024/2025)
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Musytarak Baina Shohih, Hasan dan Dho’if. Shalawat serta
salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW yang kita nanti-nantikan
syafaatnya kelak.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Ulumul Hadist.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nana Gustianda, S.Th.I., M.Ag, selaku
dosen mata kuliah Ulumul Hadist, serta teman-teman yang sudah memberikan
konstribusinya dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan malakah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang Musytarak Baina Shohih,
Hasan dan Dho’if.
Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Panyabungan, 24 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Pengertian Akuntansi Islam.........................................................................3
B. Kandungan Surah di dalam Al-Quran tentang Akuntansi Islam.................4
C. Tujuan Akuntansi Islam...............................................................................11
D. Prinsip-prinsip Akuntansi islam...................................................................12
E. Dasar Hukum Akuntansi Islam....................................................................13
F. Ciri – ciri Akuntansi Islam...........................................................................13
G. Karakteristik Akuntansi Islam.....................................................................13
H. Perbedaan Mendasar Akuntansi Islam.........................................................15
BAB III PENUTUP...............................................................................................20
A. Kesimpulan..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hadis merupakan segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan (iqrar) dan
persetujuan dari Nabi Muhammad Saw yang dijadikan pegangan ataupun hukum
dalam agama Islam. Hadis juga merupakan sumber hukum kedua dalam Islam
setelah Al-Qur'an.
Suatu hadis bisa dikatakan menjadi hadis Shahih, Hasan, ataupun Dha’if
karena beberapa alasan. Suatu hadis bisa terangkat derajatnya dari Hasan menjadi
Shahih apabila syarat-syarat hadis shahih itu telah terpenuhi, begitu juga hadis
yang semula diyakini Shahih namun bisa jadi kemudian hadis tersebut ternyata
masuk kategori hadis Hasan jika ditemukan keganjalan dalam hadis itu baik
berupa sanadnya maupun matannya. Atau bisa saja suatu hadis disebut Hasan-
Shahih dengan beberapa persyaratan.
Berikut yang penulis coba bahas dalam makalah ini supaya memudahkan
dalam memahami suatu hadis yang ditemui di sekitar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan Musytarak Baina Shohih, Hasan Dan Dho’if ?
2. Jelaskan Macam-macam Musytarak Baina Shohih, Hasan dan Dho’if ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan defenisi Musytarak Baina Shohih, Hasan Dan Dho’if secara
terperinci.
2. Menjelaskan Macam-macam Musytarak Baina Shohih, Hasan dan Dho’if
secara global.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Musytarak Baina Shohih, Hasan Dan Dho’if


Musytarak dalam bahasa Arab disebut dengan kompromis. Kompromis
menurut Kamus Ilmiah Populer adalah penyelesaian perselisihan dimana pihak
yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu titik
penyelesaian(damai). Menurut kamus Kontemporer Arab-Indonesia, musytarak
artinya kebersamaan atau hubungan timbal balik. Jadi, musytarak adalah sebuah
solusi dari upaya untuk mencari jalan tengah (damai) terhadap suatu persoalan
dengan tetap menyertakan kepentingan diantara pihak-pihak yang berselisih
secara adil.
Menurut Zulkarnain al-Maidaniy, hadis kompromis atau hadis-hadis yang
musytarak antara shahih, hasan dan dha’if merupakan suatu terminology bagi
hadis, yakni jenis-jenis hadis menurut terminology ulama yang bersifat
komplementer antara shahih, hasan dan dha’if.
Jadi, hadis-hadis yang kompromis antara shahih, hasan dan dha’if sebagai
kondisi hadis yang memungkinkan untuk memasukkannya ke dalam suatu
kategori dari ketiga kategori hadis di atas, atau sebuah sistem penilaian tentang
status hadis, bagaimana ia menjadi shahih, hasan dan dha’if, serta bagaimana pula
syarat-syaratnya.

B. Macam – Macam Hadits Musytarok


1. Hadits Marfu’
Menurut bahasa adalah isim maf’ul dari fi’il rafa’a kebalikan dari kata
Wadla’a, dinamakan demikian karena dinisbatkan kepada orang yang
mempunyai kedudukan tinggi, yaitu Nabi SAW.1
Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu yang disandarkan kepada nabi
secara khusus, baik berupa perkataan, perbuatan ataupun taqrir, baik
sanadnya muttasil maupun munqoti’.2

1
Http://santribloggerr.blogspot.co.id/2012/09/musytarak-antara-shahih-hasan-dan-dhaif.html
2
Dr. ‘Ujaj Al-Khotib, Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr: 1989,
Beirut), hal 355

2
2. Hadits Muttasil
Hadits yang sanadnya bersambung kepada nabi, baik secara marfu’ atau
sekedar mauquf kepada sahabat atau orang yang dibawahnya.3
3. Hadits Musnad
Hadits yang bersambung sanadnya dari awal hingga akhir. Maka
dapat dikatakan bahwa setiap musnad adalah muttasil karena ittisholnya
sanad dari awal hingga akhir.
4. Hadits Mu’an’an
Hadits yang periwayatannya memakai sighoh (fulan ‘an fulan). Menurut
Jumhur ulama, hadits ini dihukumi muttasil apabila memenuhi salah satu dari
dua syarat berikut; pertama: perowinya bukanlah orang yang mudallas kedua:
orang yang meriwayatkan bertemu langsung dari yang menceritakannya4.
5. Hadits Muannan
Hadits yang periwayatannya memakai sighoh (haddatsana fulan anna
fulan haddatsahu bikadza).
6. Hadits Mu’allaq
Hadits yang pada awal sanadnya terbuang satu perowi atau lebih secara
berturut-turut dan dinisbatakan pada perowi di atas perowi yang terbuang.5
Hadits ini banyak terdapat pada shahih Bukhori yang terbagi dalam dua
bagian6:
 Hadits tersebut ditempat lain berstatus muttasil, ini dimaksudkan untuk
meringkas agar tidak terlalu panjang.
 Hadits tersebut memang berstatus muallaq.
7. Hadits Fard
Al-Fard terbagi menjadi dua bagian7:
 Al-Fardu Mutlaq : Hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang
perawi saja dari seluruh perawi-perawi yang lain. Contoh:
‫ و عن هبته‬,‫النهي عن بيع الوالء‬
3
Ibid, hal 356
4
Dr. ‘Ujaj Al-Khotib, Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr: 1989,
Beirut), hal 356
5
Ibid, hal 357
6
Http://santribloggerr.blogspot.co.id/2012/09/musytarak-antara-shahih-hasan-dan-dhaif.html
7
Dr. ‘Ujaj Al-Khotib, Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr: 1989,
Beirut), hal 358

3
Dengan riwayat Abdullah bin dinar dari ibnu ’umar radhiyallahu
ta’ala anhuma, Ibnu umar adalah shohibul jalil, dan ibnu dinar
adalah seorang tabi’in yang hafidz dan terpercaya.
 Al-Fardu Nisbi : Dihukumi kesendiriannya itu dengan menisbatkan
kepada sifat tertentu. Contoh:
 Keghoribannya di nisbatkan pada penduduk tertentu
 Keghoribannya di nishbatkan kepada rawi yang tsiqah
(terpercaya)
 Keghoribannya di nishbatkan kepada imam atau hafidz
8. Hadits Gharib
Gharib secara etimologi adalah jauh, terpisah, atau menyendiri dari yang
lain. Hadis gharib menurut bahasa berarti hadis yang terpisah atau menyendiri
dari yang lain, atau ‘ Hadis yang terdapat penyendirian rawi dalam sanadnya,
dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi.8 Sedangkan menurut
termonologi adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi, sendirian.9
Para ulama menbagi kegharibannya menjadi tiga:10
 Hadits ghorib matan dan sanad.
Hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi saja.
Contoh:
‫ (إن هذا الدين‬: ‫ قال رسول هللا ﷺ‬:‫ عن جابر قال‬,‫حديث محّم د بن سوقة عن محّم د بن المنكدر‬
‫ وال ظهرا أبقى‬,‫ فإن المنبّت ال أرًض ا قطعا‬,‫ وال تبعض إلى نفسك عبادة هللا‬,‫ فأوغل فيه برفق‬,‫متين‬
Hadits ini ghorib matan dan sanadnya. Tidak ada yang meriwayatkannya
dari ibn al munkadir dari jabir kecuali muhammad bin syauqah.
 Hadits ghorib pada sanad, tidak pada matannya.
Hadits yang matannya diriwayatkan oleh banyak orang dari para
Shahabat, kemudian ada seorang rawi bersendirian meriwayatkannya dari
seorang Shahabat yang lain. Inilah makna yang sering disebutkan Imam
at-Tirmidzi :“Gharib dari sisi ini.‫)) غريب من هذا الوجه‬.
 Hadits gharib pada matannya.

8
Http://santribloggerr.blogspot.co.id/2012/09/musytarak-antara-shahih-hasan-dan-dhaif.html
9
Dr. ‘Ujaj Al-Khotib, Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr: 1989,
Beirut), hal 357
10
Dr. ‘Ujaj Al-Khotib, Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr: 1989,
Beirut), hal 361

4
Contoh:
Hadits yang diriwayatkan oleh tirmidzi dari malik bin anas dari nafi
dari ibnu umar
– ‫ ذكرا كان أو أنثى من المسلمين‬,‫فرض رسول هللا ﷺ زكاة الفطر من رمضان على كل حر أو عبد‬
‫ أو صاعا من شعير‬,‫صاعا من تمر‬
Imam malik berbeda dari rowi – rowi yang lain, ia meriwayatkan
matan tersebut dengan memberikan tambahan yaitu dengan menambah
minal muslimiina. Jadi keghoriban disini karena tambahan yang ada pada
matan hadis yaitu minal muslimiina.
9. Hadits ‘Aziz
‘Aziz menurut bahasa, berarti: yang mulia atau yang kuat dan juga berarti
jarang adanya. Hadis ‘Aziz ini juga didefinisikan sebagai; ‘hadis yang
perawinya tidak kurang dari dua orang dalam semua tabaqat sanadnya.
Sedangkan menurut istilah adalah suatu hadits yang diriwayatkan oleh
dua orang saja. Dan tidak meriwayatkan kurang dari dua atau lebih dari
dua.Walaupun setelah periwayatan dua atau salah satu dari periwayat tersebut
lebih dari dua. Dinamakan Aziz karena jumlahnya yang sangat sedikit
atau dan dikuatkan dengan jalan yang lain.11
Contoh hadits ‘aziz:
‫ ( اليؤمن احدكم حتي‬:‫مارواه الشيخان من حديث أنس والبخاري من حديث ابو هريرة أن رسول هللا قال‬
.)‫أكون أحب اليه من والده وولده‬
Hadist yang diriwayatkan dengan cara Aziz tidak bisa menentukan status
hadits tersebut shahih, hasan ataupun dha’if karena untuk menentukan status
hadist tersebut dhoif atau shahih adalah dilihat dari kesiqohan para
perawinya. Meskipun ada sebagian ulama yang berpandapat bahwa setiap
hadits yang jalur periwayatannya secara aziz maka dia sahih dan setiap hadits
yang sahih maka mesti jalur periwayatanya ‘aziz12
10. Hadits Mustayfidh

11
Dr. ‘Ujaj Al-Khotib, Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr: 1989,
Beirut), hal 363
12
Ibid, hal 364

5
Dalam pembahasan ini, hadits Masyhur dijadikan satu dengan hadits
Mustafid sehingga menjadi hadits Masyhur mustafid. Al mashur adalah
menyebarnya periwayatan tiga atau lebih dari seorang syaikh.
Ibnu Hajar berkata masyhur adalah hadits yang jalur periwayatannya
melalui dua perowi atau lebih namun tidak sampai pada tingkatan mutawatir.
Imam fuqoha menamakan masyhur dengan ( Al Mustafidz). 13 Cara
membedakan al-Mustafid dan masyhur adalah dengan melihat jalur
periwayatannya, jika jalur periwayatannya dari awal hingga ahkir jumlahnya
sama makadinamakan mustafid, adapun masyhur lebih umum jalur
periwayatannya dari mustafid, tidak ada ketentuan jumlah periwayatan dari
awal hingga akhir harus sama. Maka setiap mustafid adalah masyhur dan
tidak setiap yang masyhur itu mustafid.
Hadist masyhur dan Al mustafidz tidak menentukan hadist itu shahih,
hasan atau dhoif. Maka pengertian masyhur dikalangan ilmu hadist yaitu
masyhur secara istilahi, seperti yang telah dijelaskan diatas. Berbeda halnya
dengan para Ulama, adapun masyhur menurut para Ulama adalaha masyhur
secara lisan, maka jika masyhur diartikan ulama secara umum maka ia tidak
terbatas hanya pada hadist yang memiliki sanad lebih dari satu namun hadist
yang tidak memiliki sanadpun bsa termasuk kategori hadist yang masyhur.14
Berikut contoh hadits masyhur:
 Masyhur dikalangan Fuqoha
)‫حديث (ابغض الحالل إل هللا الطالق‬
 Masyhur dikalangan Ususliyiin
)‫حديث (رفع عن أمتي الخطأ والنسيان وما إستكر هوا عليه‬
 Masyhur dikalangan umum
(‫)مداراة الناس صدقة‬
 Masyhur dikalangan Usuliyyin, Fuqaha, ahlul Hadits, umum dan lain
sebagainya.
)‫(المسلم من مسلم المسلمون من لسانه ويده والمهاجر من هجر ما حرم هللا‬
11. Hadits Muttabi’

13
Dr. ‘Ujaj Al-Khotib, Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr: 1989,
Beirut), hal 364
14
Ibid, hal 365

6
Hadits muttabi’ adalah hadits yang mana di dalamnya terdapat seorang
perawi yang berserikat dengan perawi lain dalam meriwayatkanhadits (hadits
yang diriwayatkan sama dan syaikhnya juga sama) 15. Hadits muttabi’ ada dua
macam yakni:
 Tamm (yang sempurna) yaitu apabila sanad itu menguatkan rawi yang
pertama.
 Qashir (yang kurang sempurna) yaitu apabila sanad itu menguatkan rawi-
rawi yang lain dari yang pertama tadi.
12. Hadits Syahid
Hadits Syahid adalah hadits yang diriwayatkan seorang sahabat yang
serupa dengan apa yang diriwayatkan oleh sahabat lainnya, baik serupa secara
lafadz maupun makna.
Syahid terbagi menjadi dua yakni16:
 Syahid Lafzhiy, suatu matan hadits yang menguatkan matan hadits lain
secara lafazh.
 Syahid Maknawiy, suatu hadits yang menguatkan hadits lain dari segi
makna, bukan lafadznya.
Metode yang digunakan untuk meneliti syahid atau muttabi’nya suatu
hadits adalah dengan I’tibar
13. Hadits ‘Aliy
Hadits ‘Aly adalah suatu hadits yang para perawi sanadnya lebih sedikit
dibanding dengan sanad lain dari hadits itu juga.17 Al ‘Aly ada dua macam:
 ‘Aly mutlak: yaitu hadits yang asal sanadnya dekat dari Rasulullah
karena sedikitnya jumlah perowi, jika dibandingkan pada sanad lain yang
lebih banyak jumlah perawinya dari hadits itu juga.
 ‘Aly nasaby/ ‘Idhofi Yaitu dekatnya sanad perawi disebabkan sebab –
sebab berikut:
a. Sanad yang bilangan rawinya sampai kepada Nabi saw sedikit, kalau
dibandingkan dengan sanad lain dari hadits itu juga.
15
Dr. ‘Ujaj Al-Khotib, Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr: 1989,
Beirut), hal 366
16
Http://santribloggerr.blogspot.co.id/2012/09/musytarak-antara-shahih-hasan-dan-dhaif.html
bloger
17
Ibid, hal 368

7
b. Sanad yang bilangan rawinya sampai kepada salah seorang imam
hadits sedikit disbanding dengan riwayat lain dari sanad itu juga.
c. Sanad yang bilangan rawinya sampai kepada salah satu kitab yang
mu’tabar lebih sedikit dibandingkan sanad lain.
d. Satu sanad di dalamnya ada rawi yang terima dari seorang syaikh
meninggal lebih dahulu dari rawi lain yang juga terima dari syaikh
tersebut.
e. Sanad yang di dalamnya ada rawi yang mendengar dari syaikh lebih
dahulu dari rawi lain dari syaikh itu juga.18 satu hadits yang para
perawi sanadnya lebih banyak dibanding dengan sanad lain dari
hadits itu juga.
14. Hadits Nazil
Hadits Nazil adalah satu hadits yang para perawi sanadnya lebih banyak
dibanding dengan sanad lain dari hadits itu juga. 19 Namun kadang-kadang
nazl bisa lebih tinggi daripada al ulwu karena beberapa faedah, seperti; dalam
nazl ada yang lebih tsiqah, atau lebih hafal, atau lebih faqih atau sejenisnya
atau, bisa jadi an nazl lebih afdol dari ulwu dikarenakan an nazl dengan jalur
sima’i, dan al ulwu dengan jalur periwayatannya dengan ijazah. Maka
kebanyakan para ulama menilai kelayakan suatu hadits bukan dari dekatnya
suatu sanad (ulwu mutlak atau ulwu nasabi) akan tetapi dari keshahihan
seseorang perawi.
Al aly dan an nazl tidaklah menjamin keshahihan seuatu sanad, maka
dari itu para ulama lebih memperhatikan kondisi perawi dibanding
memperhatikan jumlah perawi , karena tujuan sebenarnya para ulama salaf
dalam mendekatkan sanad hingga sampai Rasulullah saw adalah agar lebih
meminimalisir kesalahan dalam periwayatannya (isi haditsnya/ matan).

15. Hadits Mudarroj

18
Dr. ‘Ujaj Al-Khotib, Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr: 1989,
Beirut), hal 369
19
Ibid, hal 370

8
Mudroj adalah memasukan suatu tambahan yang bukan pada hakikatnya.
Adapun menurut bahasa adalah memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Adapun hadits mudroj dibagi menjadi dua:
 Mudarroj Matan
Memasukkan perkataan yang disebut oleh perowi baik di awal,
tengah, ataupun akhir sebagai matan hadits. Dan ia menganggap bahwa
perkataan tersebut masuk ke dalam matan hadits nabi‫ صلى هللا عليه و سلم‬,
padahal kenyataannya tidak demikian.20
Contoh dari hadits mudarroj adalah pada awal matan yang
diriwayatkan oleh Al-Khotib Al-Baghdadi dengan jalur sanad dari Abu
Hurairah dari Rosulullah (‫وء‬bb‫بغوا الوض‬bb‫ )اس‬tambahan dari perkataan Abu
Hurairah dan bukan merupakan matan hadits dan itu dirujuk dari hadits
yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan Ahmad
‫ ( اسبعوا الوضوء فإني سمعت ابا القاسم صلى‬: ‫أن أبا هريرة رأى أناسا يتوضؤون فقال لهم‬
) ))‫ (( ويل لألعقاب من النار‬:‫هللا عليه وسلم يقول‬
dengan itu ada salah satu perowi yang salah dalam memahami hadits
sehingga ia mengira bahwa semuannya adalah sabda dari Rasullah ‫صلى هللا‬
‫عليه و سلم‬. 21
 Mudarroj Sanad22
Mudarroj sanad ada 3 macam:
 Seorang perowi yang mendaptkan dua matan hadits dengan beberapa
sanad yang berbeda. Kemudian perowi tersebut meriwayatkan dua
hadits yang berbeda dengan salah satu dari dua sanad, atau
meriwayatkan kedua hadits tersebut dengan sanad yang khusus.
 Seorang perowi yang mendengar satu hadits dari suatu kelompok
yang berbeda-beda sanadnya ataupun matannya. Kemudian ia
meriwayatkan hadits tersbut dengan salah satu sanad tanpa
menjelaskan perbedaanya.

20
Ibid, al 371
21
Dr. ‘Ujaj Al-Khotib, Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr: 1989,
Beirut), hal 370-371
22
Abu Muhammad Abdullah, Ilmu Mustholah Hadits, (Salim Nabhan: 1419H, Surabaya),
hal 94

9
 Hendaknya seorang perowi meriwayatkan hadits dengan sanad yang
sempurna, dan darinya ada hadits yang diriwayatkan dengan sanad
yang lain. Kemudian ada seorang perowi yang meriwayatkan dari
padanya dengan sempurna menggunakan sanad yang pertama.
16. Hadits Musohhaf
Para muhaditsin memberikan perhatian yang besar terhadap
kedhobitan(tetap) lafadz-lafadz hadits karena khawatir akan tergantinya
lafadz-lafadz dalam sebuah hadits.
Hadits mushohaf adalah sanad atau matan hadits yang mengalami
perubahan pada titik hurufnya23.
Contoh dari hadits mushohaf:
‫َم ْن َص اَم َر َم َض اَن َو َاْتَبَعُه ِس ًّتا ِم ْن َش َّو اٍل‬
Lalu Abu Bakar ash-Shuuli mengubahnya dengan menambahkan titik
pada huruf ((‫ س‬sehingga menjadi huruf ((‫ ش‬dan menambahkan huruf (‫)ي‬
hinga tersusunlah suatu kalimat yang berbunyi(‫)َشْيًأ‬24
17. Hadits Muharrof
Hadits muharrif adalah hadits yang bentuk hurufnya telah mengalami
perubahan, baik dari sanad maupun matannya. Dan maksud perubahan di sini
adalah harokat ataupun sukunnya.
Adapun contoh dari hadits muharrif adalah:
))‫ (( ُرِم َي ُأَبٌّي َيْو َم اَالْح َز اِب عَلى َاْك َح ِلِه َفَك َو اَه َر ُس ُل هللا صلى هللا عليه و سلم‬:‫َ ْن َج اِبٍر َرِض َي هللا َع ْنُه‬
Kemudian hadits tersebut diubah oleh Ghundur. Ia berpendapat bahwa
hadits tersebut harusnya ditulis dengan idhofah sehingga menjadi “Abi” (
‫ )َأِبْي‬padahal yang sebenarnya adalah ( ‫“ )ُأَبٌّي ْبُن َك َعْب‬Ubay bin Ka’ab”.
Adapun mengenai hadits ini para ulama sebenarnya memakruhkan
membawakan hadits mushohif maupun muharrif karena dikhawatirkan ia
(yang membawakan hadits tersebut) berada dalam kesalahan yang fatal25.
18. Hadits Musalsal

23
Ibid, hal 102
24
Abu Muhammad Abdullah, Ilmu Mustholah Hadits, (Salim Nabhan: 1419H, Surabaya),
hal 94
25
Dr. ‘Ujaj Al-Khotib, Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr: 1989,
Beirut), hal 374

10
Secara bahasa: Musalsal merupakan isim maf’ul dari “as-salsalah” yang
berarti bersambungnya sesuatu dengan sesuatu yang lain. 26 Secara istilah:
Keikutsertaan para perowi dalam sanad berturut-turut pada satu sifat atau
pada satu keadaan, terkadang bagi para perowi dan dari periwayatan
Hadits musalsal adalah hadits yang sanadnya bersambung dengan satu
keadaan atau sifat, baik berupa perkataan atau perbuatan yang terulang-ulang
dalam perowi, periwayatannya atau berkaitan dengan waktu dan tempat
periwayatan suatu hadits.27
19. Hadits Mauquf
Mauquf menurut bahasa berasal dari kata waqf yang berarti berhenti.
Seakan-akan perawi menghentikan sebuah hadis pada sahabat.28 Mauquf
secara Istilah adalah sesuatu yang diriwayatkan dari Sahabat baik berupa
perkataan, perbuatan ataupun ketetapan, baik sanadnya munqathi’ataupun
muttasil.29
20. Hadits Maqthu’
Menurut bahasa kata maqthu‟ berasal dari akar kata ‫َقَّط َع ُيَقِّط ُع َقْطًع ا‬
‫َق اِطٌع َو َم ْقُط ْو ٌع‬yang berarti terpotong atau teputus, lawan dari maushul yang
berarti bersambung. Kata terputus di sini dimaksudkan tidak sampai kepada
Rasulullah hanya sampai kepada Tabi’in saja.30
Maqthu’secara istilah adalah sesuatu yang diriwayatkan dari Tabi’in baik
berupa perkataan, perbuatan ataupun ketetapan, baik sanadnya
munqathi’ataupun muttasil.31
Contoh hadits Maqthu’:
a) Maqthu’ Qauli
Perkataan Hasan Al-Basri tentang shalat di belakang imam ahli bid’ah
‫صل وعليه بدعته‬

26
Dr. Mahmud Ath-Thohan, Taisiir Mushtholah Al-Hadits, (Jeddah: Al-Haromain), hlm. 185
27
Dr. ‘Ujaj Al-Khotib, Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr: 1989,
Beirut), hal 376
28
Https://wafieahmad.wordpress.com/2014/06/28/hadis-marfu-mauquf-dan-maqthu/ maqtu’
marfu’
29
Dr. ‘Ujaj Al-Khotib, Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr: 1989,
Beirut), hal 380
30
Https://wafieahmad.wordpress.com/2014/06/28/hadis-marfu-mauquf-dan-maqthu/
31
Dr. ‘Ujaj Al-Khotib, Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr: 1989,
Beirut), hal 381

11
“Shalatlah dan dialah yang menanggung bid’ahnya”
b) Maqthu’ Fi’li
Perkataan Ibrahim bin Muhammad al-Muntsayir
‫كان مسروق يرخي الستر بينه وبين أهله ويقبل على صالته ريخليهم ودنياهم‬

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Musytarak dalam bahasa Arab disebut dengan kompromis. Kompromis
menurut Kamus Ilmiah Populer adalah penyelesaian perselisihan dimana pihak
yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu titik
penyelesaian(damai). Menurut kamus Kontemporer Arab-Indonesia, musytarak
artinya kebersamaan atau hubungan timbal balik . Jadi, musytarak adalah sebuah
solusi dari upaya untuk mencari jalan tengah (damai) terhadap suatu persoalan
dengan tetap menyertakan kepentingan diantara pihak-pihak yang berselisih
secara adil.
Menurut Zulkarnain al-Maidaniy, hadis kompromis atau hadis-hadis yang
musytarak antara shahih, hasan dan dha’if merupakan suatu terminology bagi
hadis, yakni jenis-jenis hadis menurut terminology ulama yang bersifat
komplementer antara shahih, hasan dan dha’if.
Macam-macam musytarak antara Shahih, Hasan dan Dhaif, antara lain:
Hadits Marfu’, Muttashil, Musnad, Mu’an’an, Mu’annan dan Mu’allaq, Al-fard
Al-Gharib, Ahad, Mutabi’, Syahid, dan lain-lain.

13
DAFTAR PUSTAKA
Khotib, Al- ‘Ujaj. Ushulul Hadits ‘Ulumuhu wa Mustolahuhu, (Dar Al-Fikr:
1989, Beirut)
Abdullah, Abu Muhammad, Ilmu Mustholah Hadits, (Salim Nabhan: 1419H,
Surabaya)
Http://santribloggerr.blogspot.co.id/2012/09/musytarak-antara-shahih-hasan-
dan-dhaif.html
http://f4ch1215.blogspot.co.id/2013/01/hadits-gharib.html
Https://wafieahmad.wordpress.com/2014/06/28/hadis-marfu-mauquf-dan-
maqthu/

14

Anda mungkin juga menyukai