Anda di halaman 1dari 21

lOMoARcPSD|19992292

ANALISIS INDEKS COMMON SIZE, MVA DAN EVA

Dosen Pengampu :

Disusun oleh :
Kelompok

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................3

1.3 Tujuan....................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
2.1 Analisis Indeks......................................................................................................4

2.2 Analisis Common Size..........................................................................................8

2.3 Analisis Market Value Added (MVA)................................................................11

2.4 Analisis Economic Value Added (EVA).............................................................12

2.5 Keunggulan Economic Value Added (EVA)......................................................13

2.6 Kelemahan Economic Value Added (EVA)........................................................14

BAB III PENUTUP.................................................................................................................17


3.1 Kesimpulan.................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dunia usaha menyebabkan tingginya persaingan, sehingga setiap
perusahaan perlu meningkatkan efesiensi dan efektifitas usaha untuk menjaga
kelangsungan hidup perusahaan dimasa sekarang dan yang akan datang. Salah satunya
yaitu perusahaan harus menyediakan informasi keuangan guna melaporkan keadaan dan
kondisi keuangannya kepada pihak berkepentingan, terutama bagi pihak investor, kreditur,
dan pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Informasi keuangan yang digunakan yaitu
laporan keuangan, dimana perusahaan salah satu pihak yang menyediakan informasi
keuangan tersebut. Pihak perusahaan dituntut untuk menyajikan informasi laporan
keuangan tersebut dengan jelas dan lengkap agar dapat digunakan secara optimal oleh para
pemakainya.
Laporan keuangan adalah bentuk informasi yang dapat mencerminkan keadaan
keuangan suatu perusahaan yang sebenarnya. Sebagaimana fungsi laporan keuangan itu
sendiri yaitu memberikan gambaran yang jelas mengenai posisi keuangan perusahaan
yang telah disusun berdasarkan ketentuan prinsip akuntansi yang berlaku saat ini. Dengan
melihat laporan keuangan perusahaan apakah baik atau masih kurang dan perlu
ditingkatkan lagi. Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, maka diperlukan laporan
keuangan perusahaan seperti laporan neraca dan laporan laba rugi. Laporan keuangan
tersebut dianalisis, salah satunya analisis common size. Analisis common size adalah
analisis laporan keuangan perusahaan dengan membagi seluruh pos-pos yang ada
dilaporan laba rugi dengan penjualan dan membagi seluruh pos pos yang di laporan
mereka dengan total aktiva. Keuntungan dari melakukan analisis common size ini adalah
memungkinkan kita untuk membandingkan neraca serta laba rugi dari waktu ke waktu.
Analisis Indeks adalah salah satu metode analisis laporan keuangan lainnya untuk
mengetahui kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah
naik, turun atau tetap. Kecenderungan posisi keuangan tersebut dapat diketahui dari
laporan keuangan yang disusun untuk tiga periode atau lebih.
Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan beberapa
alat analisis keuangan. Alat analisis keuangan tersebut salah satunya yaitu laporan
keuangan. Laporan keuangan dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan beberapa
rasio keuangan misalnya rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio laverage dan lain-lain.

1
lOMoARcPSD|19992292

Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi 2 yang penting
disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar
perusahaan, kualitas manajemen dan lainnnya.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan pada umumnya lebih banyak diukur
dengan menggunakan analisis rasio keuangan selama satu periode tertentu. Pengukuran
kinerja menggunakan rasio memiliki kelemahan yaitu tidak memperhatikan biaya modal
dalam perhitungannya. Analisis rasio keuangan juga memiliki kelemahan lain yaitu tidak
dapat mengukur kinerja perusahaan dari sisi nilai perusahaan, rasio keuangan hanya
mengukur tingkat profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas perusahaan. Kelemahan ini
menjadikan pendekatan economic value added (EVA) dan market value added (MVA)
sebagai alat pengukur kinerja keuangan yang baru untuk memperbaiki kelemahan dari
pengukuran kinerja keuangan menggunakan analisis rasio.
Konsep economic value added (EVA) dapat melengkapi analisis rasio keuangan
karena dapat mengukur kinerja secara tepat dengan memperhatikan sepenuhnya
kepentingan dan harapan penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Konsep EVA
dapat mengetahui berapa sebenarnya biaya yang harus dikeluarkan sehubungan dengan
penggunaan modal usaha. Penerapan konsep EVA dalam suatu perusahaan akan membuat
perusahaan lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan, ini merupakan
salah satu dari keunggulan EVA dibandingkan dengan metode perhitungan yang lain.
Keunggulan konsep EVA yang lain 3 adalah EVA dapat dipergunakan tanpa memerlukan
data pembanding sebagaimana halnya pada rasio keuangan. Penggunaan EVA dapat
dijadikan acuan mengingat EVA memberikan informasi dalam hal biaya modal sebagai
kompensasi atas dana yang digunakan untuk membiayai investasi tersebut.
Pengukuran kinerja keuangan yang lain untuk mengatasi kelemahan analisis rasio
keuangan selain EVA juga dapat diukur dengan Market Value Added (MVA), metode ini
dihitung berdasarkan nilai pasar saham dibandingkan dengan nilai bukunya. Pendekatan
menggunakan metode market value added (MVA) juga memiliki keunggulan seperti
metode EVA, apabila EVA difokuskan pada efektivitas manajerial selama satu tahun
tertentu maka MVA difokuskan pada pengaruh tindakan manajerial sejak pendirian
perusahaan. Pengukuran kinerja menggunakan EVA berfokus pada periode jangka
pendek, maka pengukuran kinerja menggunakan MVA berfokus pada periode jangka
Panjang.

2
lOMoARcPSD|19992292

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Analisis Indeks dan Analisis Common Size?
2. Bagaimana cara menyusun Analisis Indeks?
3. Apa saja informasi yang didapat dari Common Size?
4. Apakah yang dimaksud MVA dan EVA itu?
5. Bagaimana cara menghitung MVA dan EVA?
6. Apa keunggulan dan kelemahan dari EVA?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Analisis Indeks dan Analisis Common Size
2. Untuk mengetahui cara menyusun Analisis Indeks
3. Untuk mengetahui informasi yang didapat dari Common Size
4. Untuk mengetahui MVA dan EVA
5. Untuk mengetahui cara menghitung MVA dan EVA
6. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan EVA

3
lOMoARcPSD|19992292

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Analisis Indeks


Analisis Indeks adalah salah satu metode analisis laporan keuangan untuk
mengetahui kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah
naik, turun atau tetap. Kecenderungan posisi keuangan tersebut dapat diketahui dari
laporan keuangan yang disusun untuk tiga periode atau lebih. Untuk melihat trend
tersebut digunakan angka indeks. Angka indeks 100 adalah untuk tahun dasar. Tahun
dasar tidak selamanya tahun awal, melainkan tahun yang dianggap representative. Cara
penyusunan laporan dengan indeks :
1. Menentukan Tahun Dasar
Biasanya yang digunakan sebagai tahun dasar adalah tahun awal atau tahun yang
dianggap norma/representative pada periode tahun yang analisis.
2. Menentukan angka indeks 100 pada tahun dasar untuk masing-masing pos dalam
tahun dasar.
3. Pos-pos dari periode laporan yang dianalisis dibandingkan dengan pos-pos yang
sama dalam laporan keuangan tahun dasar.
4. Dalam menghitung rasio trend/kecenderungan pada umumnya tidak semua pos-pos
neraca dan lapora rugi laba dari beberapa periode tersebut dihitung, karena tujuan
utama dari perhitungan rasio adalah membuat perbandingan antara pos-pos yang
membuat hubungan informasi dengan pos-pos lainnya.
Trend dari suatu pos neraca atau rugi laba hanyalah merupakan data, dan belum
menjadi informasi. Ia akan menjadi informasi kalau dikaitkan dengan pos-pos lainnya.
Misalnya kenaikan penjualan dikaitkan dengan : aktiva produktif dalam perusahaan pada
periode yang sama, harga pokok penjualan dan biaya operasi.
Kecenderungan naiknya penjualan selama beberapa periode dikaitkan dengan
aktiva yang beroperasi/produktif dalam periode yang sama akan diperoleh informasi
besarnya tingkat perputaran aktiva merupakan perbandingan antara jumlah penjualan
terhadap jumlah aktiva yang beroperasi. Menginterpretasikan tingkat pemanfaatan aktiva
ini, juga harus berhati-hati karena rasio ini hanya mengukur:
1. Hubungan antara penjualan bersih dengan aktiva yang digunakan dan tidak
memberikan informasi mengenai laba yang diperoleh.
2. Penjualan adalah untuk satu periode, sedangkan jumlah aktiva produktif adalah

4
lOMoARcPSD|19992292

akumulasi kekayaan perusahaan selama beberapa periode, dan mungkin adanya


ekspansi yang tidak segera dapat dihasilkan tambahan penjualan sehingga rasio pada
tahun pertama nampak rendah.
3. Tingkat penjualan mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor diluar kemampuan
perusahaan atau yang lazim disebut uncontrollable factors. Dengan demikian trend
hubungan antara penjualan dengan aktiva perlu diteliti lebih lanjut.
Persentase kecenderungan akan lebih bermanfaat dan menghasilkan interpretasi
yang mendekati kebenaran apabila dipenuhi beberapa syarat antara lain :
1. Prinsip-prinsip akuntansi harus dilakukan secara konsisten pada periode yang
bersangkutan.
2. Selama periode yang dianalisis tidak terjadi perubahan tingkat harga, atau nilai
harga.

Berikut ini contoh laporan keuangan dengan persentasi kecenderungan/trend.

PT. PRADNYANA
NERACA PERBANDINGAN DENGAN PERSEN KECENDERUNGAN PER 31
DESEMBER 2008-2012
POS-POS Desember 31 (000.000) % kecenderungan th dasar
2008=100%
Aktiva Lancar 2008 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012

Kas 6 3 1,5 2,5 1 50 25 42 17

Piutang Dagang 48 50 65 82 95 104 135 171 198

Persediaan 90 92,5 105 117,5 145 103 117 131 161

Persekot biaya 5 7,5 10 12,5 15 150 200 250 300

Jumlah Aktiva Lancar 149 153 181,5 214,5 256 103 122 144 172

Tanah 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 100 100 100 100
Bangunan 71 78 73,5 54,5 50,5 110 104 77 71

Aktiva Tetap lainnya 32,5 35,5 31,5 45 45 109 97 138 138

Cad. Peny. Aktiva (9) (11) (11) (12) (13) (117) (122) (133) (144)
tetap

5
lOMoARcPSD|19992292

Jumlah aktiva 251 263,5 283 309,5 346 105 113 123 138
Hutang dan modal :

Hutang dagang 44 57 83,5 105 138 130 190 239 314

Hutang wesel 5 7,5 17,5 35 50 150 350 700 1000

Hutang gaji 20 24 40,5 30 36,5 120 203 150 183

Jumlah hutang lancer 69 88,5 141,5 170 224,5 128 205 246 325

Hutang jk panjang 5 5 5 5 5 100 100 100 100

Jumlah hutang 74 93,4 146,5 175 229 126 198 236 310

Modal saham 25 25 25 25 25 100 100 100 100

Laba ditahan 152 145 111,5 109,5 91,5 95 73 72 60

177 170 136,5 134,5 116,5 96 77 76 66

Jml. Hutang & modal251 263,5 283 309,5 346 105 113 123 138

6
lOMoARcPSD|19992292

PT PRADNYANA
LAPORAN LABA RUGI PERBANDINGAN DENGAN PERSEN KECENDERUNGAN 31
DESEMBER 2008-2012
Desember 31 (Rp. 000.000) Persen kecenderungan th
POS-POS dasar 2008 = 100%
2008 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012

Penjualan neto 524 474,5 350 449 547,5 91 67 86 104

Harga pokok penjualan 406 375,5 283 319 368 92 70 79 91

Laba kotor 118 99 67 130 179,5 84 57 110 152

Biaya penjualan 59,5 52 20 63,5 100,5 87 34 107 169

Biaya administrasi 30 20 11 34 53,5 67 37 113 178

Biaya operasi 89,5 72 31 97,5 154 80 35 109 172

Laba operasi 28,5 27 36 32,5 25,5 95 126 114 89

Biaya lain-lain (bunga) 1,5 2 2,5 5,5 7,5 133 167 367 500

Laba bersih sebelum pajak 27 25 33,5 27 18 93 124 100 67

Pajak 8 8 10 8 5 93 124 100 67

Laba bersih setelah pajak 19 18 23 19 23 93 124 100 67

Analisis dan Interprestasi


1. Aspek Likuiditas
Aktiva lancer dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami kenaikan
masing-masing 3%, 22%, 44%, dan 72%. Kenaikan utang lancer pada periode yang
sama adalah 28%, 105%, 146%, dan 225%. Dari kenaikan persentase kecenderungan
dapat kita lihat bahwa kenaikan utang lancer jauh lebih besar daripada kenaikan aktiva
lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa trend likuiditas cenderung menurun.
2. Aspek Solvabilitas
Jumlah utang dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 naik masing-masing 26%,
98%, 136%, dan 210%. Sementara penurunan modal sendiri pada periode yang sama
masing-masing 4%, 23%, 24%, dan 34%. Hal ini menunjukan bahwa ada kecenderungan
perubahan semakin besar dibelanjai dana pinjaman. Dari angka tersebut, dapat
disimpulkan bahwa trend solvabilitas perusahaan cenderung menurun.
7
lOMoARcPSD|19992292

3. Aspek Rentabilitas
Trend laba dari tahun ke tahun menunjukan penurunan. Laba operasitahun 2009
turun 5%, tahun 2010 naik 26%, tahun 2011 naik 14% dan tahun 2012 turun 11%.
Sementara jumlah aktyiva dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 naik masing-
masing 5%, 13%,23%, dan 38%. Dari trendangka tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan rentabilitas perusahaan semakin menurun.
4. Aspek Aktivitas Usaha
Trend penjualan neto dari tahun 20009 sampai dengan tahun 2011 turun masing-
masing 9%, 33%, 14%, dan tahun 2012 naik 4%. Kalu dibandingkan dengan trend
piutang dagang yang naik dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 masing-masing
4%, 35%, 71%, dan 98%, maka dapat disimpulkan bahwa bagian penagihan bekerja
kurang efektif. Seharusnya apabila trend penjualan trurun, maka trend piutang dagang
selayaknya turun. Kemudian kalau dibandingkan antara trend penjualan dengan trend
persediaan menunjukan bahwa trend persediaan tahun 2009 naik 3%, tahun 2010 naik
17%, tahun 2011 naik 31% dan tahun 2012 naik 61%. Apabila keadaannya noirmal,
maka dapat disimpulkan bahwa ada kemungkinan bagian pembelian atau bagian
pemasaran atau bagian produksi bekerja kurang efisien. Jadi kalau yang menumpuk
bahan baku berarti bagian pembelian yang kurang beres, dan apabila yang menumpuk
barang bjadi/dalam proses, maka kemungkinan bagian pemasaran atau bagian produksi
yang bekerja kurang sermat.

2.2 Analisis Common Size


Analisis common size adalah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap
rekening dalam laporan rugi laba dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk
laporan rugi laba) atau dari total aktiva (untuk neraca).
Laporan keuangan dalam persentase per-komponen (Common-size Statement)
menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya,
cara penyusunan laporan keuangan ini disebut teknik analisis common size dan termasuk
metode vertikal.
Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size statement)
dapat memberikan informasi sebagai berikut:
1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang
posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2. Struktur modal (komposisi pasiva) yang dapat memberikan gambaran mengenai
8
lOMoARcPSD|19992292

posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.

Apabila neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif


(misalnya dua tahun berturut-turut) dapat memberikan informasi mengenai perubahan
komposisi, baik komposisi investasi maupun struktur modal.
Laporan rugi laba yang disusun dalam persentase per-komponen (Common size
percentage) dapat menggambarkan distribusi/alokasi setiap Rp. 1,00 penjualan kepada
masing-masing elemen biaya dan laba. Apabila disusun secara komparatif, dapat
menggambarkan perubahan distribusi tersebut.
Contoh Analisis Common Size
PT. BAGAS PERKASA JAYA
Neraca Komparatif dalam Persentase Per-Komponen Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)
31 Desember Common-Size
NERACA 2009 2010 2009 2010
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas Rp. 1.300 Rp. 1.200 9.29 7.50
Piutang Dagang Rp. 1.200 Rp. 1.000 8.57 6.25
Persediaan Rp. 2.200 Rp. 2.600 15.71 16.25
Total Aktiva Lancar Rp. 4.700 Rp. 4.800 33.57 30.00
Aktiva Tetap
Tanah Rp. 2.300 Rp. 3.700 16.43 23.13
Gedung Rp. 4.000 Rp. 4.000 28.57 25.00
Mesin Rp. 4.000 Rp. 5.000 28.57 31.25
Akumulasi Depresiasi (Rp. 1.000) (Rp. 1.500) (7.14) (9.38)
Total Aktiva Lancar Rp. 9.300 Rp. 11.200 66.43 70.00
Total Aktiva Rp. 14.000 Rp. 16.000 100% 100%
PASIVA (UTANG &
MODAL)
Utang Lancar Rp. 2.500 Rp. 2.200 17.86 13.75
Utang Jangka Panjang Rp. 4.500 Rp. 6.000 32.14 37.50
Modal Rp. 7.000 Rp. 7.800 50.00 48.75

9
lOMoARcPSD|19992292

Total Utang & Modal Rp. 14.000 Rp. 16.000 100% 100%

Cara perhitungan persentase per-komponen adalah : Pos-pos di dalam neraca


dikategorikan menjadi dua, yaitu aktiva dan pasiva. Masing-masing kategori ini (total
aktiva dan total pasiva) dinyatakan sebesar 100%, sedangkan masing-masing pos yang
termasuk pada masing-masing kategori dinyatakan dalam persentase atas dasar total
aktiva atau pasiva.
%Kas= (Saldo Kas / Total Aktiva) x 100%
= (Rp. 1.300/Rp. 14.000) x 100%
= 9.29%
Dari neraca yang disusun dalam persentase per-komponen tersebut, tampak bahwa salam
dua tahun, telah terjadi perubahan pada komposisi, baik aktiva (misalnya kas,persediaan)
maupun pasiva (misalnya utang jangka panjang).

PT. BAGAS PERKASA JAYA


Laporan Rugi Laba Komparatif dalam Persentase Per-Komponen Per 31 Desember 2009 dan
2010
(Dalam Ribuan Rupiah)

Tahun Common-Size (%)


Rugi Laba
2009 2010 2009 2010

Penghasilan Rp.150.000 Rp. 200.000 100% 100%

Harga pokok penjualan Rp. (50.000) Rp. (60.000) (33.33) (30.00)

Laba kotor Rp. 100.000 Rp. 140.000 66.67 70.00

Biaya pemasaran Rp. (25.000) Rp. (34.000) (16.67) (17.00)

Biaya administrasi Rp. (20.000) Rp. (28.000) (13.33) (14.00)

Biaya bunga Rp. (10.000) Rp. (14.000) (6.67) (7.00)

Laba sebelum pajak Rp. 45.000 Rp. 64.000 30.00 32.00

Pajak (15%) Rp. (6.750) Rp. (9.600) (4.50) (4.80)

Laba bersih Rp. 38.250 Rp. 54.400 25.50 27.20

10
lOMoARcPSD|19992292

Cara perhitungan persentase per-komponen adalah: Pos-pos dalam perhitungan


rugi laba yang dinyatakan dalam persentase per-komponen atas dasar total penghasilan
(total pengahasilan dinyatakan sebesar 100%).

% Harga Pokok Penjualan = (Saldo Harga Pokok Penjualan/Total Penghasilan)


100%
= (Rp. 60.000 / Rp. 200.000) x 100%
= 30%

Dari perhitungan rugi lab, tampah bahwa distribusi setiap Rp. 1,00 penjualan kepada
harga pokok penjualan misalnya mengalami penurunan, meskipun distribusi untuk biaya
lainnya (pemasaran, administrasi, dan bunga), secara total mengalami kenaikan.

2.3 Analisis Market Value Added (MVA)


Nilai tambah pasar atau market value added (MVA) menunjukkan perbedaan
antara nilai saham dan jumlah ekuitas yang telah ditanamkan oleh investor. Tujuan
utama perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham yang
dilakukan dengan memaksimalkan selisih antara market value of equity dan jumlah yang
ditanamkan investor kedalam perusahaan. Selisih tersebut disebut sebagai Market Value
Added (MVA). MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial
sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA yang dihasilkan oleh kinerja manajerial
sepanjang umur perusahaan yang di present value-kan (Mirza & Imbuh, 1999).
MVA diperoleh dengan melalui selisih antara nilai pasar ekuity dengan modal
ekuitas Nilai yang disetor pemegang saham. pasar ekuitas diperoleh dengan mangalikan
jumlah saham beredar dengan harga saham, sedangkan modal ekuitas yang disetor
pemegang saham sama dengan total ekuitas perusahaan atau nilai buku ekuitas.
Berdasarkan hal tersebut maka formula MVA dapat ditulis sebagai berikut:
MVA = Nilai Pasar Ekuity - Modal Ekuitas yang Disetor Pemegang Saham
= (Jumlah Saham Beredar) (Harga saham) - Total Nilai Ekuitas

Contoh
PT Wisatawan memiliki market value of equity Rp 150 juta dan nilai modal yang
disetor adalah Rp 10 juta.
11
lOMoARcPSD|19992292

Maka MVA PT Wisatawan adalah: Rp 150 - Rp 10 - Rp 140 juta Contoh lain


perhitungan MVA adalah sebagai berikut:
PT WISATAWAN MARKET VALUE ADDED (MVA)
(Rp 000.000)
2011 2012
Perhitungan MVA
Harga per Lembar Saham 23 26
Jumlah Saham Beredar(juta) 50 50
Market Value of Equity 1150 1300
Book Value of Equity 896 840
MVA
254 460
(Market Value - Book Value)

MVA PT WISTAWAN tahun 2011 adalah Rp 254 juta dan tahun 2012 adalah Rp 460
juta, Hal tersebut menunjukkan bahwa dampak tindakan manajerial sejak perusahaan
berdiri meningkat pada tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 254 juta dan Rp
460 juta.

2.4 Analisis Economic Value Added (EVA)


Nilai tambah ekonomi economic value added (EVA) adalah perbedaan antara laba
operasi setelah pajak dan total biaya modal, termasuk biaya modal ekuitas. EVA
adalah estimasi nilai yang dihasilkan manajemen selama setahun berjalan. EVA sangat
berbeda dengan laba akuntansi, karena tidak membebankan biaya penggunaan atas modal
ekuitas. MVA mengukur dampak tindakan manajerial sejak perusahaan berdiri, sementara
Economic Value Added (EVA) menitik beratkan pada efektivitas manajerial tertentu.
Economic Value Added (EVA) adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan
perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau strategi manajemen. EVA dapat dihitung
dengan formula sebagai berikut:
EVA = Laba Bersih Operasi Setelah Pajak(NOPAT) - Biaya Modal Setelah Pajak
Yang Diperlukan Untuk Mendukung Operasi
EVA = EBIT(1-Pajak Perusahaan) - (Biaya operasi)(BiayaModal Setelah Pajak)
Modal operasi atau operating capital merupakan penjumlahan dari hutang, saham
preferen dan saham biasa yang digunakan untuk pengadaan aset operasi bersih atau net

12
lOMoARcPSD|19992292

operating asset, yaitu modal kerja operasi bersih atau net operating working capital
ditambah investasi pabrik dan peralatan bersih. Operating asset sama dengan modal untuk
membeli operating asset. EVA mampu menghitung laba ekonomi yang sebenarnya suatu
persahaan pada tahun tertentu dan sangat berbeda dibandingkan laba akuntansi. EVA
mencerminkan residual income yang tersisa setelah semua biaya modal, termasuk modal
saham, telah dikurangkan, Sedangkan laba akuntansi dihitung tanpa mengurangkan biaya
modal.
Dengan adanya EVA, pemilik perusahaan akan memberikan imbalan aktivitas
yang menambah nilai dan membuang fasilitas yang merusak atau mengurangi nilai
keseluruhan suatu perusahaan dan membantu manajemen dalam hal menentukan tujuan
internal perusahaan untuk implikasi jangka panjang. Suatu sistem pengukuran kinerja
dalam perusahaan harus dapat membedakan aktivitas value added dengan aktivitas yang
non value added, sehingga manajemen organisasi dapat fokus untuk mengurangi biaya-
biaya yang timbul akibat aktivitas yang non value added. Dengan mengkomunikasikan
secara awal bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai bukan laba, sehingga
para manajer menjadi lebih terfokus pada penciptaan nilai dan bukan mengejar laba yang
besar.
EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang diberikan
perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu manajer yang menitikberatkan pada
EVA dapat diartikan telah beroperasi pada cara-cara yang konsisten untuk
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Perlu dicatat bahwa EVA dapat juga
diterapkan pada tingkat divisi atau subsidiari perusahaan. Dengan demikian EVA
merupakan salah satu kriteria yang lebih baik dalam pemilihan penilaian kebijakan
manajerial dan kompensasi.

2.5 Keunggulan Economic Value Added (EVA)


 Pihak manajemen perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai
tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan
satu dari tiga hal berikut ini (Stewart 1991):
(1)Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti manajemen
dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan
keuntungan yang optimal
(2)Menginvestasikan modal baru ke dalam proyek yang mendapatkan return lebih
besar dari pada biaya modal yang ada.
13
lOMoARcPSD|19992292

(3)Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan


 Govindarajan penerjemah Kurniawan (2002) mengungkapkan keunggulan EVA
sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan meliputi :
(1)Dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran laba untuk perbandingan
investasi yang sama. Dengan meningkatnya EVA maka investasi-investasi
akan menghasilkan laba diatas biaya modal sehingga akan lebih menarik para
manajernya untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut.
(2)Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aset
yang berbeda pula.
(3)EVA memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan-perubahan nilai
pasar perusahaan.
 Keunggulan EVA menurut Teuku Mirza (1997) yaitu EVA memfokuskan
penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhatikan beban biaya modal sebagai
konsekuensi investasi. Dengan diperhitungkannya biaya modal maka dapat diketahui
apakah perusahaan dapat menciptakan nilai tambah atau tidak. Kelebihan EVA
adalah dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding.

2.6 Kelemahan Economic Value Added (EVA)


EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tahun tertentu.
Padahal nilai perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Sehingga
suatu perusahaan mempunyai nilai EVA pada periode tertentu positif tetapi nilai
perusahaan tersebut rendah karena nilai EVA dimasa lalunya negatif. Berikut beberapa
keterbatasan EVA antara lain:
(1) Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak
strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan
(2) Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek sehingga manajemen
cenderung enggan berinvestasi jangka panjang, karena bisa mengakibatkan
penurunan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan. Hal ini bisa mengakibatkan
turunnya daya saing perusahaan di masa depan
(3) EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa meningkatkan
kinerja keuangan. Menurut Kaplan dan Norton (2001), tanpa balanced scorecard,
strategi value based management memang dapat menurunkan biaya dan
meningkatkan intensitas aktiva tetapi akan kehilangan kesempatan menciptakan
tambahan nilai, yaitu strategi pertumbuhan pendapatan jangka panjang melalui
14
lOMoARcPSD|19992292

investasi pelanggan, inovasi, perbaikan proses, teknologi informasi dan kemampuan


karyawan
(4) Tidak cocok diterapkan pada industri tertentu. Penggunaan EVA untuk
mengevaluasi kinerja keuangan mungkin tidak tepat untuk beberapa perusahaan,
misalkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi seperti pada sektor
teknologi (Dierks dan Patel 1997)
(5) Tidak bisa diterapkan pada masa inflasi. De Villiers (1997) mengindikasikan
bagaimana inflasi akan mengakibatkan distorsi pada EVA dan menunjukkan bahwa
EVA tidak dapat digunakan selama periode inflasi untuk mengestimasi profitabilitas
aktual
(6) Memerlukan tambahan biaya. Wood (2000) mengatakan bahwa penggunaan EVA
mungkin akan meningkatkan auditing fees dan bisa menimbulkan potential litigation
costs.
Contoh perhitungan EVA adalah sebagai berikut:

PT WISATAWAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)


(Rp 000.000)

2011 2012
Perhitungan EVA
DEBIT 283 263
Pajak (t) 40% 40%
NOPAT = EBIT (1-t) 169,8 157,8
Total Investor Supplied Operating Working 1.800 1.455
Capital
Biaya Modal Setelah Pajak 11% 10,80%
Biaya Modal (Rp) 198 157,1
EVA = NOPAT - Biaya Modal (28,2) 0,7

EVA tahun 2012 positif yaitu Rp 0,70 juta sedangkan tahun 2011 negatif Rp 28,20 juta.
NOPAT mengalami penurunan namun EVA mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan
karena penurunan NOPAT 8% lebih kecil dari pada tingkat penurunan rupiah biaya
modal 26% sehingga penurunan biaya modal tersebut akan mengakibatkan EVA
meningkat. Berdasakan perhitungan MVA dan EVA yang telah diuraikan dapat
dinyatakan 2 (dua) pengamatan yaitu :

15
lOMoARcPSD|19992292

1) Berdasarkan perhitungan MVA dan EVA PT Wistawan tahun 2011 dan 2012,
terlihat terjadi kombinasi antara peningkatan harga saham Rp 23 ke Rp 26 juta, dan
kenaikan nilai buku modal dari Rp 1.150 menjadi Rp 1.300, sehingga menyebabkan
peningkatan MVA, sehingga terjadi peningkatan nilai kemakmuran pemegang
saham sebesar Rp 460 - Rp 254 Rp 206 juta.
Ada hubungan antara MVA dan EVA namun sifatnya tidak selalu searah. Jika suatu
perusahaan memiliki EVA negatif, maka MVA mungkin saja akan bernilai negatif
atau sebaliknyajika suatu perusahaan memiliki EVA positif, maka MVA akan
bernilai positif. Harga saham sebagai salah satu komponen MVA akan lebih banyak
ditentukan oleh kinerja masa depan dan bukan kinerja masa lalunya. Sehingga
perusahaan dengan EVA negatif dapat saja memiliki MVA positif jika investor
memiliki harapan akan perubahan yang lebih baik pada perusahaan di masa depan.
2) EVA secara umum lebih bermanfaat dibanding MVA untukmengevaluasi kinerja
manajerial dengan alasan:
a) EVA menunjukkan value added yang terjadi pada tahun tertentu
b) EVA dapat diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari perusahaan besar secara
individual, sedangkan MVA harus diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari
perusahaan besara secara individual, sedangkan MVA harus diterapkan untuk
perusahaan secara keseluruhan. Karena alasan ini MVA lebih banyak digunakan
untuk mengevaluasi kinerja top manajemen selama jangka waktu yang panjang.

16
lOMoARcPSD|19992292

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis Indeks adalah salah satu metode analisis laporan keuangan untuk
mengetahui kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah
naik, turun atau tetap. Kecenderungan posisi keuangan tersebut dapat diketahui dari
laporan keuangan yang disusun untuk tiga periode atau lebih. Untuk melihat trend
tersebut digunakan angka indeks
100. Angka indeks 100 adalah untuk tahun dasar. Tahun dasar tidak selamannya tahun
awal, melainkan tahun yang dianggap Representative. Rasio trend/kecenderungan pada
umumnya tidak semua pos-pos neraca dan laporan tugi laba dari beberapa periode
tersebut dihitung, karena tujuan utama dari perhitungan rasio adalah membuat
perbandingan antara pos-pos yang mempunyai hubungan informasi dengan pos-pos
lainnya.
Analisis common-size ialah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap
rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk
laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca). Untuk angka-angka yang ada
dalam neraca, common basenya adalah total aktiva. Dengan kata lain total aktiva
dipergunakan sebagai 100%. Penyajian dalam common size akan mempermudah
pembaca laporan keuangan memerhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam
neraca.
EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value Added) merupakan
indicator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA dan MVA dianggap
paling memiliki korelasi dengan perubahan dan penciptaan nilai saham diperusahaan.
EVA dan MVA yang posotif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi
pasar dan pemilik modal karena perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian
yang melebihi tingkat biaya modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu
memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya, EVA dan MVA yang negatif menunjukan
nilai perusahaan yang menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya
modal.
MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak
perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA yang dihasilkan oleh kinerjal manajerial
17
lOMoARcPSD|19992292

sepanjang umur perusahaan yang di-present value-kan. MVA diperoleh dengan melalui
selisih antara nilai pasar ekuity dengan modal ekuitas yang disetor pemegang saham.
EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai
akibat dari aktifitas atau strategi manajemen. EVA diperoleh melalui selisih laba bersih
operasi setelah pajak dengan biaya modal setelah pajak yang diperlukan untuk
mendukung operasi perusahaan.

18
lOMoARcPSD|19992292

DAFTAR PUSTAKA

Eugene F. Brigham and Joel F. Houston, Fundamentals o Financial


Management, 2015, eighth edition, Cengage Learning, USA Wiagustini, Ni Luh
Putu, 2014, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Udayana Press, Denpasar

19

Anda mungkin juga menyukai