Tugas Manajemen Keperawatan (Edit)
Tugas Manajemen Keperawatan (Edit)
Disusun Oleh:
Kelompok 2B
1. Faesal wijaya kusuma 2214901210111
2. Dyah Ustriyani 2114901210106
3. Eka Apriani 2114901210107
4. Fathiyah 2114901210112
5. Marfuah 2114901210126
6. Ahmad Rajani 2114901210094
7. Mariani 2114901210127
8. Norhikmah 2114901210135
9. Raida Humairah 2114901210142
10. Sri Mulyani 2114901210151
11. Tri Sistiowati 2114901210153
Kelompok 2B
1. Faesal wijaya kusuma 2214901210111
2. Dyah Ustriyani 2114901210106
3. Eka Apriani 2114901210107
4. Fathiyah 2114901210112
5. Marfuah 2114901210126
6. Ahmad Rajani 2114901210094
7. Mariani 2114901210127
8. Norhikmah 2114901210135
9. Raida Humairah 2114901210142
10. Sri Mulyani 2114901210151
11. Tri Sistiowati 2114901210153
Telah dilaksanakan dan menyelesaikan penugasan praktik profesi ners stase Praktik Profesi
Manajemen (PPMK) periode 16 Februari 2023 - 08 Maret 2022 di RSUD Brigjend. H. Hasan
Basry Kandangan oleh:
Kelompok 2B
1. Faesal wijaya kusuma 2214901210111
2. Dyah Ustriyani 2114901210106
3. Eka Apriani 2114901210107
4. Fathiyah 2114901210112
5. Marfuah 2114901210126
6. Ahmad Rajani 2114901210094
7. Mariani 2114901210127
8. Norhikmah 2114901210135
9. Raida Humairah 2114901210142
10. Sri Mulyani 2114901210151
11. Tri Sistiowati 2114901210153
Daftar Penugasan:
Laporan pendahuluan:
1. Kelompok
a. Konsep M1-M5 (input manajemen ruangan)
b. Konsep fungsi Manajemen POAC (proses manajemen ruangan)
c. Konsep Indikator Mutu Keperawatan (output manajemen ruangan)
d. STARKES Pembaharuan SNARS (standar akreditasi rumah Sakit)
2. Individu dibagi kepada anggota kelompok :
a. Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja
b. Supervisi
c. Timbang terima
d. Discharge Planning
e. Ronde Keperawatan dan IPE
f. Sasaran Keselamatan Pasien
g. Manajemen Konflik
h. Komunikasi Efektif – SBAR
i. Gaya Kepemimpinan
Laporan Proposal dan Proyek Inovasi atau PSBH (problem solving better health) di Ruang
Bedah (Al-Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan
Laporan Analisis Jurnal Manajemen Terkait Proyek Inovasi di Ruang Bedah (Al-Insyirah)
RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan
Laporan Selama Role Play di Ruang Bedah (Al-Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basery
Kandangan :
a. Laporan Timbang Terima
b. Laporan Supervisi
c. Laporan Discharge Planning
d. Laporan Penerima Pasien Baru
e. Laporan MAKP
Laporan Pembuatan Draf SOP Perawatan Luka Yang Spesifik di Ruang Bedah (Al-Insyirah)
RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan :
a. SOP Perawatan Luka Kotor
b. SOP Perawatan Luka Bersih
c. SOP Perawatan Luka Terbuka
d. SOP Perawatan Luka Bakar
e. SOP Penanganan Ekstravasasi Perifer Kemoterapi
Laporan MTE
Resume Kegiatan Meet The Expert (MTE)
Lampiran
1. Kumpulan Lembar Hasil Kuesioner
2. Kumpulan Lembar Kegiatan Role Play
3. Kumpulan Dokumentasi Kegiatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan
Desiminasi Akhir Praktik Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners di Ruang Al-
Insyirah RSUD Brigjen H. Hasan Basry Kandangan ini penulis dapat selesaikan tepat pada
waktunya. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah mendukung
dan membantu dalam penyelesaian laporan akhir ini
Bersama ini perkenalkan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati
yang tulus kepada:
1. Ibu Evy Noorhasanah, Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
2. Bapak Yosra Sigit Pramono Ns., M.Kep selaku Penanggung Jawab Stase Manajemen
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
3. Ibu Lili Erawati, S.kep., Ns Selaku Kepala Ruangan di Ruang Ruang Al- Insyirah RSUD
Brigjend H. Hasan Basry Kandangan
4. Rida’ Millati, Ns. M.Kep Selaku Dosen Pembimbing Akademik Stase Manajemen
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
5. Misna, S.Kep.,Ns Selaku Pembimbing Klinik di Ruang Al- Insyirah RSUD Brigjend H.
Hasan Basry Kandangan
6. Teman-teman Kelompok 2B Stase Manajemen Program Pendidikan Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas laporan manajemen keperawatan
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Akhir ini masih terdapat kekurangan. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai penyempurnaan bahan
tulisan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Lembar Pengesahan
Daftar Isi....................................................................................................................... i
Daftar Tabel.................................................................................................................. iii
Daftar Gambar....................................................................................................................vi
Daftar Diagram...................................................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................2
1.3 Manfaat....................................................................................................3
ii
DAFTAR TABEL
iii
Tabel 3.22 Instrumen kepuasan pasien................................................................... 153
Tabel 3.23 Hasil Kepuasan pasien.......................................................................... 154
Tabel 3.24 Kepuasan Perawat................................................................................. 154
Tabel 3.25 Kegiatan memasang infus..................................................................... 155
Tabel 3.26 Kegiatan melakukan skin test............................................................... 156
Tabel 3.27 Kegiatan memberikan obat injeksi intaravena (IV).............................. 157
Tabel 3.28 Kegiatan perawatan luka....................................................................... 159
Tabel 3.29 Kegiatan menjemput pasien pasca operasi........................................... 160
Tabel 3.30 Hasil observasi kepatuhan perawat melakukan Tindakan
sesuai SOP............................................................................................ 161
Tabel 3.31 Analisis masalah................................................................................... 162
Tabel 3.32 Analisa Masalah di Ruang Bedah (Al Insyirah)(Al-Insyirah) RSUD
Brigjend H. Hasan Basery Kandangan................................................. 171
Tabel 3.33 Prioritas masalah................................................................................... 173
Tabel 3.34 POA...................................................................................................... 176
Tabel 4.1 Klasifikasi dan kriteria pasien dengan Metode Douglas (1984)........... 208
Tabel 4.2 Tenaga perawat di Ruang Bedah RSUD Brigjend H. Hasan Basry
Kandangan tanggal 16 Februari 2023................................................... 208
Tabel 4.3 Tenaga perawat di Ruang Bedah RSUD Brigjend H. Hasan Basry
Kandangan tanggal 17 Februari 2023................................................... 209
Tabel 4.4 Kesimpulan Jumlah Tenaga Kerja menurut Douglas (per hari).......... 210
Tabel 4.5 Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Pada Pasien Kelolaan di Ruang Bedah (Al-Insyirah) Tanggal
20 Februari 2022 sampai 04 Maret 2023.............................................. 211
Tabel 4.6 Nilai BOR Harian................................................................................. 214
Tabel 4.7 Data lama hari rawat pasien tanggal 20 Februari – 04 Maret 2023
di ruang bedah (Al- Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basry
Kandangan............................................................................................ 216
Tabel 4.8 Indikator di Rumah Sakit RSUD Brgjen H.Hsan Basry Kandangaan
ruang Al Insyirah tanggal 20 Februari – 04 Maret 2023..................... 216
Tabel 4.9 Kepuasan pasien sebelum role play mahasiswa................................... 219
Tabel 4.10 Kepuasan pasien sesudah role play mahasiswa................................... 219
Tabel 4.11 Aspek Pengkajian.................................................................................. 220
Tabel 4.12 Aspek Diagnosa.................................................................................... 221
Tabel 4.13 Aspek Perencanaan............................................................................... 221
Tabel 4.14 Aspek Tindakan.................................................................................... 221
iv
Tabel 4.15 Aspek Evaluasi...................................................................................... 222
Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Evaluasi Penerapan SAK (Instrumen A) di
Ruang Bedah (Al Insyirah) RSUD Brigjend. H. Hasan Basry
Kandangan............................................................................................ 222
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR DIAGRAM
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Rumah Sakit Umum Daerah Brigjend H. Hasan Basery Kandangan yang juga
sebagai Rumah Sakit rujukan Banua Anam, serta wilayah sekitarnya sekaligus
sebagai Rumah Sakit Type B mempunyai beberapa ruangan yang menjadi ruang
percontohan dalam menerapkan model keperawatan MAKP. Ruang Al-Insyirah
merupakan salah satu ruangan dengan pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) dengan Metode Tim Primer yang ada di Rumah Sakit Umum
Daerah Brigjend H. Hasan Basery Kandangan.
1.2. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip manajemen keperawatan
dan model pemberian Asuhan Keperawatan profesional yang sesuai dengan
prinsip Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) metode Tim
Primer yang telah diterapkan di Rumah Sakit Umum Daerah Brigjend H.
Hasan Basery Kandangan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah Melakukan Praktik Manajemen, Mahasiswa diharapkan dapat :
1.2.2.1 Mampu memahami dan menganalisis pelaksanaan 5 fungsi
manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengaturan,
pengaruhan, dan pengawasan) di ruang perawatan.
3
1.3. Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
informasi bidang managemen keperawatan tentang prinsip manajemen
keperawatan dan model pemberian Asuhan Keperawatan profesional yang
sesuai dengan prinsip Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Metode Tim Primer.
1.3.2 Manfaat praktis
1.3.2.1 Bagi Rumah Sakit
4
Dikutip dari buku Ibrahim Lubis, George R.Terry mengemukakan lima unsur manajemen
(5M) lebih luas dan terperinci daripada O.F. Petersen, yaitu: Man, Money, Materials,
Methods, Market
2.1.1 Unsur Input (M1-M5)
2.1.1.1 M1/Man (Sumber Daya Manusia)
Semakin tua usia seseorang karyawan semakin kecil kemungkinan keluar dari
pekerjaan, karena semakin kecil alternatif untuk memperoleh kesempatan
pekerjaan lain. Di samping itu karyawan yang bertambah tua biasanya telah
bekerja lebih lama, memperoleh gaji yang lebih besar dan berbagai
keuntungan lainnya. Hubungan usia dengan kinerja atau produktivitas
dipercaya menurun dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena
ketrampilan- ketrampilan fisiknya sudah mulai menurun. Tetapi produktivitas
seseorang tidak hanya tergantung pada ketrampilan fisik serupa itu. Tenaga
kerja ini meliputi baik tenaga kerja eksekutif maupun operatif. Dalam
kegiatan manajemen faktor manusia adalah yang paling menentukan. Titik
pusat dari manajemen adalah manusia, sebab manusia membuat tujuan dan
dia pulalah yang melakukan proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkannya itu. Tanpa tenaga kerja tidak akan ada proses kerja.
Hanya saja manajemen itu sendiri tidak akan timbul apabila setiap orang
bekerja untuk dirinya sendiri saja tanpa mengadakan kerjasama dengan yang
lain.Manajemen timbul karena adanya orang yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama.
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi.
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia
yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada
dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul
karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
5
6
d. Unsur-unsur perencanaan
Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan adalah:
1) meramalkan (forecasting), misalnya memperkirakan kecenderungan
masa depan (peluang dan tantangan)
2) menetapkan tujuan (establishing objectives), misalnya menyusun
acara yang urutan kegiatannya berdasarkan skala prioritas
3) menyusun jadwa pelaksanaan (scheduling), misalnya menetap
kan/memperhitungkan waktu dengan tepat
4) dengan tepat cara yang mengembangkan prosedur, misalnya
menentukan tata cara yang paling tepat
5) kebijakan (interpreting and establishing policy), misalnya
menafsirkan kebijakan atasan dan menetapkan kebijakan
operasional.
e. Sifat-sifat perencanaan
Ada beberapa sifat perencanaan yang harus diperhatikan agar dapat
dihasilkan rencana yang baik, yaitu: melihat jauh ke depan, sederhana,
jelas, fleksibel, stabil, ada dalam keseimbangan, tersedianya sumber-
sumber untuk pelaksanaan.
g. Prinsip Perencanaan
Berikut ini adalah prinsip dari perencanaan:
1) Prinsip Kontribusi
Tujuan perencanaan adalah untuk memastikan pencapaian efektif
dan efisien tujuan organisasi, dalam kenyataannya, kriteria dasar
untuk perumusan rencana untuk mencapai Tujuan utama
perusahaan. Pencapaian tujuan selalu tergantung pada rencana dan
jumlah kontribusi organisasi terhadap perencanaan.
4) Metode Hanlon
Metode Hanlon merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan
untuk menentukan prioritas masalah dengan menggunakan empat
kelompok kriteria, yaitu besarnya masalah (magnitude), kegawatan
masalah (emergency), kemudahan penanggulangan masalah
(causability), dan faktor yang menentukan dapat tidaknya program
dilaksanakan (PEARL factor). Tujuan Metode Hanlon adalah
14
j. Implementasi
1) Menyadari kesempatan.
Penting sekali bagi seorang manajer untuk mengetahui kesempatan
atau peluang di lingkungan eksternal dengan sangat baik dalam
organisasi sebagai awal perencanaan. Menjadi bagian penting
melihat terhadap kesempatan masa depan. Manajer harus tahu
dimana kondisi pasar, kompetisi antar organisasi, permintaan
konsumen atau pelanggan, kekuatan mereka sendiri, dan kelemahan.
2) Menentukan tujuan.
Langkah kedua adalah menetukan tujuan untuk seluruh organisasi
dan setiap sub unit didalamnya. Tujuan memberikan arahan terhadap
setiap departemen atau sub unit di dalamnya.
3) Mengembangkan dasar pikiran.
Dasar pikiran di sini adalah sebuah asumsi yang ada dalam pikiran
organisasi. Mengenal dan memahami dengan baik rencana akan
berjalan di lingkungan yang sesuai, eksternal maupun internal.
4) Menentukan tindakan alternatif
Memikirkan tindakan alternatif jika dalam pelaksanaan perencanaan
terdapat permasalahan hambatan.
5) Mengevaluasi tindakan alternatif.
Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi tindakan alternatif dengan
menimbang dengan cermat, tindakan alternatif yang memberikan
peluang yang paling bagus tentang pencapaian tujuan, biaya yang
paling murah dan keuntungan yang paling tinggi.
6) Memilih tindakan alternatif yang telah ditentukan atau dirumuskan
dan dievaluasi.
7) Merumuskan pendukung tujuan. Saat keputusan telah dibuat,
perencanaan telah selesai, dan tujuah langkah telah dilakanakan,
maka memerlukan daftar atau hal yang diperlukan untuk mendukung
tujuan. Contoh pendukung tujuan adalah alat, bahan,
memperkerjakan dan melatih pegawai, dan mengembangkan sebuah
produk baru.
15
b. Kegiatan Organizing
1) Mengalokasikan sumber daya, menyusun dan menetapkan tugas-
tugas serta menetapkan prosedur yang diperlukan
2) Menetapkan struktur perusahaan yang menunjukkan adanya garis
kewenangan dan tanggung jawab
3) Merekrut, menyeleksi, dan melakukan pelatihan serta
pengembangan tenaga kerja
4) Menempatkan tenaga kerja pada posisi yang pas dan paling tepat.
d. Manfaat Organizing
1) Pembagian tugas-tugas bisa sesuai dengan kondisi perusahaan
2) Menciptakan spesialisasi saat menjalankan tugas
3) Personil dalam perusahaan mengetahui tugas apa yang akan
dijalankan.
e. Fungsi Organizing
1) Pendelegasian wewenang dari manajemen puncak kepada
manajemen pelaksana.
2) Adanya pembagian tugas yang jelas.
3) Mempunyai manajer puncak yang profesional untuk bisa
mengkoordinasikan semua kegiatan yang dilakukan.
f. Prinsip Pengorganisasian
Proses pengorganisasian dapat dilakukan secara efisien jika manajer
memiliki pedoman tertentu sehingga mereka dapat mengambil
keputusan dan dapat bertindak. Untuk mengatur secara efektif, prinsip-
prinsip organisasi berikut dapat digunakan oleh seorang manajer,
sebagai berikut:
1) Prinsip Spesialisasi
Menurut prinsip, pekerjaan seluruh perhatian harus dibagi di antara
bawahan atas dasar kualifikasi, kemampuan dan keterampilan. Ini
adalah melalui pembagian kerja dapat dicapai yang menghasilkan
organisasi yang efektif. Pembagian kerja adalah pemecahan tugas
kompleks menjadi komponen-komponennya sehingga setiap orang
bertanggung jawab untuk beberapa aktivitas terbatas bukannya tugas
secara keseluruhan.
garis yang tegas dan tidak terputus dari eksekutif tertinggi sampai
yang paling rendah. Sebuah rantai skalar memfasilitasi alur kerja di
sebuah organisasi yang membantu dalam pencapaian hasil yang
efektif. Sebagai otoritas mengalir dari atas ke bawah, hal itu akan
menjelaskan posisi kewenangan untuk manajer di semua tingkatan
dan yang memfasilitasi organisasi yang efektif.
g. Implementasi
Pentingnya pengorganisasian, menyebabkan timbulnya sebuah struktur
organisasi, yang dianggap sebagai sebuah kerangka sebuah kerangka
yang masih dapat menggabungkan usaha-usaha mereka dengan baik.
5) Pemindahan
Pemindahan terdiri dari promosi, mutasi dan demosi
21
7) Penilaian prestasi
Penilaian prestasi adalah salah satu hal yang penting dalan
pengorganisasian, namun dalam pelaksanaannya sangat sulit
untuk melihat hasil yang memadai. Penilaian prestasi dapat
dibedakan dalam 2 macam, yaitu formal dan informal.
tugas dan tanggung jawab. Maka dari itu, actuating tidak lepas dari
peranan kemampuan leadership.
b. Prinsip Actuating
1) Pelaksanaan dan Penugasan.
Langkah lanjutan dari penetapan program kerja pengawasan adalah
pelaksanaan pengawasan dalam bentuk pemberian tugas. Tjuan
utama penugasan adalah untuk mencapai keseimbangan antara
beberapa faktor : persyaratan dan kualifikasi personal,
keseimbangan untuk pengembangan profesi, dan lain-lain.
2) Pengawasan Pengelolaan Dana
Pengelolaan terhadap dana atau anggaran yang digunakan oleh
organisasi penting dilakukan agar dana tidak disiasiakan.
3) Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana Pengawasan.
Pengawasan juga membutuhkan saran dan alat untuk melakukan
pengawasan, misalnya teknologi yang digunakan untuk memantau
kerja anggota organisasi atau pekerja.
23
4) Dokumentasi Pengawasan.
Hal ini diperlukan unutuk mendapatkan bukti yang nyata bila
terjadi pelanggaran, kesalahan dalam melakukan aktivitas di dalam
organisasi.
5) Supervisi Audit.
c. Implementasi
Hal penting yang dipertimbangkan dalam melakukan actuating adalah
untuk memotivasi seorang karyawan untuk melakukan sesuatu, misalnya
saja:
1) Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan.
2) Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka
sendiri.
3) Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih
penting atau mendesak.
4) Tugas yang diberikan cukup relevan.
5) Hubungan harmonis antar rekan kerja.
c. Implementasi
Beberapa cara pengendalian yang harus dilakukan oleh seorang
manajer yang meliputi pengawasan langsung, adalah pengawasan yang
dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manejer. Manajer
memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apakah
dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai dengan yang
dikehendakinya.
Jika manajer tidak yakin dari tugasnya atau bawahan tidak memiliki
kekuatan atau tidak tahu bahwa dia memiliki kekuatan untuk
melaksanakan tugasnya, akan menjadi sulit untuk menentukan siapa
yang bertanggung jawab.as seorang manajemen dalam usahanya
menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu
memperhatikan beberapa prinsip berikut:
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan
hasilnya mudah diukur, misalnya menepati jam kerja
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam
upaya mencapai tujuan organisasi
3) Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada
semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung
jawab dan komitmen terhadap kegiatan program
26
2.2.4.4 Kontrol
Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai upaya
meningkatkan kualitas hasil. Control dalam manajemen keperawatan dapat
dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi
penampilan kerja perawat, pembuat prosedur yang sesuai standard
akreditasi.
2.2.4.5 Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan
perbaikan kegiatan yang akan dating. Mekanisme umpan balik dapat
dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali
mutu, serta penampilan kerja perawat.
2.3.2.2 Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang sesuai dengan kriteria.
Informasi disini diharapkan untuk lebih mendukung dalam proses asuhan
keperawatan dan sebagai pengukuran kualitas pelayanan keperawatan.
2.3.2.3 Tahap ketiga adalah identifikasi sumber informasi. Dalam memilih informasi
yang akurat diharuskan penyeleksian yang ketat dan berkesinambungan.
Beberapa informasi juga didapatkan dari pasien itu sendiri.
2.3.2.4 Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data. Perawat dapat
menyeleksi data dari pasien dan kemudian menganalisa satu- persatu.
2.3.2.5 Tahap kelima adalah evaluasi ulang. Dihahap ini berfungsi untuk
meminimkan kekeliruan dalam pengambilan keputusan pada asuhan dan
tidakan keperawatan.
Tujuan keperawatan merupakan hal yang harus direncanakan secara optimal oleh
perawat. Tujuan keperawatan menurut Gillies cit Asmuji (2012) menyebutkan :
a. Tujuan keperawatan harus jelas, sehingga tercipta output keberhasilan yang
optimal. Dari hasil yang optimal maka akan mendukung kinerja dan meningkakan
kerja perawat.
b. Tujuan yang memiliki kriteria sulit dan menantang harus dikolaborasikan dengan
tim sejawat lain maupun tim medis lainnya. Disini perawat tidak diperkenankan
untuk melakukan tindakan secara persepsi tetapi secara rasional berdasarkan hasil
diskusi.
2.3.3.3 Pengalaman masa lalu (past experience), seorang pasien akan cenderung
menilai sesuatu berdasarkan pengalaman yang pernah mereka alami. Didalam
mutu pelayanan keperawatan yang baik akan memberikan pengalaman yang
baik kepada setiap pasien, namun sebaliknya jika seseorang pernah mengalami
hal kurang baik terhadap mutu pelayanan keperawatan maka akan melekat
sampai dia mendapatkan perawatan kembali di suatu instansi.
d. Penyelesaian tugas, perawat merupakan anggota tim medis yang paling dekat
dengan pasien. oleh karena itu, perawat dituntut untuk mengetahui keluhan pasien
31
Mutu pelayanan keperawatan sebagai alat ukur dari kualitas pelayanan kesehatan dan
mejadi salah satu faktor penentu citra instansi pelayanan kesehatan di masyarakat.
Dikarenakan keperawatan merupakan salah satu profesi dengan jumlah terbanyak dan
yang paling dekat dengan pasien. Mutu pelayanan keperawatannya sendiri dilihat dari
kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan puas atau tidak puas (Nursalam,
2011).
Menurut Nursalam (2013) suatu pelayanan keperawatan harus memiliki mutu yang
baik dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah:
2.3.4.1 Caring adalah sikap perduli yang ditunjukkan oleh perawat kepada
pasiennya. Perawat akan senantiasa memberikan asuhan dengan sikap yang
siap tanggap dan perawat mudah dihubungi pada saat pasien membutuhkan
perawatan.
32
2.3.4.2 Kolaborasi adalah tindakan kerja sama antara perawat dengan anggota medis
lain, pasien, keluarga pasien, dan tim sejawat keperawatan dalam
menyelesaikan prioritas perencanaan pasien. Disini perawat juga bertanggung
jawab penuh dalam kesembuhan dan memotivasi pasien.
2.3.4.3 Kecepatan, suatu sikap perawat yang cepat dan tepat dalam memberikan
asuhan keperawatan. Dimana perawat menunjukkan sikap yang tidak acuh tak
acuh, tetapi akan memberikan sikap baik kepada pasien.
2.3.4.4 Empati adalah sikap yang harus ada pada semua perawat. Perawat akan
selalu memperhatikan dan mendengarkan keluh kesah yang dialami pasien.
Tetapi perawat tidak bersikap simpati, sehingga perawat dapat membimbing
kepercayaan pasien.
2.3.4.5 Courtesy adalah sopan santun yang ada pada diri perawat sendiri. Perawat
tidak akan cenderung membela satu pihak, tetapi perawat akan bersikap netral
kepada siapapun pasien mereka. Perawat juga akan menghargai pendapat
pasien, keluarga pasien, dan tim medis lain dalam hal kebaikan dan kemajuan
pasien.
2.3.4.6 Sincerity adalah kejujuran dalam diri perawat. Jujur juga merupkan salah satu
kunci keberhasilan perawat dalam hal perawatan kepada pasien. Perawat
bertanggung jawab atas kesembuhan dan keluhan yang dialami pasien.
2.3.4.7 Komunikasi teraupetik merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk
dilakukan perawat dalam memberikan asuhan. Karena komunikasi teraupetik
sendiri merupakan cara efektif agar pasien merasa nyaman dan lebih terbuka
dengan perawat.
Mutu pelayanan keperawatan yang baik merupakan ujung tombak pelayanan di rumah
sakit. Agar terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas perawat professional
harus memiliki kemampuan intelektual yang cukup, teknikal dan interpersonal,
melaksanakan asuhan berdasarkan standar praktik dan berdasarkan etik legal
(Syahrudin et al, 2014).
Berdasarkan pendapat ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pelayanan
keperawatan dikatakan baik harus memiliki beberapa prisip tertentu. Prinsip tersebut
dapat meliputi caring, kecepatan, kolaborasi, empati, courtesy, dan sincerity. Dalam
33
melakukan pelayanan perawat juga harus memiliki standar kompetensi yang baik dan
berdasarkan etik legal keperawatan.
Akreditasi adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan rumah sakit setelah dilakukan
penilaian bahwa rumah sakit telah memenuhi standar akreditasi yang disetujui oleh
Pemerintah. Pada bulan Desember 2021 Kementerian Kesehatan mencatat 3.120
rumah sakit telah teregistrasi. Sebanyak 2.482 atau 78,8% rumah sakit telah
terakreditasi dan 638 rumah sakit atau 21,2% belum terakreditasi.
Upaya percepatan akreditasi rumah sakit mengalami beberapa kendala antara lain
adanya isu atau keluhan terkait lembaga penilai akreditasi yang juga melakukan
workshop atau bimbingan, penilaian akreditasi dianggap mahal, masih kurangnya
peran pemerintah daerah dan pemilik rumah sakit dalam pemenuhan syarat akreditasi,
akuntabilitas lembaga, dan lain-lain.
Pemerintah mengharapkan pada tahun 2024 seluruh rumah sakit di Indonesia telah
terakreditasi sesuai dengan target RPJMN tahun 2020 -2024. Dalam upaya
meningkatkan cakupan akreditasi rumah sakit, Pemerintah mendorong terbentuknya
lembaga-lembaga independen penyelenggara akreditasi serta transformasi sistem
akreditasi rumah sakit. Sejalan dengan terbentuknya lembaga-lembaga independen
penyelenggara akreditasi maka perlu ditetapkan standar akreditasi rumah sakit yang
akan dipergunakan oleh seluruh lembaga independen penyelenggara akreditasi rumah
sakit dalam melaksanakan penilaian akreditasi.
Proses penyusunan standar akreditasi rumah sakit diawali dengan pembentukan tim
yang melakukan sandingan dan benchmarking standar akreditasi dengan
menggunakan referensi Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1.1 dari
Komisi Akreditasi Rumah Sakit, Joint Commission International Standards for
Hospital edisi 7, regulasi perumah sakitan serta panduan prinsip-prinsip standar
akreditasi edisi 5 yang dikeluarkan oleh The International Society for Quality in
Health Care (ISQua). Selanjutnya dilakukan pembahasan dengan melibatkan
perwakilan dari lembaga independen penyelenggara akreditasi rumah sakit, organisasi
profesi, asosiasi perumah
34
sakitan, rumah sakit dan akademisi. Selanjutnya hasil diskusi tersebut dibahas lebih
lanjut oleh panelis penyusunan standar akreditasi rumah sakit dengan mendapat
masukan secara tertulis dari lembaga independen penyelenggara akreditasi rumah
sakit. Penyusunan standar akreditasi rumah sakit mempertimbangkan penyederhanaan
standar akreditasi agar lebih mudah dipahami dan dapat dilaksanakan oleh rumah
sakit.
b. Kepala atau direktur rumah sakit harus seorang tenaga medis yang
mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan;
c. Rumah sakit memiliki Izin Pengelolaan Limbah Cair (IPLC) yang masih
berlaku;
d. Rumah sakit memiliki kerja sama dengan pihak ketiga yang mempunyai
izin sebagai pengolah dan/atau sebagai transporter limbah B3 yang
masih berlaku atau izin alat pengolah limbah B3;
e. Seluruh tenaga medis di rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan (pemberi asuhan) memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan
Surat Izin Praktik (SIP) yang masih berlaku atau surat tugas sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
f. Rumah sakit bersedia melaksanakan kewajiban dalam meningkatkan
mutu dan keselamatan pasien; dan
g. Pemenuhan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan (SPA) minimal 60%
berdasarkan ASPAK dan telah tervalidasi 100% oleh Kementerian
Kesehatan atau dinas kesehatan daerah setempat sesuai dengan
kewenangannya.
d. Penilaian
Lembaga independen penyelenggara akreditasi menetapkan tata cara dan
tahapan penilaian akreditasi dengan berpedoman pada standar akreditasi
yang dipergunakan saat survei akreditasi. Tahapan penilaian ditentukan
lembaga independen penyelenggara akreditasi dengan menerapkan
prinsip-prinsip keadilan, profesionalisme, dan menghindari terjadinya
konflik kepentingan. Lembaga independen penyelenggara akreditasi
membuat instrumen, daftar tilik dan alat bantu untuk surveior dalam
melakukan penilaian agar hasil yang diperoleh objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan
aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat. Keselamatan
dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan
atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan (Karyawan, 2021)
2.5.2 Tujuan K3
2.5.2.1 Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja.
2.5.2.2 Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
2.5.2.3 Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional
2.6 Supervisi
2.6.1 Pengertian Supervisi
Supervisi adalah suatu kegiatan yang dilakukan berupa pengawasan, pengontrolan,
pengendalian maupun pengevaluasian (KBBI, 2014).
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan
terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan yang kemudian bila ditemukan masalah
segera dilakukan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Suarli, 2012).
41
Marquis & Huston (2010), mengemukakan bahwa supervisi adalah kegiatan yang
direncanakan untuk membantu tenaga keperawatan dalam melakukan pekerjaan
mereka secara efektif. Supervisi tidak hanya sekedar mengontrol melihat apakah
segala kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah
ditentukan, tetapi supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat
personal maupun material yang diperlukan untuk tercapainya tujuan asuhan
keperawatan secara efektif dan efesien.
Jadi dalam kegiatan supervisi seluruh staf keperawatan bukan sebagai pelaksana pasif,
melainkan diperlukan sebagai partner kerja yang memiliki ide-ide, pendapat dan
pengalaman yang perlu didengar, dihargai dan di ikut sertakan dalam usaha perbaikan
proses keperawatan (Setiadi, 2016)
Tujuan utama supervisi adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan
oleh bawahan (Suarli dan Bahtiar, 2009). Sedangkan menurut WHO (1999) dalam
Sudjana (2013) tujuan dari kegiatan supervisi antara lain :
2.6.2.1 Menjamin bahwa perkerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam tempo yang telah diberikan dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia.
2.6.2.2 Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para perawat
dalam hal kemampuan, pengetahuan dan pemahaman serta mengatur pelatihan
yang sesuai..
2.6.2.3 Memungkinkan pengawas mengenali dan memberi penghargaan atas pekerjaan
yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan jabatan dan
pelatihan lebih lanjut.
2.6.2.4 Memungkinkan manajemen sumber yang disediakan telah tercukupi dan
dipergunakan dengan baik.
2.6.2.5 Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada kinerja
tersebut.
Menurut Suarli (2012), tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan
secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang
cukup untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Supervisi
yang baik adalah supervisi yang dilakukan secara berkala.
Peran supervisor adalah tingkah laku seorang supervisor yang diharapkan oleh
perawat pelaksana dalam melaksanakan supervisi. Menurut Kron (1987) peran
supervisor adalah sebagai perencana, pengarah, pelatih, dan penilai.
2.6.7.7 Peran sebagai perencana.
Seorang supervisor dituntut mampu membuat perencanaan sebelum
melaksanakan supervisi. Dalam perencanaan seorang supervisor banyak
membuat keputusan mendahulukan tugas dan pemberian arahan, untuk
memperjelas tugasnya untuk siapa, kapan waktunya, bagaimana, mengapa,
termasuk memberikan instruksi.
2.6.7.8 Peran sebagai pengarah.
Seorang supervisor harus mampu memberikan arahan yang baik saat
supervisi. Semua pengarahan harus konsisten dibagiannya dan membantu
perawat pelaksana dalam menampilkan tugas dengan aman dan efisien
meliputi: pengarahan harus lengkap sesuai kebutuhannya, dapat dimengerti,
pengarahan menunjukkan indikasi yang penting, bicara pelan dan jelas,
pesannya masuk akal, hindari pengarahan dalam satu waktu, pastikan arahan
dapat dimengerti, dan dapat ditindaklanjuti. Pengarahan diberikan untuk
menjamin agar mutu asuhan keperawatan pasien berkualitas tinggi, maka
supervisor harus mengarahkan staf pelaksana untuk melaksanakan tugasnya
sesuai standar yang ditentukan rumah sakit. Pengarahan sangat penting
karena secara langsung berhubungan dengan manusia, segala jenis
kepentingan, dan kebutuhannya. Tanpa adanya pengarahan, karyawan
cenderung melakukan pekerjaan menurut cara pandang mereka pribadi
tentang tugas-tugas apa yang seharusnya dilakukan, bagaimana melakukan
dan apa manfaatnya.
2.6.7.9 Peran sebagai pelatih.
Seorang supervisor dalam memberikan supervisi harus dapat berperan
sebagai pelatih dalam pemberian asuhan keperawatan pasien. Dalam
melakukan supervisi banyak menggunakan keterampilan pengajaran atau
pelatihan untuk membantu pelaksana dalam menerima informasi. Prinsip dari
pengajaran dan pelatihan harus menghasilkan perubahan perilaku, yang
meliputi mental, emosional, aktivitas fisik, atau mengubah perilaku, gagasan,
sikap dan cara mengerjakan sesuatu
2.6.7.10 Peran sebagai penilai.
Seorang supervisor dalam melakukan supervisi dapat memberikan penilaian
yang baik. Penilaian akan berarti dan dapat dikerjakan apabila tujuannya
spesifik dan jelas, terdapat standar penampilan kerja dan observasinya akurat.
Dalam melaksanakan supervisi penilaian hasil kerja perawat pelaksana saat
melaksanakan asuhan keperawatan selama periode tertentu seperti selama
48
masa pengkajian. Hal ini dilaksanakan secara terus menerus selama supervisi
berlangsung dan tidak memerlukan tempat khusus.
Peran yang dilakukan supervisor saat pelaksanaan supervisi meliputi mengamati dan
membimbing, memberikan sikap yang mendukung, dan mampu mengidentifikasi
masalah bersama pasien dan pelaksanaan berfokus pada teoritis (Christiansen, at al,
2011).
Berdasarkan Departement of Health Human Service (DHHS) (2009), fungsi seorang
supervisor klinik adalah:
a. Teacher: membantu untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan,
meningkatkan kesadaran diri, melalui proses pembelajaran dengan mengidentifkasi
kebutuhan untuk meningkatkan professional. Supervisor adalah guru, pelatih dan
seorang role model profesional.
b. Consultant: sebagai konsultan kinerja serta memantau masalah yang ada dan juga
menentukan alternatif penyelesaian masalah untuk mencapai tujuan bersama.
Konsultan sebagai unit terdepan dalam organisasi untuk mengenali dan mengatasi
masalah yang ada.
c. Coach: memberikan dukungan dalam pembentukan moral, menilai kebutuhan
serta kekuatan, menyarankan berbagai pendekatan klinis, model serta mengatasi
kelelahan melalui pelatihan terus menerus.
d. Mentor (role model): supervisor mengajarkan supervisees melalui peran model,
memfasilitasi pengembangan professional serta melatih generasi berikutnya.
Menurut Severinson (2001), Bush (2005), Dowson, at. all. (2012), supervisi adalah
merupakan pengawasan manajerial yang bertujuan untuk memfasilitasi dan
mendorong praktek profesional yang terdiri dari tiga fungsi utama supervisi yaitu:
a. Fungsi formatif, meliputi proses edukatif untuk mengembangkan keterampilan.
Proses edukatif adalah pembelajaran antara supervisor dengan perawat pelaksana.
Manager mengajarkan pengetahuan dan keterampilan dan membantu perawat
pelaksana untuk meningkatkan pemahaman dari setiap pelayanan asuhan
keperawatan. seorang manager melatih perawat pelaksana untuk meningkatkan
teknik-teknik dalam bekerja sehingga meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan. Pelaksanaan kegiatan edukatif memberikan kesempatan kepada
perawat pelaksana untuk mengeksplor dan mengembangkan kemampuan yang
dimiliki.
b. Fungsi restorative, yaitu memberikan dukungan professional yang terus-menerus
untuk mengurangi stress dan kelelahan. kegiatan ini berfungsi untuk
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi perawat pelaksana dalam
pemberian
49
Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat bagi perawat dan bagi
pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah meningkatkan kemampuan
komunikasi antar perawat, menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan,
perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi
pasien, saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap.
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang terima
pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana strategi ini memungkinkan
untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak
hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan
tanggung jawab misalnya ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain
untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang terima sangat penting
untuk memastikan proses perawatan yang berkelanjutan, aman dan efektif.
2.7.7.11 Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat
tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain harus
dipertimbangkan untuk memastikan timbang terima pasien berlangsung
efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif, pastikan bahwa tempat
timbang terima pasien bebas dari gangguan misalnya kebisingan di bangsal
secara umum atau bunyi alat telekomunikasi.
2.7.7.12 Proses timbang terima pasien
a. Standar protocol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta,
kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang
paling penting, latar belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien,
penilaian dan tindakan yang perlu dilakukan.
b. Kondisi pasien memburuk Pada kondisi pasien memburuk,
meningkatkan pengelolaan pasien secara cepat dan tepat pada penurunan
kondisi yang terdeteksi.
c. Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang luar
biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko
keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.
Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama mereka
tinggal di rumah sakit.
2.7.8.9 Timbang terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan
diagnostik.
Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik
selama rawat inap. Pengiriman unit keperawatan ke tempat pemeriksaan
diagnostik telah dianggap sebagai kontributor untuk terjadinya kesalahan.
2.7.8.10 Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan
Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering
terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung
antar rumah sakit ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang berbeda.
2.7.8.11 Timbang terima pasien dan obat-obatan
Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat dicegah, masalah
tentang obat-obatan sering terjadi, misalnya saat mentransfer pasien,
pergantian dinas, dan cara pemberitahuan minum obat sebagai faktor yang
berkontribusi terhadap kesalahan pengobatan dalam organisasi perawatan
kesehatan.
b. Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang perlu
disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran penjaga dan anggota
keluarga, bagaimana untuk berbagi informasi sensitif, apa yang tidak
dibahas di depan pasien, dan bagaimana melindungi privasi pasien.
c. Timbang terima secara tertulis
Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat mendorong
pendekatan yang lebih formal. Namun, seperti rekaman timbang terima,
ada potensi akan kurangnya kesempatan untuk mengklarifikasi pertanyaan
tertentu.
2.8.5 Tujuan
Naylor (1999) menjelaskan bahwa untuk mencapai hari rawatan yang lebih pendek,
mencegah risiko kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan
pasien dan menurunkan beban perawatan pada keluarga dapat dilakukan dengan
memberikan discharge planning. Pasien memerlukan discharge planning untuk
menjaminkelancaran proses perpindahan pasien dari rumah sakit ke lingkungan
lainnya agar perawatan yang telah diberikan selama di rumah sakit dapat
berkelanjutan.
Adapun tujuan discharge planning menurut Spath (2003) adalah sebagai berikut:
2.8.5.7 Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk
pulang dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
2.8.5.8 Mempersiapkan keluarga secara emosional dan psikologis terhadap
perubahan kondisi pasien.
2.8.5.9 Memberikan informasi pada pasien dan keluarga sesuai kebutuhan mereka
baik secara tertulis maupun secara verbal.
2.8.5.10 Memfasilitasi kelancaran perpindahan dan meyakinkan bahwa semua
fasilitas kesehatan dan lingkungan pasien telah siap menerima kondisi
pasien.
2.8.5.11 Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga untuk meningkatkan
derajat kesehatan pasien.
2.8.5.12 Memberikan kontinuitas perawatan antara rumah sakit dengan lingkungan
baru pasien dengan menjalin komunikasi yang efektif.
melanjutkan perawatan.
2.8.6.10 Meyakinkan bahwa pasien dipindahkan ke lingkungan yang aman
dan memadai.
2.8.6.11 Menjamin adanya kontinuitas dalam perawatan setelah pulang dari rumah
sakit.
2.8.6.12 Discharge planning dimulai saat kontak pertama dengan pasien.
2.8.6.13 Informasi tentang discharge planning disusun berdasarkan hasil diskusi dan
kesepakatan antara tenaga kesehatan dengan pasien atau keluarga.
2.8.6.14 Keyakinan/kepercayaan pasien harus dipertimbangkan dalam menyusun
discharge planning.
b. Pengkajian
Pengkajiandischargeplanning berfokus pada 4 area, yaitu pengkajian fisik dan
psikososial, status fungsional, kebutuhan penkes dan konseling. Zwicker dan
Picariello (2003) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip dalam pengkajian
adalah:
1) Pengkajiandilakukanpadasaat pasien masuk dan berlanjut selama perawatan.
2) Pengkajian berfokus pada pasien dewasa yang berisiko tinggi tidak
tercapainya hasil discharge.
3) Pengkajian meliputi:
a) Status fungsional (kemampuan dalam aktivitas sehari-hari dan fungsi
kemandirian).
b) Status kognitif (kemampuan pasien dalam berpartisipasi dalam proses
discharge planning dankemampuan mempelajari informasi baru).
c) Status psikologipasien, khususnya pengkajian terhadap depresi.
d) Persepsipasien terhadap kemampuan perawatan diri.
e) Kemampuanfisikdan psikologik keluarga dalam perawatan pasien.
f) Kurangnya pengetahuan berkaitankebutuhan perawatan kesehatan setelah
pulang.
g) Faktor lingkungan setelah pulang dari rumah sakit.
h) Kebutuhan dukungan formal dan informal keluarga dalam memberikan
perawatan yang benar dan efektif.
i) Reviewpengobatandan dampaknya.
j) Akses ke pelayanan setelah pulang dari rumah sakit.
Susan dalam Hoeman (1996) menyebutkan kriteria pasien yang siap untuk
dikajikebutuhanpenkes-nya ditunjukkan dalam 3 kategori sebagai berikut :
a) Secara fisik, pasien mampu berpartisipasi dalam proses pengkajian seperti
tanda vital yang sudahterkontrol, kecemasan menurun.
b) Tujuan dalam proses pengkajian dapat dimengerti oleh pasien serta sesuai
dengan kebutuhan pasien dan keluarga.
c) Pengkajian juga harus mempertimbangkan status emosional pasien dan
keluarga sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam mengungkapkan
kebutuhannya.
c. Perencanaan
Dalam perencanaan diperlukan adanyakolaborasidenganteam kesehatanlainnya,
diskusidengan keluarga dan pemberian penkes sesuai pengkajian. Pendekatan
yang digunakan pada discharge planning difokuskan pada 6 area penting dari
pemberian penkes yang dikenal dengan istilah ”METHOD” dan disesuaikan
dengan kebijakan masing-masing rumah sakit (Slevin, 1996).
1) M: Medication
Pasien diharapkan mengetahui tentang: nama obat, dosis yang harus di
komsumsi, waktu pemberiannya, tujuan penggunaan obat, efek obat, gejala
yang mungkin menyimpang dari efek obat dan hal-hal spesifik lain yang perlu
dilaporkan.
2) E: Environment
Pasien akan dijamin tentang: instruksi yang adekuat mengenai ketrampilan-
ketrampilan penting yang diperlukan di rumah, investigasi dan koreksi
berbagai bahaya di lingkungan rumah, support emosional yang adekuat,
investigasi sumber-sumber dukungan ekonomi, investigasi transportasi yang
akan digunakan klien
3) T: Treatment
Pasiendankeluargadapat: mengetahui tujuan perawatan yang akan dilanjutkan
dirumah,serta mampu mendemonstrasikan cara perawatan secara benar.
4) H: Health
Pasien akan dapat: mendeskripsikan bagaimanapenyakitnya atau kondisinya
yang terkait dengan fungsi tubuh, mendeskripsikan makna-makna penting
untuk memelihara derajat kesehatan, atau mencapai derajat kesehatan yang
lebih tinggi
5) O: Outpatient Referral
Pasien dapat: mengetahui waktu dan tempat untuk kontrol kesehatan,
mengetahui dimana dan siapa yang dapat dihubungi untuk membantu
62
d. Sumber daya
Mengidentifikasi sumber daya pasien terkait dengan kontinuitas perawatan
pasien setelah pulang dari rumah sakit, seperti keluarga yang akan merawat,
financial keluarga, nursing home atau pusat rehabilitasi.
d) Continual Reasssesment
Proses discharge planning bersifat dinamis, sehingga status Kesehatan
pasien akan selalu berubah sesuai pengkajian yang dilakukan secara
kontinyu dan akurat.
dan/atau konselor, kepala ruangan, dan perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim kesehatan (Nursalam, 2012).
Karakteristik antara lain sebagai berikut.
2.9.1.1 Pasien dilibatkan secara langsung.
2.9.1.2 Pasien merupakan fokus kegiatan.
2.9.1.3 PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama.
2.9.1.4 Konselor memfasilitasi kreativitas.
2.9.1.5 Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
perawat dengan perawat. Physician-nurse adalah ronde pada pasien yang dilakukan
oleh dokter dengan perawat, sedangkan interdisciplinary rounds adalah ronde pada
pasien yang dilakukan oleh berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter,
perawat, ahli gizi serta fisioterapi, dsb.
Tahap Pra PP
1. Penetapan Pasien
2. Persiapan Pasien:
• Informed Consent
• Hasil Pengkajian/ Validasi data
Tahap Pelaksanaan
di Nurse Station 3.Penyajian Masalah
• Apa diagnosis keperawatan?
• Apa data yang mendukung?
• Bagaimana intervensi yang sudah
dilakukan?
• Apa hambatan ditemukan?
Tahap Pelaksanaan
di kamar pasien 4.Validasi data di bed pasien
Keterangan :
a. Praronde
1) Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka).
2) Menentukan tim ronde.
3) Mencari sumber atau literatur.
4) Membuat proposal.
5) Mempersiapkan pasien: imformed consent dan pengkajian.
6) Diskusi: Apa diagnosis keperawatan? Apa data yg mendukung? Bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan? Apa hambatan yang ditemukan selama
perawatan?
b. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
2) Diskusi antaranggota tim tentang kasus tersebut.
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
c. Pascaronde
1) Evaluasi, revisi, dan perbaikan.
2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis; intervensi keperawatan
selanjutnya.
(Lee et al., 2009 dalam Nursalam, 2012). IPE adalah metode pembelajaran yang
interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan dengan menciptakan suasana belajar
berkolaborasi untuk mewujudkan praktik yang berkolaborasi, dan juga untuk
menyampaikan pemahaman mengenai interpersonal, kelompok, organisasi dan
hubungan antar organisasi sebagai proses profesionalisasi (Clifton et al., 2006 dalam
Nursalam, 2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Broers (2009
dalam Nursalam, 2012) praktek kolaborasi antar profesi didefinisikan sebagai
beragam profesi yang bekerja bersama sebagai suatu tim yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesehatan pasien/klien dengan saling mengerti batasan yang ada pada
masing-masing profesi kesehatan. Interprofessional Collaboration (IPC) adalah proses
dalam mengembangkan dan mempertahankan hubungan kerja yang efektif antara
pelajar, praktisi, pasien/ klien/ keluarga serta masyarakat untuk mengoptimalkan
pelayanan kesehatan.
manfaat dalam beberapa aspek yaitu kerjasama tim meliputi mampu untuk menjadi
pemimpin tim dan anggota tim, mengetahui hambatan untuk kerja sama tim, peran
dan tanggung jawab meliputi pemahaman peran sendiri, tanggung jawab dan keahlian,
dan orang-orang dari jenis petugas kesehatan lain; komunikasi meliputi
pengekspresikan pendapat seseorang kompeten untuk rekan, mendengarkan anggota
tim; belajar dan refleksi kritis meliputi cermin kritis pada hubungan sendiri dalam tim,
mentransfer IPE untuk pengaturan kerja; hubungan dengan pasien, dan mengakui
kebutuhan pasien meliputi bekerja sama dalam kepentingan terbaik dari pasien,
terlibat dengan pasien, keluarga mereka, penjaga dan masyarakat sebagai mitra dalam
manajemen perawatan; praktek etis meliputi pemahaman pandangan stereotip dari
petugas kesehatan lain yang dimiliki oleh diri dan orang lain, mengakui bahwa setiap
tenaga kesehatan memiliki pandangan yang sama-sama sah dan penting.
Proses IPE membentuk proses komunikasi, tukar pikiran, proses belajar, sampai
kemudian menemukan sesuatu yang bermanfaat antar para pekerja profesi kesehatan
yang berbeda dalam rangka penyelesaian suatu masalah atau untuk peningkatan
kualitas kesehatan (Thistlethwaite dan Moran, 2010 dalam Nursalam, 2012).
terbentuk melalui apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar
profesi yang berinteraksi akan menimbulkan kendala dalam komunikasi.
Tabel 2.1 Kompetensi untuk IPE
No. Kompetensi utama IPE Komponen kompetensi IPE
1 Kompetensi pengetahuan Pengetahuan Strategi koordinasi Model
berbagi tugas / pengkajian situasi
Kebiaasaan karakter bekerja dalam tim
Pengetahuan terhadap tujuan tim
Tanggung jawab tugas spesifik
WHO mengemukakan pada intinya penerapan IPE dalam suatu negara dapat dilakukan
melalui dua mekanisme, yaitu educator mechanism dan curricula mechanism. Secara
umum, IPE mengandung beberapa elemen yang harus dimiliki agar konsep
pembelajaran ini dapat dilaksanakan dalam pendidikan profesi kesehatan di Indoensia
yaitu kolaborasi, komunikasi yang saling menghormati, refleksi, penerapan
pengetahuan dan keterampilan, pengalaman dalam tim antar profesi. Mahasiswa
merupakan elemen penting dalam IPE serta modal awal untuk terjadinya praktek
kolaborasi di suatu negara. Untuk mampu terlibat dalam IPE atau untuk dapat
memperkenalkan IPE seluas mungkin dalam pendidikan kesehatan di Indonesia,
mahasiswa setidaknya memahami elemen- elemen yang diperlukan dalam pelaksanaan
IPE sehingga mampu membekali dirinya dengan elemen-elemen tersebut (HPEQ
Project-Dikti, 2011 dalam Nursalam, 2012).
2.9.16.1 Model Interprofessional Education Di Fk Uns
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sedang menjalani program
pilot Interprofessional Education. Sebelum program pilot IPE ini
diimplementasikan di lapangan, mahasiswa yang berpartisipasi harus melalui
tahap persiapan yaitu melalui aktivitas pembelajaran. Aktivitas pembelajaran
ini merupakan media bagi mahasiswa dalam mempelajari konsep IPE, peran
fungsi dan tugas masing- masing profesi dalam IPE, manajemen tim dan
manajemen proyek, juga community assessment, kedokteran keluarga, dan
post natal care. Aktivitas pembelajaran ini menggunakan metode diskusi kasus
dan tutorial. Aktivitas pembelajaran ini juga diimplementasikan dalam bentuk
role play dan community health project sebagai media bagi mahasiswa
mempelajari komunikasi efektif dan memperdalam community assessment,
manajemen tim, dan manajemen proyek (Pamungkasari et al., 2011 dalam
Nursalam, 2012).
Diskusi kasus bertujuan untuk menjelaskan peran dan tanggung jawab dari
masing-masing mahasiswa profesi kedokteran dan kebidanan agar mahasiswa
mampu mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain yang
sesuai dengan kondisi pasien dan pelayanan kesehatan masyarakat. Diskusi
tutorial bertujuan untuk menjelaskan tentang manajemen tim dan manajemen
proyek antar profesi kesehatan. Diskusi tutorial bertujuan agar mahasiswa
mampu bekerja secara kooperatif dengan penyedia pelayanan kesehatan,
pasien atau masyarakat, agar mahasiswa mampu menerapkan pelayanan
kesehatan yang berpusat pada pasien dan komunitas dan juga agar mahasiswa
mampu memahami konsep dan implementasi kedokteran keluarga.
75
rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien
merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu
mutu dan citra perumahsakitan (Depkes RI, 2008).
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian
yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian
Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan,
selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat disingkat KNC adalah
terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien. Kejadian Tidak Cedera,
selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak timbul cedera. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah
kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius (Permenkes Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011).
Setiap insiden harus dilaporkan secara internal kepada TKPRS dalam waktu paling
lambat 2x24 jam sesuai format laporan yang ada. TKPRS melakukan analisis dan
memberikan rekomendasi serta solusi atas insiden yang dilaporkan. TKPRS
melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala rumah sakit. Rumah sakit harus
melaporkan insiden, analisis, rekomendasi dan solusi Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) secara tertulis kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan pengkajian dan
memberikan umpan balik (feedback) dan solusi atas laporan secara nasional
(Permenkes1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011).
Konflik adalah perselisihan atau perjuangan yang timbul ketika keseimbangan dari
perasaan, hasrat, pikiran, dan perilaku seseorang terancam. Perjuangan ini dapat
terjadi di dalam individu atau di dalam kelompok. Pemimpin dapat menggerakkan
konflik ke hasil yang destruktif atau konstruktif (Supriyatno, 2015). Konflik adalah
adanya perselisihan yang terjadi ketika tujuan, keinginan, dan nilai bertentangan
terhadap individu atau kelompok (Kazimoto, 2013 cit Utami, 2016).
Menurut Robbins (2008) cit Utami (2016), konflik muncul karena ada kondisi
yang melatarbelakanginya (antecedent conditions). Kondisi tersebut, yang disebut
juga sebagai sumber terjadinya konflik, terdiri dari tiga ketegori, yaitu:
Komunikasi, struktur, dan variabel pribadi.
a. Komunikasi
Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan
89
2.11.5.3 Intervensi
a. Masuk pada konflik
b. Diyakini dapat diselesaikan dengan baik
91
pengintegrasian ide ego dengan tujuan yang diinginkan. Atas dasar ciri tersebut
maka seorang manajer harus mampu mengidentifikasi karakteristik pada
masing- masing tahap perkembangan sebagai dasar untuk menyelesaikan
konflik.
c. Komunikasi
Komunikasi yang merupakan bagian mendasar manusia dapat dimanfaatkan
dalam penyelesaian konflik. Komunikasi merupakan suatu seni yang penting
digunakan untuk memelihara suatu lingkungan kondusif-terapeutik. Dalam
situasi ini, seorang manajer dapat melakukan beberapa tindakan untuk
mencegah terjadinya konflik melalui pengajaran pada staf keperawatan tentang
komunikasi efektif dan peran yang harus dilakukan, pemberian informasi yang
jelas pada setiap personel secara utuh, pertimbangan matang tentang semua
aspek situasi emosi, dan pengembangan keterampilan dasar yang menyangkut
orientasai realitas, ketengan emosi, harapan-harapan positif yan gdapat
membangkitkan respons positif, cara mendengar aktif, dan kegiatan dan
menerima informasi.
d. Lingkaran Kualitas
Cara lain yan gdapat digunakan untuk mencegah terjadinya konflik adalah
lingkaran kualitas. Cara ini telah digunakan untuk mengurangi terjadinya sters
melalui kegiatan manajemen personel. Lingkaran kualitas ini dapat digunakan
melalui kegiatan manajemen partisipasi, keanggotaan dalam panitia, program
pengembangan kepemimpinan, latihan-latihan kelas, penjenjangan karier,
perluasan kerja, dan rotasi kerja.
e. Latihan keasertifan
Seorang manajer dapat juga melatih stafnya dalam hal keasertifan untuk
mencegah atau mengelola konflik. Sifat asertif dapat juga diajarkan melalui
progam pengembangan staf. Pada program ini perawat diajarkan cara belajar
melalui respon yang baik. Manajer dapat belajar mengendalikan personel supaya
mampu memegang aturan. Bila mereka tidak puas, mereka mencoba melakukan
sesuatu untuk mencapai kepuasan itu. Pada umunya perilaku asertif dapat
dipelajari melalui studi kasus, bermain peran, dan diskusi kelompok
Konflik dapat menjadi sumber energi dan kreatifitas yang positif dan membangun
bila dikelola dengan baik. Jika tidak, konflik akan mengganggu fungsi, dan
menghancurkan, menghabiskan energi serta mengurangi keefektifan organisasi dan
pribadi. Konflik dapat menghancurkan inisiatif atau kreatifitas, menyebabkan
perilaku bermusuhan dan kekacauan, hilangnya semangat tim dan hilangnya
keinginan untuk bekerja kearah pencapaian tujuan bersama, mengakibatkan jalan
buntu dan kemacetan. Kelola konflik jangan sampai meluas (Rahayu, 2017).
Kramer dan Schmalenberg mengenali empat factor utama yang menentukan
hasil konflik: isu, kekuasaan, kemampuan menanggapai kebutuhan, dan
komunikasi (Simamora, 2012).
2.11.7.1 Isu
Pada konflik yang destruktif, isu di besarkan, dirumuskan secara luas
dengan tambahan secara rinci, dan bermuatan emosi. Pada konflik yang
konstuktif, isu difokuskan dan dipertahankan dalam ukuran yang dapat
ditangani. Hanya isu perifer yang berhubungan hal pokok yang
dididkusikan, dan proses pilihannya adalah aksi (tindakan) bukan reaksi.
2.11.7.2 Kekuasaan
Pada kekuasaan destruktif, situasi dipertahankan atau diubah melalui
ancaman dan paksaan. Suasananya adalah persaingan dengan hasil
menang dan kalah. Kekuasaan konstruktif meliputi penemuan jalan keluar
yang dapat diterima yang mungkin berupa kompromi atau sebuah jalan
keluar yang dapat diterima yang mungkin diterima yang mungkin berupa
kompromi atau sebuah jalan keluar yang baru; kebutuhan dan pandangan
pribadi tidak dipaksakan pada orang lain.
2.11.7.3 Kemampuan menanggapi kebutuhan
Pada konflik destruktif, hanya kebutuhan sendiri saja yang
dipertimbangkan. Dengan berjalanya waktu seseorang menjadi semakian
yakin bahwa keyakinananya dan perilakunya adalah benar. Penyelesaaian
konflik yang konstruktif ditandai secara khas oleh penyelesaian yang
menanggapi kebutuhan semua pihak yang terlibat.
2.11.7.4 Komunikasi
Saling tidak percaya, persepsi yang salah, dan peningkatan muatan emosi
tertentu saja membentuk konflik yang destruktif. Penyelesaian yang
95
R: Recommendation
- Lakukan pemeriksaan TTV setiap 5 jam
- Lakukan pemberian terapi nebulizer 1-2x/jam
- Pantau pemberian terapi O2
demokratis.
Ketujuh model keputusan pemimpin itu yaitu:
a. Pemimpin membuat keputusan dan kemudian mengumumkan kepada
bawahannya. Model itu terlihat bahwa otoritas yang dipergunakan
atasan terlalu banyaksedangkan daerah kebebasan bawahan sempit
sekali.
b. Pemimpin menjual keputusan. Dalam hal ini pemimpin masih terlihat
banyak menggunakan otoritas yang ada padanya, sehingga persis
dengan model yang pertama. Bawahan di sini belum banyak terlibat
dalam pembuatan keputusan.
c. Pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran atau ide- ide, dan
mengundang pertanyaan-pertanyaan. Dalam model ini pemimpin sudah
menunjukkan kemajuan, dibatasinya penggunaan otoritasnya dan diberi
kesempatan bawahan untuk mengajukan pertanyaan- pertanyaan.
Bawahan sudah sedikit terlibat dalamrangka pembuatan keputusan.
d. Pemimpin memberikan keputusan bersifat sementarayang
kemungkinan dapat diubah. Bawahan sudah mulai banyak terlibat
dalam rangka pembuatan keputusan, sementara otoritas pimpinan sudah
mulai dikurangi penggunaannya.
e. Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran- saran, dan membuat
keputusan. Model ini sudah jelas otoritas pimpinan dipergunakan
sedikit mungkin, sebaliknya kebebasan bawahan dalam berpartisipasi
membuat keputusan sudah banyak dipergunakan.
f. Pemimpin merumuskan batas-batasnya, dan meminta kelompok
bawahan untuk membuat keputusan. Partisipasi bawahan dalam
kesempatan ini lebih besar dibandingkan dalam lima model di atas.
g. Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi- fungsinya dalam
batas-batas yang telah dirumuskan oleh pimpinan. Model ini terletak
pada titik ekstrem penggunaan kebebasan bawahan, adapun titik
ekstrempenggunaan otoritas pada model nomor satu di atas.
Gaya yang tidak efektif, gaya ini merupakan gaya di bawah gaya dasar
kepemimpinan. Terdapat empat gaya kepemimpinan yang tidak efektif,
yaitu:
a. Pencinta Kompromi (Compromiser)
Gaya ini memberikan perhatian yang besar maka tugas dan hubungan
kerja dalam suatu situasi yang menekankanpada kompromi. Manajer
101
Menurut Likert, manajer yang termasuk pada sistem empat ini mempunyai
kesempatan yang besar untuk sukses sebagai pemimpin. Setiap organisasi
yang termasuk dalam sistem empat ini adalah sangat efektif dalam
menetapkan tujuan-tujuan dan mencapainya, serta pada umumnya
organisasi semacam ini lebih produktif.
b. Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalammenetapkan
keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang
mengharuskannya berkonsultasi dengan orangorang dipimpin yang dinilai
mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan
keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pemimpin kepada orang-orang
yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam
pelaksanaan. Konsultasi itu dimasudkan untuk memperoleh masukan berupa
umpan balik untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan
yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultasi
dapat diharapkan keputusan-keputusan pemimpin, akan mendapatdukungan
dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung
efektif.
c. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang
yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun
dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya,
104
tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak
memcampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan
pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan perlimpahan wewenang
membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa
persetujuan dari pemimpin. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti
kepercayaan. Orang-orang, menerima delegasi itu harus dinyakini merupakan
pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi.
e. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yangsukses atau efektif
mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi
yang efektif, sehinggamemungkinkan tercapainya tujuan bersama secara
maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan,
pengarahan, koordinasi dan pengawasan.
Daftar sifat-sifat ini dapat menjadi sangat panjang, tetapi cenderung mencakup
energi, pandangan, pengetahuan dan kecerdasan, imajinasi, kepercayaan diri,
integritas, kepandaian berbicara, pengendalian dan keseimbangan mental maupun
emosional, bentuk phisik, pergaulan sosial dan persahabatan, dorongan,
antusiasme, berani, dan sebagainya.
2.13.9.4 Watak, Watak seorang pemimpin yang lebih subjektif dapat menjadi
penentu bagi keunggulan seorang pemimpin dalam mempengaruhi
keyakinan (determination), ketekunan (persistence), daya tahan
(endurance), keberanian (courage).
2.13.9.5 Kepribadian, Kepribadian seorang pemimpin menentukan keberhasilannya
yang ditentukan oleh sifat-sifat/karakteristikkepribadian yang dimilikinya.
BAB 3
TINJAUAN LAHAN
Pada tahun 1950 bersama dengan pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Selatan
diserahkan pengelolanya kepada pemerintah daerah dan dikembangkan menjadi
rumah sakit daerah. Untuk mengenang Gubernur ALRI yang memproklamasikan
Kalimantan Selatan maka rumah sakit daerah tersebut dinamakan nama Gubernur
yang berasal dari kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan yaitu Brigjend H. Hasan
Basry.
Rumah sakit Brigjend H. Hasan Basry Kandangan termasuk dalam tipe kelas B
berdasarkan surat keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.
02.03/1/0848/2015 dan lulus akreditasi paripurna berdasarkan sertifikat akreditasi
rumah sakit dan komite akreditasi rumah sakit nomor KARS-SERT/482/XII/2019.
Saat ini RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan juga menjadi rumah sakit
pertama di Kalimantan yang mempolopori menjadi rumah sakit berbasis syariah
menurut SK nomor 017.92.09/DSN-MUI/XII/2019.
3.1.2 Visi, Misi dan Motto RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan
Visi:
Menuju Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang cerdas, inovatif, teknologis dan agamis
untuk mewujudkan kesejahteraan dua dan akhirat.
108
109
Insyirah)sentral cito pasien biasa dan pasien isolasi gawat darurat. Pelayanan
Gawat Darurat ini tersedia selama 24 jam.
3.1.4.3 Pelayanan Bedah (Al Insyirah) sentral
Pelayanan bedah (Al Insyirah) sentral terpusat pada satu gedung Instalasi
Bedah (Al Insyirah)Sentral (IBS) dan ditangani oleh tenaga medis spesialis,
sub spesialis dan paramedis professional tersertifikasi.
3.1.4.4 Pelayananan Rawat Inap
Pelayanan rawat inap memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 362 buah yang
terdiri dari kelas I, kelas II, Kelas III, ICU, PICU NICU, Isolasi, VK bersalin,
Stroke Corner.
3.1.4.5 Pelayanan Penunjang Medis
Pelayanan penunjang medis yang tersedia diantaranya laboratorium patologi
klinik, laboratorium patologi anatomi, laboratorium IGD, dan laboratorium
PCR. Radiologi termasuk, CT Scan 32 slice, depo farmasi, Ambulance.
3.1.4.6 Pelayanan Non Medis
Pelayanan non medis terdiri dari instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit,
Kesehatan Lingkungan, Instalasi Gizi, Pemulasaran Jenazah, Loundry, CSSD
terpadu, pelayanan Bimbingan Rohani dan Security (satpam).
Struktur organisasi RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan terdiri dari direktur,
memiliki 2 wakil direktur, yaitu wakil direktur bagian pelayanan dan wakil direktur
111
administrasi keuangan dan diklat. Setiap wakil membawahi beberapa bidang bagian
dan sub bagian.
1 Perawat Klinis I 1 5
2 Perawat Klinis II 8 40
4 Perawat Klinis IV - -
Total 20 100
2 Manajemen Bangsal 1 5
4 Perawatan Luka 1 5
5 BTCLS 1 5
b. Pasien
1) Klasifikasi pasien
Tabel 3.5 Klasifikasi dan kriteria pasien
6 NON-HODGKIN LYMPHOMA 54
7 ANEMIA 53
8 MALIGNANT NEOPLASMA OF 33
NASOPHARING
9 MALIGNANT NEOLPASMA OF TONGE 33
10 DIABETIC FOOT 30
105,25
= = 15,04 /15 perawat
7 jam
b) Metode Dougless
Klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan dengan
Metode Douglas (1984)
c) Metode PPNI
Total Care : -
Partial Care : 19 Pasien
Minimal Care : 6 Pasien
- Minimal Care : ( 6x1 jam) + (6x1 jam) + ( 6x0,25 jam) = 13,5
jam
- Partial Care : ( 19x1 jam) + (19x1 jam) + ( 19x0,25 jam) =
42,75 jam
- Total Care : -
26 Suction 1 v -
3 Lemari kabinet 1 v
4 Lemari berkas kaca 2 v
5 Lemari berkas kayu 1 v
6 Loker perawat 1 v
7 Meja kerja 10 v
8 Kursi dokter 2 1 1
9 Kursi kerja 13 v
10 Kursi penunggu pasien 1 v
11 Kulkas RT 1 v
12 Dispenser 1 v
13 AC 3 v
14 Kipas angin 17 v 7
15 Komputer 2 v
16 Printer 1 v
17 Sprei 30 v
17 Perlak 5 v
19 Tempat Tidur 30 v
20 Sarung bantal 30 v
21 Mukena 13 v
22 Sarung 13 v
23 Lemari linen besi 1 v
24 Lemari alat besi 1 v
25 Lampu baca rongent 1 v
26 Trolly emergency 1 v Kosong
27 Brankar pasien 2 v
28 Meja ners stasion 1 v
29 Selimut 10 v
e. Denah Ruangan
f. Material lain
Berdasarkan data hasil wawancara dan observasi didapatkan kalau struktur
organisasi dan visi misi ruangan di ruang bedah (Al Insyirah) belum ada
ditempel didinding dikarenakan adanya pergantian kepala ruangan sehingga
masih dalam proses perbaikan struktur organisasi yang baru.
Ada beberapa handscrub di tiap kamar pasien yang terisi dan tidak terisi,
serta tidak ada penanggalan tanggal kadaluarsa setiap kali pengisian ulang.
Adanya pengunci bed yang rusak sehingga harus diberi ganjalan
menggunakan batu. Keterbatasan alat dressing, yang seharusnya 1 set alat
dressing untuk 1 pasien.
Tidak semua ruangan memiliki tangga untuk naik ke tempat tidur, terutama
untuk pasien lansia dan anak-anak
Dari hasil observasi dan kuesioner dari pasien, kamar mandi/WC
kondisinya cukup baik namun tidak terdapat pegangan untuk pasien dan
keset karet didalam kamar mandi.
122
b. Barang
Barang -barang yang besar dananya dari APBN pengajuan pendanaan
menggunakan telahan/proposal. Sedangkan barang-barang yang kecil itu
mneggunakan formulir yang diserahkan ke depo farmasi.
Adapun konsep untuk metode tim ini yaitu ketua tim sebagai perawat
profesional harus mampu menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan,
pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Peran
Kepala Ruangan penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila
didukung oleh kepala ruangan dan adanya kerjasama dalam tugas yang
diemban.
Untuk lembar pengkajian awal medis yang seharusnya diisi oleh dokter
penanggung jawab pasien 1 x 24 jam, namun diisi lebih dari 1 x 24 jam.
Diruangan tidak mempunyai kebijakan khusus dan sanksi untuk perawat yang
terlambat dinas.
3.2.2 Proses
3.2.2.1 Fungsi Perencanaan (Planning)
a. Visi, Misi & Tujuan Ruangan Perawatan
1) Visi Ruangan Perawatan
Visi adalah menjadi ruangan yang terbaik dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dengan Petugas-petugas yang terampil,
cerdas, inovatif, Tehnologis dan agamis untuk mewujudkan
kesejahteraan dunia dan akhirat.
2) Misi
Misi adalah :
a) Meningkatkan keharmonisan tim dan etos kerja yang tinggi
dalam memberikan pelayanan kesehatan.
b) Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, aman dan kondusif.
3) Tujuan
Tujuan adalah terwujudnya pelayanan yang tepat, aman dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Tepat artinya mampu mengatasi masalah dengan proses keperawatan
Nyaman artinya sesuai dengan kondisi dan keadaan yang diharapkan
oleh pasien dan keluarga.
Dapat dipertanggung jawabkan artinya dalam setiap melakukan
tindakan sesuai standar praktek keperawatan.
rapat. Tetapi Visi dan Misi yang sudah disepakati belum di cetak dan
di tempel di dinding karena baru saja terjadi perubahan atau rotasi
kepala ruangan 1 bulan yang lalu.
Pada saat observasi terdapat visi misi Rumah Sakit di dinding nurse
station namun visi misi ruang bedah tidak terlihat. Padahal tujuan
adanya visi dan misi yang tertempel di dinding agar dapat dilihat oleh
pasien dan pengunjung sehingga mereka tahu keunggulan perawatan
di ruang bedah.
c) Standar Kinerja
Standar kinerja perawat diruangan sesuai dengan ketetapan yang
telah diserahkan kepada kepala ruangan dan dibuat oleh sebagai
standar kinerja di RSUD Brigjend H. Hasan Basery kandangan.
Seluruh perawat wajib mematuhi dan mengikuti standar kinerja
yang ada diruangan.
DIREKTUR
Dr. Hj. RASYIDAH, M. Kes
KEPALA RUANGAN
LILI ERAWATI, S.Kep.Ners
Gambar 3.2 Struktur organisasi ruang bedah (Al- Insyirah) RSUD Brigjend H.
Hasan Basry Kandangan
Berdasarkan data hasil observasi pada 16-17 Februari 2023 yang sudah
divalidasi dengan pembimbing klinik didapatkan kalau struktur organisasi
di ruang bedah (Al Insyirah) belum terpampang dalam bentuk tulisan di
131
b. Pembagian tugas
Berdasarkan wawancara di dapatkan:
1) Kepala Ruangan
Uraian Tugas Kepala Ruang Pelayanan Rawat Inap
a) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
(1) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
(2) Mengawasi serah terima setiap dinas pagi dan dinas sore
(3) Membimbing dalam penerapan proses keperawatan
(4) Mengadakan diskusi untuk pemecahan bersama masalah yang
ada terkait pelayanan keperawatan
(5) Mengevaluasi proses pengisian trekam medik yang dilakukan
oleh stafnya
(6) Melakukan monitoring dan evaluasi terkait pelaksanaan
pelayanan keperawatan
(7) Melakukan komunikasi, pengawasan dan berkomunikasi
langsung dengan perawat primer mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien
(8) Melakukan pengawasan langsung melalui inspeksi,
mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan
dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada
saat ini
132
3) Perawat Pelaksana
Uraian Tugas Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat
a) Mengadakan serah terima tugas bersama kepala ruangan dan
ketua tim
b) Menerima pembagian tugas dari ketua tim
c) Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan
d) Menerima pasien baru
e) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
f) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim
g) Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain
h) Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim yang lain
i) Melaksanakan asuhan keperawatan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan uraian tugas sudah ada
tertulis dan disampaikan sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab di pengorganisasian yang sudah di bentuk berdasarkan dengan
jenjang karir dan uraian tugas yang dibuat oleh Rumah Sakit dan
ruangan secara tertulis sesuai dengan SK yang menjelaskan tentang
pembagian tugas, sedangkan untuk menjadi ketua tim sudah ada
ditentukan sesuai SK.
Instalasi
Gawat Darurat
(IGD)
Gambar 3.3 Alur Pasien Masuk Ruang Bedah (Al Insyirah)
Berdasarkan data hasil observasi pada 16-17 Februari 2023 yang sudah
divalidasi dengan pembimbing klinik, bahwa pengaturan pengorganisasian
pasien dibagi kepada 2 tim yang masing masing tim bertanggung jawab
atas pasien kelolaannya.
meliputi SBAR, meliputi nama dan ruang pasien, diagnosa medis dan
kondisi pasien. Untuk masalah keperawatan belum tersampaikan dengan
baik, intervensi yang telah dan belum dilakukan sudah dilaporkan secara
detail. Timbang terima dari shif malam ke shif pagi dilakukan di nurse
station dan dilanjutkan keliling ke ruangan pasien.
b. Preconferen
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan dilakukan secara rutin
setiap pagi seperti proses timbang terima dipimpin oleh kepala unit saat
pagi atau perawat primer setiap berganti shift dinas.
141
c. Postconferen
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan dilakukan dengan rutin
setiap hari setiap pergantian jadwal dinas dengan dihadiri kepala tim dari
tiap shift dinas seperti proses timbang terima.
d. Motivasi
Dari hasil wawancara kepala ruangan, motivasi kepada perawat sudah
dilakukan namun hanya secara lisan saja dan peningkatan motivasi
sebenarnya sudah dilakukan oleh rumah sakit baik secara langsung
maupun tidak langsung. Motivasi di Rumah Sakit dilakukan oleh kepala
bidang terhadap perawat yang memiliki track record atau prestasi.
Misalnya, Di Ruang bedah (Al Insyirah) Kepala Ruangan memberikan
motivasi kepada perawat pelaksana dan kedua ketua Tim berharap apa
yang diberikan kepada pasien menjadi amal ibadah untuk kita dan
mampu memberikan pelayanan keperawatan yang memuaskan serta
selalu berdo’a sebelum dan sesudah dilakukan timbang terima.
e. Pendelegasian
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, ruang bedah (Al Insyirah)
dalam melakukan pendelegasian dilakukan dari kepala ruangan
kemudian ke ketua tim kemudian baru ke perawat pelaksana yang
dianggap kompeten dalam melakukan pendelegasian dilakukan antara
Kepala Ruangan kepada katim berdinas pada saat itu, dan antara dokter
kepada dokter lainnya. Pendelegasian antar dokter biasanya
menggunakan surat pendelegasian dokter visite.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 16 Februari 2023, format
pendelegasian secara khusus belum ada.
f. Supervisi
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, pelaksanaan supervisi di
ruang bedah (Al Insyirah) dilakukan oleh kepala Unit dan bisa juga
143
Kepala unit atau ketua perawat primer yang melakukan teknik supervisi
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung kepala
unit atau ketua perawat primer melakukan pengamatan langsung apa
yang terjadi dilapangan (ruangan) dan secara tidak langsung kepala unit
atau ketua perawat primer menerima laporan secara lisan maupun tertulis
apa yang terjadi diruangan. Kepala unit atau ketua perawat primer yang
melakukan supervisi akan memberikan pengarahan, bimbingan,
memotivasi, mengobservasi dan mengevaluasi kegiatan diruangan.
Biasanya kepala unit akan berdiskusi dengan ketua perawat primer dan
anggota tim dalam memecahkan masalah atau kekurangan yang
ditemukan selama supervisi.
g. Ronde Keperawatan
Dari hasil wawancara dengan kepala tim di ruangan bedah (Al Insyirah)
hampir tidak pernah dilakukan, tetapi kepala tim dan perawat yang
bertugas diruangan memahami apa itu ronde keperawatan, namun alasan
tidak dilaksanakan karena adanya kesulitan untuk mengumpulkan tenaga
kesehatan dalam satu waktu juga harus ada tugas-tugas lain yang harus
dilaksanakan.
Data Penilaian resiko jatuh dilakukan pada saat pengkajian awal dengan
menggunakan metode pengkajian resiko jatuh yang telah ditetapkan oleh
RSUD Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan. Penilaian resiko jatuh pada
pasien dewasa menggunakan scoring morse dan anak menggunakan
scoring humpty dumpty.
Dari data kepuasan pasien pada bulan Januari 2023. Jumlah pasien pada
bulan Januari 2023 berjumlah 222 orang. Kuisioner yang dibagikan
melalui google drive scan barcode berjumlah 103 koesioner dan
berdasarkan hasil kuesioner hasil kepuasan pasien, jumlah pasien puas
adalah 98 %, sedangkan pasien yang tidak puas ada 2 %.
3.2.3 Output
3.2.3.1 Indikator pelayanan Efisiensi Ruangan
Efisiensi ruang rawat (BOR, LOS, BTO, TOI)
Tabel 3.14 Data lama hari rawat pasien bulan November 2022 sampai Februari
di ruang bedah (Al- Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basry
Kandangan
(Sumber: Data sekunder bulan November 2022 - Februari 2023 yang sudah divalidasi)
Tabel 3.15 Data pasien dirawat dari bulan November 2022 sampai Februari di
ruang bedah (Al- Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basry
Kandangan
a. BOR
BOR (Bed Oucupancy Rate)
Jumlah hari perawatan rumah Sakit
BOR =
Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode X 100%
1393
BOR = (29 x 92) x 100%
BOR = 52,21 %
b. ALOS
ALOS (Average Leng Of Stay)
c. BTO
BTO (Bed Turn Over)
e. GDR
Jumlah pasien mati seluruhnya
GDR = Jumlah pasien keluar (hidup + matiX 1000 permil
2
GDR =
586 x 1000/mil
f. NDR
Jumlah pasien mati > 48 jam
NDR = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) X 1000 permil
2
NDR =
588 X 1000 per mil
NDR = 8,5 per mil
Dari hasil perhitungan NDR (angka kematian > 48 jam) di ruang bedah
(Al-Insyirah) selama 3 bulan (November 2022 - Januari 2023)
didapatkan hasil 8,5/mil.
Rekam Medis
No Aspek yang dinilai
RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
A. PENGKAJIAN
1 Mencatat data yang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
dikaji sesuai dengan
pedomanpengkajian
2 Data dikelompokan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(bio-psiko-sosial-
spiritual)
3 Data dikaji sejak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
masuk sampai pasien
pulang
150
4 Masalah dirumuskan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
berdasarkan
kesenjangan
antara status
kesehatan
dengan norma dan
pola fungsi
kehidupan
Sub total 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Total 60
Persentase (%) 100%
b. Intsrumen
3 Merumuskan diagnosa 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
keperawatan
actual/resiko
Sub total 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Total 45
Persentase (%) 100%
Rekam Medis
No Aspek yang dinilai
RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
C. PERENCANAAN
1 Merumuskan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
perencanaan sesuai
dengan diagnose
yang dapat saat
151
pengkajian
2 Menetepkan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
perencaraan
keperawatan sesuai
dengan prioritas
Sub total 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Total 30
Persentase (%) 100%
(Sumber: Data sekunder bulan Februari 2023 yang sudah divalidasi)
Rekam Medis
No Aspek yang dinilai
RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
D. IMPLEMENTASI
1 Tindakan keperawatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
diagnose dan masalah
yang dapat saat
pengkajian
2 Tindakan keperawatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
prioritas masalah
3 Pendokumentasian 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
tindakan keperawatan
Sub total 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Total 45
Persentase (%) 100%
Rekam Medis
No Aspek yang dinilai
RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM RM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
E. EVALUASI
1 Evaluasi mengacu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
pada tujuan
2 Hasil evaluasi di catat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
152
Sub total 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Total 15
Persentase (%) 50%
1 Pengkajian 100 %
2 Diagnosa Keperawatan 100 %
3 Perencanaan 100 %
4 Implementasi 100 %
5 Evaluasi 50 %
Persentasi (%) 90 %
(Sumber: Data sekunder bulan Februari 2023 yang sudah divalidasi)
Ket :
Buruk = 0% - 33%
Cukup Baik = 34% - 67%
Baik = 67% - 100%
Jadi dari data yang didapat dari hasil pengkajian studi dokumentasi penerapan
standar asuhan keperawatan diruang bedah (Al-Insyirah) RSUD Brigjend H.
Hasan Basery Kandangan dapat dikatakan baik dengan pencapaian rata-rata
90 % karena nilai standar pendokumentasiaan askep dinyatakan baik bila >
75 %.
Keterangan:
a. Jumlah Nilai
Sub total = Jumlah rekam medic x item penilaian x 100%
b. Total = jumlah subtotal/jumlah rekam medic
c. Nilai rata-rata studi dokumentasi penerapan standar asuhan keperawatan
Rata-rata = Total =….. %
b. INSTRUMEN B
1) Instrumem B Kepuasan Pasien dan Perawat
Tabel 3.22 Instrumen kepuasan pasien
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
(Nilai 2) (Nilai 1)
1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri 2
2 Aakah perawat melarang anda/pengunjung 2
merokok di ruangan
3 Apakah perawat selalu menanyakan 2
bagaimana nafsu makan anda
4 Apakah perwat pernah menanyakan 2
pantangan dalam hal makanan kepada anda
5 Apakah perawat menanyakan atau 1
memperhatikan berapa jumlah makanan dan
makanan yang anda habiskan
6 Apabila anda/keluarga anda tidak mampu 1
makan sendiri apakah perawat membantu
menyuapi
7 Pada saat and/keluarga anda dipasang infuse, 1
apakah perawat selalu memeriksa cairan
infuse/tetesannya dan area sekita pemasangan
jarum infuse
8 Apabila anda/keluarga anda mengalammi 2
kesulitan buang air besar apakah perawat
menganjurkan makan buah-buahan, sayuran,
minum yang cukup dan banyak bergerak
9 Pada saat perawat membantu ada/keluaga 2
anda buang air besar/buang air kecil, apakah
perawat memasang sampiran/selimut,
menutup pintu/jendela. Mempersilahkan
pengunjung keluar ruangan
10 Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda 2
selalu dijaga kebersihannya dengan
disapu/dipel setiap hari
11 Apakah lantai kamar mandi/wc selalu bersih, 2
tidak licin, tidak berbau dan cukup terang
12 Selama anda/keluarga anda belum mampu 1
mandi dalam keadaan istirahat total apakah
dimandikan oleh perawat
13 Apakah anda/keluarga anda dibantu oleh 1
perawat jika tidak mampu memgosok gigi,
membersihkan mulut atau mengganti pakaian
atau menyisir rambut
14 Apakah alat tenun seperti seprei, selimut 2
diganti setiap kotor
15 Apakah perawat memberikan penjelasan 2
akibat dari kurang bergerak, atau berbaring
terlalu lama
154
1 Puas 85,3%
2 Kurang Puas 14,7%
c. Instrumen C
Observasi pelaksanaan tindakan prinsip memasang infus diruang bedah
(Al-Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan.
Tabel 3.25 Kegiatan memasang infus
Perawat
Kegiatan Aspek Yang Dinilai Ket
I II III IV V
Ket :
Beri tanda 1 bila kegiatan di lakukan
Beri tanda 0 bila kegiatan tidak dilakukan
Observasi pelaksanaan tindakan prinsip melakukan skin test diruang bedah (Al-
Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan
Perawat
Kegiatan Aspek Yang Dinilai Ket
I II III IV V
Ket :
Beri tanda 1 bila kegiatan di lakukan
Beri tanda 0 bila kegiatan tidak dilakukan
Observasi pelaksanaan tindakan prinsip memberikan obat injeksi secara intravena (IV)
diruang bedah (Al-Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan
Perawat
Kegiatan Aspek Yang Dinilai Ket
I II III IV V
Ket :
Beri tanda 1 bila kegiatan dilakuan
Beri tanda 0 bila kegiatan tidak dilakukan
Perawat
Kegiatan Aspek Yang Dinilai Ket
I II III IV V
Ket :
Beri tanda 1 bila kegiatan di lakukan
Beri tanda 0 bila kegiatan tidak dilakukan
Perawat
Kegiatan Aspek Yang Dinilai Ket
I II III IV V
Ket :
Beri tanda 1 bila kegiatan di lakukan
Beri tanda 0 bila kegiatan tidak dilakukan
161
Tabel 3.30 Hasil observasi kepatuhan perawat melakukan Tindakan sesuai SOP
Bedah ( Al-Insyirah )
Ada beberapa handscrub di
tiap kamar pasien yang
terisi dan tidak terisi, serta
tidak ada penanggalan
tanggal kadaluarsa setiap
kali pengisian ulang.
Fasilitas penunjang seperti
kamar mandi/WC
kondisinya cukup baik
namun tidak terdapat
pegangan untuk pasien dan
keset karet didalam kamar
mandi
Tidak semua ruangan
memiliki tangga untuk
naik ke tempat tidur,
terutama untuk pasien
lansia dan anak-anak
Ada pengunci bed
yang rusak sehingga
harus diberi ganjalan
menggunakan batu
Ronde Keperawatan
Adanya kasus-kasus yang perlu
perhatian khusus
9. Pengendalian (Controlling)
Indikator Mutu Indikator Mutu Indikator Mutu Indikator Mutu
Tidak ada masalah dalam Dikhawatirkan kedepannya Hasil pengontrolan Tuntutan pasien untuk
indikator mutu ruangan. adanya penurunan terhadap indikator mutu dapat mendapatkan kepuasan
indicator mutu pelayanan meningkatkan pelayanan dalam suatu pelayanan
terhadap kepuasan perawat mutu yang maksimal. yang bersifat professional.
dengan pasien apabila
168
Standar Audit Dokumentasi Standar Audit Dokumentasi Standar Audit Dokumentasi Standar Audit Dokumentasi
Asuhan Keperawatan Asuhan Keperawatan Asuhan Keperawatan Asuhan Keperawatan
Standar audit sudah dilakukan Dikhawatirkan Hasil standar audit Terjadinya penurunan
dalam 1 bulan sekali. kedepannya akan ada dokumentasi asuhan dalam pendokumentasian
penurunan terhadap keperawatan yang asuhan keperawatan yang
standar audit dalam dilakukan dalam 1 bulan akan berdampak kepada
pendokumentasian asuhan sekali mampu memberikan hasil standar mutu
keperawatan terhadap hasil yang maksimal dalam ruangan.
perawatan pasien pendokumentasian asuhan
keperawatan pada pasien
dan standar mutu pada
ruangan.
Penetapan Standar Kepuasan
Tidak ada masalah pada Penetapan Standar Kepuasan
pelayanan kepuasan pasien Penetapan Standar Kepuasan
Penetapan standar Penetapan Standar Kepuasan
dengan persentase 74,23% Dikhawatirkan kepuasan dapat dan Survey Masalah Pasien
Tidak ada masalah pada kedepannya akan ada memberikan hasil Tuntutan pasien sebagai
kepuasan perawat dengan penurunan terhadap pelayanan kepada pasien konsumen untuk
persentase kepuasan perawat penurunan standar secara maksimal. permasalahan bagi pasien
PNS 50% dengan hasil puas dan pelayanan kepuasan dalam pelayanan yang
persentase kepuasan perawat perawat dan pasien.
Survey Masalah Pasien professional dalam asuhan
TKK 65% dengan hasil puas keperawatan.
Adanya survey masalah
Survey Masalah Pasien
yang dikeluhkan pasien dan
169
3.2.4.2 STRENGTH/KEKUATAN :
a. Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang bedah (Al Insyirah)
tidak memfokuskan pada kasus penyakit, ruang bedah (Al Insyirah)
lebih memfokuskan pada semua perawatan luka post operasi agar
pasien datang dan pulang tanpa terjadinya infeksi pada luka.
b. Komposisi pendidikan perawat pada ruang bedah (Al Insyirah), bisa
dikatakan sangat memadai, karena 41,2 % adalah tenaga
professional dengan pendidikan Ners, 52,9% adalah tenaga dengan
pendidikan D3 keperawatan dan 5,9% adalah tenaga dengan
pendidikan D4 keperawatan.
c. Semua perawat diruangan mengikuti 5 pelatihan yang diadakan
dirumah sakit BHD, PPI, K3, Komunikasi Efektif (SBAR), Hand
Hygiene, Code Blue, dan Code Red.
d. Metode Tim yang digunakan menjadikan perawat lebih mudah
melayani pasien karena setiap perawat mengelola pasien yang
termasuk di dalam Tim, tetapi perawat juga saling bekerja sama
dengan membantu anggota Tim yang lain.
e. Komunikasi Efektif (SBAR) sudah dijalankan dengan maksimal.
f. Kepala ruangan dan perawat ruangan sudah melakukan
preconference dan postconference dengan optimal.
g. Dokumentasi keperawatan di ruang bedah (Al Insyirah) meliputi
pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan sudah terdokumentasi
dengan maksimal
3.2.4.3 WEAKNESS/KELEMAHAN :
a. Struktur organisasi di ruang bedah (Al Insyirah) belum
terpampang dalam bentuk tulisan di ners station dikarenakan
adanya pergantian kepala ruangan sehingga masih dalam proses
perbaikan struktur organisasi yang baru.
b. Di ruang bedah (Al-Insyirah) mempunyai SPO perawatan luka
dan SPO perawatan luka bakar tetapi belum adanya pembaharuan
SPO perawatan luka secara spesifik di ruangan Al Insyirah
c. Belum optimalnya pelaksanaan visi misi ruangan ditandai belum
terpajangnya papan visi dan misi ruangan yang setiap saat dapat
dilihat petugas dan pasien serta pengunjung keluarga pasien
d. Resiko terjadinya pasien jatuh di kamar tidur dan di kamar mandi
ditandai dengan: pengunci bed rusak, tidak tersedianya tangga
171
3.2.4.4 OPPORTUNITY/PELUANG:
a. Semua perawat diruangan berpeluang mengikuti pelatihan lain yang
diadakan di dalam maupun luar Rumah Sakit guna menambah ilmu
baru
b. Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang baru khususnya untuk
pembuatan struktur organisasi yang baru, dan penempelan visi misi
ruangan di dinding ruangan
c. Pembuatan SOP perawatan luka yang khusus atau lebih spesifik
d. Adanya rancangan usulan untuk perbaikan dan penambahan
pengadaan sarana dan prasarana yang baru
3.2.4.5 THREATENED/ANCAMAN:
a. Kekurangan perawat dapat menimbulkan peningkatan beban kerja
perawat sehingga terjadi penurunan kinerja perawat dan kualitas
asuhan keperawatan
b. Tidak semua karyawan Ruang Bedah mengetahui visi misi ruangan
dan tidak mengetahui nama-nama karyawan yang baru
c. Perawat tidak bisa membedakan perawatan luka yang berbagai
macam jenisnya sesuai dengan SOP
d. Bisa terjadi resiko jatuh di WC dan di bed bagi Pasien
3.2.6.3 Resiko terjadinya pasien jatuh di kamar tidur dan di kamar mandi ditandai
dengan: pengunci bed rusak, tidak tersedianya tangga untuk naik ketempat
tidur, tidak tersedianya alat pegangan di toilet ruangan.
3.2.6.4 Belum adanya SOP perawatan luka yang spesifik di ruang Al-Insyirah
MONEY
MATERIAL METHODE Untuk lembar pengkajian
awal medis yang
seharusnya diisi oleh
Tidak ada masalah signifikan Struktur organisasi belum di update untuk dokter penanggung jawab
karena dana dari APBN dan nama-nama perawatnya pasien 1 x 24 jam, namun
dari RS Belum tertempel didinding visi misi Ruang diisi lebih dari 1 x 24 jam.
Bedah ( Al-Insyirah ) Diruangan tidak
Ada beberapa handscrub di tiap kamar pasien mempunyai kebijakan
yang terisi dan tidak terisi, serta tidak ada khusus untuk perawat yang
penanggalan tanggal kadaluarsa setiap kali tidak disiplin
pengisian ulang.
176
PLANING OF ACTION
Tabel 3.34 POA
No Masalah Kegiatan Indikator Waktu Biaya Penanggung
keberhasilan Jawab
1. Belum adanya Menyediakan Tersedia SOP yang 16 Februari – 4 Maret Menyesuaikan Dyah Ustriyani,S.Kep
SOP perawatan SOP yang lebih spesifik untuk 2023 kebutuhan Raida Humairah, S.Kep
luka yang sesuai kriteria memudahkan Marfuah, S,Kep
spesifik di klinis pasien perawat Norhikmah, S.Kep
ruang Al-
Insyirah
2. Belum Membuat Perawat mengetahui 16 Februari – 4 Maret Menyesuaikan Faisal Wijaya, S.Kep.
optimalnya struktur susunan Struktur 2023 kebutuhan Sri Mulyani, S.Kep
Struktur organisasi Organisasi terbaru. Eka Apriani, S.Kep
Organisasi terbaru untuk
diruangan Al- ditempel di
Insyirah ruangan.
3. Belum Mencetak Visi Perawat dapat 16 Februari – 4 Maret Menyesuaikan Tri Sistiowati, S.Kep
optimalnya Misi Ruangan mengaplikasikan 2023 kebutuhan Mariani, S.Kep
Visi Misi untuk di tempel tugasnya sesuai Ahmad Rajani, S.Kep
Ruangan Al- didinding dengan Visi Misi Fathiyah, S.Kep
Insyirah Ruangan
177
4.1. Pelaksanaan
Desiminasi awal yang dilakukan pada tanggal 20 Februari 2023, didapatkan beberapa
permasalahan yang ada di ruang bedah (Al-Insyirah) dan disepakati untuk
diselesaikan diantaranya adalah belum optimalnya sosialisasi visi misi ruangan Al-
Insirah, belum optimalnya sosialisasi Struktur Organisasi di ruangan Al-Insyirah, dan
belum adanya SOP perawatan luka yang spesifik di ruang Al-Insyirah.
Dimulai dari pelaksanaan Role Play pada tanggal 20 Februari 2023 oleh mahasiswa
Ners Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang berjumlah 11 (sebelas) orang
dan terbagi menjadi 2 (dua) tim. Dalam satu tim terdiri dari 3 (tiga) shift pagi, siang
dan malam. Role Play ini dilakukan sejak tanggal 20 Februari s.d 04 Maret 2023
dengan jumlah kamar kelolaan secara keseluruhan 2 kamar yang terdiri dari 8
tempat tidur pasien, tim satu terdiri dari kamar 3A sedangkan tim 2 terdiri dari kamar
3D jadi jumlah pasien selama role play sebanyak 32 orang pasien. Adapun hasil dari
Role Play di ruang bedah (Al-Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan
adalah sebagai berikut :
4.1.1 Material (Sarana dan Prasarana) Membuat Struktur Organisasi
Ruangan Bedah (Al-Insyirah) Yang Terbaru
179
180
Gambar 4.1 Struktur organisasi ruang bedah (Al- Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan
Basry Kandangan
181
Material (Sarana dan Prasarana) membuat papan visi misi ruangan Al-
Insyirah
Gambar 4.2 Visi dan Misi ruang bedah (Al- Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan
Basry Kandangan
182
4.1.2 Method membuat draf SOP perawatan luka yang spesifik di ruang bedah
(Al-Insyirah)
DRAF OPERASIONAL
PERAWATAN LUKA BERSIH
NO NO REVISI HALAMAN 1/2
DOKUMEN
STANDAR Ditetapkan : Kandangan,
PROSEDUR Tanggal DIREKTUR
OPERASIONAL Terbit
DRAF OPERASIONAL
PERAWATAN LUKA BAKAR
NO NO REVISI HALAMAN 1/2
DOKUMEN
STANDAR Ditetapkan : Kandangan,
PROSEDUR Tanggal DIREKTUR
OPERASIONAL Terbit
Spuit 5 cc atau 10 cc
Sarung tangan
Gunting plester
HYpapik
NaCl 0,9%
Alcohol swab
Bengkok
Kassa Gulung
Obat luka sesuai kebutuhan
Prosedur Kerja 1. Tahap Pra Interaksi
1.1 Melakukan verifikasi program
pengobatan klien
1.2 Mencuci tangan & pasang APD
1.3 Menempatkan alat di dekat pasien dengan
benar
2. Tahap Orientasi
2.1 Memberikan salam sebagai
pendekatan therapeutic
2.2 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada klien/keluarga
2.3 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
3. Tahap Kerja
3.1 Menjaga privacy pasang sampiran
3.2 Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat
terlihat jelas
3.3 Pasang pengalas dibawah lokasi luka
3.4 Baca basmallah
3.5 Membuka peralatan
3.6 Memakai sarung tangan
3.7 Membuka balutan dengan hati-hati, bila sulit
basahi dengan NaCl 0,9%
3.8 Membersihkan luka dengan
menggunakan NaCl 0,9%
3.9 Melakukan debridemand bila terdapat
jaringan nekrotik. (Bila ada bula jangan
dipecah, tapi dihisap dengan spuit steril
setelah hari ke-3)
3.10 Mengeringkan luka dengan mengguanakan
kassa steril
3.11 Memberikan obat topical sesuai order pada
luka
3.12 Menutup luka dengan kassa steril, kemudian
dipasang verband dan beri hypapyk
3.13 Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi
4.1 Mengevaluasi hasil Tindakan
4.2 Ucapkan hamdallah & mendoakan
kesembuhan dengan mengucapkan
187
syafaka/killah
4.3 Berpamitan dengan pasien & ucapkan salam
4.4 Membereskan dan kembalikan alat ke tempat
semula
4.5 Mencuci tangan
4.6 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
Sumber Buku Pedoman Perawatan Dasar Depkes RI
DRAF OPERASIONAL
PERAWATAN LUKA TERBUKA
NO NO REVISI HALAMAN 1/2
DOKUMEN
STANDAR Ditetapkan : Kandangan,
PROSEDUR Tanggal DIREKTUR
OPERASIONAL Terbit
DRAF OPERASIONAL
PENANGANAN EKSTRAVASASI PERIFER
KEMOTERAPI
NO NO REVISI HALAMAN 1/2
DOKUMEN
STANDAR Ditetapkan : Kandangan,
PROSEDUR Tanggal DIREKTUR
OPERASIONAL Terbit
Evaluasi:
Pantau kondisi luka ekstravasasi pasien setelah
penanganan ekstravasasi dan laporkan jika luka tidak
membaik kepada Dokter DPJP HASIL Dokumentasik
Sumber RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan
4.2.1 Pelaksanaan
Dilakukan role play terhadap pelaksanaan penerapan MAKP dari tanggal 20
Februari – 04 Maret 2023 di Ruang Al Insyirah kamar 3A dan 3D, terdiri dari
4 bed di masing-masing ruangan dengan total 8 bed (tempat tidur pasien).
Pembagian tugas dilakukan untuk penetapan sebagai kepala ruangan 1 orang,
ketua TIM 1 dan Ketua TIM 2 masing-masing 1 orang, perawat pelaksana 1-2
orang untuk setiap pergantian shift (pagi, siang, malam).
4.3.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan role play timbang terima dilaksanakan mulai pada tanggal 20
Februari sampai 04 Maret 2022. Timbang terima dilaksanakan setiap
pergantian shift, dilakukan secara lisan atau tertulis. Kegiatan ini diikuti oleh
mahasiswa stase manajemen dan perawat ruangan Al Insyirah (ruang bedah)
RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan. Dalam kegiatan timbang terima,
perawat asosiate yang bertugas pada shift malam melakukan timbang terima
(operan) kepada ketua tim yang bertugas pada shift pagi, begitu juga dari
perawat yang dinas shift pagi ke shift sore dan dari shift sore ke shift malam.
Materi timbang terima meliputi menggunakan SBAR (Situation Background
192
Proses
1) Proses timbang terima pagi dimulai di nurse station dipimpin oleh kepala
ruangan stage manajemen dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang
telah bertugas dinas manapun perawat yang akan menggantikan
shift.Proses timbang terima pagi ke siang dimulai di nurse station
dipimpin oleh kepala ruangan, kemudian di laporkan oleh ketua tim
masing – masing yang bertugas pada shift pagi dan diikuti oleh semua
perawat asosiete yang telah bertugas pada shift sebelumnya maupun yang
akan menggantikan shift.
2) Isi timbang terima mencakup jumlah klien, diagnosis keperawatan,
intervensi yang telah dilakukan maupun yang belum dilakukan, rencana
tindakan dan tindakan kolaboratif pada hari tersebut.
3) Setelah timbangan terima di nurse station dilanjutkan dengan berkunjung
ke masing-masing bed klien untuk menvalidasi data.
4) Perawat primer (ketua TIM) selalu berperan aktif dalam memimpin
validasi data ke bed klien.
Hasil :
1) Timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan
Pada pergantian shift dari malam ke pagi dan dari pagi ke sore dipimpin
oleh kepala ruangan dan laporan dibacakan oleh Ketua TIM I dan ketua
193
TIM II, sedangkan pergantian shift dari sore ke malam dipimpin oleh
perawat penanggung jawab.
2) Timbang terima sudah diterapkan di ruangan Al
Insyirah Shift Pagi : Pukul 08.00 Wita
Shift Siang : Pukul 14.00 Wita
Shift Malam : Pukul 20.00 Wita
3) Perawat pagi dan sore yang menerima timbang terima tampak fokus
memperhatikan dan perawat yang membacakan laporan
didengarkan/diperhatikan.
4) Pelaporan timbang terima menyampaikan keluhan klien, diagnosa
keperawatan yang muncul, intervensi yang sudah dilakukan dan belum
dilakukan, serta tindakan kolaboratif
5) Timbang terima dilakukan awalnya di nurse station dan kemudian
langsung ke bed klien untuk memvalidasi data.
6) Setiap perawat mengetahui perkembangan klien dan komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik.
7) Klien dapat dengan aktif menyampaikan perubahan keluhan yang
dirasakan setiap harinya.
8) Terbina kepercayaan dan kerjasama yang baik antara perawat, klien
maupun keluarga klien.
4.3.2 Pelaksanaan
Menurut teori kegiatan ronde keperawatan diawali dengan pembukaan oleh
kepala ruangan (yang diperankan oleh mahasiswa) dengan memperkenalkan
tim ronde, menjelaskan identitas dan masalah klien serta tujuan dilaksanakan
ronde keperawatan. Selanjutnya dilakukan penjelasan tentang klien oleh ketua
194
tim yang difokuskan pada masalah dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan. Kegiatan ronde keperawatan dilanjutkan ke kamar klien untuk
dilakukan validasi data dengan mencocokkan dan menjelaskan kembali data
yang telah disampaikan ketua tim. Selain itu melakukan diskusi antar anggota
tim dan klien/keluarga tentang masalah yang muncul pada klien. Kegiatan
berlanjut kembali ke nurse station untuk dilakukan evaluasi dan rekomendasi
intervensi keperawatan. Kegiatan ronde keperawatan dihadiri oleh pejabat RS
yaitu Kabid Keperawatan, Sub Koordinator Keperawatan Rawat Jalan dan
Keperawatan Intensif, Sub Koordinator Keperawatan Rawat Inap, Kepala
Ruangan, Ketua tim ruangan, petugas gizi dan dokter penanggung jawab
pasien.
Kegiatan ronde keperawatan dibuka oleh mahasiswa yang berperan sebagai
kepala ruangan. Pelaksanaan ronde keperawatan dilakukan pada hari senin, 27
Februari 2023, sebelumnya dilakukan pengkajian pada klien yang memenuhi
kriteria yang ditentukan. Pengkajian dari tanggal 24 Februari 2023 dengan
diagnosa medis pasien yaitu CA Prostat.
Pengorganisasian
Kepala ruangan : Ahmad Rajani, S. Kep
Ketua Tim I (PP) : Faesal Wijaya Kusuma, S.kep
Ketua Tim II (PP) : Mariani, S. Kep
Perawat Pelaksana : Eka Apriani, S. Kep
Fathiyah, S. Kep
Raida Humairah, S. Kep
Norhikmah, S. Kep
Marfuah, S. Kep
Dokumentasi : Tri Sistiowati S.Kep
Dyah Ustriyani, S.
Kep
Fasilitator : Sri Mulyani, S. Kep
Pembimbing akademik : Rida’ Millati, Ns.,
M.Kep Pembimbing Klinik : Misna, S.Kep.,Ns
Proses :
1) Pelaksanan ronde keperawatan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan yaitu pukul. 14.00 - 16.00 WITA
2) Peserta yang berhadir di ronde keperawatan sudah sesuai yang diharapkan.
3) Peserta yang berhadir kepada ruangan Al Insyirah, pembimbing klinik
(C1), pembimbing akademik (CT). dokter, ahli gizi, petugas farmasi,
pembimbing akademik (CT). Kabid Keperawatan, sub koordinator
layanan rawat inap dan sub koordinator layanan rawat jalan
4) Hasil pengkajian dan penyampaian masalah keperawatan yang belum
teratasi telah dijabarkan telebih dahulu oleh perawat primer (Ketu Tim)
mahasiswa profesi ners stase manajemen. Dilanjutkan dengan masukan
dan saran dari konselor: kepala ruang Al Insyirah, pembimbing klinik
(C1), dokter, ahli gizi, dan pembimbing akademik (CT). Kabid
Keperarwatan, sub koordinator layanan rawat inap dan sub koordinator
layanan rawat jalan
5) Validasi dilakukan ke bed klien, peserta yang berhadir pada saat validasi
kekurangan klien mengikuti : kepala ruangan Al Insyirah, pembimbing
klinik (C1), dokter, dan pembimbing akademik (CT).
6) Setelah validasi data, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan diskusi.
7) Ronde keperawatan dipimpin oleh kepala ruangan mahasiswa stase
manajemen profesi Ners B Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
8) Semua konselor yang berhadir aktif memberikan saran, dimana saran
tersebut kemudian disampaikan kepada keluarga klien.
196
Hasil :
1) Konselor aktif menjawab pertanyaan dan memberikan informasi terkait
masalah yang dihadapi klien.
2) Keluarga pasien bersedia menjadi pilihan dalam kegiatan ronde
keperawatan.
3) Solusi dari permasalahan klien telah didapatkan, yaitu :
4) Pemberian makanan ke pasien melalui NGT karena pasien mengalami
sulit menelan dan kondisi sudah sangat lemah
5) Pasien sudah mengalami penurunan kesadaran 1 hari yang lalu
6) Keluarga tidak mengijinkan pemberian makanan melalui slang NGT
dengan hasil ronde keperawatan
Keluarga klien telah mendapat penjelasan yang kedua kalinya tentang tujuan
pemasangan NGT untuk perbaikan kondisi pasien, namun keluaga tetap
menolak. Dan keluarga pasien menanda tangani form penolakan tindakan.
4.4 Supervisi
4.4.1 Persiapan
Sebelum kegiatan supervisi dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan
seperti berikut ini:
a. Menentukan penanggung jawab dalam supervisi
b. Menentukan klien yang akan dijadikan subyek dalam proses kegiatan
supervisi
c. Menyusun proposal supervisi
d. Melakukan konsultasi dengan preseptor sekaligus penentuan waktu
pelaksanaan
e. Menentukan tindakan yang akan disupervisi
4.4.2 Pelaksanaan
Pada pelaksanaan supervisi awal mulanya dilakukan diruangan kepala ruangan
dimana supervisor menyampaikan alur kegiatan yang disampaikan kepada
kepala ruangan dan didengarkan oleh perawat primer dan perawat asosiate.
Setelah itu, supervisor meminta perawat primer untuk membacakan atau
menguraikan isi daripada SOP perawatan luka bersih dimana SOP itu akan
dilaksanakan oleh perawat asosiate setelah itu kegiatan dilakukan dinurse
station dimana perawat asosiate menyiapkan alat-alat yang akan digunakan
saat perawatan luka bersih. Kemudian dilanjutkan diruangan pasien, dimana
supervisor mensupervisi perawat asosiate yang sedang melakukan tindakan
197
4.5.2 Pelaksanaan
a. Pasien datang diruangan diterima oleh kepala ruangan /katim / perawat
yang didelegasi
b. Perawat mengenalkan diri kepada klien dan keluarganya
c. Perawat menunjukkan kamar atau tempat tidur klien dan mengantar
ketempat yang telah ditetapkan
d. Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ketempat tidur
( apabila pasien datang dengan brankar atau kursi roda) dan berikan posisi
yang nyaman.
e. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format
f. Perkenalkan pagsien baru dengan pasien yang sekamar
g. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat
memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi
ruangan, perawatan( termasuk erawat yang bertanggung jawab dan
sentralisasi obat), medis (dokter yang bertanggung jawab dan jadwal
visite), dan tata tertib ruangan
h. Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah
disampaikan
i. Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani informed consent
199
4.6.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan disharge planning dilakukan di nurse station dengan memanggil
keluarga pasien atau orang terdekat pasien. Selanjutnya perawat pelaksana
secara bertahap menjelaskan tentang pemberian perawatan lanjutan dirumah,
penataan lingkungan yang tepat, serta pelayanan yangdapat mendukung
kesehatan pasien.
4.7 PSBH :
4.7.1 Prinsip PSBH ialah :
a. Inovasi (ide baru yang kreatif)
201
b. Pelaksanaan Kegiatan
Pembuatan draf SOP perawatan luka antara lain : untuk SOP perawatan
luka kotor, SOP perawatan luka bersih, SOP perawatan luka terbuka, SOP
perawatan luka bakar, dan SOP perawatan akibat kemoterapi yaitu pada
perawatan pasien onkologi. Selanjutnya, diserahkan ke ruang bedah (Al-
Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan.
c. Evaluasi
1) Dievaluasi melalui tingkat kepatuhan perawat terhadap SOP
Perawatan luka
2) Terpasangnya papan struktur organisasi dan papan visi misi ruang
rawat inap bedah
4.8 M1 – M5
4.8.1 Tenaga dan Pasien (MAN-M1)
Pengorganisasian kegiatan praktik mahasiswa Program Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin kelompok 2B Manajemen
Keperawatan dilakukan pada tanggal 16 Februari 2023 s.d 8 Maret 2023,
meliputi pembuatan jadwal rencana kegiatan dan peran harian sebagai Kepala
Ruangan, Ketua Tim dan Perawat Pelaksana, penentuan kamar kelolaan di
Ruang Al Insyirah (Ruang Bedah), persiapan berkas dan peralatan yang akan
digunakan di Nurse Station. Pembuatan Struktur Organisasi Untuk efektifitas
pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Perawatan Profesional dalam
menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum, kelompok
menyusun struktur organisasi sebagai berikut :
Ketua : Ahmad Rajani, S.Kep
Sekretaris : Tri Sitiowati, S.Kep
Bendahara : Sri Mulyani, S.Kep
Seksi Perlengkapan : Raida Humaira, S.Kep dan
Faesal Wijaya, S.Kep
203
Sekertaris
1. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi
organisasi (surat menyurat, dokumentasi kegiatan organisasi,
lain-lain)
2. Merencanakan dan menyiapkan acara rapat pengurus.
3. Bertanggung jawab pada semua bentuk pelaporan.
4. Membuat surat untuk kepentingan keluar.
5. Membuka rapat, mendokumentasi hasil rapat dan menutup rapat.
6. Membuat laporan kegiatan organisasi.
7. Memantau keadaan ruangan dan memeriksa buku bantu
keuangan.
204
Bendahara
1. Membukukan dan menyiapkan uang organisasi secara
keseluruhan.
2. Bertanggung jawab terhadap pembukuan anggaran belanja
organisasi dan mempertanggung jawabkannya kepada ketua.
3. Melaporkan keadaan keuangan organisasi secara berkala.
4. Mengeluarkan keuangan yang telah mendapat persetujuan dari
ketua
5. Membuat laporan keuangan.
Seksi Perlengkapan
1. Bertanggung jawab terhadap pengadaan kelengkapan berkas-
berkas kegiatan.
2. Membantu kelancaran kegiatan.
3. Melakukan koordinasi dengan seksi yang lain.
Seksi Dokumentasi
2. Bertanggung jawab terhadap pencatatan dan pengumpuan data
yang ada.
3. Mendokumentasikan setiap kegiatan yang dilakukan.
4. Melakukan koordinasi dengan anggota yang lain.
Seksi Humas
1. Bertanggung jawab terhadap kelancaran surat-menyurat.
2. Bertanggung jawab terhadap kelancaran diskusi, seminar,
maupun desiminasi.
3. Melaporkan sosialisasi seluruh program yang telah ditetapkan
kepada anggota.
4. Meyebarluaskan seluruh informasi yang berkaitan dengan
kegiatan pelayanan keperawatan.
5. Membantu semua kegiatan yang berhubungan dengan orang lain.
Seksi ASKEP
1. Bertanggung jawab terhadap Asuhan Keperawatan yang
direncakan.
2. Mengimplementasikan Asuhan Keperawatan yang telah dibuat.
205
orang Ketua Tim, dan 8 orang Perawat Asociate (Pagi, Siang dan
Malam). Dalam pelaksanaannya selama 2 minggu kegiatan tidak
ada hambatan pada proses ketenagaan. Mahasiswa mendapatkan
dukungan berupa kemauan dari pihak manajemen ruangan untuk
memberikan kesempatan mengelola 1 kamar kelas 3A dan 3D di
Ruang Al Insyirah (Ruang Bedah) RSUD Brigjend.H.Hasan
Basry Kandangan.
d. Perhitungan Ketenagaan
Perhitungan kebutuhan tenaga perawat/ shift di Ruang Al
Insyirah sebagai berikut :
1) Jumlah kebutuhan tenaga perawat berdasarkan perhitungan
bulan Januari 2023 (sebelum role play) menurut Metode
Depkes 2005
- Perawatan
langsung Total
Care : -
Partial Care : 19 Pasien x 2 jam = 38 jam
Minimal Care : 6 Pasien x 6 jam = 36 jam
- Perawatan tidak langsung
25 Pasien x 1 jam = 25 jam
- Penyuluhan Kesehatan
25 pasien x 0,25 = 6,25
Jumlah jam perawatan/ hari = 38 +36 + 25 + 6,25 =
105,25 jam
Jumlah jam perawatan/hari
Jam kerja efektif/shif
= 105,25 = 15,04 /15 perawat
7 jam
108
= 7 jam = 15,42 /15 perawat
2) Jumlah kebutuhan tenaga perawat berdasarkan perhitungan
bulan Januari 2023 (sebelum role play) menurut Metode
Dougless
Klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan dengan
Metode Douglas (1984)
Total Care -
Patrial Care 19 0,27 x 14 0,15 x 10 0,10 x 12
= 3,78 = 1,5 = 1,2
Minimal Care -
Jumlah 22 4,59 1,95 1,5
b. Barang
Barang -barang yang besar dananya dari APBN pengajuan pendanaan
menggunakan telahan/proposal. Sedangkan barang-barang yang kecil itu
menggunakan formulir yang diserahkan ke depo farmasi.
d. Kepuasan pasien
Tabel 4.9 Kepuasan pasien sebelum role play mahasiswa
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri 12 3
(80%) (20%)
2 Apakah perawat melarang anda/pengunjung merokok di 11 4
ruangan (73%) (27%)
3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu 10 5
makan anda (67%) (33%)
4 Apakah perawat pernah menanyakan pantangan dalam 10 5
hal makanan kepada anda (67%) (33%)
5 Apakah perawat menanyakan atau memperhatikan 5 10
berapa jumlah makanan dan makanan yang anda (33%) (67%)
habiskan
6 Apabila anda/keluarga anda tidak mampu makan sendiri 3 12
apakah perawat membantu menyuapi (20%) (80%)
7 Pada saat anda/keluarga anda dipasang infuse, apakah 14 1
perawat selalu memeriksa cairan infuse/tetesannya dan (93%) (7%)
area sekitar pemasangan jarum infuse
Total 279 x 2 96 x 1
= 558 = 96
Persentase 85,3% 14,7%
Berdasarkan hasil evaluasi melalui kuesioner yang telah dilakukan pada tanggal
17 Februari 2023 dari 15 responden didapatkan kesimpulan bahwa pasien merasa
puas sebanyak 13 orang (85.3 %), dan pasien kurang puas sebanyak 2 orang
(14.7%). Pasien merasa puas pada item pertanyaan 1,2,3,4,7,8,9,10,11,
14,15,16,16,18,18,20,21, 22,23 dan 24.
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri 7 6
(54%) (46%)
2 Apakah perawat melarang anda/pengunjung merokok di 13 0
ruangan (100%)
3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu makan 13 0
anda (100%)
4 Apakah perawat pernah menanyakan pantangan dalam hal 9 4
makanan kepada anda (69%) (31%)
5 Apakah perawat menanyakan atau memperhatikan berapa 5 8
jumlah makanan dan makanan yang anda habiskan (38%) (62%)
6 Apabila anda/keluarga anda tidak mampu makan sendiri 5 8
apakah perawat membantu menyuapi (38%) (62%)
7 Pada saat anda/keluarga anda dipasang infuse, apakah 13 0
perawat selalu memeriksa cairan infuse/tetesannya dan area (100%)
sekitar pemasangan jarum infuse
8 Apabila anda/keluarga anda mengalami kesulitan buang air 13 0
besar apakah perawat menganjurkan makan buah-buahan, (100%)
sayuran, minum yang cukup dan banyak bergerak
9 Pada saat perawat membantu ada/keluaga anda buang air 8 5
besar/buang air kecil, apakah perawat memasang (62%) (38%)
sampiran/selimut, menutup pintu/jendela. Mempersilahkan
pengunjung keluar ruangan
10 Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda selalu dijaga 13 0
kebersihannya dengan disapu/dipel setiap hari (100%)
11 Apakah lantai kamar mandi/wc selalu bersih, tidak licin, 13 0
tidak berbau dan cukup terang (100%)
12 Selama anda/keluarga anda belum mampu mandi dalam 3 10
keadaan istirahat total apakah dimandikan oleh perawat (23%) (77%)
13 Apakah anda/keluarga anda dibantu oleh perawat jika tidak 5 8
mampu memgosok gigi, membersihkan mulut atau (38%) (62%)
mengganti pakaian atau menyisir rambut
14 Apakah alat tenun seperti seprei, selimut diganti setiap kotor 10 3
(80%) (20%)
15 Apakah perawat memberikan penjelasan akibat dari kurang 13 0
bergerak, atau berbaring terlalu lama (100%)
16 Pada saat anda/keluarga anda masuk rumah Sakit, apakah 12 1
perawat memberikan penjelasan tetang fasilitas yang tersedia (92%) (8%)
dan cara penggunaanya. Peraturan/tat tertib yang berlaku di
Rumah Sakit
17 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah perawat 12 1
memanggil nama dengan benar (92%) (8%)
18 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah perawat 13 0
mengawasi keadaan anda secara teratur pada pagi sore (100%)
maupun malam hari
19 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah perawat 13 0
memberi bantuan bila diperlukan. (100%)
20 Apakah perawat bersikap sopan, ramah 13 0
(100%)
220
Berdasarkan hasil evaluasi kuesioner yang telah dilakukan pada tanggal 4 Maret
2023 dari 13 responden didapatkan kesimpulan bahwa pasien merasa puas
sebanyak 12 orang (89,6%) dan 1 orang (10,4%). Pasien merasa puas pada item
pertanyaan 1,2,3,4,7,8,9,10,11, 14,15,16,16,18,18,20,21, 22,23 dan 24.
Dari tabel diatas, dapat dilihat dari aspek pengkajian asuhan keperawatan
yang dilakukan di ruang bedah (Al Insyirah) RSUD Brigjend. H. Hasan
Basry Kandangan, nilai persentase keseluruhan adalah 100%.
2) Diagnosa
Tabel 4.12 Aspek Diagnosa
Dari tabel diatas, dapat dilihat dari aspek diagnosa keperawatan yang
dilakukan di ruang bedah (Al Insyirah) RSUD Brigjend. H. Hasan Basry
Kandangan, nilai persentase keseluruhan adalah 100%.
3) Perencanaan
Tabel 4.13 Aspek Perencanaan
Dari tabel diatas, dapat dilihat dari aspek perencanaan asuhan keperawatan
yang dilakukan di ruang bedah (Al Insyirah) RSUD Brigjend. H. Hasan
Basry Kandangan, nilai persentase keseluruhan adalah 100%.
4) Tindakan
Tabel 4.14 Aspek Tindakan
Dari tabel diatas, dapat dilihat dari aspek tindakan asuhan keperawatan yang
dilakukan di ruang bedah (Al Insyirah) RSUD Brigjend. H. Hasan Basry
Kandangan, nilai persentase keseluruhan adalah 100%.
5) Evaluasi
Tabel 4.15 Aspek Evaluasi
No Aspek yang Dinilai Sebelum Sesudah
1 Evaluasi mengacu pada tujuan 0 0
2 Hasil evaluasi di catat 100% 100%
PERSENTASE 50% 50%
Dari tabel diatas, dapat dilihat dari aspek evaluasi asuhan keperawatan yang
dilakukan di ruang bedah (Al Insyirah) RSUD Brigjend. H. Hasan Basry
Kandangan, nilai persentase keseluruhan adalah 50%.
4.9.1.3 Metode(M3)
a. Penerapan MAKP
1) Hambatan
a) Mahasiswa manajemen belum tersosialisasi kegiatan
masing-masing peran dengan baik.
b) Mahasiswa manajemen belum sepenuhnya memahami
proses asuhan keperawatan dengan baik.
2) Dukungan
Pihak ruangan sudah menerapkan MPKP dengan metode
perawatan primer dengan baik dan sangat membantu
mahasiswa dalam menjadi contoh untuk melakukan roleplay.
b. Timbang terima
1) Hambatan
Ada beberapa mahasiswa yang datang terlambat saat akan
dilakukan timbang terima
2) Dukungan
a. Pembimbing lahan membimbing dan memberikan
pengarahan dalam pelaksanaan role play timbang
terima dan juga memberi masukan-masukan demi
perbaikan pelaksanaan timbang terima.
b. Adanya kerjasama dan partisipasi perawat ruangan
dalam kegiatan timbang terima.
c. Melibatkan mahasiswa dalam mengkaji permasalahan
pasien dan menetapkan diagnosa keperawatan.
d. Proses pembuatan rencana asuhan berdasarkan konsep
NANDA, NOC, NIC
224
c. Ronde Keperawatan
1) Hambatan
Minimnya pengetahuan mahasiswa stase manajemen
tentang pelaksanaan ronde keperawatan sehingga kegiatan
yang dilakukan belum optimal dan kurang sesuai dengan
SOP.
2) Dukungan
a. Adanya kerjasama yang baik serta partisipasi dari pihak,
konselor gizi, ketua tim ruangan Bedah (Al-Insyirah),
dan kepala ruangan ruang Bedah (Al-Insyirah).
b. Adanya kemauan dari mahasiswa stase manajemen
untuk bersama-sama membahas masalah yang belum
bisa teratasi demi kebaikan status kesehatan klien
tersebut.
c. Adanya kerja sama yang baik antara perawat dan
keluarga dalam proses berjalannya ronde keperawatan.
3) Rencana tindak lanjut
Pelaksanaan ronde keperawatan hendaknya dilakukan 3
bulan sekali yang bertujuan untuk menumbuhkan cara
berpikir yang kritis dan sistematis dan dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, efektif dan psikomotor . kepekaan dan
cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui
transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke
dalam parktik keperawatan yang optimal.
d. Supervisi
1) Hambatan
Dalam pelaksanaan supervisi, mahasiswa belum
berpengalaman dalam melakukan supervisi sehingga
mahasiswa belum bisa menjiwai dengan perannya
masing – masing. Supervisi dilakukan seperti ujian
praktik dengan menyebutkan teori perawatan luka.
2) Dukungan
a. Pengorganisasian supervisi yang terstruktur
225
2) Dukungan
a. Adanya kerjasamayang baik antara Katim dengan
perawat pelaksana saat pelaksanaan
b. Hubungan saling terpercaya yang terjalin antara
keluarga dan klien dengan perawat.
c. Proses bimbingan pelaksanaan penerimaan,
perawat pelaksana pasien baru oleh pembimbing
klinik dan akademik
f. Discharge planning
1) Hambatan
Dalam pelaksanaan discharge planning, belum lengkap
dalam proses pelaksanaan yaitu belum melalui proses
seleksi, penmgkajian dan perencanaan.
2) Dukungan
Discharge planning mendapatkan dukungan serta
bimbingan dari perawat dan pembimbing ruangan
karena selama ini discharge planning juga selalu
dilaksanakan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktik stase manajemen selama 3 minggu di Ruang Al-
Insyirah Rumah Sakit Umum Daerah Brigjend H.Hasan Basry Kandangan dari
tanggal 16 Februari - 08 Maret 2023, di dapatkan kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1 Pengumpulan data di Ruang Al-Insyirah Rumah Sakit Umum Daerah
Brigjend H.Hasan Basry Kandangan dilakukan dengan wawancara,
kuisioner dan observasi yang dimulai pada 16 Februari sampai 17
Februari 2023
5.1.2 Desiminasi awal dilakukan pada 20 Februari 2023 di ruang Aula IGD
Rumah Sakit Umum Daerah Brigjend H.Hasan Basry Kandangan.
Hasilnya didapatkan permasalahan yang ada di Ruang Al-Insyirah adalah
:
5.1.2.1 M1 (Man) didapatkan masalah: Kelemahan nya masih banyak
tenaga kerja yang memiliki Pendidikan D III Keperawatan
dengan jumlah 11 orang. Kebutuhan tenaga perawat yang ada di
ruang bedah (Al-Insyirah) masih kekurangan apabila pasien full
bad. Tenaga perawat di Ruang Al-Insyirah Rumah Sakit Umum
Daerah Brigjend H.Hasan Basry Kandangan seluruhnya
berjumlah 20 orang, yang dipimpin oleh 1 orang kepala ruangan
dan 2 perawat primer (Ketua Tim) serta masih ada 14,7% pasien
mengatakan kurang puas dilakukan pengkajian dengan kuesioner
kepuasan pasien pada tanggal 16 Februari 2023.
5.1.2.2 M2 (Material) : tidak semua ruangan tersedia keset didepan
kamar mandi pasien (risiko pasien cidera/jatuh), Struktur
organisasi belum di update untuk nama-nama perawatnya, belum
tertempel didinding visi misi Ruang Bedah (Al-Insyirah), ada
beberapa handscrub di tiap kamar pasien yang terisi dan tidak
terisi, serta tidak ada penanggalan pemasangannya, fasilitas
penunjang seperti kamar mandi/WC kondisinya cukup baik
namun tidak terdapat pegangan untuk pasien dan keset karet
didalam kamar mandi, tidak semua ruangan memiliki tangga
untuk naik ke tempat tidur, terutama untuk pasien lansia dan
anak-anak.
226
227
5.2 Saran
Stase Manajemen keperawatan di ruangan Al- Insyirah yang di laksanakan pada
tanggal 16 Februari sampai 08 Maret 2023 oleh Mahasiswa/I Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin, Maka diharapkan agar:
5.2.1 Rumah Sakit
5.2.1.1 Perlunya perhitungan jumlah karyawan yang tepat berdasarkan
tingkat ketergantungan klien agar dpat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dengan maksimal.
5.2.1.2 Dikembangkan pemberian asuhan keperawatan profesional yang
berorientasi kepada kepuasan pada pasien atau klien, sehingga
kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual klien dapat terpenuhi.
5.2.5 Mahasiswa
Dengan dilaksanakannya manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa/i
dapat meningkatkan asuhan keperawatan dalam memberikan pelayanan
yang komprehensif dan berkualitas serta dapat mengaplikasikannya pada
saat bekerja nanti. Dan bagi stase manajemen selanjutnya agar lebih bisa
mengaplikasikan komunikasi SBAR secara efektif lagi, serta dapat
melakukan ronde keperawatan di ruangan. Untuk stase manajemen
berikutnya diharapkan juga dapat memperbaiki kekurangan-kekuranga
yang ada pada laporan ini sehingga menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
231
232
Marquis, B. L. & Huston, C. J. 2010. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan : teori dan
aplikasi, (Ed. 4). Jakarta : EGC
Mugianti, Sri. 2016. Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktik Keperawatan. Jakarta;
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusdik SDM Kesehatan
Nursalam. 2011. Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.Jakarta : Salemba
Medika.
Nursalam, 2012. Manajemen keperawatan; aplikasi dalam praktik keperawatan professional.
Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis : Jakarta :
Salemba Medika.
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2015. Metodologi ilmu keperawatan, edisi 4, Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2017. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional
(Edisi2). Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2019. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan volume 1, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Potter P.A & Perry A.G. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik
Volume 1. Alih bahasa: Yasmin Asih et al. Edisi 4. Jakarta: EGC. Purnamasari
Rahayu, Gusti Ayu M. P., dkk. 2017. Manajemen Keperawatan Konsep Manajemen Konflik.
Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Denpasar
Rankin H. S., dan Stallings D.,K.2001. Patient education: principles & practice, edisi 4,
Lippincott Williams & Wilkins, ISBN 0-7817-2022-2.
Rina Safitri. 2012. Pengaruh Teknik Komunikasi SBAR Terhadap Motivasi Dan Kepuasan
Perawat Dalam Melakukan Operan Diruang Rawat Inap Rsup dr.M.Djamil Padang.
Tesis Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Riska Nazirah, Y. (2017). Perilaku Perawat dalam Penerapan Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Aceh, Idea Nursing Journal.
Rush, S. 2012. Bedside Reporting : Dynamic Dialogue Nursing Manajement. 43 (1) : 41 - 44.
Scovell, S. 2010. Role of The Nurse Handover in Patient Care. Nursing standard
Shetach, A. 2012. Coflict leadership: Navigating toward effective and afficient team outcomes.
The Journal for Quality and Participation, 35(2), 25-30.
Simamora, R. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. EGC. Jakarta
Sitorus, Ratna.2016. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:Penataan
Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat:Implementasi. Jakarta:EGC.
233
Suarli, S dan Bahtiar. 2012. Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis. Jakarta:
Erlangga
Suni, A. 2018. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta : Bumi Medika
Supriyatno. 2015. Manajemen Bangsal Keperawatan. EGC. Jakarta
Sutanto, H. 2014. Analisis implementasi keselamatan pasien di rumah sakit umum Deli Medan.
Medan : Universitas Sumatera Utara; 2014.
Suyanto. 2009. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit.
Jogjakarta : Mitra Cendekia Press.
Swansburg, R. C., 2010. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk perawat
klinis. Edisi terjemahan. Jakarta : Penerbit, EGC.
Triwibowo. 2013. Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit. Jakarta: TIM.
Utami, Kadek Cahya. 2016. Manajemen Konflik. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Udayana
Wahyudi. 2016. Manajemen Konflik Dalam Organisasi, Edisi Kedua. Alfabeta.
Bandung.
Whitehead, Weiss & Tappen 2010. Essential of Nursing Leadership and Management fifth edition.
Philadelphia : F.A. Davis Company
Zwicker, D., & Picariello, G. 2003. Discharge Planning for the older adult.
Hasil Evaluasi Penerapan SAK (Instrumen ABC)
Instrumen A
Pengkajian Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
No Item Penilaian Status Status Status Status Status Presentasi %
No.1 No.2 No.3 No.4 No.5
1 Pengkajian 4 4 4 4 4 100%
2 Diagnosa 3 3 3 3 3 100%
3 Perencanaan 2 2 2 2 2 100%
4 Implementasi 3 3 3 3 3 100%
5 Evaluasi 1 1 1 1 1 50%
Diagnosa
No Aspek yang dinilai Rekam Medis
RM 1 RM 2 RM 3 RM 4 RM 5
1 Diagnosa keperawatan sesuai masalah yang 1 1 1 1 1
dirumuskan
2 Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/ PES 1 1 1 1 1
3 Merumuskan diagnosa keperawatan actual/ risiko 1 1 1 1 1
Sub total 3 3 3 3 3
% 100%
Total
Presentasi
Tindakan
No Aspek yang dinilai Rekam Medis
RM 1 RM 2 RM 3 RM 4 RM 5
1 Tindakan keperawatan sesuai dengan diagnose dan 1 1 1 1 1
masalah yang dapat saat pengkajian
2 Tindakan keperawatan sesuai dengan prioritas 1 1 1 1 1
masalah
3 Pendokumentasian tindakan keperawatan 1 1 1 1 1
Sub total 3 3 3 3 3
% 100%
Total
Presentasi
Evaluasi
No Aspek yang dinilai Rekam Medis
RM 1 RM 2 RM 3 RM 4 RM 5
1 Evaluasi mengacu pada tujuan 0 0 0 0 0
2 Hasil evaluasi di catat 1 1 1 1 1
Sub total 1 1 1 1 1
% 50%
Total
Presentasi
Rata-rata
No Aspek yang dinilai Rata-rata Keterangan
Jumlah Presentase
1 Pengkajian 40 100% BAIK
2 Diagnosis keperawatan 30 100% BAIK
3 Perencanaan 20 100% BAIK
4 Tindakan 30 100% BAIK
5 Evaluasi 10 50% CUKUP
Rata-rata 90%
Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen A)
Fungsi Perencanaan
No Aspek yang dinilai Selalu Sering Kadang- Jarang
kadang
1 Dalam melaksanakan tugas, saya 14 3 0 0
sesuaikan dengan visi dan misi (82,4%) (17,6%)
Rumah Sakit
2 Dalam melakukan asuhan 16 1 0 0
keperawatan saya berpedoman pada (94,1%) (5,9%)
panduan asuhan keperawatan (PAK)
3 Dalam melaksanakan prosedur 16 1 0 0
keperawatan saya berpedoman pada (94,1%) (5,9%)
standart operasional prosedur (SOP)
4 Dalam bekerja saya berdasarkan 15 2 0 0
peraturan yang ada di rumah sakit (88,2%) (11,8%)
5 Saya berusaha konsisten dalam 15 2 0 0
bekerja dengan mengikuti standart (88,2%) (11,8%)
kinerja di rumah sakit
Total 76 x 4 = 304 9 x 3 = 27 0 0
Presentase 91% 9% 0% 0%
Fungsi Pengorganisasian
No Aspek yang dinilai Selalu Sering Kadang- Jarang
kadang
1 Sistem pemberian asuhan 13 4 0 0
keperawatan yang digunakan di (76,5%) (23,5%)
ruangan ini dengan MPKP
2 Saya memahami struktur organisasi 12 5 0 0
yang ada di ruangan (70,6%) (29,4%)
3 Dalam bekerja saya melakukan 15 2 0 0
tugas sesuai dengan uraian tugas (88,2%) (11,8%)
yang ditentukan oleh ruangan
4 Jumlah tenaga keperawatan yang 6 6 4 1
ada diruangan telah sesuai dengan (35,3%) (35,3%) (23.5%) (5,9%)
beban kerja
5 Pengaturan shif yang ada dalam 7 6 3 1
ruangan saya berdasarkan dari (41,2%) (35,3%) (17,6%) (5,9%)
tingkat ketergantungan klien
Total 53 x 4 = 212 23 x 3 = 69 7 x 2 = 14 2x1=2
Presentase 71% 23% 4% 2%
Pengaturan staf
No Aspek yang dinilai Selalu Sering Kadang- Jarang
kadang
1 Diruangan ini dilaksanakan 15 2 0 0
orientasi staf pada setiap perawat (88,2%) (11,8%)
yang baru
2 Pengaturan jadwal dinas diruangan 6 5 4 2
ini dilakukan dengan musyawarah (35,3%) (29,4%) (23,5%) (11,8%)
dan fleksibel
3 Perhitungan kebutuhan tenaga yang 9 8 0 0
digunakan oleh kepala ruangan ini (58,8%) (41,2%)
sudah sesuai standar
Total 30 x 4 = 120 15 x 3 = 45 4x2=8 2x1=2
Presentase 68% 25% 4% 3%
Pengarahan
No Aspek yang dinilai Selalu Sering Kadang- Jarang
kadang
1 Didalam bekerja saya tenang karena 6 11 0 0
setiap saat ada kegiatan supervise (35,3%) (64,7%)
untk menunjukkan yang baik
kepada
kami
2 Saya tahu betul pekerjaan saya 11 3 3 0
karena setiap dinas ada program (64,7%) (17,6%) (17,6%)
operan antar shift yang jelas
3 Saya tahu betul pekerjaan saya 11 0 6 0
sebagai perawat pelaksana karena (64,7%) (35,3%)
sebelum dinas ada preconfernt dari
kpala tim untuk menjelaskan
pekerjaan yang akan kita lakukan
4 Saya mengetahui pekerjaan dengan 6 6 5 0
baik karena setiap hari ada program (35,3%) (35,3%) (29,4%)
post confernt dari kepala tim untuk
menjelaskan evaluasi pekerjaan
yang kita lakukan
5 Ruangan melakukan kegiatan ronde 3 0 14 0
keperawatan diruangan untuk (17,6%) (82,4%)
menyelesaikan kasus kompleks
diruangan
Total 37 x 4 =148 20 x 3 = 60 28 x 2 =56 0
Presentase 56% 22% 22% 0%
Pengendalian
No Aspek yang dinilai Selalu Sering Kadang- Jarang
kadang
1 Tiap tiga buln sekali diruangan saya 9 4 4 0
dilakukan evaluasi terhadap kinerja (52,9%) (23,5%) (23,5%)
perawat diruangan masingmasing
yang dilakukan oleh ketua tim dan
perawat pelaksana
2 Tiap bulan diruangan saya 10 3 4 0
dilakukan audit mutu dengan cara (58,8%) (17,6%) (23,5%)
menghitung
BOR
3 Tiap bulan diruangan saya 8 4 5 0
dilakukan audit mutu dengan cara (47,1%) (23,5%) (29,4%)
menghitung
ALOS
4 Tiap bulan diruangan saya 7 4 5 1
dilakukan audit mutu dengan cara (41,2%) (23,5%) (29,4%) (5,9%)
menghitung
TOI
5 Tiap bulan diruangan saya 8 6 3 0
dilakukan audit mutu dengan cara (47,1%) (35,3%) (17,6%)
menghitung
kejadian infeksi nasokomial
6 Tiap bulan diruangan saya dilakukan 8 8 1 0
audit mutu dengan cara menghitung (47,1%) (47,1%) (5,9%)
kejadian jatuh
7 Diruangan kami seluruh perawat 13 4 0 0
identifikasi pasien (76,5%) (23,5%)
8 Diruangan kami telah dilaksanakan 16 1 0 0
penggunaan komunikasi efektif (94,1%) (5,9%)
menggunakan SBAR saat pelaporan
via telepon dan timbang terima.
9 Di ruangan kami sudah dilakukan 13 4 0 0
pengelolaan obat high alert dengan (76,5%) (23,5%)
baik
10 Upaya memastikan Lokasi 11 5 1 0
Pembedahan pasien operasi Sign In, (64,7%) (29,4%) (5,9%)
Sign Out Time Out telah dilakukan
diruangan kami
11 Pelaksanaan Hand Hygiene five 15 2 0 0
moment sudah dilakukan dengan (88,2%) (11,8%)
baik.
Total 118 x 4 = 45 x 3 = 135 23 x 2 = 46 1 x1 = 1
472
Presentase 72% 20% 7% 1%
Instrumen B
Kuesioner Kepuasan Perawat
No Pernyataan Sangat Puas Cukup Tidak Sangat
Puas Puas Puas Tidak
Puas
1 Jumlah gaji yang diterima 0 3 14 0 0
dibandingankan pekerjaan yang (17,6%) (82,4%)
saudara lakukan
2 Sistem penggajian yang dilakukan 0 3 14 0 0
instrusi tempat saudara bekerja (17,6%) (82,4%)
3 Jumlah gaji yang diterima 0 6 11 0 0
dibandingkan pendidikan saudara (35,3%) (64,7%)
4 Pemberian insentif tambahan atas 3 3 11 0 0
suatu prestasi atau kerja ekstra (17,6%) (17,6%) (64,7%)
5 Tersedianya peralatan dan 3 11 3 0 0
perlengkapan yang mendukung (17,6%) (64,7%) (17,6%)
pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas penunjang 3 11 3 0 0
seperti kamar mandi,kantin,parker (17,6%) (64,7%) (17,6%)
7 Kondisi ruangan kerja terutama 0 6 11 0 0
berkaitan dengan ventilasi (35,3%) (64,7%)
udara,kebersihan dan kebisingan
8 Adanya jaminan atas kesehatan 6 11 0 0 0
atau keselamatan kerja (35,3%) (64,7%)
9 Perhatian instusi rumah sakit 6 0 11 0 0
terhadap saudara (35,3%) (64,7%)
10 Hubungan antara karyawan dalam 0 11 6 0 0
kelompok kerja (64,7%) (35,3%)
11 Kemampuan dalam bekerja sama 3 3 8 3 0
antar karyawan (17,6%) (17,6%) (47,1%) (17,6%)
12 Sikap teman-teman bekerja 0 11 3 3 0
terhadap saudara (64,7%) (17,6%) (17,6%)
13 Kesesuaian antara pekerjaan dan 3 7 7 0 0
latar belakang pendidikan saudara (17,6%) (41,2%) (41,2%)
14 Kemampuan dalam menggunakan 0 3 14 0 0
waktu kerja dengan penugasaan (17,6%) (82,4%)
yang diberikan
15 Kemampuan supervise/pengawas 0 3 14 0 0
dalam membuat keputusan (17,6%) (82,4%)
16 Perlakuan antara selama berkerja di 0 6 11 0 0
sini (35,3%) (64,7%)
17 Kebebasan dalam melakukan suatu 0 6 11 0 0
metode sendiri dalam (35,3%) (64,7%)
menyelesaikan pekerjaan
18 Kesempatan suatu untuk 0 6 11 0 0
meningkatkan kemampuan kerja (35,3%) (64,7%)
melalui pelatihan atau pendidikan
tambahan
19 Kesempatan untuk mendapatkan 0 3 14 0 0
posisi lebih tinggI (17,6%) (82,4%)
20 Kesempatan membuat suatu 0 6 11 0 0
prestasi dan dan mendapatkan (35,3%) (64,7%)
kenaikan pangkat
Total 158,6 % 617,4% 1.106% 35,2% 0%
Rata-rata 7,93% 35,01% 55,3% 1.76% 0%
Kepuasan Pasien (Sebelum Role Play)
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri 12 3
(80%) (20%)
2 Apakah perawat melarang anda/pengunjung merokok di ruangan 11 4
(73%) (27%)
3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu makan anda 10 5
(67%) (33%)
4 Apakah perawat pernah menanyakan pantangan dalam hal makanan kepada anda 10 5
(67%) (33%)
5 Apakah perawat menanyakan atau memperhatikan berapa jumlah makanan dan 5 10
makanan yang anda habiskan (33%) (67%)
6 Apabila anda/keluarga anda tidak mampu makan sendiri apakah perawat 3 12
membantu menyuapi (20%) (80%)
7 Pada saat anda/keluarga anda dipasang infuse, apakah perawat selalu memeriksa 14 1
cairan infuse/tetesannya dan area sekitar pemasangan jarum infuse (93%) (7%)
8 Apabila anda/keluarga anda mengalami kesulitan buang air besar apakah perawat 13 2
menganjurkan makan buah-buahan, sayuran, minum yang cukup dan banyak (87%) (13%)
bergerak
9 Pada saat perawat membantu ada/keluaga anda buang air besar/buang air kecil, 12 3
apakah perawat memasang sampiran/selimut, menutup pintu/jendela. (80%) (20%)
Mempersilahkan pengunjung keluar ruangan
10 Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda selalu dijaga kebersihannya dengan 12 3
disapu/dipel setiap hari (80%) (20%)
11 Apakah lantai kamar mandi/wc selalu bersih, tidak licin, tidak berbau dan cukup 12 3
terang (80%) (20%)
12 Selama anda/keluarga anda belum mampu mandi dalam keadaan istirahat total 3 12
apakah dimandikan oleh perawat (20%) (80%)
13 Apakah anda/keluarga anda dibantu oleh perawat jika tidak mampu memgosok 2 13
gigi, membersihkan mulut atau mengganti pakaian atau menyisir rambut (13%) (87%)
14 Apakah alat tenun seperti seprei, selimut diganti setiap kotor 12 3
(80%) (20%)
15 Apakah perawat memberikan penjelasan akibat dari kurang bergerak, atau 13 2
berbaring terlalu lama (87%) (13%)
16 Pada saat anda/keluarga anda masuk rumah Sakit, apakah perawat memberikan 13 2
penjelasan tetang fasilitas yang tersedia dan cara penggunaanya. Peraturan/tat (87%) (13%)
tertib yang berlaku di Rumah Sakit
17 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah perawat memanggil nama 13 2
dengan benar (87%) (13%)
18 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah perawat mengawasi keadaan 15 0
anda secara teratur pada pagi sore maupun malam hari (100%)
19 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah perawat memberi bantuan 15 0
bila diperlukan. (100%)
20 Apakah perawat bersikap sopan, ramah 15 0
(100%)
21 Apakah anda/keluarga anda mengetahui perawat yang bertanggung jawab setiap 11 4
kali pergantian dinas (73%) (27%)
22 Apakah perawat selalu memberi penjelasan sebelum melakukan tindakan 15 0
perawatan/pengobatan (100%)
23 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan memperhatikan setiap 14 1
keluhan anda/keluarga anda (93%) (7%)
24 Dalam hal memberikan obat apakah perawat membantu 10 5
menyiapkan/meminumkan obat (67%) (33%)
25 Selama anda/keluarga anda dirawat apakah diberikan penjelasan tentang 14 1
perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah andakeluarga anda (93%) (7%)
diperbolehkan pulang
Total 279 x 2 96 x 1
= 558 = 96
Persentase 85,3% 14,7%
Kepuasan Pasien (Setelah Role Play)
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri 7 6
(54%) (46%)
2 Apakah perawat melarang anda/pengunjung merokok di ruangan 13 0
(100%)
3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu makan anda 13 0
(100%)
4 Apakah perawat pernah menanyakan pantangan dalam hal makanan kepada anda 9 4
(69%) (31%)
5 Apakah perawat menanyakan atau memperhatikan berapa jumlah makanan dan 5 8
makanan yang anda habiskan (38%) (62%)
6 Apabila anda/keluarga anda tidak mampu makan sendiri apakah perawat membantu 5 8
menyuapi (38%) (62%)
7 Pada saat anda/keluarga anda dipasang infuse, apakah perawat selalu memeriksa 13 0
cairan infuse/tetesannya dan area sekitar pemasangan jarum infuse (100%)
8 Apabila anda/keluarga anda mengalami kesulitan buang air besar apakah perawat 13 0
menganjurkan makan buah-buahan, sayuran, minum yang cukup dan banyak (100%)
bergerak
9 Pada saat perawat membantu ada/keluaga anda buang air besar/buang air kecil, 8 5
apakah perawat memasang sampiran/selimut, menutup pintu/jendela. (62%) (38%)
Mempersilahkan pengunjung keluar ruangan
10 Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda selalu dijaga kebersihannya dengan 13 0
disapu/dipel setiap hari (100%)
11 Apakah lantai kamar mandi/wc selalu bersih, tidak licin, tidak berbau dan cukup 13 0
terang (100%)
12 Selama anda/keluarga anda belum mampu mandi dalam keadaan istirahat total 3 10
apakah dimandikan oleh perawat (23%) (77%)
13 Apakah anda/keluarga anda dibantu oleh perawat jika tidak mampu memgosok gigi, 5 8
membersihkan mulut atau mengganti pakaian atau menyisir rambut (38%) (62%)
14 Apakah alat tenun seperti seprei, selimut diganti setiap kotor 10 3
(80%) (20%)
15 Apakah perawat memberikan penjelasan akibat dari kurang bergerak, atau 13 0
berbaring terlalu lama (100%)
16 Pada saat anda/keluarga anda masuk rumah Sakit, apakah perawat memberikan 12 1
penjelasan tetang fasilitas yang tersedia dan cara penggunaanya. Peraturan/tat tertib (92%) (8%)
yang berlaku di Rumah Sakit
17 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah perawat memanggil nama 12 1
dengan benar (92%) (8%)
18 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah perawat mengawasi keadaan 13 0
anda secara teratur pada pagi sore maupun malam hari (100%)
19 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah perawat memberi bantuan bila 13 0
diperlukan. (100%)
20 Apakah perawat bersikap sopan, ramah 13 0
(100%)
21 Apakah anda/keluarga anda mengetahui perawat yang bertanggung jawab setiap 9 4
kali pergantian dinas (69%) (31%)
22 Apakah perawat selalu memberi penjelasan sebelum melakukan tindakan 13 0
perawatan/pengobatan (100%)
23 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan memperhatikan setiap keluhan 13 0
anda/keluarga anda (100%)
24 Dalam hal memberikan obat apakah perawat membantu menyiapkan/meminumkan 10 3
obat (77%) 233%)
25 Selama anda/keluarga anda dirawat apakah diberikan penjelasan tentang 13 0
perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah andakeluarga anda (100%)
diperbolehkan pulang
Total589 264 x 2 61 x 1
= 528 = 61
Persentase 89,6% 10,4%
Instrumen C (SOP)
Observasi pelaksanaan tindakan prinsip memasang infus diruang bedah (Al-Insyirah) RSUD
Brigjend H. Hasan Basery Kandangan.
Perawat
Kegiatan Aspek Yang Dinilai Ket
I II III IV V
Observasi pelaksanaan tindakan prinsip melakukan skin test diruang bedah (Al-Insyirah) RSUD
Brigjend H. Hasan Basery Kandangan
Perawat
Kegiatan Aspek Yang Dinilai Ket
I II III IV V
Observasi pelaksanaan tindakan prinsip memberikan obat injeksi secara intravena (IV) diruang
bedah (Al-Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan
Perawat
Kegiatan Aspek Yang Dinilai Ket
I II III IV V
Perawat
Kegiatan Aspek Yang Dinilai Ket
I II III IV V
Observasi pelaksanaan tindakan prinsip menjemput pasien pasca operasi di ruang bedah (Al-
Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan
Perawat
Kegiatan Aspek Yang Dinilai Ket
I II III IV V
Disusun Oleh:
Kelompok 2B
1 Latar Belakang
Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama
dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi
dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan
secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan di organisasi. Manajemen keperawatan diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan keperawatan nyata yaitu Rumah Sakit dan komunitas sehingga perawat perlu
memahami konsep dan aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep manajemen
keperawatan, perencanaan yang berupa strategi melalui pengumpulan data dengan
pendekatan 5 M (Man, Material, Method, Money, Marketing), analisis SWOT, dan
penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan metode keperwatan dan melakukan
pengawasan serta pengendalian.
Setiap organisasi memiliki misi, visi, dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu organisasi
dapat dikatakan berhasil apabila dapat mencapai misi, visi, dan tujuan tersebut. Untuk dapat
mencapainya, organisasi harus merumuskan strategi yang kemudian dijabarkan dalam
bentuk program-program atau aktivitas. Keberhasilan suatu organisasi tidak hanya
tergantung dari indahnya strategi yang telah dirumuskan, tetapi lebih penting lagi terletak
pada keberhasilan pengimplementasiannya.
Dalam pelaksanaan perawatan luka di Ruang Bedah RSUD Hasan Basry berdasarkan SOP
umum perawatan luka dan belum ada SOP spesifik perawatan luka, sehingga bisa
menimbulkan kurang maksimalnya dalam keberhasilan perawatan luka.
2....Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Mampu mengorganisasikan dan mengelola manajemen ruangan secara berkelompok,
mencari masalah yang ada di ruangan dan cara penyelesaiannya, sehingga mahasiswa
mampu menerapkan perubahan dalam pelaksanaan manajemen keperawatan.
4....Pelaksanaan Kegiatan
Hari dan tanggal : Senin, 20 Februari 2023
5....Tempat Kegiatan
Aula Instalasi Gawat Darurat lantai 2 RSUD H.Hasan Basry Kandangan.
6....Pengoorganisasian
Ketua : Ahmad Rajani, S.Kep
Sekretaris : Tri Sistiowati, S.kep
Penyaji : Dyah Ustriyani, S.Kep
Seksi acara : Fathiyah, S.Kep
Seksi Perlengkapan : Raida Humaira, S.Kep dan Faesal Wijaya K, S.Kep
Seksi konsumsi : Sri Mulyani
Seksi tamu : Norhikmah, S.Kep dan Mariani,
S.Kep Seksi Dokumentasi : Marfuah, S.Kep
Seksi Humas : Eka Apriani, S.Kep
7....Rencana Anggaran
Konsumsi Peserta : @Rp 34.000
No Peserta dan Panitia Jumlah Biaya
1 ....Tamu Undangan 8 orang Rp. 272.000
....Seluruh Mahasiswa kelompok 11 orang Rp. 347.000
2B Profesi Ners UMB
8. Target Keberhasilan
8.1 Optimalisasi fungsi organisasi manajemen ruangan diantaranya terpasangnya papan
struktur organisasi Ruang Bedah RSUD H.Hasan Basry Kandangan.
8.2 Terpenuhinya pelayanan perawatan luka yang spesifik sesuai standar operasional
prosedur yang ditetapkan.
8.3 Terlaksananya Penerapan Konsep Manajemen Keperawatan untuk Peningkatan
Kinerja Pelayanan Keperawatan.
LAPORAN PSBH (PROBLEM SOLVING FOR BETTER HOSPITAL)/
PROYEK INOVASI PEMBUATAN SOP PERAWATAN LUKA YANG SPESIFIK,
PEMASANGAN STRUKTUR ORGANISASI DAN PEMASANGAN PAPAN VISI MISI
DI RUANGAN PERAWATAN BEDAH (AL-INSYIRAH)
RSUD BRIGJEND H. HASAN BASERY KANDANGAN
Kelompok : 2B
1.2.4 Papan Visi Misi untuk ruangan bedah belum terlihat dan terpasang
2 Perawat Klinis II 8 40
3 Perawat Klinis III 6 30
4 Perawat Klinis IV - -
Total 20 100
1.3.2 M2 (Material)
Material merupakan alat penunjang yang mendukung kelancaran dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Secara kualitatif fasilitas yang
tersedia seharusnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Fasilitas dan
alat-alat kedokteran maupun keperawatan dipenuhi standar resmi yang telah
ditetapkan oleh masing-masing Rumah Sakit yang disesuaikan dengan ini dan
kapasitas unit pelayanan.
Data inventaris ruang rawat inap tahun 2022 di ruang bedah (Al-Insyirah) RSUD
Brigjend H. Hasan Basery Kandangan mengenai perlengkapan alat-alat kesehatan
yang ada di ruang bedah (Al-Insyirah) seperti uraian di bawah ini, untuk fasilitas
yang terdapat di ruang bedah (Al-Insyirah) yang belum terpenuhi yaitu : belum
adanya SOP perawatan luka spesifik hanya di tahun 2016 yaitu perawatan luka
umum seperti SOP perawatan luka kotor, SOP perawatan luka bersih, SOP
perawatan luka terbuka, SOP perawatan luka bakar, dan SOP perawatan akibat
kemoterapi yaitu pada perawatan pasien onkologi.
Daftar Barang Alat Kesehatan dan Rumah Tangga di di ruang bedah (Al-Insyirah)
RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan antara lain :
1.3.2.1 Daftar Barang Alat Keperawatan dan Kedokteran di Ruang bedah (Al-
Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan
2. Handsrub 4 botol
4 Handscoon 4 box
5. Handwash 1 botol
8. Hypapix 4 kotak
9. Spuit 1 cc 20 pcs
1.3.2.3 Daftar Alat Non Kesehatan (Alat rumah tangga) di Ruang bedah (Al-
Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan yang
menyesuaikan kebutuhan ruangan antara lain :
1.3.3 M3 (Metode)
1.3.3.1 Model Asuhan Keperawatan yang di gunakan di Ruang Bedah (Al
Insyirah) adalah Model asuhan Keperawatan Profesional dengan metode
Tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 tim yang terdiri
dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu grup kecil
yang saling membantu.
Adapun konsep untuk metode tim ini yaitu ketua tim sebagai perawat
profesional harus mampu menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan,
pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan
ketua tim. Peran Kepala Ruangan penting dalam model tim. Model tim
akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruangan dan adanya
kerjasama dalam tugas yang diemban.
1.3.4 M4 (Money)
RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan merupakan rumah sakit pemerintah
tipe B yang sumber dananya berasal dari pasien yang berobat dan dilakukan
perawatan di RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan.
Pengelolaan dana untuk barang -barang yang besar dari APBN pengajuan
pendanaan menggunakan telahan/proposal. Sedangkan barang-barang yang kecil
itu mneggunakan formulir yang diserahkan ke depo farmasi.
Untuk pembayaran pegawai ada 3 yaitu PNS, P3K dan kontrak. Untuk
pemeliharaan ruangan, sarana prasarana, alat kesehatan yang rusak, renovasi
ruangan, pendanaan fasilitas kesehatan bagi petugas, maka semua perbaikan di
serahkan kepada IPS RSUD Brigjend H. Hasan Basery Kandangan.
1.4.2 Solusi yang dipilih sebelumnya adalah menerapkan SOP perawatan luka secara
umum di ruangan namun belum ke perawatan luka yang spesifik karena belum
adanya perbaharuan SOP perawatan luka yang spesifik di ruangan.
Standar Operasional Prosedur adalah suatu alur atau cara kerja yang sudah terstandarisasi,
SOP ini memiliki kekuatan sebagai petunjuk. Hal ini mencakup hal-hal dari tindakan
yang memiliki suatu prosedur tertulis yang pasti.
Perawatan luka yang baik dan benar sangat penting untuk proses penyembuhan luka
yang cepat. Perawatan luka salah akan mengakibatkan luka semakin parah . Luka yang
tak terawat dengan baik dapat terkontaminasi mikroba, maengalami infeksi lokal dan
meluas menjadi infeksi sistemik bahkan bisa berakibat fatal bagi pasien seperti amputasi
anggota tubuh ( Devi, 2013)
Berdasarkan observasi pengkajian selama 2 hari di Ruang Bedah ada SOP perawatan
luka secara umum dan tidak ada SOP perawatan luka yang spesifik. Sementara
Perawatan luka yang dilakukan di Ruang Bedah ada 4 jenis luka yang di rawat
diantaranya : Perawatan luka Bersih ( Post Operasi ), Perawatan luka kotor, Perawatan
luka baka dan Perawatan luka bakar setelah terpapar zat kimia ( Kemoterapi ).
Mengingat hal tersebut sangat perlu untuk diterbitkan SOP perawatan luka yang
dilakukan di Ruang Bedah RSUD H.Hasan Basry Kandangan. Di ruangan rawat inap
bedah juga belum terpasang papan struktur organisasi dan papan visi misi ruangan bedah.
b. Pelaksanaan
Dalam Pelaksanaan SOP
1) SOP diserahkan ke Kepala Ruangan Bedah RSUD H.Hasan Basry Kandangan
untuk di dokumentasikan
2) SOP dapat dipergunakan sesuai kebutuhan perawatan luka
3) Perawat pelaksana ruang bedah melaksanakan kegiatan perawatan luka sesuai
SOP yang sudah ditetapkan
c. Evaluasi
Indikator Keberhasilan kegiatan ini adalah :
d. Rencana anggaran
No Uraian Biaya persatuan Jumlah
1 Pemasukan Rp 45.000
2 Pengeluaran
a. ATK Rp.45.000 Rp 45.000
b. Honor -
c. Konsumsi -
Total Rp 45.000
BAB 3
IMPLEMENTASI PROYEK INOVASI
3.3 Pelaksanaan
3.3.1 Pembuatan SOP perawatan luka antara lain : untuk SOP perawatan luka kotor,
SOP perawatan luka bersih, SOP perawatan luka terbuka, SOP perawatan luka
bakar, dan SOP perawatan akibat kemoterapi yaitu pada perawatan pasien
onkologi. Selanjutnya, diserahkan ke ruang bedah (Al-Insyirah) RSUD Brigjend
H. Hasan Basery Kandangan.
3.3.1.1 Evaluasi
a. Dievaluasi melalui tingkat kepatuhan perawat terhadap SOP
Perawatan luka
b. Terpasangnya papan struktur organisasi dan papan visi misi ruang
rawat inap bedah
2. Terpasangnya
papan struktur
organisasi dan
papan visi misi
ruang rawat
inap bedah
2 Pengeluaran
a. ATK - Rp.384.000,-
b. Honor - -
c. Konsumsi - -
Total Rp.400.000,- Rp.384.000,-
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Masalah yang ditemukan
4.1.1.1 Belum terupdate nya SOP di ruangan, terakhir SOP perawatan luka pada
tahun 2016 yaitu tentang perawatan luka secara umum.
4.1.1.2 Struktur organisasi ruangan belum di update dan belum terpasang
4.1.1.3 Papan Visi Misi untuk ruangan bedah belum terlihat dan terpasang
4.1.2.2 Pemasangan papan struktur organisasi dan papan visi misi ruang rawat
inap bedah
4.2 Saran
4.2.1 Saran Tindak Lanjut untuk ruangan
Saran kelompok terhadap tindak lanjut untuk ruangan yaitu menjalankan perawatan
terhadap pasien sesuai dengan SOP yang sudah di revisi
4.2.2 Meneruskan kegiatan
Kegiatan ini perlu diteruskan untuk perawatan yang efektif dan terlindungi bagi
pasien dan petugas Kesehatan
4.2.3 Melegalkan model atau solusi
Dengan adanya proyek inovasi ini diharapkan dapat di terapkan pada seluruh
ruang perawatan yang ada di rumah sakit
4.2.4 Menerapkan dan menyebarluaskan keberhasilan kegiatan
Dengan adanya proyek inovasi ini di harapkan secara terus menerus dan
memberikan manfaat bagi semua pihak
Jurnal
Ilmiah ARTIKEL PENELITIAN
Kesehatan p-ISSN : 1412-2804
e-ISSN : 2354-8207
DOI : 10.33221/jikes.v19i01.532
Penerapan Standar Operasional Prosedur Perawatan Luka Bersih melalui Pelati-
han Perawatan Pasca Operasi
1
Oci Etri Nursanty, 2Fitri Arofiati
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta
2
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email: 1ocietrin@gmail.com, 2fitri.arofiati@umy.ac.id
ABSTRAK
Rumah sakit dituntut mampu mengurangi risiko infeksi dalam pelayanan jasa kesehatan. Unsur
terpenting yang terlibat salah satunya adalah perawat. Mengacu pada Sasaran Internasional
Kese- lamatan Pasien (SIKP) 5, Salah satu caranya mengurangi risiko infeksi yaitu menerapkan
Standar Operasional Prosedur dalam penatalaksanaan pasien luka pasca operasi. Rumah sakit
PKU Mu- hammadiyah Bantul memiliki perawat yang telah mengikuti pelatihan perawatan luka
secara inter- nal, namun rumah sakit belum melakukan evaluasi. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantita- tif dengan pendekatan quasi eksperiment. Populasi penelitian, perawat yang
bertugas di Instalansi Rawat Inap dewasa RS PKU Muhammadiyah Bantul. Jumlah sampel 30
orang dengan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan cheklist observasi. Alat
analisis menggunakan Paired t-test dengan taraf signifikan 5%. Pelatihan perawatan luka pasca
operasi efektif dalam penerapan SOP di RS PKU Muhammadiyah Bantul dengan nilai p=
0,002%. Penilaian responden dalam pen- erapan SOP Pre-Post training dalam kategori baik.
Artinya secara keseluruhan responden sudah menerapkan SOP, namun pre training masih
terdapat 8 responden dan post training terdapat 3 responden dalam kategori cukup.
Kata Kunci Training, Perawatan Luka Bersih, Standar Operasional Prosedure, Pasien Safety
ABSTRACT
Hospitals are required to be able to reduce the risk of infection in health services. One of the
most important elements involved is nurses. Referring to the International Patient Safety (SIKP) 5
goals, one of ways reduce the risk of infection is to apply Standard Operational Procedure in
implementing postoperative wound care. The PKU Muhammadiyah Bantul Hospital has nurses
who had taken internal wound care training, but the hospital has not evaluated desirable findings.
This research was quantitative approach with quasi experiment. Respondents of research were
nurses working in the Adult Inpatient Installation of the PKU Muhammadiyah Bantul Hospital.
Total samples were 30 re- spondents with purposive sampling. Data were collected by using
observational Checklist. Instrument of analysis was paired t-test with 5% significance interval.
The postoperative wound care training was effective in applying the Standard Operational
Procedure to the PKU Muhammadiyah Bantul Hospital with p-value = 0.002%. Evaluation of
respondents in applying the Standard Operational Procedure of Pre-Post Training was in good
category. It means that, overall, respondents had applied the Standard Operational Procedure, but,
in Pre Training, there were still 8 respondents; and, in Post Training, there were 3 respondents, in
adequate category.
Key Words
Training, Wound Care, Standart Operational Procedure, Patient Safety
30
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan
PENDAHULUAN
kualitas keselamatan pasien pasca operasi.
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan
( SNARS ) menetapkan bahwa keselamatan pasien
sebagai efek dari treatment atau eksperimen antara
(patient safety) merupakan keadaan pasien bebas dari
penatalaksanaan perawatan luka pada pasien pasca
cidera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari
operasi oleh perawat sebelum dan setelah
cidera yang potensial terjadi berupa penyakit, cidera
dilakukannya pelatihan perawatan luka pasca operasi.
fisik, sosial, psikologis, cacat, kematian dan lain-
METODE
lain.1 Sebagai upaya peningkatan keselamatan pasien,
Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini
rumah sakit dituntut dapat memberikan pelayanan
adalah variabel bebas yaitu pelatihan perawatan luka
jasa kesehatan berkualitas dan maksimal oleh tenaga
dan variabel dependen yaitu penerapan Standar
medis dan non medis serta perawat secara
Operasional Procedur (SOP) perawatan luka yang
professional dimana kontribusi perawat berada pada
digunakan di rumah sakit. Pelatihan perawatan luka
lini terdepan dan mitra bestari dokter dalam
yang ditujukan kepada perawat instalansi rawat inap
menangani penyembuhan pasien.
RS PKU Muhammadiyah Bantul dengan persentasi
Enam sasaran internasional keselamatan pasien
diawali dengan partisipan melakukan demonstrasi
(SIKP) meliputi benar indentifikasi pasien,
meggunakan phantom. Sebelumnya untuk
komunikasi efektif, aman obat, benar pasien, lokasi
memastikan partisipan memenuhi kualifikasi peneliti
dan prosedur pembedahan dan mengurangi risiko
menggunakan teknik pengambilan sampel dengan
cidera pasien jatuh yang bertujuan untuk
purposive sample sebanyak 30 partisipan.
menggiatkan keselamatan pasien dengan memberikan
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
bukti dan hasil yang konsesus dari nasihat para
sebab akibat dengan cara mengadakan intervensi
pakar.2 Hasil wawancara pada salah seorang anggota
atau mengadakan perlakuan terhadap suatu variabel. 5
tim patient safety RS PKU Muhammadiyah Bantul
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah dengan
menyatakan bahwa rumah sakit telah terstandar ISO
melakukan observasi sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan
2001;2008 dan memiliki standar operational procedur
setelah eksperimen (01) disebut pre-test, dan
(SOP) perawatan luka bersih dan telah mencakupi
observasi sesudah eksperimen (02), disebut post-test.
mencakupi dari acuan perawatan luka pasca operasi
Instrumen yang digunakan dalam bentuk cheklist
yang digunakan oleh rumah sakit. Namun, isu terkait
berisikan SOP perawatan luka bersih RS PKU
masih terjadi nursing error.
Muhammadiyah Bantul dan disusun dengan skala
Penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien
Interval.6
salah satunya adalah perawatan luka operasi yang
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
merupakan luka dari hasil tindakan pembedahan oleh
dengan pendekatan kuasi eksperimen. Penelitian ini
ahli bedah dan memerlukan penanganan khusus.
melakukan pengujian normalitas pada penelitian
Beberapa tahap operasi atau pembedahan meliputi
dengan rumus Kolmogorof Smirnov sebagai berikut
tahap perioperative, intraoperative, dan
Paired simple t-test digunakan untuk pengujian
pascaoperative.4 Tercatat angka kejadian infeksi 0%
perbedaan pre-post test.
dengan tindakan pembedahan sebanyak 7000 kali
Partisipan dari penelitian ini adalah perawat yang
periode Januari sampai April tahun 2012 diperoleh
bertugas di Instalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU
dari Medical Record di RS PKU Bantul. Merujuk pada
Muhammadiyah Bantul sebanyak 78 perawat.
dasar kewaspadaan universal (Universal Precaution)
Sampel penelitian yaitu kriteria inklusi perawat
seluruh tenaga kesehatan diharuskan menerapkan
pelaksana di bangsal Al-kafhi. Bangsal
standar precaution untuk mengurangi resiko
Al-Kautsar/Al-A’raf dan di bangsal Al-Insan dengan
pernyebaran infeksi melalui darah dan cairan tubuh. 5
pendidikan S1 dan minimal pendidikan D-III,
Penerapan standar precaution pada perawatan luka
perawat tetap dan kontrak, serta bersedia menjadi
pasca operasi dapat dikontrol dengan penerapan SOP
responden. Penelitian ini dilakukan pada Mei sampai
perawatan luka bersih yang dipakai di rumah sakit.
dengan Juli 2012. Sebelum melakukan observasi
Ada beberapa alasan mengapa nursing error
peneliti menjelaskan format observasi kepada kedua
bisa terjadi yaitu pihak rumah sakit telah memiliki
orang obsever pendamping. Observasi ini dilakukan
SOP mencakupi acuan standar perawatan luka
untuk mengamati responden/ sampel dalam
dan telah disahkan, namun belum pernah direvisi,
pelaksanaan perawatan luka pasca operasi yang akan
semua perawat telah mendapatkan pelatihan internal
dilakukan diantara ke-3 bangsal yang diteliti, sampai
perawatan luka sesuai SOP namun belum pernah di
didapatkan 30 kali observasi pada setiap responden.
evaluasi. Berdasarkan hal ini perlu diketahui keadaan
Observasi perawatan luka dilakukan 2 tahap yaitu
yang realistis mengenai fungsi program yang
pada saat sebelum dilakukan pelatihan perawatan
dilakukan oleh pihak rumah sakit dalam upaya
luka dan sesudah dilakukan pelatihan perawatan luka.
peningkatan
31
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan
Instrumen penelitian yang digunakan pada
32
Vol. 19 No. 1 Tahun Penerapan Standar Operasional Prosedur
2020
penelitian ini adalah metode observasi terstruktur
Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 30 perawat sebelum
dalambentukchecklistataulembarobervasi. Instrumen
diadakan pelatihan, sebanyak 22 perawat atau sebesar
checklist dan observasi yang digunakan adalah SOP
73,33% dalam kategori baik, 8 perawat atau sebesar
perawatan luka bersih RS PKU Muhammadiyah
26,67 % masih dalam kategori cukup.
Bantul. Checklist atau alat ukur yang digunakan
untuk memperoleh data tentang penatalaksanaan
Tabel 3. Data penilaian SOP setiap pertanyaan
Standar Operasional Prosedur perawatan luka bersih
perawatan luka sebelum pelatihan perawatan luka
pada pasien pascaoperasi dalam menerapkan patient
pasca operasi di Instalansi Rawat Inap Dewasa RS
safety. Checklist tersebut disusun sesuai dengan
PKU Muhammadiyah Bantul 2012( Mei,N=30)
Standar Operational Procedur perawat luka bersih RS
PKU Muhmmadiyah Bantul yang terdiri dari 16
Tabel 3 terlihat bahwa dari SOP perawatan luka yang
item. Penilaian jawaban di lembar checklist dan
terdiri dari 16 item, ada 10 item yang dalam kategri
observasi adalah berbentuk “dilakukan” nilainya 2,
baik,4 item masih dalam kategori cukup,dan 2 item
“tidak dilakukan” nilainya 0. Tanda check (√) jika
yang masuk kategori kurang.
dilakukan dan tanda (X) jika tidak dilakukan.
Penelitian ini menggunakan primer dari
Tabel 4. Data Penilaian Responden dalam Penerapan
pengisian angket dan hasil observasi. Data kuantitatif
SOP Perawatan Luka Sesudah Pelatihan
yang di peroleh dianalisis menggunakan uji statistik
Perawatan Luka Pasca Operasi di Instalansi Rawat
deskriptif dengan uji prasyarat menggunakan uji
Inap Dewasa RS PKU Muhammadiyah Bantul 2012
normalitas dan uji hipotesis menggunakan Paired
(Juli, N=30)
sample t-test (uji)
untuk dua sampel berpasangan. Interval Tingkat Jumlah %
HASIL Penilaian
0-0,67 Kurang 0 0
Tabel 1. Distribusi Data Karakteristik Responden di 0,68-1,34 Cukup 3 10
Instalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU
1,35-2 Baik 27 90
Muhammadiyah Bantul 2012 ( Mei, N=30)
Jumlah 30 100
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 30 perawat sesudah
Jenis Kelamin diadakan pelatihan, sebanyak 27 perawat atau sebesar
90% dalam kategori baik, 3 perawat atau sebesar 10
%
Laki-laki 6 20,00 masih dalam kategori cukup.
Perempuan 24 80,00
Total 30 100,00 Tabel 5 terlihat bahwa SOP perawatan luka yang terdiri
Pendidikan Terakhir dari 16 item, ada 15 item yang sudah dilakukan dengan
D3 keperawatan 26 86,67 baik oleh perawat dan terdapat 1 item SOP yang masih
S1 Keperawatan 4 13,33 dalam kategori cukup
Total 30 100,00
nilai p Pre-Test sebesar 0,137 dan Post-Test sebesar
0,246 sehingga variabel tersebut berdistribusi normal.
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden adalah perempuan yaitu sebanyak 24 orang Tabel 5. Hasil uji perbedaan efektivitas pelatihan
(80%). Sebagian besar pendidikan terakhir responden perawatan luka pasca operasi dalam penerapan SOP
adalah lulusan D3 keperawatan yaitu 26 orang perawatan luka di Intalasi Rawat Inap Dewasa RS
(86,67%). PKU Muhammadiyah Bantul 2012
Tabel 2. Data Penilaian Responden dalam Penerapan
SOP Perawatan Luka sebelum Pelatihan Perawatan
Vari ab e l N Mean Standar Standar Nilai p
Luka Pasca Operasi di Instalansi Rawat Inap Dewasa
Pelatihan Deviasi error
PKU Muhammadiyah Bantul 2012 (Mei, N-30) Perawatan
Interval Tingkat Penilaian Jumlah % Luka
0-0,67 Kurang 0 0 Pre-test 16 1.5419 0.44361 0.11090
33
Vol. 19 No. 1 Tahun Penerapan Standar Operasional Prosedur
2020
0,68-1,34 Cukup 8 26,67 Post-test 16 1.8288 0.23972 0.05993 0.002
1,35-2 Baik 22 73,33
Jumlah 30 100
34
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan
Tabel 3. Data penilaian SOP Setiap Pertanyaan Perawatan Luka Sebelum Pelatihan Per-
awatan Luka Pasca Operasi di Instalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU Muhammadiyah
Bantul 2012( Mei,N=30)
Pertanyaan Rata-rata Kategori
Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan 1,20 Cukup
Menyiapkan alat: (Medikasi set steril dalam bak steril: pinset anatomi, pinset cirurgis, kom 2,00 Baik
steril 2 buah, gunting jaringan, hipavix/Verban transparan, gunting verban, kassa steril
secukupnya, Nacl 0,9%, bengkok)
Mengkomunikasikan pada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan 1,93 Baik
Menutup korden/sampiran 1,13 Cukup
Menyiapkan pasien pada posisi yang nyaman, posisi perawat disebelah kanan pasien 1,27 Cukup
Membaca bismillah 1,87 Baik
Membuka balutan secara perlahan-lahan perhatikan kenyamanan pasien 1,80 Baik
Memasukkan balutan kotor kedalam bengkok 1,73 Baik
Membersihkan luka dengan NaCl 0,9% sampai bersih 1,27 Cukup
Memperhatikan adanya tanda-tanda infeksi sekunder seperti kemerahan, bengkak, panas, 0,67 Kurang
atau adanya pus di sekitar luka
Menutup luka menggunakan sufratul secukupnya, bila tidak ada tanda infeksi sekunder 0,67 Kurang
Membalut luka dengan kasa steril apabila menggunakan verban transparan tidak perlu 1,73 Baik
menutup dengan kassa steril
Menutup balutan menggunakan hipavix secara rapat 1,87 Baik
Membereskan alat 1,80 Baik
Merapikan pasien dan 1,80 Baik
Mencuci tangan dan mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan 1,93 Baik
Rata-rata 1.54 Baik
35
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan
isi SOP perawatan luka adalah melakukan
inform
36
Vol. 19 No. 1 Tahun Penerapan Standar Operasional Prosedur
2020
Tabel 5. Data penilaian SOP perawatan luka setiap pertanyaan sesesudah pelatihan per- awatan
luka pasca operasi di Instalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU Muhammadiyah Bantul 2012 (Juli,
N=30)
37
Vol. 19 No. 1 Tahun Penerapan Standar Operasional Prosedur
2020 g. Menerapkan komunikasi sebagai kunci
bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
3. Membaca bismillah
Obat dan perawatan yang maksimal
adalah hanya sarana untuk berusaha,
sedangkan yang menentukan kesembuhan
adalah Allah SWT. Pencegahan dan
pengendalian infeksi dapat dihubungkan
dengan hadist berikut: Diriwayatkan oleh
Ibnu Abbas r.a, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang membaca
‘Bismillahirrahmanirrahim wala hawla wala
quwata illa billahil ‘aliyil azhim” maka
Allah akan singkirkan daripadanya 70 pintu
bala’, musibah, kebingungan, dan
kesedihan.
4. Membuka balutan secara perlahan-lahan
perhatikan kenyamanan pasien
Ganti balutan merupakan salah satu
penerapan SOP perawatan luka dalam
upaya program pencegahan dan
pengendalian infeksi. Hal ini juga di
sampaikan dalam tujuan dibuatnya SOP
perawatan luka oleh RS PKU
Muhammadiyah Bantul yaitu agar tidak
terjadinya infeksi maupun tempat
masuknya segala mikroorganisme. Selain
itu adanya SOP juga berfungsi menjaga
kompetensi dan tingkat kinerja staff atau
operator
38
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan
dalam suatu organisasi atau unit.9 membuat luka menjadi bersih sehingga mengurangi
5. Memasukkan balutan kotor kedalam bengkok kontaminasi pada luka dan mencegah terjadinya
Beberapa tahap yang dilakukan yaitu infeksi. Debridement bisa dilakukan dengan
evaluasi beberapa
luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka,
penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan,
pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
Langkah berikutnya, tindakan kebersihan untuk
membuang bekas balutan harus tepat. Bengkok
merupakan tempat yang telah disediakan rumah
sakit untuk membuah sampah khusunya bekas
balutan. Bekas balutan luka yang mengandung
bakteri jika dibuang sebarangan maka,
akan menganggu pasien yang lain dan akan
mengakibatkan berkembangnya bakteri tersebut
serta dapat memicu timbulnya infeksi
nosokomial yang akan mempengaruhi kelamatan
pasien.10
6. Membalut luka dengan kassa sterile apabila
menggunakan verban transparan tidak perlu
menutup dengan kassa steril.
Pertimbangan dalam menutup dan membalut
luka sangat tergantung pada penilaian kondisi
luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung
terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan
lingkungan yang baik bagi luka dalam proses
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek
penekanan yang mencegah berkumpulnya
rembesan darah yang menyebabkan hematom.
Apabila balutan tidak sesuai dengan karakteristik
luka maka balutan tersebut akan memperhambat
penyembuhan luka. Pada luka operasi dengan
penyembuhan primer, umumnya balutan dibuka
segera setelah drainase berhenti. Berikut tujuan
pembalutan luka.
a. Melindungi luka dari kontaminasi
mikroorganisme
b. Membantu hemostasis
c. Mempercepat penyembuhan dengan cara
menyerap drainase dan untuk melakukan
debridement luka.
d. Menyangga atau mengencangkan tepi luka
e. Melindungi klien agar tidak melihat
keadaan luka (bila luka terlihat tidak
menyenangkan).
f. Meningkatkan isolasi suhu pada
permukaan luka.
g. Mempertahankan kelembaban yang tinggi
diantara luka dengan balutan.
Penanganan luka yang tepat dijelaskan dalam
algoritma perawatan luka, dapat meningkatkan
keselamatan pasien dan pengendalian
pencegahan infeksi. Selain itu, dalam
penanganan luka, sudah umum diketahui bahwa
salah satu yang harus dilakukan adalah tindakan
debridement. Debridement bertujuan untuk
39
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan
cara, dari yang kurang invasif hingga invasif, Kemungkinan terjadinya infeksi relative antara
yaitu debridement secara biologik, mekanik, 3% sampai 11 %.
otolitik, enzimatik, dan surgical.11 Cuci tangan yang dilakukan secara benar
7. Menutup balutan menggunakan hipavix dapat menghilangkan mikroorganisme yang
secara rapat menempel ditangan. Cuci tangan harus selalu
Menutup balutan luka dengan hipavix dilakukan sebelum dan setelah melakukan
secara rapat merupakan salah satu cara untuk tindakan
mencegah terjadinya infeksi atau penyebaran
mikroorganisme lainnya.
8. Membereskan alat
Merapikan alat merupakan bagian dari
Dasar Kewaspadaan universal ini meliputi,
pengelolaan alat kesehatan, cuci tangan guna
mencegah infeksi silang, pemakaian alat
pelindung diantaranya sarung tangan untuk
mencegah kontak dengan darah serta cairan
infeksius yang lain, pengelolaan jarum dan
alat tajam untuk mencegah perlukaan,
pengelolaan limbah.
9. Merapikan Pasien
Salah satu tugas perawat dalam merawat
dan melayani pasien secara benar adalah
merapikan pasien. Ketepatan posisi pasien
akan menjadikan pasien nyaman yang pada
akhirnya akan membantu mempercepat
penyembuhan luka setelah operasi yang
diderita pasien.
10. Mencuci tangan dan mendokumentasikan
setiap tindakan yang dilakukan
Sebagian besar perawat
mempunyai kebiasaan melakukan
cuci tangan setelah selesai melakukan
seluruh tindakan pada banyak
pasien, karena sebagian besar perawat
menggunakan sarung tangan saat
melakukan tindakan. Penggunaan sarung
tangan sudah dianggap perawat sebagai
alat pelindung diri, padahal cuci tangan
harus dilakukan sebelum dan setelah
tindakan keperawatan untuk mencegah
terjadinya infeksi nosokomial. Tidak
mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan
menempatkan perawat
pada resiko terinfeksi penyakit dari pasien
atau alat- alat yang terkontaminasi, yang
mengakibatkan meningkatnya angka kejadian
infeksi nosokomial. Tingkat kontaminasi
pada luka bersih terkait materi pelatihan yang
diberikan oleh narasumber dibagi menjadi
dua yaitu: 1) Luka bedah yang tidak
terinfeksi tidak akan terdapat inlamasi dan
biasanya dijahit tertutup. Kemungkinan
untuk terjadinya infeksi relative antara 1%
sampai 5% .
2) Luka bedah saluran pernafasan,
pencernaan, genital atau perkemihan.
40
Vol. 19 No. 1 Tahun Penerapan Standar Operasional Prosedur
2020
perawatan ke pasien, memakai sarung tangan, pengendalian
menyentuh darah, cairan tubuh, atau eksresi
pasien. Mencuci tangan yang kurang tepat dapat
menimbulkan perpindahan organisme pathogen
dari pasien ke petugas atau sebaliknya.
Organisme inilah yang nantinya akan
menyebabkan infeksi nosokomial pada pasien
Pertanyaan dari setiap pertanyaan dari
penilaian SOP perawatan luka bersih sebelum
pelatihan, menunjukkan bahwa ada 4 item SOP,
yang masih dalam kategori cukup dan setelah
pelatihan tergolong dalam kategori baik. Adapun
item tersebut adalah:
1. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
Cuci tangan bertujuan mengurangi
jumlah dan pertumbuhan bakteri pada
tangan, menurunkan jumlah kuman yang
tumbuh dibawah sarung tangan, mengurangi
resiko transmisi mikroorganisme ke petugas
kesehatan maupun pasien serta kontaminasi
silang kepada pasien lain dan juga anggota
keluarga pasien. Baik sebelum dan setelah
training perawat masih sering mengabaikan
item ini, dikarenakan budaya yang memang
susah untuk dirubah dan kurangnya motivasi
dan pembaharuan pengetahuan tentang
bahaya infeksi nosokomial.
2. Menutup korden/sampiran
Korden/sampiran harus di tuutp jika
membersihkan luka, dilakukan agar pasien
terlindungi atau untuk menjaga keselamatan
pasien, masih tergolong cukup sebelum
pelatihan Perawat merupakan salah satu
profesi kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dimanapun mereka bekerja. Bentuk
pelayanan yang diberikan senantiasa
merupakan pelayanan; paripurna, manusiawi,
dan diberikan kepada sistem klien yang
menghadapi masalah kesehatan melalui
upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya.
Setelah pelatihan, item ini sudah dalam
kategori baik dikarenakan perawat mulai
membiasakan untuk menjaga privasi pasien
dengan tindakan yang professional.
3. Menyiapkan pasien pada posisi yang
nyaman, posisi perawat disebelah kanan
pasien
Mengkondisikan pasien pada posisi yang
nyaman merupakan hal penting yang perlu
diperhatikan perawat dalam melakukan
perawatan luka dan berkaitan dengan
keselamatan pasien. Sebelum pelatihan item
ini masih tergolong cukup. Keselamatan
pasien merupakan perioritas utama yang
harus dijalankan dalam suatu gerakan
41
Vol. 19 No. 1 Tahun Penerapan Standar Operasional Prosedur
2020 infeksi secara menyeluruh. Setelah kondisi yang bebas microba pathogen, maka
pelatihan item ini mengalami peningkatan diperlukan suatu upaya mengeliminasi
tergolong dalam kategori baik, hal ini mikroba patogen pada berbagai sarana/
dikarenakan meningkatnya pemahaman peralatan, terutama sarana/ peralatan yang
perawat bahwa salah satu bagian dari langsung digunakan pada prosedur atau
perawatan professional adalah dengan
memperhatikan keselamatan pasien dan
pengendalian pencegahan infeksi.
4. Membersihkan luka dengan NaCl 0,9%
sampai bersih.
“Prinsip penanganan luka
sebaiknya janganlah seragam”. Selain itu,
beliau juga menerapkan bahwa sebaiknya
apabila luka terlihat basah maka luka
tersebut dikeringkan. Begitu pun
sebaliknya, luka yang terlihat kering
harus dibasahi atau dibikin lembab 16.
Prinsip menggunakan NaCl 0,9%
sebelum pelatihan termasuk dalam
kategori cukup, akan tetapi setelah
pelatihan perawat lebih mengetahui
fungsi Nacl sangat penting dalam proses
penyembuhan luka. Perawat mulai
membiasakan untuk menggunakan NaCL
dikarenakan dalam proses pelatihan
dijelaskan bahwa, cairan ini bisa sebagai
antiseptik dan merupakan cairan yang
hamper sama dengan fisiologis tubuh.
Penilaian item penerapan SOP juga
terdapat 2 item termasuk dalam kategori
kurang pada saat sebelum pelatihan dan
menjadi baik setelah pelatihan yaitu :
1. Memperhatikan adanya tanda-tanda
infeksi sekunder seperti kemerahan,
bengkak, panas, atau adanya pus di
sekitar luka
Pencegahan dan pengendalian
infeksi nosokomial tidak akan lepas
dari upaya mengeliminasi mikroba
patogen. Pasien yang sedang dalam
proses asuhan keperawatan di ruang
perawatan berada dalam posisi rentan dan
mudah terinvasi oleh berbagai mikroba
patogen yang ada di sekitarnya.
pasien akan selalu terancam oleh
adanya mikroba patogen yang bersarang
pada benda-benda di sekitarnya, sebut saja
berbagai peralatan medis dan nonmedis
yang ada di ruangan perawatan
Sebelumnya, kebiasaan perawatan
luka yang ada dilakukan tanpa secara
teliti memperhatikan karakteristik luka
terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan
perawat lebih focus terhadap proses
perawatan luka sekunder seperti langsung
pada pemberian secondary dressing.
Menyadari akan pentingnya suatu
42
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan
44
DAILY ACTIVITY NOTE (CATATAN HARIAN PERAWAT)
NO Kegiatan Tanggal
1. Pre Conference LP 16/02/
2003
2. Pengkajian (2 hari) 16/02/ 17/02/
2003 2023
3. Tutorial Klinik 18/02/
Penetapan Masalah 2023
yang diangkat
4. Desiminasi/Presentasi 20/02/
Awal 2023
5. Role play timbang 20/02/
terima (dinas 2023
pagi ke siang) dan
Timbang Terima
6. Role play timbang 20/02/
terima (dinas 2023
siang ke malam)
7. Role play timbang 21/02/
terima (dinas 2023
malam ke pagi)
8. Role play timbang 21/02/
terima (dinas 2023
pagi ke siang)
9. Role play timbang 21/02/
terima (dinas 2023
siang ke malam)
10. Role play timbang 22/02/
terima (dinas 2023
malam ke pagi)
11. Role play timbang 22/02/
terima (dinas 2023
pagi ke siang) dan
discharge planning
12. Role play timbang 22/02/
terima (dinas 2023
siang ke malam)
13. Role play timbang 23/02/
terima (dinas 2023
malam ke pagi)
14. Role play timbang 23/02/
terima (dinas 2023
pagi ke siang) dan
penerimaan pasien
baru
15. Role play timbang 23/02/
terima (dinas 2023
siang ke malam)
16. Role play timbang 24/02/
terima (dinas 2023
malam ke pagi)
17. Role play timbang 24/02/
terima (dinas 2023
pagi ke siang)
18. Role play timbang 24/02/
terima (dinas 2023
siang ke malam)
19 Role play timbang 25/02/
terima (dinas 2023
malam ke pagi)
20. Role play timbang 25/02/
terima (dinas 2023
pagi ke siang)
21. Role play timbang 25/02/
terima (dinas 2023
siang ke malam)
22. Konsultasi Proposal 25/02/
dan ronde keperawatan 2023
23. Ronde Keperawatan 27/02/
2023
24. Role play timbang 27/02/
terima (dinas 2023
pagi ke siang)
25. Role play timbang 27/02/
terima (dinas 2023
siang ke malam)
26. Role play timbang 28/02/
terima (dinas 2023
malam ke pagi)
27. Role play timbang 28/02/
terima (dinas 2023
pagi ke siang)
28. Role play timbang 28/02/
terima (dinas 2023
siang ke malam)
29. Role play timbang 01/03/
terima (dinas 2023
malam ke pagi)
30. Role play timbang 01/03/
terima (dinas 2023
pagi ke siang)
31. Role play timbang 01/03/
terima (dinas 2023
siang ke malam)
32. Role play timbang 02/03/
terima (dinas 2023
malam ke pagi)
33. Role play timbang 02/03/
terima (dinas 2023
pagi ke siang)
34. Role play timbang 02/03/
terima (dinas 2023
siang ke malam)
35. Role play timbang 03/03/
terima (dinas 2023
malam ke pagi)
36. Role play timbang 03/03/
terima (dinas 2023
pagi ke siang) dan
kegiatan PSBH
37. Role play timbang 03/03/
terima (dinas 2023
siang ke malam)
38. Role play timbang 04/03/
terima (dinas 2023
malam ke pagi)
39. Role play timbang 04/03/
terima (dinas 2023
pagi ke siang)
40. Role play timbang 04/03/
terima (dinas 2023
siang ke malam)
41. Desiminasi Akhir 07/03/
2023
42. Evaluasi Akhir 07/03/
2023
JADWAL DINAS MAHASISWA STASE MANAJEMEN KELOMPOK 2B
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN 2023
DI RUANG BEDAH (AL-INSYIRAH) RSUD BRIGJEND H. HASAN BASERY KANDANGAN
Mengetahui,
Keterangan : Ketua Kelompok 2B
Dinas Pagi Dinas Malam
Dinas Sore Lepas
(Ahmad Rajani, S.Kep)
LAPORAN ROLE PLAY TIMBANG TERIMA STASE MANAJEMEN
KEPERAWATAN DI RUANG BEDAH
(AL-INSYIRAH) RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN
Disusun Oleh:
Kelompok 2B
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
proposal timbang terima praktek profesi manajemen keperawatan di Ruang Bedah (Al-Insyirah)
RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan telah selesai. Proposal ini dibuat untuk
merencanakan kegiatan dalam pemenuhan kompetensi menejemen keperawatan dalam
penerapan model asuhan keperawatan profesional pada profesi manejemen.
Kami selaku tim penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, begitu pula
proposal yang kami buat ini, baik dari segi isi maupun penulisannya. Kritik dan saran dari
pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan proposal kami selanjutnya.
Kami juga berterima kasih pada pembimbing akademik Fakultas Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin, pembimbing klinik di RS, pasien dan keluarga serta teman-teman
kelompok yang telah membantu dalam proses penyelesaian proposal timbang terima. Penyusun
berharap agar laporan ini dapat memberikan pengetahuan dan bermanfaat bagi semua calon
perawatan dan masyarakat pada umumnya.
Setelah dilakukan pelaporan timbang terima secara lisan, dilakuan validasi ke pasien
secara bersama-sama. Pelaksanaan timbang terima di Ruang Bedah (Al-Insyirah) RSUD
Brigjend H. Hasan Basry Kandangan sudah ada buku timbang terima khusus. Keakuratan
data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, karena dengan timbang terima ini
maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa dilakukan secara
berkelanjutan, dan mewujudkan tanggung jawab dari seorang perawat. Bila timbang terima
tidak dilakukan dengan baik, maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan
yang diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar
pemberian tindakan keperawatan. Hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan
keperawatan dan menurunkan tingkat kepuasan pasien.
Dokumantasi keperawatan yang digunakan oleh Ruang Bedah (Al-Insyirah) RSUD
Brigjend H. Hasan Basry Kandangan adalah sistem pendokumentasian dengan SBAR
(Situation, Background, Assesment, and Recommendation). SBAR merupakan kerangka
acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan tindakan segera (Nursalam, 2012).
Selain itu, SBAR merupakan bagian terpenting dari proses timbang terima karena
komponen SBAR tersebut yang disampaikan oleh perawat kepada perawat yang akan
dinas selanjutnya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka mahasiswa Program Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin akan melaksanakan
timbang terima pasien berdasarkan konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional
Primary Nursing Di Ruang Bedah (Al-Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basry
Kandangan.
Di nurse station, setelah dibuka oleh PJ Unit, kelompok shift selanjutnya mencatat hal-hal
yang disampaikan PP/PA yang jaga. Penyampaian yang singkat, padat, jelas, Perawat shift
selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-
hal yang kurang jelas. Kemudian kedua kelompok jaga menuju ke masing-masing pasien,
PJ Unit atau Wakil atau PP menyampaikan salam dan menanyakan kebutuhan dasar pasien.
Kendala dalam hal ini adalah seperti selama pelaksanaan operan adalah pendokumentasian
yang kurang sistematis ,kurang efisiensi waktu, belum adanya SOP timbang terima dan
sebagian perawat kurang disiplin dalam mengikuti timbang terima. Hal tersebut yang
menjadi masalah dan dapat menyebabkan hambatan dalam melakukan praktik
keperawatan.
1.2 RumusanMasalah
1. Apa definisi timbang terima?
2. Apa tujuan timbang terima?
3. Apa manfaat timbang terima?
4. Apa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam timbang terima?
5. Bagaimana prosedur timbang terima?
6. Bagaimana alur timbang terima?
7. Apa kriteria evaluasi dalam proses timbang terima?
8. Apa rencana strategi dalam timbang terima?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah dlakukan timbang terima, maka mahasiswa praktik profesi manajemen dan
perawat Ruang Bedah (Al-Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan
mampu mengkomunkasikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan
baik, sehingga kesinambungan informasi mengenai keadaan klien dapat
dipertahankan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Perawat
1.4.1.1 Meningkatkan kemampuan konmunikasi antara perawat.
1.4.1.2 Menjalin hubungan kerjasama dan meningkatkan rasa tanggung jawab
antar perawat. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkelanjutan.
1.4.1.3 Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara menyeluruh
1.4.1.4 Tidak terjadi kekeliruan dalam pemberian tindakan keperawatan
1.4.2 Bagi Klien
1.4.2.1 Klien dapat menyampaikan keluhan secara langsung bila ada yang belum
disampaikan sebelumnya
1.4.2.2 Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
1.4.2.3 Klien merasa aman karena meningkatnya kepercayaan terhadap kinerja
perawat.
1.4.3 Bagi Rumah Sakit
1.4.3.1 Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara menyeluruh.
1.4.3.2 Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang
berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, kegiatan yang telah atau
belum dilaksanakan (Nursalam, 2015).
2.2 Tujuan
2.2.1 Tujuan Umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting
tentang kondisi pasien.
2.2.2 Tujuan Khusus
2.2.2.1 Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.
2.2.2.2 Menyampaikan informasi penting terkait tindakan yang perlu ditindak
lanjuti oleh shift berikutnya.
2.2.2.3 Menyampaikan hal yang belum atau sudah dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.
2.2.2.4 Tersusun rencana kerja untuk shift berikutnya.
2.3 Langkah-langkah
2.3.1 Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2.3.2 Shift yang akan menyerahkan dan menerima informasi perlu mempersiapkan hal-
hal apa yang akan disampaikan.
2.3.3 Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift selanjutnya
meliputi :
2.3.3.1 Situation
Meliputi nama pasien, umur, dokter yang merawat, diagnosa medis dan
masalah keperawatan, lama hari perawatan dan keluhan utama.
2.3.3.2 Background
Meliputi perkembangan pasien saat ini. Riwayat alergi, riwayat
pembedahan, alat invasive yang terpasang dan program cairan.
2.3.3.3 Assesment
Meliputi penjelasan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti
keadaan umum, tanda tanda vital, tingkat kesadaran, pain score, resiko
jatuh, status nutrisi, kemampuan eliminasi serta menjelaskan informasi
klinik lain yang mendukung.
2.3.3.4 Recommendation
Meliputi rekomendasi intervensi keperawatan yang perlu dilanjutkan
termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan keuarga.
2.3.4 Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama sama secara langsung
melihat keadaan klien.
1.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Raida Humairah, S.Kep
Ketua Tim I : Norhikmah, S.Kep
Perawat Tim I (Pagi) : Faesal Wijaya Kusuma, S.Kep
Perawat Tim I (Siang) : Dyah Ustriyani, S.Kep
Perawat Tim I (Malam) : Mariani, S.Kep
Ketua Tim 2 : Eka Apriani, S.Kep
Perawat Tim 2 (Pagi) : Sri Mulyani, S.Kep
Perawat Tim 2 (Siang) : Marfuah, S.Kep
Perawat Tim 2 (Malam) : Tri Sistiowati, S.Kep
Situation
Background
Riwayat Keperawatan
Assesment:
KU; TTV; DX Keperawatan (poin
yang penting)
Recomendation
1. Tindakan yang sudah
2. Dilanjutkan
3. Dihentikan
4. Dimodifikasi
Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Raida Humairah, S.Kep
Ketua Tim I : Norhikmah, S.Kep
Perawat Tim I (Pagi) : Faesal Wijaya Kusuma, S.Kep
Perawat Tim I (Siang) : Dyah Ustriyani, S.Kep
Perawat Tim I (Malam) : Mariani, S.Kep
Ketua Tim 2 : Eka Apriani, S.Kep
Perawat Tim 2 (Pagi) : Sri Mulyani, S.Kep
Perawat Tim 2 (Siang) : Marfuah, S.Kep
Perawat Tim 2 (Malam) : Tri Sistiowati, S.Kep
TAHAP PERSIAPAN
NURSE STATION
Kepala : Assalamualaikum Wr. Wb,. Hari ini Senin, 20 Februari 2023
Ruangan : Pukul 14.00 WITA kita akan melakukan Timbang Terima Pasien
Raida sesuai sift jaga. kelompok shif sudah siap laporannya?
Shif pagi : Ya kami siap
PP : Faesal
PA:
Norhikmah
Kepala : Sebelum Timbang Terima mari kita berdoa bersama, berdoa
Ruangan mulai (Semua Berdoa). Baiklah, silahkan laporannya
Raida disampaikan
PP Pagi : Assalamulaikum Wr.Wb, terimakasih kesempatan yang
Faesal Wijaya diberikan. Saya akan menyampaikan laporan shift pagi
Kusuma M1 =
Hikmah 1 (satu) orang dengan jumlah pasien 4 (empat)
orang, yaitu :Ny R (umur 31 th), Ny M (umur 50 th), Ny
K (umur 53 th), Ny L (umur 65 th)
M2 =
Ketersediaan alat-alat lengkap sesuai kebutuhan pasien
M3 =
Pasien sudah terpasang gelang identitas
M4 =
4 (empat) orang, yaitu :Ny R (umur 31 th), Ny M (umur
50 th), Ny K (umur 54 th), Ny L (umur 65 th)
M5 =
Resiko jatuh terkendali.
A:
Subyek :
Pasien mengatakan bekas luka bakar ada tumbuh
massa seperti bunga kol dan rencana operasi hari
selasa tanggal 21 februari 2023.
Objek:
Keadaan umum baik, kesadran compos mentis GCS=
E4V5M6 = 15, TD= 130/70 mmHg, HR=78x/menit,
RR= 20x/menit, S= 36,2OC. Konjungtiva tidak anemis
anemis, akral hangat, CRT 2 detik. Pasien terpasang IV
di tangan kanan no 22, hari ke 1, menetes lancar,
Program cairan NS, 20 Tpm.
A:
1. Ansietas
2. Resiko Infeksi
P:
1. Monitor keadaan umum pasien
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Kaji kecemasan pasien
4. Beri penjelasan pasien tentang prosedur
operasi yang akan dijalankan
5. Ganti perban luka
6. Kolaborasi
R:
Beri penjelasan pada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
Selamat bekerja….
RSUD BRIGJEND. TIMBANG TERIMA SHIFT
H. HASAN BASRY
KANDANGAN
STANDAR No Dokumen No Revisi Halaman
PROSEDUR 73/KPRW/RS-HHB 01 1/2
OPERASIONAL
Tanggal Revisi Ditetapkan: Kandangan, 03 Januari 2022
03 Januari 2022 Direktur
Disusun Oleh:
Kelompok 2B
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah pelaksanaan praktek keperawatan manajemen diharapkan mahasiswa dan
perawat di Ruang Bedah (Al-Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan
mampu menerapkan discharge planning dengan baik dan benar.
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan
maupun dalam mempertahankan derajad kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk
kembali ke lingkungannya (Supriati), 2010
Menurut Spath (2003) dalam Kristina (2007), perencanaan pulang mempunyai manfaat :
2.3.1 Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran pada pasien yang
dimulai dari Rumah Sakit.
2.3.2 Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin
kontinuitas perawatn pasien.
2.3.3 Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien
dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru.
2.3.4 Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan di rumah.
2.9.3 Rujukan
Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara
perawat komunitas dengan rumah sakit, sehingga dapat mengetahui perkembangan
pasien di rumah.
2.10 Dokumentasi
Menurut Iyer dan Camp (2005) dalam Supriyo (2006), sebuah format yang memuat
petunjuk yang mengingatkan pemberian pelayanan kesehatan yang mengimplementasikan
dan mendokumentasikan perencanaan pemulangan sering dicantumkan dalam format
terpisah dalam rekam medis, format ini biasanya berisi hal-hal- berikut:
2.10.1 Pengkajian awal terhadap kebutuhan perencanaan pulang
2.10.2 Usaha untuk menempatkan pasien pada fasilitas yang tepat agar mendapatkan
perawatan yang kontinyu atau untuk mengatur pasien agar mendapatkan perawatan
di rumah sesuai kebutuhan.
Perencanaan pulang
Monitor
(sebagai program service safety)
oleh keluarga dan petugas
3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam discharge planning adalah diskusi dan tanya jawab setelah
diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan pasien oleh
keluarga setelah keluar dari rumah sakit atau pindah ruangan.
3.4 Media
Media yang digunakan dalam pelaksanaan discharge planing kepada pasien dan
keluarganya diantaranya : status pasien, kartu discharge planning, lembar discharge
planning, dan leaflet.
3.5 Mekanisme Kegiatan
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. PP Mengucapkan salam kemudian 5 menit Ruang PP
mengingatkan karu bahwa ada pasien pertemuan
yang akan dilakukan dischage planning
2. Karu menanyakan bagaimana persiapan Karu
PP untuk pelaksanaan dischage planning
dan kelengkapan madical record (status
pasien, format discharge planning dan
leaflet).
3. PP sudah mengkaji sebelumnya untuk PP
menentukan masalah keperawatan pada
pasien dan sudah siap dengan status
pasien.
4. PP Menyebutkan masalah pasien dan hal- PP
hal yang perlu diajarkan pada pasien dan
keluarga
5. Karu memeriksa kelengkapan Karu
dokumentasi perawatan
Penutup Karu mengevaluasi, memberikan pujian dan 5 menit Ruang Karu dan PP
masukan atau saran kepada PP pertemuan
3.6 Evaluasi
3.6.1 Struktur
3.6.1.1 Persiapan dilakukan saat pasien masuk Ruang Bedah (Al-Insyirah) RSUD
Brigjend H. Hasan Basry Kandangan
3.6.1.2 Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
3.6.1.3 Menyusun proposal
3.6.1.4 Menetapkan kasus
3.6.1.5 Pengorganisasian peran
3.6.1.6 Penyusuan leaflet, kartu dischage planning
3.6.2 Proses
3.6.2.1 Kelancaran kegiatan
3.6.2.2 Peran serta perawat yang bertugas
3.6.3 Hasil
Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh pasien dan keluarga dan ada
dokumentasi dalam rekam medik pasien.
PETUNJUK TEKNIK PENGISIAN
DISCHARGE PLANNING
Stevens, et al. 1999. Ilmu Keperawatan Ed.2 Jilid 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
DISCHARGE PLANNING KEPERAWATAN
Langkah - langkah :
1. Pra Discharge Planning
a. Karu melihat persiapan untuk discharge planning pada Perawat
pelaksana
b. Perawat pelaksana menunjukkan kelengkapan untuk discharge
planning (kartu, leaflet, resume) serta menyebutkan hal – hal
yang perlu diajarkan pada klien dan keluarga
2. Pelaksanaan
a. Kepala ruangan membuka acara discharge planning
b. Perawat pelaksana mengucapkan salam.
c. Perawat pelaksana menyampaikan pendidikan kesehatan
tentang:, makanan, obat yang diminum, aktivitas, serta hal –
hal khusus lain.
d. Perawat pelaksana memberikan kesempatan pada untuk
memberikan informasi tambahan yang diperlukan.
e. Perawat pelaksana memberikan kesempatan pada pasien dan
keluarga untuk bertanya serta melakukan evaluasi tentang hal –
hal yang telah disampaikan.
f. Perawat pelaksana melakukan pendokumentasian
3. Penutup
Kepala ruangan memberikan reward kepada Perawat pelaksana
Unit Terkait 1. Rawat Inap
PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING
Topik : Discharge Planning pada Ny. P dengan diagnosa Post Op App
Sasaran : Ny.P
Hari/Tanggal : Rabu, 23 February 2023
Waktu : 10.00 WITA
Materi : Perawatan Luka Post Op App
Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Raida Humairah, S. kep
Ketua Tim I : Norhikmah, S.Kep
Perawat Pelaksana : Mariani, S.Kep
Ketua Tim II : Eka Apriyani, S. Kep
Perawat Pelaksana : Tri Sistiowati, S.Kep
TAHAP PERSIAPAN
NURSE STATION
PP : “Assalamualaikum,,,,Selamat Pagi”,
Karu : “Waalaikumsalam,,,Selamat Pagi , ada yang bisa saya bantu?”
PP : “Seperti yang telah kita ketahui dari timbang terima tadi, satu
pasien kelolaan kita hari ini sudah menjalani hari perawatan yang
ke-2 dan kondisi pasien sudah mulai membaik maka sekarang
saya merencanakan discharge Planning untuk pasien atas nama
Ny.P dengan diagnosa medis Post Op App
Karu : “Baik tolong anda mempersiapkan dokumen untuk discharge
planningnya”
PP : “Baik”.
(PP menyiapkan persiapan discharge planning meliputi status
pasien, kartu discharge planning, lembar discharge planning,
dibantu oleh KaTim)
KaTim “Saya sudah mempersiapkan untuk discharge planningnya”
Karu : “Baik tolong berikan pada saya untuk saya check”
PP : Memberikan paket discharge planning (status pasien, kartu
discharge planning, lembar discharge planning)
Karu : “Anda sudah mempersiapkannya dengan baik dan lengkap.
Pendidikan kesehatan apa yang akan anda berikan pada keluarga
pasien?”
PP : “Pasien akan diedukasi tentang Perawatan Luka Post App”.
Karu : “Baik. Mari kita menemui pasien dan keluarganya sekarang”.
TAHAP PELAKSANAAN
BED PASIEN
Karu : “Selamat siang ibu dan bapak, Perkenalkan ini perawat Mariani
dan perawat Tri Sistiowati. Hari ini mereka akan menjelaskan
terkait kondisi istri anda. Silahkan perawat Mariani dan Tri
Sistiowati, saya tinggal dulu ya Pak, Bu Permisi”
PP : “Baik, Ibu, Kami ingin memberikan penjelasan tentang langkah
perawatan luka Post Op App.
“untuk perawatan dirumah perban lukanya jangan sampai basah
apabila basah tolong langsung dikeringkan, dan ibu bisa kontrol
luka operasinya pada tanggal 25 Februari 2023 ke poli bedah
umum”
KaTim : “Menambahkan penjelasan PP. Tolong anda mengisi angket
kepuasan sebagai bagian dari evaluasi pelayanan kami”.
“Bagaimana bu, ada yang ditanyakan? Atau ada yang kurang
jelas? silahkan ditanyakan”…
PP : “Baik bu. Bila sudah jelas, silahkan TTD di bagian sini (format
discharge planning)”.
KaTim : “Baik”.
PP : Oke, terimakasih.
TAHAP PENUTUP
NURSE STATION
PP : Mengetuk pintu ruangan KARU ) tok tok tok, permisi
Disusun Oleh:
Kelompok 2B
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas lebih
dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi
perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih
melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke dalam
praktik keperawatan (Nursalam, 2015).
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berpikir kritis.
1.3 MANFAAT
1.3.1 Bagi Pasien
1.3.1.1 Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat
masa penyembuhan.
1.3.1.2 Mendapat perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien.
1.3.1.3 Memenuhi kebutuhan pasien.
2.1.2 Tujuan
2.1.2.1 Tujuan Umum:
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis
dan diskusi.
2.1.3 Manfaat
2.1.3.1 Masalah pasien dapat teratasi
2.1.3.2 Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
2.1.3.3 Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
2.1.3.4 Terjalinnya kerja sama antartim kesehatan
2.1.3.5 Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan
tepat dan benar
2.1.5.2 Tempat:
Ruang Bedah (Al Insyirah)
2.1.6 Metode
Diskusi : status pasien, alat buku, alat tulis dan demonstrasi
Tahap Pra-ronde PP
1. Penetapan Pasien
2. Penetapan Pasien
Informed
Consent
Hasil
Pengkajian/
Validasi data
Apakah diagnose
keperawatan?
Tahap Pelaksanaan di 3. Penyajian Masalah Apakah data yang
Nurse Station mendukung?
Bagaimana
intervensi yang
sudah dilakukan?
Apakah hambatan
ditemukan?
Keterangan:
1. Pra-ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka).
b. Menentukan tim ronde.
c. Mencari sumber atau literature.
d. Membuat proposal.
e. Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian
f. Diskusi: Apa diagnose keperawatan? Apa data yang mendukung? Bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan? Apa hambatan yang ditemukan selama
perawatan?
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh ketua tim yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh ketua tim atau tenaga kesehatan lainnya atau
kepala ruangan tentang masalah pasien serta tindakan yang akan dilakukan.
3. Pascaronde
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan.
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis; intervensi keperawatan
selanjutnya.
2.1.10.2 Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan.
2.1.10.3 Hasil
a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b. Masalah pasien dapat teratasi.
c. Perawat dapat:
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
2) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
keperawatan.
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berorientasi pada masalah pasien.
6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
7) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
BAB 3
RENCANA KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
3.1 Tujuan
3.1.1 Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi, yaitu ketidakefektifan
pola nafas, retensi urine, defisien volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi,
dan penurunan toleransi aktivitas
3.2 Sasaran
Nama : Tn. A. K. M
Usia : 37 Tahun
No. RM : 23 55 XX
Hari Rawat : Hari ke-5
Diagnosa Medis : Ca. Prostat
3.3 Materi
3.3.1 Teori Asuhan Keperawatan dengan diagnosa Ca. Prostat
3.3.2 Masalah-masalah yang muncul pada pasien dengan
3.3.2.1 Ketidakefektifan Pola Nafas b.d penumpukan cairan di paru-paru
3.3.2.2 Retensi Urine b.d obstruksi uretra, otot kandung kemih lemah
3.3.2.3 Defisien Volume Cairan b.d kesulitan memenuhi peningkatan
kebutuhan volume cairan
3.3.2.4 Ketidakseimbangan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kurang minat pada makanan, kelemahan otot menelan
3.3.2.5 Penurunan Toleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara
suplai/kebutuhan oksigen, penurunan kekuatan otot, malnutrisi.
3.4 Metode
Diskusi
3.5 Media
3.5.1 Dokumentasi/status pasien
3.5.2 Sarana diskusi : kertas, pulpen
3.5.3 Materi yang disampaikan secara lisan
Kegiatan
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksanaan Tempat
Pasien
1 hari Pra- Pra-ronde : Penanggung Ruang Bedah
sebelum ronde 1. Menentukan kasus jawab (Al Insyirah)
ronde dan topic (Mariani, RSUD
2. Menentukan tim S.Kep) Brigjend. H.
ronde Hasan Basry
3. Menentukan Kandangan
literature
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan
pasien dengan
pemberian informed
consent
3.7.2 Proses
3.7.2.1 Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
3.7.2.2 Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan
3.7.3 Hasil
3.7.3.1 Pasien puas dengan hasil kegiatan
3.7.3.2 Masalah pasien dapat teratasi
3.7.3.3 Perawat dapat :
a. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis.
b. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
d. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
e. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
f. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
3.8 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Ahmad Rajani S.Kep
Katim I : Faesal Wijaya Kusuma, S.Kep
PP : Eka Apriani, S.Kep
: Dyah Ustriyani, S.Kep
: Fathiyah, S.Kep
: Marfuah, S.Kep
Katim 2 : Mariani, S.Kep
PP : Tri Sistiowati, S.Kep
: Noor Hikmah, S.Kep
: Raida Humairah, S.Kep
: Sri Mulyani, S.Kep
Konselor : Dokter penanggung jawab
Ahli Gizi
Tim Farmasi
Dokter Muda
Karu Ruang Bedah Al Insyirah
Katim Ruang Bedah Al Insyirah
Pembimbing Klinik : Misna, S. Kep., Ns
Pembimbing Akademik : Rida’ Millati, Ns., M.Kep
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi.5. Jakarta: Salemba Medika.
Pembimbing :
Rida’ Millati, Ns.
M.Kep
Misna, S.Kep.,Ns
Disusun Oleh:
Kelompok 2B
Faesal Wijaya Kusuma, S.Kep 2214901210111
Dyah Ustriyani, S.Kep 2214901210106
Eka Apriani, S.Kep 2214901210107
Fathiyah, S.Kep 2214901210112
Marfuah, S.Kep 2214901210126
Ahmad Rajani, S.Kep 2214901210094
Mariani, S.Kep 2214901210127
Norhikmah, S.Kep 2214901210135
Raida Humairah, S.Kep 2214901210142
Sri Mulyani, S.Kep 2214901210151
Tri Sistiowati, S.Kep 2214901210153
A. Definisi
Kanker prostat adalah kanker yang mempengaruhi pada kelenjar prostat yang dapat
mengakibatkan kematian . Kanker prostat berkembang dikelenjar prostat yang terletak pada
system reproduksi pria. Terjadi apabila sel prostat bermutasi dan menyebar tanpa terkendali,
sel-sel ini dapat menyebar dari sel prostat ke organ lain di tubuh, seperti tulang atau kelenjar
getah bening. Karsinoma prostat bisa mengakibatkan rasa sakit, susah buang air kecil,
masalah dengan hubungan seksual, disfungsi ereksi dan gejala lainnya, meskipun tanda-
tanda ini hanya terdeteksi pada fase lanjut penyakit. Kanker prostat banyak terjadi pada
pemeriksaan colok dubur dan benjolan dapat teraba. Pada kanker prostat fase awal tidak
banyak ditemukan gejala klinis, lebih banyak penderita dating pada fase lanjut ( Novaldy &
Iyos, 2016)
B. Etiologi
Menurut (Indarti & Sekarutami, 2015) etiologi dari kanker prostat adalah :
1. Usia.
Setelah usia empat puluh tahun, angka kejadian karsinoma prostatterjadi kenaikan yang
cukup banyak.
2. Etnis.
Orang asia dan orang berkulit hitam lebih beresiko tinggi terkena kanker prostat
3. Riwayat keluarga.
Lelaki yang ayah atau saudara lelakinya menderita kanker prostat memiliki risiko dua
kali lipat terkena kanker prostat.
4. Diet dan gaya hidup.
Pola makan dengan banyak mengandung lemak, daging tinggi lemak, makanan yang
rendah serat, jarang mengkonsumsi tomat, jarang memakan ikan dan kedelai meningkat
risiko terjadinya kanker prostat. Hubungan antara kanker prostat dan kegemukan masih
dipelajari, berdasarkan hubungan antara kegemukan dengan risiko keganasan dankadar
testosterone yang rendah, jumlah ejakulasi dikatakan memiliki peran protektif terhadap
kanker prostat, namun saat ini sedang dalam penelitian.
5. Genetik.
Penelitian pada peran genetika di perkembangan kanker prostat belum menemukan hasil
yang tetap.
6. Histopatologi.
Macam histopatologi yang paling banyak dijumpai pada kanker prostat adalah
adenokarsinoma (sebanyak lebih dari Sembilan puluh lima persen ).empat persen
merupakan sel transisi dan sisanya merupakan karsinoma dan sarcoma neuroendokrin
( sel kecil )
C. Manifestasi klinis
Menurut (Indarti & Sekarutami, 2015) manifestasi klinis ca prostat yaitu
1. Gangguan saat buang air
2. Nyeri ketika berhubungan seksual
3. Sperma yang tercampur dengan darah(hematospermia) akibat invasi selkanker
ke vesikula seminalis
4. Impotensi
5. Edema tungkai akibat penyebaran sel kanker ke kelenjar getah bening(KGB)
6. Anoreksia
7. Penurunan berat badan yang patologis
8. Nyeri tulang
9. Fraktur patologis
10. Menyebar ke spinal bagian ekstradural yang dapat mengakibatkandefisit neurologis
seperti paraplegi dan inkonteniensia.
E. Penatalaksanaan Medis
Penanganan kanker prostat ditentukan dari berbagai penyebab yaitu grade tumor, stadium,
komorbiditas, preferensi pasien, dan harapan hidup saat diagnosis. Mengingat belum ada data
yang dapat memastikan angka harapan hidup pada saat didiagnosis di Indonesia, maka batas
usia digunakan sebagai acuan untuk menentukan rencana pengobatan.
Penatalaksanaan pada kanker terlokalisir atau locally advanced
1. Pemantauan aktif dikontraindikasi untuk pasien bergejala. penderitadengan resiko sedang
dan tinggi di bawah usia 70 tahun tidak direkomendasikan
2. Jika kemungkinan keterlibatan kelenjar (staging nomogram) <3%, diseksi kelenjar getah
bening panggul tidak dilakukan.
3. Rekomendasi untuk prostatektomi radikal pada penderita yang berisiko tinggi dan sangat
berisiko tinggi telah diubah sebagai bagiandari rencana terapi multimodal, termasuk
terapi hormone, radioterapisetelah operasi, dan kemoterapi.
Berdasarkan hasil pembelajaran review dan meta-analisis, manfaat blokade komplit (CAB)
hanya kurang dari lima persen. Penggunaan CAB dalam jangka panjang akan menginduksi
perkembangan sel yang tidak bergantung androgen, dengan siklus rata- rata 2 tahun. Oleh
karena itu, dianjurkan untuk menghentikan dosis secara teratur, yang telah dibuktikan dalam
banyak penelitian penting, dan hasilnya tidak berbeda.
F. Komplikasi
Berdasarkan hasil studi, komplikasi kanker prostat terjadi akibat prosedur pembedahan
dan radiasi.
1. Komplikasi prosedur pembedahan kanker prostat adalah inkontinensia urine dan
impotensi karena keruskan sfingter urinarius atau saraf erektil.
2. Komplikasi akibat terapi radiasi meliputi retensi urin (5-10%), iritasi rektum ringan
yang dapat sembuh sendiri (20-30%), dan perdarahan rektum (2-7%).
(Lawrenti, 2019)
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
NOC: skala nyeri
NIC: manajemen nyeri,
2. Retensi Urine
NOC : distensi kandung kemih,
NIC: Manjemen eliminasi perkemihan
3. Penurunan tolerani Aktifitas
NOC: konservas energy, perawatan diri (ADLs), toleransi aktifitas
NIC: manajemen energi
4. Pola Napas Tidak Efektif
NOC: status pernapasan: ventilasi, patensi jalan napas. status vital sign.
NIC: manajemen jalan nafas
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh NOC: BB stabil, nutrisi terpenuhi
NIC: manajemen nutrisi.
6. Gangguan monbilitas
fisik NOC: kekuatan otot
NIC : bantu ambulasi
7. Resiko cedera
NOC: kontrol
resiko
NIC: Manjemen lingkungan,
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA. PROSTAT
DI RUANG BEDAH (AL-INSYIRAH) RSUD BRIGJEND H. HASAN BASERY
KANDANGAN
A. DATA DEMOGRAFI
1. Identitas Klien
Nama (Inisial) : Tn. A.
Usia/tanggal lahir : 37 Tahun/01 Agustus 1985
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ds. Telaga Bidadari Kec. Sungai
Raya Kab. HSS
Suku/bangsa : Banjar /WNI
Status Pernikahan : Duda
Agama/keyakinan : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Berkebun
Diagnosa Medis : Ca. Prostat
No. Medical Record : 23 55 XX
Tanggal Masuk : 23 Februari 2023
Tanggal Pengkajian : 24 Februari 2023
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 42 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Gambah Luar Kec. Kandangan
Hubungan dengan Klien : Kakak Kandung
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Badan terasa lemah
2. Kulit
Warna kulit klien terlihat bersih dan lembab, tugor kulit < 3detik kembali, tidak ada
lesi atau luka dibagian kulit, kulit teraba hangat
P : Terdengar bunyi sonor pada dinding dada kiri dan dinding dada kanan.
- Jantung
I : Dada tampak simetris, ictus cordis tampak terlihat jelas, tidak ada jaringan
parut di daerah dada
P : Ictus cordis tidak kuat angkat, arteri carotis teraba, CRT < 2
detik. P : Suara jantung saat diperkusi bunyinya pekak
A : terdengar bunyi s1, s2
9. Abdomen
I : tidak ada benjolan di 4 kuadran abdomen, tidak ada asites
A : peristaltik usus 12 x/menit
P : tidak ada nyeri tekan,
P : terdengar bunyi timpany
Timpany Timpany
Timpany Timpany
2. Personal Hygiene
a. Di Rumah : klien mengatakan mandi 2 x/hari, keramas rambut dan sikat gigi
setiap hari
b. Di RS : klien mengatakan diseka pagi dan sore, dan jarang
membersihkan gigi
3. Nutrisi
a. Di Rumah : makan 3x/hri, minum kurang lebih 6 gelas,
b. Di RS : keluarga pasien mengatakan tidak mampu menghabiskan
makanan yang disediakan, pasien hanya mampu menghabiskan 1 sendok makan
saja karena tidak nafsu makan dan rasa mual sedangkan untuk minum pasien
menghabiskan air mineral 600ml selama 2 hari
4. Eliminasi
a. Di Rumah : klien mengatakan BAB 1x/hari dan klien terpasang kateter urine
sejak beberapa bulan lalu, jumlah urine 300-500cc warna kuning
b. Di RS : klien mengatakan BAB 2 sampai 3 hari sekali, dan terpasang
urine kateter, jumlah urine 200-500 cc berwarna kuning kecoklatan
5. Seksualitas
Klien tidak mengalami gangguan reproduksi.
6. Psikososial
Sebelum sakit hubungan klien dengan keluarga dan lingkungan sekitar rumah baik.
Saat di rumah sakit klien tidak berinteraksi dengan pasien lain, karena klien dirawat
diruang isolasi, klien juga sulit berkomunikasi dengan orang lain karena kata-katanya
tidk jelas dan kadang tidak nyambung ketika ditanya
7. Spiritual
Kelurga klien mengatakan bahwa penyakit yang dirasakaan saat ini merupakan takdir
dari takdir dari Tuhan yang harus diterima. Keluarga klien selalu mendoakan untuk
kesembuhan klien
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 23 Februari 2023
Radiologi
Kontra Indikasi :
Anemia Berat
Gagal jantung parah
Alergi albumin
Nutrisi parenteral
Kontra Indikasi:
Kondisi overhidrasi,
edema paru,
gangguan fungsi
ginjal berat, dan
sirosis hepatis.
Peringatan penting
terkait salin normal
adalah perlunya
kehati-hatian saat
memberikan cairan
ini dalam volume
besar karena dapat
menimbulkan
kelebihan natrium
dan klorida. Kondisi
ini bisa berujung
pada acute kidney
injury dan
kematian.
Tidak dianjurkan
pada kondisi
overhidrasi,
keadaan
kongesti, edema
paru, gangguan
fungsi ginjal berat,
dan sirosis hepatis.
Kontraindikasi:
Memiliki hipersensitif
atau alergi terhadap
ceftriaxone dan obat
antibiotik cephalosporin
lainnya, seperti
cefadroxil dan cefalexin.
Memiliki hipersensitif
atau alergi terhadap
penicilin dan
obat antibakteri
beta laktam lainnya.
Neonatus (bayi baru
lahir sampai usia 28 hari)
yang mengalami
hiperbilirubinemia.
Tidak digunakan dengan
larutan atau produk yang
mengandung kalsium
pada bayi.
Ranitidin Ranitidine HCL Antihistamin Indikasi : 1 amp per IV
Menangani gangguan 12 jam
pada perut & usus
Kontraindikasi:
Yang sensitif terhadap
obat ini
Asam Folat tablet Suplemen Indikasi : 2x1 oral
o 0,4 mg Anemia
o 1 mg o anemia defisiensi
kombinasi besi
o ferro o anemia makrositik
sulfat 200 mg (kombinasi
o asam folat vitamin B12 &
0,25 mg asam folat)
malnutrisi asam folat
konsumsi asam folat
dapat menjaga
kesehatan otak dengan
mengurangi
level homosistein.
Kontra Indikasi :
Anemia perniciosa.
Penderita yang
hipersensitif terhadap
Folic Acid.
Kontraindikasi:
reaksi hipersensitivitas
atau anafilaksis terhadap
obat atau komponen obat
ini, terutama pada
pemberian secara
parenteral. Jika pasien
hendak menerima
sediaan intranasal
sebelum dapat
menoleransi sediaan
parenteral,
lakukan intradermal
test terlebih dahulu
(terutama pada pasien
yang dicurigai memiliki
risiko anafilaksis
terhadap
cyanocobalamin)
G. DATA FOKUS
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan Pola Nafas b.d penumpukan cairan di paru-paru,
Penurunan ekspansi paru
1. Data Subjektif
- Keluarga klien mengatakan klien tampak sesak sejak masuk RS
2. Data Objektif
- Klien tampak sesak nafas,
- Klien tampak bernapas menggunakan otot bantu napas,
- pernapasan reguler, cepat dan dangkal
- Pasien terpasang nasal canul 3 lpm
- TTV:
TD: 120/80 mmHg,
N: 124 x/menit,
R: 28 x/menit,
T: 38 0C
SpO2: 98%
2. Data Objektif
- Kulit klien teraba hangat
- Mukosa bibir kering
- Temp : 38 ºC
2. Data Objektif
- Klien tampak lemah
- Mukosa bibir kering
- Mata tampak cekung
- Suhu: 370 C
- Haluaran urine 200-500cc/hari
Diagnosa 4 : Retensi Urine b.d obstruksi uretra, otot kandung kemih lemah
1. Data Subjektif
- Keluarag klien mengatakan sejak 7 bulan yang lalu klien mengeluh kesulitan BAK
2. Data Objektif
- Klien tampak terpasang urine kateter
- Urine 200-500 cc/hari
- Warna urine kuning kecoklatan
Diagnosa 5 : Ketidakseimbangan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
minat pada makanan
1. Data Subjektif
- Keluarga klien mengatakan klien hanya menghabiskan makanan sebanyak 1
sendok
- Keluarga klien mengatakan klien tidak mau makan
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Keluarga klien mengatakan selama 7 bulan klien kehilangan BB >20kg
2. Data Objektif
- BB: 41 kg
- TB: 160cm
- IMT: 15,8
- Tampak perdarahan pada gusi
- Kebersihan mulut dan gigi kurang bersih
- Klien tampak tidak menghabiskan porsi makanan yang diberikan
- Mukosa bibir tampak pucat
DO:
- BB: 41 kg
TB: 160 cm
IMT: 15,8
- Tampak perdarahan
pada gusi
- Kebersihan mulut dan
gigi kurang bersih
- Klien tampak tidak
menghabiskan porsi
makanan yang
diberikan
- Mukosa bibir tampak
pucat
2. 00007 Hipertermi b/d Selama diberikan tindakan keperawaan 2x 6 jam , Perawatan Hipertermi (3786)
termoregulasi (0800) tidak terganggu dengan kriteria hasil : Pastikan kepatenan jalan napas
- Tingkat respirasi tidak terganggu Monitor tanda-tanda vital
- Denyut nadi radial tidak terganggu Berikan oksigen, sesuai kebutuhan
- Tidak ada peningkatan suhu tubuh Hentikan aktivitas fisik
- Tidak ada penurunan suhu kulit Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Tidak terjadi hipetermi Berikan metode pendingin eksternal (misalkan, kompres dingin pada
- Tidak ada sakit kepala leher, abdomen,kulit kepala, ketiak, dan selangkangan) sesuai kebutuhan.
- Tidak ada sakit otot Berikan cairan rehidrasi oral
- Tidak ada perubahan warna kulit Pasang akses intra vena
- Tidak terjadi dehidrasi Berikan cairan intravena
berikan obat antipiretik, sesuai kebutuhan
Monitor output urin
Lakukan pemeriksaan laboratorium, seru elektrolit, urinalisis, dan darah
lengkap
3. 00027 Defisien Volume Selama diberikan tindakan keperawaan 2x 6 jam , Manajemen Cairan (4120)
Cairan b.d kesulitan keseimbangan cairan (0601) tidak terganggu dengan kriteria Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
memenuhi hasil : Jaga intake yang akurat dan catat output (pasien)
peningkatan - Tekanan darah tidak terganggu Masukkan kateter urin
kebutuhan volume - Denyut nadi radial tidak terganggu Monitor status hidrasi (misalnya, membran mukosa bibir lembab, denyut
cairan - Jumlah frekuensi pernapasan tidak terganggu nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik)
- Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam tidak Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (misalnya,
terganggu peningkatan berat jenis, pemningkatan BUN, penurunan hematokrit, dan
- Berat badan stabil tidak terganggu peningkatan kadar osmolalitas urin)
- Turgor kulit tidak terganggu Monitor tanda-tanda vital pasien
- Kelembaban membran mukosa tidak terganggu Monitor indikasi kelebihan cairan/retensi (misalnya, crackles, elevasi CVP
- Hematokrit tidak terganggu atau tekanan kapiler paru yang terganjal, edema, distaensi vena leher dan
- Output urin tidak terganggu asites)
Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori harian
Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan
Monitor status gizi
Berikan cairan, dengan tepat
Tingkatkan asupan oral
Berikan penggantian nasogastrik yang diresepkan berdasarkan output
(pasien)
Distribusikan asupan cairan selama 24 jam
Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan
dengan baik
Tawari makanan ringan (misalnya, minuman ringan dan buah-
buahan segar/jus buah)
Atur ketersediaan produk darah untuk transfusi, jika perlu
Persiapkan pemberian produk-produk darah (misalnya cek darah, dan
memepersiapkan pemasangan infus)
Berikan produk-produk darah (misalnya, trombosit dan palsma yang baru)
4. 00023 Retensi Urine b.d Selama diberikan tindakan keperawaan 2x 6 jam , eliminasi Kateterisasi Urin ( 0580)
obstruksi uretra, otot urine (0503) tidak terganggu dengan kriteria hasil : Jelaskan prosedur dan rasionalisasi kateterisasi
kandung kemih - Pola eliminasi tidak terganggu Pasang alat dengan tepat
lemah - Bau urine tidak terganggu Berikan privasi dan tutupi pasien dengan baik untuk kesopanan (yaitu,
- Jumlah urine tidak terganggu hanya mengekspos area genetalia)
- Warna urine tidak terganggu Pastikan pencahayaan yang tepat untuk visualisasi anatomi yang tepat
- Kejernihan urine tidak terganggu Isi bola kateter sebelum pemasangan kateter untuk memeriksa ukuran dan
- Intake cairan tidak terganggu kepatenan kateter
- Mengosongkan kantong kemih sepenuhnya tidak Pertahankan teknik aseptik yang ketat
terganggu Pertahankan kebersihan tangan baik sebelum, selama, dan setelah insersi
- Mengenali keinginan untuk berkemih tidak terganggu atau saat memanipulasi kateter
- Tidak ada nyeri saat kencing Posisikan pasien dengan tepat (misalnya, perempuan terlentang dengan
- Tidak ada darah terlihat dalam urine kedua kaki diregangkan atau fleksi pada bagian panggul dan lutut, laki-
- Tidak ada rasa terbakar saat berkemih laki dengan posisi terlentang.
- Tidak ada retensi urin Bersihkan daerah sekitar meatus uretra dengan larutan anti-bakteri, saline
- Tidak ada nokturia steril, atau air steril, sesuai kebijakan lembaga
- Tidak ada inkontinensia urin Masukkan dengan lurus atau retensi kateter ke dalam kandung kemih.
- Tidak ada stres inkontinensia Gunakan ukuran kateter terkecil yang sesuai
- Tidak ada inkontinensia berkemih Pastikan bahwa kateter yang dimasukkan cukup jauh ke dalam kandung
- Tidak ada keinginan mendesak untuk berkemih kemih untuk mencegah trauma pada jaringan uretra dengan inflasi balon.
Isi bola kateter untuk menetapkan kateter, berdasarkan usia dan ukuran
tubuh sesuai rekomendasi pabrik (misalnys, dewasa 10 cc, pada anak 5 cc)
Hubungkan retensi kateter ke kantung sisi tempat tidur drainnase atau
pada kantung kaki
Amankan kateter pada kulit dengan plester yang sesuai
Tempatkan kantung drainase di bawah permukaan kandung kemih
Pertahankan sistem drainase kemih tertutup dan terhalang
Monitor intake dan output
Lakukan dan ajarkan pasien untuk membersihkan selang kateter di waktu
yang tepat
Lakukan pengosongan kantung kateter jika diperlukan
Dokumentasikan perawatan termasuk ukuran kateter, jenis, dan jumlah
pengisian bola kateter
Pastikan pencabutan kateter segera seperti yang ditunjukkan oleh kondisi
pasien
Ajarkan pasien dan keluarga mengenai perawatan kateter yang tepat
5. 00002 Ketidakseimbangan Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x6 jam status Manajemen Nutrisi (1415)
Nutrisi : kurang dari kebutuhan nutrisi (1004) klien tercukupi Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan tubuh b.d Kriteria Hasil : kebutuhan gizi
kurang minat pada - Asupan gizi tidak menyimpang dari rentang normal Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
makanan, - Asupan makanan tidak menyimpang dari rentang normal Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kelemahan otot - Asupan cairan tidak menyimpang dari rentang normal persyaratan gizi
menelan - Energi tidak menyimpang dari rentang normal Atur diet sesuai kebutuhan
- Rasio berat badan/tinggi badan tidak menyimpang dari Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan
rentang normal (misalnya : bersih, ber-ventilasi, santai, dan bebas dari bau yang
- Hidrasi tidak menyimpang dari rentang normal menyengat)
Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum
makan
Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah
konstipasi
Monitor kalori dan asupan makanan
Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan
6. 00298 Penurunan Toleransi Selama diberikan tindakan keperawaan 2x 6 jam , toleransi Manajemen Energi (0180)
Aktivitas b.d terhadap aktivitas (0005) tidak terganggu dengan kriteria Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai
ketidakseimbangan hasil : dengan konteks usia dan perkembangan
antara - Tidak ada penurunan saturasi oksigen ketika beraktivitas Perbaiki defisit status fisiologis (misalnya kemoterapi yang menyebabkan
suplai/kebutuhan - Tidak ada penurunan frekuensi nadi ketika beraktivitas anemia) sebagai prioritas utama
oksigen, penurunan - Tidak ada penurunan frekuensi pernapasan Monitor intake nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
kekuatan otot, ketika beraktivitas Konsultasikan dengan ahli gizi menenai cara meningkatkan intake energi
malnutrisi - Tidak ada penurunan dalam kemudahan bernapas dari makanan
ketika beraktivitas Negosiasikan waktu makan yang sesuai dan tidak sesuai dengan jadwal di
- Tidak ada penurunan tekanan darah sistolik rumah sakit.
ketika beraktivitas Monitor sistem kardiorespirasi pasien selama kegiatan (misalnya,
- Tidak ada penurunan tekanan diastolik ketika beraktivitas takikardia, disretmia yang lain, dyspnea, diaphoresis, pucat, tekanan
- Tidak ada perubahan pada warna kulit hemodinamik, frekuensi pernapasan.
- Tidak ada penurunan kekuatan otot Monitor/catat waktu dan lama istirahat/tidur
- Tidak ada penurunan kekuatan tubuh bagian atas Batasi jumlah dan gangguan pengunjung, dengan tepat
- Tidak ada penurunan kekuatan tubuh bagian bawah Lakukan ROM aktif/pasif untuk menghilangkan ketegangan otot
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas hidup Tawarkan bantuan untuk meningkatkan tidur (misalnya, musik, atau obat)
harian (Activities of Daily Living/ ADL) Anjurkan tidur siang bila diperlukan
Bantu pasien untuk menjadwalkan periode istirahat
Hindari kegiatan perawatan selama jadwal istirahat pasien
Anjurkan aktivitas fisik (misalnya, ambulasi, ADL) sesuai dengan
kemampuan (energi) pasien
Evaluasi secara bertahap kenaikan level aktivitas pasien
Monitor respon oksigen pasien (misalnya tekanan nadi, tekanan darah,
respirasi) saat perawatan maupun saat melakukan perawatan diri secara
mandiri
K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal: Jum’at/24 Februari 2023
No. Jam Tindakan No. Diagnosa Tindakan Evaluasi Tindakan Paraf
NANDA
1. 10.30 wita 00032 Manajemen Jalan Napas (3140) Manajemen Jalan Napas (3140)
1. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, 1. Memberikan posisi semifowler
meringankan sesak napas
2. Mengauskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya 2. Tidak terdengar suara bunyi napas tambahan
menurun atau tidak ada dan adanya suara tambahan
3. Memonitor status pernapasan dan oksigenasi, sebagaimana 3. Klien terpasang Oksigen Nasal Kanul 3 lpm
mestinya
6. Mendukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam 6. Memberikan edukasi tentang pentingnya
pemberian cairan per oral dengan baik pemenuhan kebutuhan cairan bagi klien
7. Mengatur ketersediaan produk darah untuk transfusi, jika 7. Memberitahukan keluarga klien tentang
perlu kesiapan p roduk darah untuk transfusi klien
8. Mempersiapkan pemberian produk-produk darah (misalnya 8. Melakukan persiapan transfusi sesuai SOP
cek darah, dan memepersiapkan pemasangan infus)
9. Berikan produk-produk darah (misalnya, trombosit dan 9. Menunda pemberian transfusi PRC karena klien
palsma yang baru) demam
Hari/Tanggal: Senin/27 Februari 2023
No. Jam Tindakan No. Diagnosa Tindakan Evaluasi Tindakan Paraf
NANDA
1. 11.30 wita 00032 Monitor Pernapasan (3350) Monitor Pernapasan (3350)
1. Memonitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan 1. Terlihat klien sesak, RR 32x/menit
bernapas
2. Mencatat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, 2. Klien tampak bernapas menggunakan otot bantu
penggunaan otot-otot bantu napas, dan retraksi pada otot napas
supraclaviculas dan interkosta
3. Memonitor pola napas (seperti bradipneu, takipneu, 3. Klien tampak takipneu
hiperventilasi, pernapasan kusmaul, pernapasan 1:1,
apneustik, respirasi biot, dan pola ataxic)
4. Memonitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi 4. SpO2 93 % dengan terpasang oksigen NRM 12
(seperti, SpO2, SvO2, SaO2) sesuai dengan protokol yang ada. lpm
2. Memberikan metode pendingin eksternal (misalkan, kompres 4. Memberikan kompres dingin pada frontal
dingin pada leher, abdomen,kulit kepala, ketiak, dan
selangkangan) sesuai kebutuhan
3. Memberikan cairan intravena 5. Klien tampak terpasang akses intravena 2 jalur
4. Memberikan obat antipiretik, sesuai kebutuhan 6. Memberikan pct infus 100 mg IV
5. Memonitor output urin 7. Urine tampung 300 cc sejak jam 07.00 WITA
No Jam No. Dx Respon Subjektif Respon Objektif (O) Analisa Masalah (A) Perencanaan Selanjutnya (P) Paraf
Evaluasi NANDA (S)
1. 13.30 00032 - Keluarga klien - TTV: Masalah belum teratasi Intervensi dilanjutkan:
Wita mengatakan TD: 98/65 mmHg 1. Manajemen Jalan Napas (3140)
klien masih RR:26x,m 2. Monitor Pernapasan (3350)
tampak sesak HR: 110x/m 3. Terapi Oksigen (1120)
SpO2: 98 % dengan
oksigen nasal kanula 3
lpm
- Klien masih tampak
menggunakan otot bantu
nafas
2 13.30 - Keluarga klien - Teraba tidak hangat Masalah teratasi sebagian Intervensi dilanjutkan
Wita mengatakan - Temp: 36,7 C 1. Perawatan Hipertermi (3786)
badan tidak
teraba hangat
lagi
3 13.30 00027 - Keluarga klien - Mukosa bibir kering Masalah belum teratasi Intervensi dilanjutkan
Wita mengatakan - Urien output 200cc 1. Manajemen Cairan (4120)
klien masih - Klien tampak tidak
tidak mau menghabiskan cairan
minum oral yang diberikan
Hari/Tanggal: Sabtu/ 25 Februari 2023
No Jam No. Dx Respon Subjektif Respon Objektif (O) Analisa Masalah (A) Perencanaan Selanjutnya (P) Paraf
Evaluasi NANDA (S)
1. 13.30 00032 - Keluarga klien - TTV: Masalah belum teratasi Intervensi dilanjutkan:
Wita mengatakan TD: 96/75 mmHg 1. Manajemen Jalan Napas (3140)
klien masih RR:36x,m 2. Monitor Pernapasan (3350)
tampak sesak HR: 140x/m 3. Terapi Oksigen (1120)
SpO2: 95 % dengan
oksigen NRM 10 lpm
- Klien masih tampak
menggunakan otot
bantu nafas
2 13.30 - Keluarga klien - Teraba hangat Masalah belum teratasi Intervensi dilanjutkan
Wita mengatakan - Temp: 39,5 ⁰C 1. Perawatan Hipertermi (3786)
badan tidak
teraba hangat
lagi
3 13.30 00027 - Keluarga klien - Mukosa bibir kering Masalah belum teratasi Intervensi dilanjutkan
Wita mengatakan - Urien output 300cc 1. Manajemen Cairan (4120)
klien masih - Klien tampak tidak
tidak mau menghabiskan cairan
minum oral yang diberikan
Hari/Tanggal: Senin/27 Februari 2023
No Jam No. Dx Respon Subjektif Respon Objektif (O) Analisa Masalah (A) Perencanaan Selanjutnya (P) Paraf
Evaluasi NANDA (S)
1. 13.30 00032 - Keluarga klien - TTV: Masalah belum teratasi Intervensi dilanjutkan:
Wita mengatakan TD: 65/50 mmHg 1. Monitor Pernapasan (3350)
klien masih RR: 32 x/m 2. Terapi Oksigen (1120)
tampak sesak HR: 143 x/m
SpO2: 93% dengan
oksigen NRM 12 lpm
- Klien masih tampak
menggunakan otot
bantu nafas
2 13.30 - Keluarga klien - Kulit teraba hangat Masalah belum teratasi Intervensi dilanjutkan
Wita mengatakan - Temp: 40,6 ⁰ C 1. Perawatan Hipertermi (3786)
badan tidak - Kesadaran coma
teraba hangat - GCS: E1V1M1
lagi
- Kelurga klien
mengatakan
klien
mengalami
penurunan
kesadaran sejak
jam 05.00 wita
3 13.30 00027 - Keluarga klien - Mukosa bibir kering Masalah belum teratasi Intervensi dilanjutkan
Wita mengatakan - Urine output 300 cc 1. Manajemen Cairan (4120)
klien sejak jam 05.00
mengalami wita
penurunan - Klien tidak terpasang
kesedaran sejak NGT
jam 05.00 wita
M. MASALAH YANG SUDAH TERATASI DAN IMPLEMENTASI
- Tidak ada masalalah keperawatan yang teratasi
3. Defisien volume cairan b.d kesulitan memenuhi peningkatan kebutuhan volume cairan
- Sudah dilakukan manjemen cairan IVFD NaCl 0,9 % : D5% 1500cc/24 jam
Disusun Oleh:
Kelompok 2B
A. Latar Belakang
Supervisi merupakan bagian penting dalam fungsi pengarahan dan merupakan
cara efektif untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan. Supervisi merupakan
media untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah direncanakan
dilaksanakan dengan baik. Kunci sukses supervisi yaitu 3 f, yaitu Fair, Feedback,
dan Follow Up.
Muninjaya (2015) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses
atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian. Supervisi merupakan
suatu kegiatan yan mengandung dua dimensi pelaku, yaitu pemimpin dan
anggota atau orang yang disupervisi. Kedua dimensi pelaksana tersebut
walaupun secara administratif berbeda level dan perannya, namun dalam
pelaksanaan kegiatan supervisi keduanya memiliki andil yang sama-sama
penting. Pemimpin mampu melakukan pengawasan sekaligus menilai seluruh
kegiatan yang direncanakan bersama dan anggota mampu menjalankan tugas-
tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya.
Dalam supervisi semua orang terlibat bukan sebagai pelaksana namun secara
bersama sebagai mitra kerja yang memiliki ide-ide, pendapat dan pengalaman
yang perlu didengar, dihargai dan diikutsertakan dalam usaha perbaikan proses
kegiatan termasuk penerapan konferensi, ronde keperawatan dan presentasi kasus.
Dengan demikian supervisi merupakan suatu kegiatan dinamis yang mampu
meningkatkan motivasi dan kepuasan diantara orang-orang yang terlibat baik
pimpinan maupun anggotanya.
C. Manfaat
1. Bagi perawat atau mahasiswa
Meningkatkan mutu asuhan keperawatan
2. Bagi institusi
Meningkatkan mutu pelayanan
3. Bagi klien
Mempercepat penyembuhan klien
Mencegah infeksi
D. Pengorganisasian
Pembimbing klinik : Misna, S.Kep., Ns
Ketua tim : Tri Sistiowati, S.Kep & Dyah Ustriyani, S.Kep
Kepala ruangan : Fathiyah, S.Kep
Perawat pelaksana : Ahmad Rajani, S.Kep
Faesal Wijaya Kusuma,
S.Kep Eka Apriyani, S.Kep
Marfuah, S. Kep
Mariani, S.Kep
Norhikmah, S.Kep
Raida Humairah, S.
Kep Sri Mulyani, S.
Kep
E. Metode
Metode yang digunakan yaitu:
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
3. Feedback
SUPERVISOR
Marfuah, S.Kep
PERAWAT PRIMER
Mariani, S.Kep
Perawat Asosiate
Supervisi
Kasi Perawatan
Delegasi
Ka. Per IRNA
Supervisi
Supervisi
Delegasi
Fair PA PA
Feed back
Follow up
Kualitas pelayanan
meningkat
Post Supervisi
G. Mekanisme Kegiatan Kerja Supervisi
Post Evaluasi:
Supervisi 1. Menginformasikan 1. Mendengarkan Ruang
10 menit hasil dari penilaian dengan Karu
2. Melakukan evaluasi seksama
hasil supervisi 2. Klarifikasi
3. Memberikan solusi hasil penilaian
dan feed back 3. Tanda tangan
4. Memberikan hasil Supervis
reinforcement 4. Melakukan
5. Melakukan tindakan
dokumentasi hasil perawatan luka
supervise kembali di
6. Follow up kemudian hari
bila terjadi
kesalahan
dalam
perawatan luka
H. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Persiapan dilaksanakan 2 hari sebelum acara dimulai pembuatan proposal,
dan berlatih role play untuk ketua tim dan perawat associate yang akan
dilakukan supervise serta supervisor dalam kegiatan supervisi.
b. Evaluasi Proses
1) Mengevaluasi jalannya supervise.
2) Mengevaluasi proses pelaksanaan tindakan perawatan luka sesuai dengan
SOP ruangan.
c. Evaluasi Hasil
1) Pada tahap preinteraksi, perawat sudah mencuci tangan sebelum
menyiapkan alat, alat sudah dipersiapkan dan dicek kembali kelengkapan
alat yang diperlukan
2) Tahapan orientasi, saat pertama bertemu klien dan keluarga klien, perawat
memberikan salam dan menyapa nama klien, perawat juga
memperkenalkan dirinya, menanyakan keluhan saat itu, perawat juga tidak
lupa menunjukkan sikap empatinya kepada klien, lalu menjelaskan akan
melakukan perawatan luka, dimana prosedurnya akan dilakukan sekitar 15
menit di tempat itu serta tidak lupa menanyakan persetujuan klien dengan
tindakan yang akan dilakukan oleh perawat.
3) Pada tahapan kerja, secara keseluruhan sudah cukup baik dimana
keseluruhan tindakan dilakukan dengan baik, dari saat menyiapkan alat
maupun saat melakukan perawatan luka.
4) Tahap terminasi sudah sesuai dan baik, saat mengakhiri kegiatan perawat
sudah mampu mengevaluasi kegiatan yang dilakukan, memberikan
reinforcement pada klien, mengakhiri tindakan dengan cara yang baik
serta tidak lupa mencuci tangan setelah kegiatan selesai dilakukan.
5) Sikap perawat pada saat orientasi dan melakukan tindakan sudah sangat
baik terhadap klien maupun keluarga dimana perawat memberi salam saat
pertama datang, memperkenalkan diri, serta menunjukkan sikap empati
pada klien, perawat juga terlihat begitu ramah dengan klien dan keluarga
dimana perawat selalu tesenyum saat berbicara dan bersikap sangat sopan
saat berinteraksi dengan klien dan keluarga.
6) Tahapan evaluasi, perawat sudah melakukan evaluasi dengan baik,
perawat juga menanyakan kembali bagaimana perasaan klien setelah
diberikan tindakan perawatan luka.
KEGIATAN
A. Topik
Perawatan luka
B. Waktu
Maret 2023
C. Tempat
Ruang Karu, Ruang penyimpanan alat, Kamar Klien.
D. Aspek
Menilai kegiatan perawatan luka
E. Supervisor
Marfuah, S.Kep
F. Yang Disupervisi
Perawat asosiate : Faesal Wijiya Kusuma, S.Kep
Lampiran
1. SOP perawatan luka bersih
2. Format perawatan luka
3. Lembar Supervisi
4. Materi perawatan luka bersih
5. Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 1
Persiapan Alat:
1. Kom kecil
2. Pinset anatomi
3. Pinset cirugis
4. Gunting jaringan
5. Gunting verban
6. Handschon steril
7. Kassa steril
8. Kassa gulung
9. Hypapyk
10. Kantong sampah medis
11. Perlak
12. Nacl 0,9%
Prosedur :
Dilaksanakan
Aspek Penilaian Parameter Bobot Ya Tidak Keterangan
Tahap 1. Periksa order dokter 1 √
Preinteraksi
2. Persiapkan Alat: 2
√
Kom kecil
Pinset anatomi
Pinset cirugis
Gunting jaringan
Gunting verban
Handschon steril
Kassa steril
Kassa gulung
Hypapyk
Kantong sampah medis
Perlak
Nacl 0,9%
Tahap Orientasi 1. Perkenalkan diri dan identifikasi klien dan tanyakan nama klien. 1 √
(Marfuah, S. Kep)
Lampiran 4
MATERI PERAWATAN LUKA
Disusun Oleh:
Kelompok 2B
KELOMPOK 2B
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga proposal timbang terima praktek profesi manajemen keperawatan di Ruang
Bedah (Al-Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan telah selesai.
Proposal ini dibuat untuk merencanakan kegiatan dalam pemenuhan kompetensi
menejemen keperawatan dalam penerapan model asuhan keperawatan profesional
pada profesi manejemen.
Kami selaku tim penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, begitu
pula proposal yang kami buat ini, baik dari segi isi maupun penulisannya. Kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan proposal kami
selanjutnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa
memahami prinsip manajemen keperawatan dan model pemberian asuhan
keperawatan profesional
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik klinik manajemen keperawatan, mahasiswa
mampu:
1.2.2.1 Menganalisis lingkungan ruang perawatan, menghitung
kebutuhan tenaga keperawatan di suatu ruangan perawatan.
1.2.2.2 Melaksanakan peran sesuai dengan model MAKP yang telah
ditentukan.
1.2.2.3 Melakukan supervisi keperawatan
1.2.2.4 Melakukan ronde keperawatan
1.2.2.5 Melakukan timbang terima keperawatan
1.2.2.6 Melakukan Discharge Planning
1.2.2.7 Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan
model Problem, Intervensi dan Evaluasi (PIE)
1.2.2.8 Menganalisis tingkat kepuasan pasien pre dan post pelaksanaan
MAKP
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1.3.1.1 Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan
1.3.1.2 Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MAKP
di Ruang Bedah (Al-Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basry
Kandangan.
1.3.1.3 Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MAKP
di Ruang Bedah (Al-Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basry
Kandangan
1.3.1.4 Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT
dan menyusun rencana strategi.
1.3.1.5 Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan
model asuhan keperawatan profesional di Ruang Bedah (Al-
Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan
2.1 Definisi
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan
tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2016).
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga
peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat
tanggung jawab yang jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra,
artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan
diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan
primer (kombinasi metode tim dan keperawatan primer)
2.5.2.2 Kelemahan
Komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit
untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
2. pengorganisasian:
a) merumuskan metode penugasan yang digunakan;
b) merumuskan tujuan metode penugasan;
c) membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara
jelas;
d) membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi
2 ketua tim, dan ketua tim membawahi 2–3 perawat;
e) mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan:
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap
hari, dan lain-lain;
f) mengatur dan mengendalikan logistik ruangan,
g) mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik;
h) mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di
tempat kepada ketua tim;
i) memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien;
j) mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya;
k) identifikasi masalah dan cara penanganannya. c.
pengarahan:
l) memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim;
m)memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik;
n) memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap;
o) menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien;
p) melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan;
q) membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya;
r) meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
3. Pengawasan
a) melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien;
b) melalui supervisi:
1) pengawasan langsung dilakukan dengan cara
inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan
langsung secara lisan, dan memperbaiki/ mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga;
2) pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar
hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas;
3) evaluasi;
4) mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan yang
telah disusun bersama ketua tim;
5) audit keperawatan.
Supervisior :
Kepala Ruangan
Ketua Tim
Staff / Perawat
Pagi
Staff / perawat
sore
Staff / Perawat
Malam Pasien
b. Pelaksanaan Kegiatan
Hari/tanggal : Senin, 27 Februari 2023
Pukul : 14.00
Topik : Materi sosialisasi model asuhan keperawatan
professional ( MAKP ) Tempat : Ruang Bedah (Al-
Insyirah)
3.2 Metode
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
3.3 Media
1. Status Klien
2. Buku Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh:
Kelompok 2B
PROPOSAL MANAJEMEN
NO£E PL4 F PENERIMAAN PASIEN BARU
KELOMPOK 2B
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga proposal penerimaan pasien baru praktek profesi manajemen keperawatan
di Ruang Bedah (Al-Insyirah) RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan telah
selesai. Proposal ini dibuat untuk merencanakan kegiatan dalam pemenuhan
kompetensi menejemen keperawatan dalam penerapan model asuhan keperawatan
profesional pada profesi manejemen.
Kami selaku tim penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, begitu
pula proposal yang kami buat ini, baik dari segi isi maupun penulisannya. Kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan proposal kami
selanjutnya.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
1.2.2. Setelah dilakukan penerimaan pasien baru, Ners Muda mampu
melaksanakan penerimaan pasien yang baru masuk dengan
memperkenalkan pasien dengan perawat, lingkungan, dan tata tertib
yang ada dirumah sakit.
1.2.3. Tujuan Khusus
1.2.3.1. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan senyum
dan salam.
1.2.3.2. Memperkenalkan diri dan perawat yang jaga beserta peran
masing-masing perawat.
1.2.3.3. Memperkenalkan dokter yang bertanggung jawab.
1.2.3.4. Menjelaskan tentang tata tertib rumah sakit.
1.2.3.5. Memperkenalkan ruangan/lingkungan (kamar mandi, apotik,
ners station, masjid, kantin/koperasi, ruang kerja, ruang
emergency).
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Perawat
1.3.1.1. Perawat dapat membina hubungan saling percaya dengan pasien
dan keluarga pasien.
1.3.1.2. Mempermudah perawat untuk mengkaji pasien.
1.3.1.3. Meningkatkan komunikasi antara perawat dan pasien atau
keluarganya.
1.3.2. Bagi Pasien
1.3.2.1. Pasien mendapatkan informasi tentang kondisi ruangan,
perawatan, obat, tata tertib ruangan, dan pelayanan.
1.3.2.2. Tercapainya kepuasan pasien yang optimal terhadap pelayanan
keperawatan.
1.3.2.3. Menurunkan tingkat kecemasan pasien maupun keluarga pasien.
1.3.2.4. Mempercepat adaptasi pasien tentang tata tertib dan lingkungan
yang ada dirumah sakit.
1.3.3. Bagi Institusi
1.3.3.1. Terciptanya model asuhan keperawatan professional, khususnya
dalam hal penerimaan pasien baru
1.3.3.2. Terlaksananya standar penerimaan pasien baru untuk
meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga.
BAB 2
MATERI PENERIMAAN PASIEN BARU
2.1. Pengertian
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan pasien
baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa
hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis dan tata tertib ruangan.
Pasien
- Datang sendiri
- Rujukan dokter Instalasi RUANG
praktik
- Rujukan Gawat Darurat BEDAH (AL
puskesmas (IGD) INSYIRAH)
- Rujukan RS lain
Instalasi
Gawat Darurat
(IGD)
BAB 3
KEGIATAN
3.3. Media
3.3.1. Menyiapkan kelengkapan administrasi
3.3.2. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
3.3.3. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
3.3.4. Menyiapkan format pengkajian
3.3.5. Menyiapkan petunjuk hak dan kewajiban pasien
3.3.6. Menyiapkan petunjuk tata tertib pasien dan pengunjung ruangan
3.3.7. Menyiapkan petunjuk tata cara cuci tangan dan resiko jatuh
3.3.8. Menyiapkan lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien
3.3.9. Menyiapkan nursing kit
3.4. Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Raida Humairah,
S.Kep Ketua Tim 1 : Norhikmah, S.Kep
Perawat Pelaksana : Sri Mulyani, S.Kep
Fathiyah, S.Kep
Faesal Wijaya Kusuma, S.Kep
Dyah Ustriyani, S.Kep
Ketua Tim 2 : Eka Apriani,
S.Kep Perawat Pelaksana : Mariani, S.Kep
Tri Sistiowati, S.Kep
Marfuah, S.Kep
Ahmad Rajani, S.Kep
3.5 Alur Penerimaan Pasien Baru
Pra
Admisi memesan kamar untuk pasien baru
Terminasi
Post
Evaluasi
3.7 Evaluasi
3.4.1. Struktur (input)
3.4.1.1. Tersedia sarana dan prasarana yang menunjang antara lain
menyiapkan format penerimaan pasien baru, format
pengkajian, informesd consent sentralisasi obat, nursing kit,
petunjuk tata tertib pasien dan pengunjung ruangan, petunjuk
hak dan kewajiban pasien, petunjuk cuci tangan yang benar
dan kuesioner kepuasan pasien.
3.4.1.2. Penerimaan pada pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh
kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Sedangkan
pada shift sore dilakukan oleh ketua tim dan perawat
pelaksana.
3.4.2. Proses
3.4.2.1. Pasien baru disambut oleh kepala ruangan, ketua tim dan
perawat pelaksana.
3.4.2.2. Pasien baru diberi penjelasan tentang perawatan, medis, serta
tata terib ruangan dan orientasi ruangan
3.4.2.3. Perawat melakukan komunikasi teraupetik dengan klien dan
keluarga
3.4.2.4. Ketua tim melakukan anamnesa dengan dibantu oleh perawat
pelaksana.
3.4.3. Hasil
3.4.3.1. Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan baru
3.4.3.2. Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan,
medis, serta tata tertib ruangan.
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS B
Jl. S.Parman Komp. R.S Islam Banjarmasin Kalsel 70115
Saya menyetujui dan bersedia mematuhi tata tertib dan konsekuensinya selama saya dirawat
di Ruang Bedah (AL Insyirah), sesuai dengan yang telah dijelaskan.
Keterangan : isi dengan “🗸” jika sudah dilakukan
Kandangan, Februari 2023
Pasien/keluarga Perawat
(………………….….) (....................................)
Lampiran Penerimaan Pasien Baru
Faesal Wijaya K, S.Kep Eka Apriani, S.Kep Fathiyah, S.Kep Marfuah, S.Kep
Anggota Anggota Anggota Anggota
Faesal Wijaya K, S.Kep Ahmad Rajani, S.Kep Marfuah, S.Kep Fathiyah, S.Kep
Perawat TIM 1 Perawat TIM 1 Perawat TIM 2 Perawat TIM 2
Dyah Ustriyani, S.Kep Mariani, S.Kep Sri Mulyani, S.Kep Tri Sistiowati, S.Kep
Perawat TIM 1 Perawat TIM 1 Perawat TIM 2 Perawat TIM 2
STRUKTUR ORGANISASI RUANG AL-INSYIRAH
RSUD BRIGJEND. H. HASAN BASRY KANDANGAN
STASE MANAJEMEN 23 - 25 FEBRUARI 2023
Faesal Wijaya K, S.Kep Ahmad Rajani, S.Kep Mariani, S.Kep Norhikmah, S.Kep
Perawat TIM 1 Perawat TIM 1 Perawat TIM 2 Perawat TIM 2
Eka Apriani, S.Kep Marfuah, S.Kep Raida Humairah, S.Kep Sri Mulyani, S.Kep
Perawat TIM 1 Perawat TIM 1 Perawat TIM 2 Perawat TIM 2
STRUKTUR ORGANISASI RUANG AL-INSYIRAH
RSUD BRIGJEND. H. HASAN BASRY KANDANGAN
STASE MANAJEMEN 27 FEBRUARI 2023 – 1
MARET
2023
Ahmad Rajani,S.Kep
Kepala Ruangan
Dyah Ustriyani, S.Kep Eka Apriani, S.Kep Norhikmah, S.Kep Raida Humairah, S.Kep
Perawat TIM 1 Perawat TIM 1 Perawat TIM 2 Perawat TIM 2
Fathiyah, S.Kep Marfuah, S.Kep Sri Mulyani, S.Kep Tri Sistiowati, S.Kep
Perawat TIM 1 Perawat TIM 1 Perawat TIM 2 Perawat TIM 2
STRUKTUR ORGANISASI RUANG AL-INSYIRAH
RSUD BRIGJEND. H. HASAN BASRY KANDANGAN
STASE MANAJEMEN 2 – 4 MARET 2023
Tri Sistiowati,S.Kep
Dyah Ustriyani, S.Kep Kepala Ruangan Fathiyah, S.Kep
Ketua TIM 1 Ketua TIM 2
Faesal Wijaya K, S.Kep Eka Apriani, S.Kep Mariani, S.Kep Norhikmah, S.Kep
Perawat TIM 1 Perawat TIM 1 Perawat TIM 2 Perawat TIM 2
Ahmad Rajani, S.Kep Marfuah, S.Kep Raida Humairah, S.Kep Sri Mulyani, S.Kep
Perawat TIM 1 Perawat TIM 1 Perawat TIM 2 Perawat TIM 2