Disusun Oleh:
Kelompok 5
Bimo Passopati (0234000005)
Jumali Toad (0233000001)
Rifky Alvis Alamsyah (0232000017)
Daftar Isi........................................................................................................................2
Kata Pengantar.............................................................................................................3
Bab I Pendahuluan.......................................................................................................4
Latar Belakang.....................................................................................................4
Rumusan Masalah................................................................................................4
Tujuan...................................................................................................................4
Bab II Isi........................................................................................................................5
Pengertian As-Sunnah/Hadits Beserta Macam-Macamnya..................................5
Bagaimana Hadits Nabi Itu Sampai Kepada Umat Secara Akurat.......................7
Perbedaan Antara Hadits Yang Dapat Diterima Dan Harus Ditolak Sebagai
Sumber Ajaran Islam............................................................................................10
Posisi Hadits Sebagai Rujukan Dalam Menetapkan Hukum Islam......................11
Jenis-Jenis Hadits Dari Segi Kesahihan Dan Periwayatannya.............................12
Bab III Penutup.............................................................................................................15
Kesimpulan...........................................................................................................15
Daftar Pustaka..............................................................................................................16
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala
yang telah memberikan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun
makalah ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita, Nabi Muhammad SAW, sebagai utusan Allah yang membawa cahaya petunjuk
bagi seluruh umat manusia. Keberadaan Sunnah dalam agama Islam menjadi suatu
keniscayaan yang tak terhingga nilai kebermaknaannya. Dalam makalah ini, kami akan
berusaha menggambarkan pentingnya As-Sunnah sebagai sumber ajaran kedua setelah
Al-Qur'an, sekaligus menyajikan pemahaman yang lebih mendalam tentang peranannya
dalam membentuk kehidupan umat Muslim.
Sebagai manusia yang hidup dalam kompleksitas zaman, tidak dapat disangkal
bahwa kita membutuhkan pedoman dan teladan yang kokoh dalam menjalani
kehidupan. Al-Qur'an sebagai kitab suci Allah SWT merupakan sumber utama ajaran
Islam, namun kehadiran As-Sunnah yang merupakan jejak perjalanan Nabi Muhammad
SAW menjadi pencerahan bagi umatnya dalam mengamalkan ajaran-Nya. Sunnah
mencakup perilaku, perkataan, dan tindakan Nabi, yang menjadi model sempurna bagi
seluruh umat Islam untuk diikuti dan dijadikan teladan dalam beribadah, berakhlaq,
berinteraksi sosial, dan dalam segala aspek kehidupan. Dalam makalah ini, kami akan
menggali lebih dalam mengenai kekayaan nilai-nilai As-Sunnah dan bagaimana nilai-
nilai tersebut mempengaruhi peradaban Islam serta bagaimana ia tetap relevan dan
berdaya guna di era kontemporer.
Dengan selesainya makalah ini, harapan penulis adalah semoga karya tulis ini
dapat memberikan manfaat dan pemahaman yang lebih luas kepada pembaca. Kami
juga berharap agar makalah ini dapat membangkitkan semangat untuk lebih mendalami
ajaran Islam dan mencari petunjuk dari sumber-sumber yang sahih. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan bantuan yang diberikan dalam
penulisan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada
kita semua.
Kelompok 5
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
As-Sunnah atau hadits merupakan sumber ajaran Islam kedua yang penting
setelah Al-Qur'an. Sejak awal kemunculan Islam, Nabi Muhammad SAW
menyampaikan wahyu dari Allah SWT dalam bentuk Al-Qur'an, dan selain itu, beliau
juga memberikan contoh-contoh praktik langsung dalam kehidupan sehari-hari yang
dikenal sebagai hadits. Hadits-hadits ini mencakup perkataan, tindakan, dan persetujuan
beliau terhadap suatu peristiwa atau tindakan orang lain. Hadits-hadits tersebut menjadi
sumber tambahan yang sangat berharga dalam memahami dan mengaplikasikan ajaran
agama Islam secara lebih mendalam.
III. TUJUAN
a) Untuk menjelaskan pengertian As-Sunnah/hadits beserta macam-macamnya
b) Untuk mengetahui bagaimana hadits Nabi sampai kepada umat secara
akurat
c) Untuk memahami perbedaan antara hadits yang dapat diterima dan harus
ditolak sebagai sumber ajaran Islam
d) Untuk menggambarkan posisi hadits sebagai rujukan dalam menetapkan
hukum Islam
e) Untuk mengidentifikasi jenis-jenis hadits dari segi kesahihan dan
periwayatannya
4
BAB II
ISI
Meskipun keduanya erat kaitannya, As-Sunnah dan hadits adalah dua konsep yang
berbeda dalam agama Islam. Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa:
- As-Sunnah: istilah yang mencakup segala tindakan, perkataan, persetujuan,
dan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. As-Sunnah adalah contoh atau teladan
yang diikuti oleh umat Muslim dalam menjalankan kehidupan agama mereka.
As-Sunnah dapat mencakup segala aspek kehidupan, termasuk ibadah, etika,
perilaku, dan tata cara sosial. As-Sunnah tidak hanya melibatkan apa yang
5
Nabi Muhammad lakukan atau katakan, tetapi juga mencakup bagaimana
beliau menjalankan ibadah dan berinteraksi dengan sesama manusia.
6
B. Macam-macam As-Sunnah dan hadits
As-Sunnah memiliki beberapa macam berdasarkan cakupan dan sifatnya.
Berikut adalah beberapa macam As-Sunnah:
1. Sunnah Qawliyah (Sunnah Lisan) adalah bagian dari As-Sunnah yang
mencakup perkataan Nabi Muhammad SAW. Ini mencakup semua ucapan
beliau, seperti nasihat, petunjuk, dan hikmah yang diucapkan dalam berbagai
situasi kehidupan sehari-hari. Contoh Sunnah Qawliyah adalah hadits-hadits
yang berisi ucapan langsung dari Nabi Muhammad SAW, seperti: Dari Abu
Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR.
Bukhari)
2. Sunnah Fi'liyah (Sunnah Perbuatan) adalah bagian dari As-Sunnah yang
mencakup tindakan atau perbuatan Nabi Muhammad SAW. Ini melibatkan
segala tindakan beliau yang dijadikan contoh bagi umat Muslim. Contoh
Sunnah Fi'liyah adalah hadits-hadits yang berisi tentang tindakan Nabi
Muhammad SAW dalam ibadah dan aktivitas lainnya, seperti: “Jika Nabi
Muhammad SAW shalat fardhu, beliau selalu membaca Surat Al-Fatihah dan
sebuah surat di belakangnya." (HR. Bukhari)
3. Sunnah Taqririyah (Sunnah Persetujuan) adalah bagian dari As-Sunnah yang
mencakup persetujuan atau diamnya Nabi Muhammad SAW terhadap tindakan
orang lain atau kejadian tertentu. Persetujuan beliau terhadap suatu perbuatan
juga dapat dijadikan teladan bagi umat Muslim. Contoh Sunnah Taqririyah
adalah hadits-hadits yang berisi tentang Nabi Muhammad SAW diam atau
memberikan isyarat setuju atas suatu perbuatan atau ucapan sahabat beliau,
seperti: Dari Abdullah bin Umar, Nabi Muhammad SAW berbicara tentang
keutamaan shalat malam, lalu beliau berkata: "Dan aku (Nabi) melakukan
shalat malam." (HR. Muslim)
7
yang ditetapkan oleh para ahli hadits. Contoh: "Tidak beriman seseorang di
antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya
sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Hadits Hasan (Hasan): Hadits yang memiliki sanad yang baik dan
periwayatannya juga dapat dipercaya, meskipun tidak sekuat hadits shahih.
Contoh: "Bantulah (orang yang lemah dan teraniaya) baik dalam berbuat
keadilan atau pun tidak." (HR. Bukhari)
3. Hadits Mutawatir (Mutawatir): Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah besar
rawi (periwayat) pada setiap tingkat sanad, sehingga keyakinan atas kesahihan
hadits ini sangat kuat. Contoh: "Haram darah seorang Muslim kecuali atas tiga
perkara: pembunuh yang membunuh orang lain dengan sengaja, orang yang
berzina, dan orang murtad meninggalkan agama keluar dari komunitas
Muslim." (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Hadits Dhaif (Dhaif): Hadits yang memiliki sanad yang lemah atau ada
kelemahan dalam periwayatannya. Hadits dhaif dapat digunakan untuk
keperluan fadhail (keutamaan) tetapi tidak untuk hukum-hukum syariat yang
penting. Contoh: "Jika seseorang melakukan shalat tarawih di bulan Ramadan,
maka dosa-dosanya yang telah lampau akan diampuni."
5. Hadits Mawdu' (Mawdu'): Hadits palsu atau hadits yang dibuat-buat dan tidak
memiliki dasar dari Nabi Muhammad SAW. Contoh: "Allah menciptakan
Adam dengan tangan kanan-Nya, kemudian menulis di dahinya: 'Ini adalah
seorang yang selamat dari neraka'."
8
II. BAGAIMANA HADITS NABI ITU SAMPAI KEPADA UMAT SECARA
AKURAT
Proses penyaluran hadits dari Nabi Muhammad SAW kepada umat Muslim
secara akurat melibatkan berbagai tahapan yang ketat dan cermat untuk memastikan
keandalan dan kesahihan hadits tersebut. Proses ini dapat dijelaskan dalam beberapa
tahapan berikut:
1. Periwayatan Lisan (As-Samā'): Nabi Muhammad SAW menyampaikan hadits
secara lisan kepada para sahabatnya yang hadir di sekitarnya. Para sahabat
yang mendengar langsung dari Nabi disebut sebagai "sahabat mutaba'at"
(sahabat yang mendengarkan langsung) dan menjadi sumber utama hadits.
2. Periwayatan Lisan antar-Sahabat: Para sahabat yang mendengar langsung
hadits dari Nabi Muhammad SAW kemudian menyampaikannya kepada
sahabat-sahabat lainnya dalam bentuk lisan. Proses ini mencakup sejumlah
sahabat yang berbeda, dan setiap sahabat yang menyampaikan hadits disebut
sebagai rawi (periwayat).
3. Periwayatan Tulisan: Beberapa sahabat juga mencatat hadits dalam bentuk
tulisan pribadi mereka. Namun, catatan tulisan ini masih jarang digunakan
karena mayoritas hadits disampaikan secara lisan dalam beberapa dekade
setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
4. Masa Penghafalan (Hifz): Selain mencatat tulisan, banyak sahabat dan generasi
berikutnya menghafal hadits secara lisan. Penghafalan ini menjadi salah satu
cara utama dalam melestarikan hadits dari generasi ke generasi.
5. Penulisan Hadits oleh Para Imam Hadits: Beberapa tahun setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW, ulama Islam mulai mengumpulkan dan meneliti
hadits. Para imam hadits yang terkenal, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim,
Imam Abu Dawud, Imam at-Tirmidzi, Imam an-Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah,
melakukan perjalanan untuk menemui dan mengumpulkan hadits dari berbagai
daerah. Mereka juga menetapkan kriteria ketat untuk memilih hadits yang akan
dimasukkan dalam koleksi mereka.
6. Penapisan Kualitas (Ilmu Rijal dan Ilmu Jarh wa Ta'dil): Para imam hadits
melakukan penapisan kualitas terhadap rawi (periwayat) hadits untuk
9
menentukan kepercayaan dan integritas mereka. Proses ini disebut ilmu rijal
dan ilmu jarh wa ta'dil. Rawi yang tidak memiliki kualifikasi yang memadai
atau diragukan integritasnya ditolak, sehingga hanya hadits yang memiliki
sanad yang kuat yang diterima.
7. Kesimpulan dan Pengumpulan Hadits dalam Koleksi: Setelah melalui proses
evaluasi dan seleksi yang ketat, para imam hadits menyusun koleksi hadits
dengan tingkat kesahihan tertentu. Hadits yang diterima dalam koleksi ini
memiliki sanad yang kuat dan merupakan bukti yang dapat diandalkan tentang
perkataan dan tindakan Nabi Muhammad SAW.
Dengan cara-cara di atas, hadits Nabi Muhammad SAW berhasil dipelihara dan
disampaikan dengan akurat dari generasi ke generasi. Proses ini memastikan bahwa
umat Muslim dapat mengambil hukum, pedoman, dan inspirasi dari sumber yang sahih
dan dapat dipercaya dalam menjalankan ajaran agama Islam.
10
- Contoh Hadits Sahih: "Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari
dan Muslim)
Hadits Dhaif (Dhaif):
- Hadits dhaif adalah hadits yang memiliki sanad yang lemah atau diragukan
keandalannya. Rantai periwayatan hadits ini bisa memiliki perawi yang
diragukan integritasnya, atau terdapat kesalahan dalam catatan perawi, atau ada
cacat lain dalam jalur transmisi.
- Hadits dhaif tidak dapat dijadikan dasar dalam menetapkan hukum syariat atau
pedoman agama karena ketidakpastian atas kebenarannya.
- Contoh Hadits Dhaif: "Siapa pun yang membaca surat Al-Waqi'ah setiap
malam, dia tidak akan pernah menjadi miskin." (Hadits Dhaif)
11
konkret dan petunjuk lebih mendalam tentang bagaimana ajaran-ajaran tersebut
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Penjelasan dan Tafsir Al-Qur'an: Hadits membantu dalam menafsirkan Al-
Qur'an dengan memberikan contoh-contoh nyata tentang bagaimana Nabi
Muhammad SAW memahami dan mengamalkan ajaran Al-Qur'an. Hadits juga
berfungsi untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an yang memerlukan penafsiran
lebih lanjut agar umat Muslim dapat memahami makna dan implikasi
hukumnya.
3. Menetapkan Sunnah dan Praktik Nabi: Nabi Muhammad SAW merupakan
contoh sempurna bagi umat Muslim dalam beribadah, berakhlaq, berinteraksi
sosial, dan dalam segala aspek kehidupan. Hadits mendokumentasikan Sunnah
Nabi, yaitu praktek-praktek beliau, sehingga menjadi panduan bagi umat
Muslim dalam mengikuti dan mengimplementasikan teladan Nabi dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Menjelaskan dan Memperkuat Kaidah-Kaidah Syariat: Hadits juga berfungsi
untuk menguatkan dan menjelaskan kaidah-kaidah syariat (hukum Islam) yang
diatur dalam Al-Qur'an. Hadits memberikan contoh-contoh konkret dan kasus-
kasus khusus yang dihadapi Nabi Muhammad SAW dan bagaimana beliau
menetapkan hukum dalam situasi tersebut.
5. Mengatasi Ketidakjelasan dan Konflik: Dalam beberapa kasus, Al-Qur'an dapat
memberikan beberapa ayat yang tampak bertentangan satu sama lain atau
memberikan petunjuk yang tidak cukup jelas. Hadits membantu untuk
mengatasi ketidakjelasan dan konflik dengan memberikan penjelasan lebih
lanjut atau contoh konkret tentang bagaimana hukum harus diterapkan dalam
situasi yang spesifik.
12
1. Hadits Shahih (Sahih):
Hadits shahih adalah hadits yang memiliki sanad yang kuat dan
periwayatannya terpercaya, serta sesuai dengan kriteria ilmiah yang ditetapkan
oleh para ahli hadits.
Para rawi (periwayat) dalam sanad hadits shahih adalah orang-orang yang adil,
memiliki integritas yang baik, dan dapat dipercaya.
Contoh: "Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda, 'Tidak masuk surga
seseorang yang tidak berbuat baik kepada tetangganya.” (HR Bukhari)
13
4. Hadits Dhaif (Dhaif):
Hadits dhaif adalah hadits yang memiliki sanad yang lemah atau diragukan
keandalannya.
Para rawi dalam sanad hadits dhaif bisa memiliki cacat dalam integritasnya
atau terdapat kesalahan dalam catatan periwayatan.
Hadits dhaif tidak dapat dijadikan dasar dalam menetapkan hukum syariat atau
panduan agama karena ketidakpastian atas kebenarannya.
Contoh: "Malam Jumat adalah malam di mana setiap doa pasti dikabulkan oleh
Allah."
14
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
As-Sunnah adalah panduan dan contoh yang diambil dari tindakan, perkataan,
dan persetujuan Nabi Muhammad SAW yang menjadi teladan bagi umat Muslim dalam
menjalankan ajaran agama Islam. As-Sunnah bersama-sama dengan Al-Qur'an menjadi
sumber hukum dan pedoman dalam kehidupan umat Muslim.
Dalam memahami As-Sunnah, hadits memegang peran sentral sebagai
laporan mengenai tindakan, perkataan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW. Hadits
diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabsahannya, seperti hadits sahih, hadits hasan,
hadits dhaif, dan hadits mawdu'. Hadits sahih dan hasan dianggap sebagai sumber ajaran
Islam yang valid dan dapat dijadikan acuan dalam menetapkan hukum dan pedoman
agama.
Hadits juga berfungsi untuk menjelaskan, mengisi rincian, dan menafsirkan
Al-Qur'an. Selain itu, hadits memberikan contoh konkret tentang bagaimana ajaran
Islam harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kritik
ilmiah dan penelitian hadits oleh para ulama hadits sangat penting untuk memastikan
bahwa hadits yang digunakan sebagai rujukan adalah hadits yang sahih dan dapat
dipercaya.
Dalam menjalankan ajaran Islam, penting bagi umat Muslim untuk
memahami perbedaan antara hadits sahih dan hadits dhaif, serta mawdu', agar tidak
terjebak dalam pemahaman yang salah. Kesadaran atas pentingnya kedudukan hadits
sebagai sumber ajaran Islam dan upaya dalam memahami dan memilih hadits yang
sahih akan membantu umat Muslim dalam mengambil keputusan yang benar dalam
menjalankan agama Islam.
Dengan menghargai dan mengikuti As-Sunnah serta hadits yang sahih, umat
Muslim dapat mengambil manfaat dan pedoman dalam mencapai keberkahan, keadilan,
dan kedamaian dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Semoga kesadaran ini menjadi
landasan bagi umat Muslim dalam berpegang teguh pada ajaran agama Islam dan
mengaplikasikannya dalam berbagai aspek kehidupan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Buku Referensi:
Brown, Jonathan A.C. (2009). Hadith: Muhammad's Legacy in the Medieval and
Modern World.
Siddiqi, M. Z. (2012). Hadith Literature: Its Origin, Development, Special Features
and Criticism.
Azami, M. M. (2006). Studies in Early Hadith Literature.
Rahman, Fazlur (2009). Islam.
16