Anda di halaman 1dari 26

TUGAS UAS MEMBUAT MAKALAH YANG BENAR

Tugas UAS ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Teknologi Informasi dan komunikasi TIK
Yang diampu Oleh Bahrur Rosyidi, M.Pd

Kelas 23A2/Kelompok :
1. MARIA EFA (23862061041)
2. JAMALUDIN (23862061059)
3. WAHYU (23862061033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG
Desember 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menulis guna menyelesaikan makalah pada mata kuliah Filsafat
Pendidikan ini. Tak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi agung
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita harapkan syafaat dan
karunianya pada hari akhir kelak. Atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Konsep Pendidikan Menurut Paul Freire ”
Makalah “Konsep Pendidikan Menurut Paul Freire ” kami susun guna
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan di Universitas Islam Raden
Rahmat Malang. Disisi lain kami juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
serta dapat menambah wawasan bagi para pembaca khususnya untuk teman-teman
sekalian mengenai topik “Konsep Pendidikan Menurut Paul Freire ”.
Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
dosen pengampu mata kuliah Landasan Pendidikan. Terkait dengan tugas yang
telah diberikan ini karena dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang mata kuliah Landasan Pendidikan yang kami tekuni. Kami selaku penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah “Konsep Pendidikan Menurut Paul Freire ”.
Kami selaku penulis menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
terima demi kesempurnaan makalah ini.

Kepanjen, 11 Desember 2023

Kelompok 11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................II

DAFTAR ISI..........................................................................................................III

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................IV

DAFTAR TABEL...................................................................................................V

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................VI

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................2
1.3 TUJUAN..............................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................4

2.1 RIWAYAT HIDUP PAUL FREIRE...................................................................4


2.2 PEMIKIRAN PAUL FREIRE TERHADAP PENDIDIKAN.............................6
2.3 IMPLIKASI DALAM PENDIDIKAN................................................................9
BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

3.1 KESIMPULAN..................................................................................................12
3.2 SARAN..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Gambar sosok Paulo Freire.................................................... 1
Gambar 1. 2 Kata Kata Dari Paulo Freire................................................. 2

Gambar 2. 1 Tempat Paulo Freire di lahirkan DI negara Brazil............. 4


Gambar 2. 2 Lukisan sosok Paulo Freire.................................................... 5
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Tabel Rumusan Masalah........................................................ 3
Tabel 1. 2 Tabel Tujuan Penulisan Makalah......................................... 3
Tabel 2. 1 Tabel Kelahiran Paulo Freire................................................ 4
Tabel 2. 2 Tabel tentang Istri Paulo Freire............................................ 5
Tabel 2. 3 Tabel Faktor Pemikiran Paulo.............................................. 6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 1 Jadwal kegiatan Kuliah.........................................................14
Lampiran 1 2 Kegiatan Kita Dikelas PGSD 23A2.......................................15
Lampiran 1 3 Contoh Grafik.........................................................................16
Lampiran 1 4 Contoh Symbol dan Equation...............................................17
Lampiran 1 5 Contoh Shape..........................................................................18
Lampiran 1 6 Contoh Endnote......................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Paulo Freire adalah seorang pakar dalam dunia pendidikan yang berasal dari
Negara Brazil. Beliau merupakan seorang pencetus ide pendidikan dengan
gagasan yang memiliki kekuatan dalam menghadirkan eksistensi seorang manusia
sebagai makhluk sosial. Tawaran pemikiran yang beliau ajukan untuk dunia
pendidikan yaitu konsep pendidikan humanisme yang pada masa awal
penerapannya memberikan dampak yang begitu signifikan dalam memberantas
buta huruf. (Bowles, Samuel, & herbert , 2001)

Gambar 1. 1 Gambar sosok Paulo Freire

Dalam “Pendidikan kaum tertindas” (padagogi of the oppressed) yang mana


salah satu dari karya Paulo Freire menceritakan pendidikan pada masa Paulo
Freire hidup menggunakan metode menerangkan dengan model cerita dan murid
mendengarkan. Sehingga terlihat seperti subjek objek atau bisa disebut juga
pengajaran satu arah. (Nurwiatin, 2022)

Freire memandang pendidikan pada saat itu seperti sistem perbankan atau
sistem bank, di mana terlihat murid diberikan ilmu dengan harapan untuk
memperoleh penghasilan dengan berlipat ganda di masa yang akan datang.
Sehingga posisi anak didik di sini ialah sebagai sebuah objek dalam investasi yang
sekaligus sebagai potensial deposit. Melalui suatu konsep pendidikan yang hampir
mirip dengan bank, jadi siswa dalam konsep ini terlihat seperti bejana yang
kosong artinya peserta didik hanya menerima materi dan dihafalkan. Hal ini
menunjukkan bahwa sempitnya ruang untuk siswa dalam mengeksplorasikan
kemampuannya. (Nurwiatin, 2022)

Gambar 1. 2 Kata Kata Dari Paulo Freire

Walaupun latar belakang masalah yang dikupas oleh Paulo Freire adalah
daerah Amerika Latin, tidak dapat disangkal banyak masalah serupa juga muncul
di kalangan masyarakat Indonesia yang sedang dalam proses demokratisasi ini.

Dengan fakta Indonesia termasuk ke dalam negara yang korup, telah


menunjukkan gagalnya pendidikan menanamkan pendidikan yang humanis.
Banyaknya sekolah yang khusus bagi para pemodal, seolah menjadi pemicu
marjinalisasi bagi yang tidak bisa mengakses pendidikan yang layak. Hal ini
semakin menutup nilai humanis dalam pendidikan. Fenomena banyaknya pelajar
yang terlibat tawuran, berbuat kriminal, pencurian, penodongan, penyimpangan
seksual, menyalahgunakan obat-obatan terlarang dan lain sebagainya, budaya
korupsi, kolusi dan nepotisme yang dilakukan oleh orang- orang berpendidikan
juga masih marak, meyakinkan kita bahwa ada yang salah dalam dunia
pendidikan kita.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bedasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam


makalah ini adalah :

1. Bagaimana Riwayat Hidup Paul freire ?


2. Bagaimana Pemikiran Paul Freire Terhadap Pendidikan ?
3. Bagaimana Implikasi dalam Pendidikan Diindonesia ?

Tabel 1. 1 Tabel Rumusan Masalah

PERTANYAAN JAWABAN
Bagaimana Riwayat Hidup Paul
freire ?
Bagaimana Pemikiran Paul Freire
Terhadap Pendidikan ?
Bagaimana Implikasi dalam
Pendidikan Diindonesia ?

1.3 TUJUAN

Dengan rumusan masalah di atas diharapkan dapat mengetahui tujuan


penulisan dari makalah ini. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang Riwayat Hidup Paul freire.


2. Untuk mengetahui dan memahami tentang Pemikiran Paul Freire Terhadap
Pendidikan.
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang Implikasi dalam Pendidikan
Diindonesia.

Tabel 1. 2 Tabel Tujuan Penulisan Makalah

PERTANYAAN JAWABAN
Untuk mengetahui dan memahami
tentang Riwayat Hidup Paul freire.
Untuk mengetahui dan memahami
tentang Pemikiran Paul Freire
Terhadap Pendidikan.
Untuk mengetahui dan memahami
tentang Implikasi dalam Pendidikan
Diindonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 RIWAYAT HIDUP PAUL FREIRE

Paulo Freire lahir pada tanggal 19 september 1921 di Recife, sebuah kota
pelabuhan di timur laut Brazil. Ayahnya bernama Joquim Temistockles Freire,
yakni seorang polisi militer tidak terlalu taat pada agama, sehingga jarang sekali
pergi ke gereja. Sedangkan ibunya Edeltrus Neves Freire, beragama Katolik.
Ibunya ini berasal dari Pernambuco.

Gambar 2. 1 Tempat Paulo Freire di lahirkan DI negara Brazil

Keluarga Freire Berasal dari kelas menengah, tetapi sejak kecil dia hidup
dalam situasi miskin, karena keluarganya tertimpa kemunduran finansial yang
diakibatkan oleh krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat sekitar tahun
1929 dan juga menular ke Brazil. Dari situasi inilah Freire menemukan dirinya
sebagai bagian dari “kaum rombeng dari bumi”. Keadaan tersebut menimbulkan
pengaruh yang sangat kuat dalam kehidupan dan perjuangannya, sehingga Freire
sangat menyadari apa artinya lapar bagi anak-anak sekolah dasar.

Tabel 2. 1 Tabel Kelahiran Paulo Freire

Tanggal Lahir Paulo Freire 19 september 1921

Keluarga Freire kemudian pindah ke Jabotao pada tahun 1931 dan di


sanalah kemudian ayahnya meninggal. Prof. Richard Shaull, menceritakan bahwa
pada tahap ini Freire memutuskan untuk mengabdikan hidupnya pada “perjuangan
melawan kelaparan, sehingga tidak ada anak lain yang merasakan penderitaan
yang ia alami”.

Usia 15 tahun (dua tahun di belakang kelompok umurnya) Paulo Freire


berhasil menyelesaikan sekolahnya dengan nilai pas-pasan sekedar cukup
memenuhi syarat masuk sekolah lanjutan.6 Namun setelah keadaan kelurganya
sedikit membaik, ia dapat menyelesaikan sekolahnya dan kemudian ia masuk

Gambar 2. 2 Lukisan sosok Paulo Freire

Universitas Recife. Paulo Freire di Universitas tersebut masuk ke Fakultas Hukum


sembari mempe lajari filsafat dan psikologi bahasa.

Ia juga bekerja paruh waktu sebagai instruktur bahasa portugis di sekolah


lanjutan, dan seperti kebanyakan remaja, ia mulai mempertanyakan
ketidaksesuaian yang ada antara khotbah yang didengarnya di Gereja dengan
kenyataan keidupan sehari-hari.Tahun 1944 Freire menikahi Elza Maia Costa
Oliviera dari Recife, seorang guru sekolah dasar (yang kemudian menjadi kepala
sekolah) dan dari pernikahan ini ia dikaruniai dua orang putra dan tiga orang putri.
Freire berkata bahwa saat itulah minatnya pada teori-teori pendidikan mulai
muncul dan mulai membaca buku-buku pendidikan, filsafat dan sosiologi
pendidikan dari pada buku-buku hukum Pada awal tahunn 1960-an, Brazil
mengalami masa-masa sulit.

Tabel 2. 2 Tabel tentang Istri Paulo Freire

Istri Paulo Freire Elza Maia Costa Oliviera


Gerakan-gerakan reformasi baik dari kalangan sosialis, komunis, pelajar,
buruh, maupun militan Kristen, semuanya mendesakkan tujuan sosial politik
mereka masing-masing. Waktu itu Brazil mempunyai penduduk sekitar 34,5 juta
jiwa dan hanya 15,5 juta yang hanya dapat ikut pemilihan umum.10 Hak ikut serta
dalam pemilihan umun di Brazil pada saat itu dikaitkan dengan kemampuan
seseorang dalam menuliskan nama masing-masing. Sehingga tidak mengherankan
jika program kenal aksara kerap sekali dikaitkan dengan usaha peningkatan
kesadaran politik penduduk, terlebih penduduk pedalaman yang telah lama
menjadi alat untuk mendukung kepentingan-kepentingan golongan minoritas yang
berkuasa.

Dalam suasana seperti ini, Freire kemudian menjabat sebagai direktur


Cultural Extention Service yang pertama di Universitas of Recife yang pada
masanya melaksanakan program pemberantasan buta huruf kepada ribuan petani
miskin di timur laut. Metode yang dipakai kemudian dikenal dengan Metode
Paulo Freire, meskipun dia sendiri tidak pernah menamakan metodenya dengan
sebutan seperti itu.

2.2 PEMIKIRAN PAUL FREIRE TERHADAP PENDIDIKAN.

Hakikat Manusia dan Pembebasan: Akar Pemikiran Paulo FreirePemikiran


pendidikan Freire berpusat pada hakikat manusia dan pembebasan yang memiliki
inti gagasan pendidikan sebagai proses humanisasi. Konsep dasar manusia
menurut Freire adalah penguasa atas dirinya sendiri, sehingga karenanya ia
menjadi merdeka, dalam arti bebas melakukan apapun sesuai pilihannya sendiri
dalam hal berpikir, berkreasi, dan berinovasi. Oleh karena itulah, ia
mengistilahkan orang tertindas sebagai orang yang kemanusiaannya telah dicuri
oleh penindas, dan keduaduanya sama-sama mengalami dehumanisasi, meskipun
dengan jalan yang berbeda.

Tabel 2. 3 Tabel Faktor Pemikiran Paulo

Pemikiran Paulo Hakikat Manusia dan Pembebasan


Pembebasan dalam perspektif Freire adalah upaya memanusiakan manusia
yang pada hakikatnya sama dengan proses humanisasi. Bagaimana proses ini
dijalankan? Freire berpendapat bahwa pembebasan harus dijalankan melalui
pendidikan, yaitu pendidikan yang berbasis pada humanisasi. Apabila
didefinisikan, pendidikan berbasis humanisasi Freire ini adalah proses penyadaran
untuk memanusiakan manusia sehingga manusia tersebut menjadi manusia yang
berdaya guna dan berhasil guna. Freire menegaskan bahwa untuk menjadi
manusia, ia harus membangun hubungan yang kritis dengan dunia, bukan dengan
beradaptasi, melainkan harus mampu mengintervensi realitas dan mengubahnya.

Teori Ontologis: Membebaskan Sistem Pendidikan Gaya Bank Freire dalam


buku Pedagogy of the Oppressed mendeskripsikan penindasan sebagai usaha
dehumanisasi kelompok penindas kepada kaum lemah yang berjalan sistematis
dan terstruktur. Hal ini juga terjadi di dunia pendidikan yang pernah ada dan telah
menjadi mapan sebagaimana ditemukannya di Brazil pada khususnya dan negara
negara lain, termasuk pula negara maju seperti Amerika Serikat.

Realitas pendidikan yang terjadi menurut pengamatannya adalah pendidikan


yang menindas, di mana pendidik dalam hal ini guru bertindak layaknya seorang
penindas. Murid pun secara sadar menjadikan dirinya sebagai orang yang
tertindas. Bagaimana bentuknya? Freire menjelaskan bahwa ketika pengetahuan
diyakini merupakan anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap
diri berpengetahuan (guru) kepada mereka yang dianggap tidak memiliki
pengetahuan apaapa (murid) dan menganggap bodoh secara mutlak kepada orang
lain, hal itu adalah sebuah ciri dari ideologi penindasan yang berarti mengingkari
pendidikan dan pengetahuan sebagai proses pencarian.

Di dalam buku The Politics of Education, Freire mengilustrasikan system


pendidikan gaya bank, yaitu murid diperlakukan sebagai objek investasi atau
deposito yang potensial, sehingga ia perlu diberi ilmu pengetahuan agar kelak ia
dapat mendatangkan hasil secara berlipat ganda, tidak ubahnya seperti komoditas
ekonomi. Guru menjadi depositor atau investor, sedangkan murid menjadi
tabungan tempat menyimpan deposito atau investasi berupa ilmu pengetahuan
tersebut yang hasilnya akan dipetik oleh guru di kemudian hari.
Teori banking of education menggambarkan sejumlah fakta berikut:

(1) guru mengajar, murid belajar;


(2) guru mengetahui segala sesuatu, murid tidak tahu apa-apa;
(3) guru berpikir, murid dipikirkan;
(4) guru bercerita, murid mendengarkan;
(5) guru mengatur, murid diatur;
(6) guru memilih dan menjalankan pilihannya itu, murid menyetujui;
(7) guru berbuat, murid membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan
gurunya;
(8) guru menetapkan konten program pelajaran, murid (tanpa diminta
pendapatnya) menyesuaikan diri dengan pelajaran itu;
(9) guru mencampuradukkan kewenangan pengetahuan dan kewenangan
profesinya untuk menghalangi kebebasan murid; dan
(10) guru adalah subjek dalam proses belajar, murid hanyalah objek.

Sistem pendidikan gaya bank tersebut di atas, menurut Freire, dapat


dihilangkan dengan pemberian pemahaman baru kepada kedua pihak baik
penindas maupun tertindas. Solusinya bukan untuk "mengintegrasikan" mereka ke
dalam struktur penindasan, tetapi untuk mengubah struktur itu sehingga mereka
dapat menjadi "makhluk untuk diri mereka sendiri."

Kurikulum Pendidikan Pembebasan Dalam konteks teori pendidikan,


pemikiran Freire dapat dikelompokkan pada aliran konstruktivisme. Aliran ini
menekankan keaktifan murid untuk mengembangkan pengetahuannya melalui
pendidikan dan bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.

Oleh karena itu, kurikulum pendidikan pembebasan jelas menganut model


konstruktivis, tetapi tidak menafikan model subjek akademik, di mana transfer
pengetahuan tetap menjadi sesuatu yang penting. Menurut Freire, kutipan hasil
penelitian yang disampaikan seorang guru di ruang kelas akan menjadi
pengetahuan yang penting bagi murid. Masalahnya, tegas Freire, adalah ketika
harus berhadapan dengan tradisi kolot dan kuat dalam transfer pengetahuan ini. Di
antaranya tantangannya, murid mengalami kesulitan yang sangat tinggi dalam
memahami guru yang tidak melakukan transfer pengetahuan. Bahkan, mereka
tidak akan mempercayainya sebagai guru pembebas sampai ia mengalihkan
informasi kepada mereka.

Dampak riil gagasan Freire adalah upayanya yang ingin menghadapkan


pendidikan dengan realitas yang bergumul di sekitarnya.Hal ini juga terlihat dari
kurikulum konstruktivis yang dibangunnya dengan menekankan metode dialogis.

2.3 IMPLIKASI DALAM PENDIDIKAN

Freire mengurai secara ganblang problem pengetahuan yang dipolakan


dari sistem pendidikan yang “menindas” dan kontra-pembebasan. Dalam
bukunya, Pendidikan Kaum Tertindas, Freire menegaskan bahwa pola pendidikan
yang selama ini terjadi bahwa hubungan antara guru dan murid dengan
menggunakan model “watak bercerita” (narrative), obyek-obyek yang patuh dan
mendengarkan (murid-murid). Tugas guru dalam proses pendidikan adalah
dengan menceritakan realitas-realitas, seolah-olah sesuatu yang tidak bergerak,
statis, terpisah satu sama lain, dan dapat diramalkan. Akhirnya guru Cuma
“mengisi” para murid dengan bahan-bahan yang dituturkan, padahal itu terlepas
dari realitas dan terpisah dari totalitas. Pendidikan yang bercerita mengarahkan
murid-murid untuk menghafal secara mekanis apa yang diceritakan kepadanya.
Pendidikan menjadi kegiatan “menabung”, ibaratnya para murid adalah
celengannya dan para guru adalah penabungnya.

Konsep pendidikan itu disebut oleh Freire sebagai pendidikan “gaya


bank”. Akhirnya, muridhanya beraktivitas seputar menerima pengetahuan,
mencatat, dan menghafal. Dalam model pendidikan ini secara jelas kita bisa
melihat bahwa pendidikan adalah alat kekuasaan guru yang dominatif dan
“angkuh”. Tidak ada proses komunikasi timbal-balik dan tidak ada ruang
demokratis untuk saling mengkritisi. Guru dan murid berada pada posisi yang
tidak berimbang. Freire kembali menegaskan bahwa dengan demikian
pengetahuan seolah-olah adalah “anugerah” yang dihibahkan oleh mereka yang
mengangap dirinya berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak memiliki
pengetahuan apa-apa, alias bodoh. Di sinilah terselip ideologi penindasan. Raison
d’etre pendidikan yang membebaskan, sebagai kebalikan dari model pendidikan
“gaya bank” adalah usaha ke arah rekonsiliasi, untuk memecahkan kontradiksi
antara guru dan murid. Dalam tulisan yang lain, Freire memberikan jalan keluar
atas kondisi pendidikan yang menindas seperti itu dengan menggagas pendikan
yang berorientasi kemanusiaan.1 Satu-satunya alat efektif dalam pendidikan
pemanusiaan adalah “hubungan timbal-balik” permenen berbentuk dialog antara
para pemimpin revolusioner (guru) dan kaum tertindas (siswa). Hal ini tentunya
dengan membongkar bangunan awal struktur pendidikan, di mana guru sebagai
kelompok “penindas” menuju “revolusioner”. bertindak terhadap kenyataan,
sama-sama menjadi subyek-Subyek, bukan hanya dalam tugas menyikap
kenyataan, supaya mengetahuinya secara kritis, namun juga dalam tugas
menciptakan kembali pengetahuan tadi. Ini amat berat memang. Tapi, yang jelas,
dengan mendialogkan antara pengetahuan dan realitas maka akan tercipta
pengetahuan baru yang merefleksikan kembali cita-cita revolusioner.2

Kembali pada konsep pendidikan revolusioner. Untuk menciptakan makna


baru bagi pengetahuan yang membebaskan, kita bisa memakai pendekatan
“humanisme dialektis”-nya Karl Marx tentang perkembangan pribadi lewat
interaksi dialektis antara individu dengan lingkungannya. Di sini pendidikan
dinilai sebagai cara penyelesaian pertentangan-pertentangan mendasar antara
kebutuhan-kebutuhan aktualisasi diri para pelajar, dan juga pantulan pertentangan
antara murid dengan guru.3

Untuk melenturkan pertentangan antara individu dan komunitas seperti


telah sebagian dikemukakan di muka. maka perlu perantaraan atau mediasi yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga formal serta informal. Salah satunya adalah
sekolah. Walaupun di dalamnya juga memuat pertentangan antara murid
dengan sekolah, tidak lagi antara guru dan murid. Intinya, sekolah menjadi
harapan untuk menciptakan murid yang berpengetahuan yang berorientasi
kemanusiaan.

1
Kita Bisa (Bowles, Samuel, & herbert , 2001)
2
Motifator terbaik (Marshandha, Irma, & Izzati, 2022)
3
Dunia berubah (Nurwiatin, 2022)
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Jika Friere basis gerakan pembebasan adalah melakukan kesadaran kritis untuk
membuka kesadaran “kaum tertindas”, maka Islam mendasarkan diri pada kesadaran
untuk memahami realitas yang terjadi disekitar manusia itu sendiri. Friere
menginginkan adanya kesadaran akan bahaya budaya industri, sekalipun manusia
telah berhasil meningkatkan standar hidupnya, tetapi dalam waktu yang sama budaya
itu cenderung untuk menempatkan manusia pada posisi tercerabut dari akar
kemanusiaannya.i

Oleh sebab itulah, Friere mengusulkan system dan orientasi pendidikan yang
membebaskan dari budaya yang serba verbal, mekanistik, dan dangkal. Budaya
seperti ini, menurut Friere, tidak mungkin akan menghantarkan manusia kepada
kehidupan yang lebih otentik dan lebih manusiawi.ii

Kelebihan pemikiran Freire ini, terletak pada kemampuannya untuk merangkai


gagasan-gagasan pendidikan dalam sebuah teori yang cukup mapan manakala setiap
aktifitas yang mereka lakukan, berorientasi secara sadar ke Realitas Yang Tertinggi.
Tanpa orientasi seperti ini, sebaik apapun sebuah praktik pendidikan, tidak akan
mempunyai nilai di sisi-Nya.

3.2 SARAN

Kami selaku kelompok 11 menyadari bahwasannya masih banyak kekurangan


dalam memaparkan materi dan jauh dari kata sempurna. iii Oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan, sebagai bentuk
pembelajaran serta perbaikan dalam penyusunan makalah pada kesempatan yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, Samuel, & herbert , G. (2001). Pendidikan Revolusioner Dalam Menggugat
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marshandha, D. A., Irma, U., & Izzati, A. (2022). Implementasi Nilai - Nilai Pancasila
dalam Kehidupan Sehari - Hari. Jurnal Gema Keadilan, 9, 1 - 12.

Maulana, A. S. (2020). Tugas dan Peranan Guru dalam Proses Peningkatan Belajar
Mengajar. Jurnal Serunai Ilmu Pendidikan, 6(1), 35 - 45.

Muhiddinur, K. (2019). Guru : Suatu Kajian Teoritis dan Praktis. Bandar Lampung: AURA
(CV. Anugrah Utama Raharja).

Nurwiatin, N. (2022). PENGARUH PENGEMBANGAN KURIKULUM MERDEKA BELAJAR


DAN KESIAPAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PENYESUAIAN PEMBELAJARAN DI
SEKOLAH. Edusaintek Jurnal Pendidikan ., 11(2), 472 – 487.
Lampiran 1 1 Jadwal kegiatan Kuliah

JADWAL KULIAH PGSD 23A2


Lampiran 1 2 Kegiatan Kita Dikelas PGSD 23A2

FOTO BERSAMA
Lampiran 1 3 Contoh Grafik

14

12

10

8
Jeruk
Anggur
6 Mangga

0
Januari Februari Maret April

14

12

10

8
Series 3
Series 2
6 Series 1

0
Category 1 Category 2 Category 3 Category 4
Lampiran 1 4 Contoh Symbol dan Equation

“ Contoh Equation “

1 1
1. cos α +cos β=2 cos ( α + β ) cos ( α −β )
2 2

2. A=π r 2

3. 2 ×3 ÷ 2+10−1=¿

“ Contoh Symbol “

1. ꦋꦊꦑꦌ

2. ®©™±

3. &€£¥
Lampiran 1 5 Contoh Shape
Lampiran 1 6 Contoh Endnote

Endnote ini berada di bab III contoh untuk Endnotenya


i
(Bowles, Samuel, & herbert , 2001)
ii
(Nurwiatin, 2022)
iii
(Marshandha, Irma, & Izzati, 2022)

Anda mungkin juga menyukai