Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ETNO PERENTING SUKU MELAYU

DOSEN PENGAMPU
SARIAH, Dra, Hj, M. Pd

Disusun Oleh :
NAMA : SRI DEWI SAFITRI
NIM : 12310924118

Mata kuliah: Pendidikan Keluarga ( Parenting)

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


UIN SUSKA RIAU
PEKANBARU
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Etno Perenting Suku Melayu” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Pendidikan Keluarga (Parenting). Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan penulis dan pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Sariah Dra, Hj, M.
Pdselaku dosen mata kuliah Pendidikan Keluarga (Parenting) yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan mata kuliah yang penulis ikuti. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari, makalah
yang tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 18 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB IPENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3


A. Pengertian Ethnoparenting ............................................................................. 3
B. Bentuk-bentuk Etnoparenting Melayu Riau................................................... 3
C. Penerapan Etnoparenting Melayu Riau Dalam Keluarga .............................. 5
D. Pandangan Orang Tua Terhadap Etnoparenting Melayu Riau ...................... 6
E. Pengaruh Budaya dalam Pengasuhan............................................................. 8
F. Mempertahankan Budaya Melayu Riau dalam Pengasuhan .......................... 9
G. Pandangan Orang Tua Terhadap Etnoparenting Melayu Riau .................... 10

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 12


A. Kesimpulan .................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum mendalami mengenai budaya dan parenting, baiknya kita
memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan budaya. Budaya mencakup
norma-norma sosial, peran, kepercayaan, nilai-nilai, dan praktik dan berfungsi
untuk memberikan pedoman bagi anak dalam bersosialisasi dan nantinya menjadi
orang dewasa yang sukses. Dengan demikian, individu dari kelompok etnis yang
sama dapat terlibat dalam praktik pengasuhan berbasis budaya yang
mencerminkan sejarah bersama mereka (Iruka & Durden, 2015).
Setiap kelompok masyarakat di dunia memiliki budaya. Budaya yang
berkembang dalam masyarakat misalnya pandangan hidup, tingkah laku, nilai-
nilai, keyakinan dan simbol-simbol yang secara tidak sadar diterima dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui proses komunikasi
(Rahman, 2020). Budaya dapat pula dikatakan sebagai ekspresi kolektif dari adat
istiadat, tradisi, dan nilai-nilai tertentu. Keragaman individu dan manusia dapat
mencakup dimensi ras, etnis, jenis kelamin, keistimewaan, orientasi seksual,
keyakinan agama, usia, status sosial ekonomi, kemampuan fisik, keyakinan
politik, atau ideologi lainnya (Wall, 2015). Sedangkan Bornstein (2013)
berpendapat bahwa budaya dapat dipahami sebagai pola khas yang mencakup
norma, ide, nilai, konvensi, perilaku, dan representasi simbolis tentang kehidupan
yang dimiliki oleh sekelompok orang, bertahan dari waktu ke waktu,
membimbing dan mengatur kehidupan seharihari, dan merupakan sumber daya
berharga yang dikomunikasikan oleh anggota dewasa dalam kelompok sosial
tersebut kepada anggota baru dan yang lebih muda. Dengan demikian, setiap
budaya ditandai dan dibedakan dari budaya lain melalui gagasan yang telah
terbentuk sejak awal dan diakui secara luas mengenai bagaimana individu harus
merasa, berpikir dan bertindak sebagai anggota masyarakat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Ethnoparenting?
2. Bagaimana Bentuk-bentuk Etnoparenting Melayu Riau?
3. Bagaimana Penerapan Etnoparenting Melayu Riau Dalam Keluarga?
4. Bagaimana Pandangan Orang Tua Terhadap Etnoparenting Melayu Riau?
5. Bagaimana Pengaruh Budaya dalam Pengasuhan?
6. Bagaimana Mempertahankan Budaya Melayu Riau dalam Pengasuhan?
7. Bagaimana Pandangan Orang Tua Terhadap Etnoparenting Melayu Riau?

C. Tujuan Penulisan
1. Megetahui Pengertian Ethnoparenting
2. Memahami Bagaimana Bentuk-bentuk Etnoparenting Melayu Riau
3. Memahami Penerapan Etnoparenting Melayu Riau Dalam Keluarga
4. Memahami Pandangan Orang Tua Terhadap Etnoparenting Melayu Riau
5. Memahami Pengaruh Budaya dalam Pengasuhan
6. Memahami Mempertahankan Budaya Melayu Riau dalam Pengasuhan
7. Memahami Pandangan Orang Tua Terhadap Etnoparenting Melayu Riau

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ethnoparenting
Ethnoparenting adalah suatu aktivitas pengasuhan yang berdasarkan
budaya lokal atau etnis tertentu. Jika dikonseptualkan maka memiliki arti sebuah
praktik pengasuhan anak berdasarkan budaya lokal, tradisi, nilai-nilai, filosofi,
dan kebiasaan pada suatu daerah asli pribumi atau pada sekelompok etnis. Lebih
lanjut, penerapan pengasuhan anak berdasarkan nilai yang diyakini oleh kelompok
masyarakat yang bersemayam dikehidupan sehari-hari (Yeni Racmawati, 2020).
Etnoparenting mesti mengikuti dengan pola budaya (culture Pattern) karena pola
budaya terdiri dari pikiran, gagasan, filosofi yang terdapat pada akal manusia.
Pendalaman nilai-nilai budaya lokal seperti etnoparenting ini memberikan ruang
dalam membentuk sistem nilai pada masyarakat (Suratman, 2021).
Etnoparenting budaya melayu adalah praktik pengasuhan berdasarkan
nilai-nilai dalam tunjuk ajar kesantunan dan semangat melayu, yaitu bagaimana
seharusnya seorang anak melayu bersikap dan berbuat di tengah-tengah
masyarakat (Tennas Effendy, 2005) 1.

B. Bentuk-bentuk Etnoparenting Melayu Riau


Pemahaman tetang orang Melayu, Riau tidak hanya didasari dari sudut
pandang antropologi dan konsep etnik tetapi juga dilihat dari konsep budaya
(Thamrin, 2018). Budaya Melayu Riau yang tumbuh masih dijaga dengan baik
oleh masyarakat setempat, yang dikembangkan melalui2;
1. Tradisi Lisan
Tradisi lisan merupakan bagian dari ditransmisi secara lisan yang kadang
diikuti dengan tindakan yang dimaksud menyampaikan tujuan atau informasi.
Menurut (Pama, 2016) tradisi lisan mencakup; 1) Teknologi tradisional, 2)
Kekusasteraan lisan, 3) Merupakan pengetahuan folk, 4) Berupa kesenian dan 5)

1
Rachmawati, Y. (2020). Pengertian Etnoparenting Indonesia pada Pengasuhan Anak. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1150–1162.
2
Raihaninur, S. dkk. (2019). Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Buku Tunjuk Ajar
Melayu Karya Tenas Effendy. Jom Fkip Unri

3
Berupa hukuman (Isman & Agussani, 2020). Parenting yang diterapkan tiap orang
tua tentu berbeda berdasarkan individu dan capaian perkembangan anak yang
ingin diringkatkan, namun semua orangtua memiliki keinginan untuk dapat
mengembangkan tumbuh kembang anak dengan seoptimal mungkin. Cara
parenting juga dapat dilandasi oleh budaya yang ada dilingkungan anak.
Dalam bertutur lisan, penggunaan ungkapan pada katakata bersayap menjadi
penuturan khas budaya melayu. Menurut (Devianti et al., 2020), cara berpikir
yang metafonik membuat banyak ungkapan digunakan dalam berkomunikasi.
Bahasa menurut adat budaya Melayu Riau berfungsi sebagai alat komunikasi,
bentuk jati diri dan cerminan budi pekerti seseorang dalam adat dan busana
Melayu Riau (Sabakti, 2018b). Masyarakat memandang seseorang yang memiliki
bahasa Melayu yang santun dan teratur memiliki pancara budi pekerti yang baik.
Kebanyakan tradisi lisan masih banyak digunakan, akan tetapi tradisi yang
sekarang sudah memudar dan mendekati punah.
2. Tunjuk Ajar Melayu
Tunjuk Ajar Melayu (TAM) kental dengan nama almarhum Tenas
Effendy, budayawan tersohor asal Riau. TAM berisi pernyataan-pernyataan
khusus yang mencakup saran dan nasihat, petuah, amanah, petunjuk, dan panutan.
Nilai-nilai antara lain terkandung di dalamnya mampu membimbing manusia
mengarah kepada kehidupan yang baik serta meraih hidup bahagia di dunia serta
di akhirat, untuk meraih keridhaan Allah. Dalam merumuskan TAM. Tenas
Effendy mengemukakan :
Yang disebut tunjuk ajar dari yang tua,
Petunjuknya mengandung tuah
Pengajarannya berisi marwah
Petuah berisi berkah
Amanahnya berisi hikmah
Nasehatnya berisi manfaat
Pesannya berisi iman
Kajinya mengandung budi
Contohnya pada yang senonoh
Teladannya di jalan tuhan

4
Cara menyebarkan serta mewariskan tunjuk ajar Melayu dari generasi ke
generasi, dilaksanakan secara tradisional melalui dua cara yaitu secara lisan serta
melalui suri tauladan. Cara lisan biasa kita temukan yaitu melalui aktifitas lisan
seharihari, misalnya saat orang tua menasihati anak, ketika ibu membacakan
dongeng menjelang tidur, juga melalui dendang syair serta cerita dongeng yang
disampaika dari si pendongeng. Selain itu, dapat juga disebarkan dan dilestarikan
melalui berbagai upacara adat dalam tradisi kehidupan Melayu. Selanjutnya suri
tauladan yang sesuai tunjuk ajar yang didapatkan langsung menunjukkan
perbuatan, sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari.
Sejalan dengan tunjuk ajar Melayu ini, pendidikan di Indonesia diarahkan pada
pendidikan karakter sejak dini. Pendidikan karakter dapat dipahami proses
mendidik budi pekerti, moral, atau akhlak individu. Pendidikan karakter dilakukan
melalui dua cara, yaitu melalui pendidikan keluarga (internal) serta pendidikan di
sekolah (eksternal). Adapun pendidikan keluarga atau parenting merupakan
pendidikan utama bagi anak yang diperolehnya sejak awal kelahiran, sehingga
menjadi sarana yang sangat tepat untuk mengembangkan karakter positif anak
sejak dini dengan menggunakan tunjuk ajar Melayu.

C. Penerapan Etnoparenting Melayu Riau Dalam Keluarga


Kebiasaan menidurkan anak dengan mendendangkan syair merupakan
salah satu bentuk penerapan etnoparenting yang tersebah diseluruh daerah
Melayu, Riau (Sabakti, 2020). Seperti di wilayah Indragiri Hulu dendang ini
disebut dengan dodoi, di Kampar disebut dengan batimang atau bagandu, di
Rokan Hulu disebut dengan onduo. Walau berbeda penyebutan dendang
pengantar tidur anak, namun memiliki kesamaan pada fungsi pengenalan identitas
budaya dengan menggambarkan nasihat yang tergambar pada dendang tersebut.
Penggunaan bahasa Melayu, Riau daerah Sialang menggunakan akhiran kata (a)
diganti (o). Bahasa ini digunakan sehari-hari dalam berkomunikasi dengan
masyarakat (Alber, 2017)3.

3
Effendy, T. (2005). Nilai-nilai dalam Tunjuk Ajar dan Petuah Amanah Melayu Riau. Lembaga Adat
Melayu Kabupaten Pelalawan Pangkalan Kerinci.

5
Al-Azhar (2017) menyatakan bahwa suatu karya sastra pada dasarnya sarat
dengan nilai-nilai kesalehan yang dapat menjadi sumber edukatif dalam
membangun karakter manusia, termasuk pada anak-anak usia dini (Sabakti,
2018b). Biasanya para orang tua masyarakat Melayu Riau menggunakan syair
dalam membentuk karakter anak. Karya sastra bebentuk syair bagi anak usia dini
bukan semata-mata untuk dinikamati keindahan susunan kata dan bunyinya, tetapi
juga sebagai sarana ampuh penyampaian dan penanaman ajaran islam lewat isinya
yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan, kesalehan, nasehat, petunjuk dan nilai-
nilai universal lainnya (Yasin et al., 2021).
Senandung menidurkan anak bisa menjadi salah satu pilihan dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter pada anak. Menurut Marlina (2020b)
senandung menidurkan anak adalah nyanyian yang dilagukan untuk menidurkan
anak. Dalam kehidupan masyarakat siak sudah lama dikenal tradisi mengayun
anak. Mengayun anak dalam keseharian adalah untuk menidurkannya, karena
dengan diayun si anak akan tertidur pulas. Dalam kehidupan sehari-hari ibu-ibu di
Siak menidurkan anaknya dengan berdendang. Seorang ibu akan bernyanyi
dengan suara merdu dan mendayu-dayu. Lirik lagunya sangat puitis dan biasanya
berisi petuah. Dalam bersenandung berisi kata-kata kasih sayang dan ditambahkan
kata-kata berupa bujukan, nasihat, doa, dan harapan orangtua pada anaknya 4.

D. Pandangan Orang Tua Terhadap Etnoparenting Melayu Riau


Hubungan antara orang tua dan anak-anak mereka merupakan hubungan
yang paling penting di antara hubungan manusia lainnya dan berlangsung
sepanjang hayat. Hubungan antara orang tua dan anak ini dimulai melalui
pengasuhan. Pengasuhan bertujuan untuk mempersiapkan anak agar dapat
mengelola tugas-tugas dan kewajiban mereka dalam kehidupan (Bornstein,
2015)5. Bagi pasangan suami istri, transisi menjadi orang tua merupakan langkah
dan fase kehidupan yang signifikan dan berdampak pada hubungan mereka
sebagai orang tua baru, sebagai pasangan dan sebagai individu (Lévesque, 2020).

4
Raihaninur, S. dkk. (2019). Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Buku Tunjuk Ajar
Melayu Karya Tenas Effendy. Jom Fkip Unri.
5
Rahmawati, G. (2020). Hubungan Pola Asuh Orang Tua (Parenting Style) dan Budaya Lokal
Dengan Perkembangan Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Teknologi Pendidikan Dan Pembelajaran,
1, 111–122.

6
Sebagai orang tua perlu belajar banyak hal, salah satunya adalah kesepakatan
antara ibu dan ayah karena dukungan dan kerja sama orang tua yang erat dalam
mendidik dan mengasuh anak sangat penting.
Melalui pengasuhan orang tua mengajarkan banyak hal pada anak dan
disadari maupun tidak, orang tua akan mengajarkan anak berbagai hal yang sesuai
dengan budayanya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bornstein (2017b) bahwa
definisi inti budaya adalah transmisi kepercayaan yang disepakati bersama dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Bila dikaitkan dengan budaya, maka
mengasuh anak dapat dilihat sebagai pencapaian budaya dalam dan dari diri orang
tua. Ini dapat dianggap sebagai kegiatan yang disampaikan melalui interaksi yang
mengandung nilai-nilai moral yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
lainnya (Faircloth et al., 2013). Keluarga memiliki andil dalam membentuk nilai-
nilai dan sikap anak sedari dini. Tentunya hal ini tidak lepas dari cara orang tua
mendidik anak sesuai norma dan nilai sosial yang berkembang pada masyarakat.
Orang tua yang memiliki nilai-nilai budaya yang berbeda mungkin memiliki nilai-
nilai dan praktik pengasuhan yang berbeda pula.
Riau dikenal sebagai jantung Melayu Indonesia. Budayanya yang dikenal
dengan Budaya Melayu Riau memiliki keistimewaan yakni Tunjuk Ajar Melayu,
yang mengandung nilai dan norma dalam segala aspek kehidupan, terutama bagi
manusia. Tunjuk Ajar Melayu dalam Budaya Melayu Riau mengacu pada semua
instruksi, mandat, panutan, dan nasihat yang menuntun manusia ke jalan yang
lurus dan kebenaran diri Allah, yang berkat-berkat-Nya menyelamatkan manusia
dalam kehidupan di dunia dan akhirat (Sabakti, 2018a). Budaya Melayu tak
terlepas dari nilai-nilai keislaman. Islam adalah agama yang ideologinya berasal
dari Allah, Tuhan alam semesta. Ajaran Islam mencakup semua aspek kehidupan
manusia, dari penciptaannya hingga kehidupan selanjutnya setelah kematian.
Agama ini juga mengatur hubungan antara orang tua dan anakanak mereka yang
sebagaimana juga terkandung dalam Budaya Melayu Riau. Agama menjadi
bagian dari sistem nilai budaya yang memiliki pengaruh dominan pada
pengasuhan Indonesia, dan Islam, sebagai agama utama di Indonesia, telah
bercampur dengan budaya lokal (Riany et al., 2017); ini juga ditemukan dalam
Budaya Melayu Riau. Tambak & Sukenti (2020) menyatakan bahwa budaya

7
Melayu terintegrasi dengan Islam, membentuk dasar adat Melayu berdasarkan
Sunnah dan AlQur'an. Orang Melayu Riau menganut tradisi dalam arti luas dan
paling mendalam, yang mereka masukkan ke dalam cara hidup mereka dan
ditafsirkan sebagai budaya. Kejayaan peradaban Melayu akan tetap ada selama
generasi berikutnya menumbuhkan budaya moralitas-esensi budaya Melayu dan
internalisasi Budaya Melayu Riau sebagai kearifan lokal secara efektif
membentuk moral anak.

E. Pengaruh Budaya dalam Pengasuhan


Sebuah istilah dalam budaya, yakni enkulturasi, mengacu pada pewarisan
standar dan nilai-nilai yang ditetapkan oleh masyarakat setempat kepada generasi
berikutnya sehingga generasi selanjutnya menerima nilai-nilai dan budaya ini
dapat bertahan teguh sampai menjadi kebiasaan (L. Wang et al., 2019).
Enkulturasi terjadi dalam berbagai kondisi dalam masyarakat, tetapi lingkungan
keluarga paling cocok untuk hasil yang optimal (Smith &; Bond, 2019). Dalam
hal ini, nilai-nilai dan norma-norma dalam Budaya Melayu Riau dapat digunakan
dalam pengasuhan sebagai kearifan lokal dan telah terbukti melawan budaya asing
yang tidak dipengaruhi oleh kepribadian Melayu 6. Dengan demikian, anak-anak
muda yang hidup di era digital akan mempertahankan identitas mereka sebagai
orang Melayu yang menghargai adat istiadat, nilai, norma, dan moralitas. Namun
dengan memasuki era society 5.0, teknologi menjadi bagian dari manusia, internet
tidak hanya digunakan untuk berbagi informasi tetapi untuk menjalani kehidupan.
Upaya mempertahankan nilai-nilai budaya dalam pengasuhan semakin menantang
namun bukan tidak mungkin dilakukan.
Budaya membantu membentuk masa kanak-kanak dan pengasuhan, dan
budaya dipertahankan dan ditransmisikan dengan mempengaruhi kognisi orang
tua dan membentuk praktik orang tua (Bornstein, 2015). Pengaruh spesifik budaya
pada pengasuhan dan perkembangan anak-anak dimulai jauh sebelum anak-anak
lahir, membentuk keputusan penting tentang perilaku yang harus didorong orang
tua pada anak-anak mereka dan bagaimana orang tua harus berinteraksi dengan

6
Effendy, T. (2012). Kesantunan dan Semangat Melayu. Malaysia: Akademi Pengajian Melayu
Universiti Malaya.

8
anak-anak mereka. (Bornstein, 2014). Perbedaan budaya dalam perkembangan
anak-anak dan keyakinan dan perilaku pengasuhan sangat mencolok, baik
ditemukan di seluruh masyarakat di berbagai belahan dunia atau antara kelompok
etnis lain dalam komunitas yang sama. Memang, setelah mengalami pola
pengasuhan yang berbeda secara budaya menjadi identitas sejati individu dalam
satu masyarakat budaya, membedakan mereka dari yang lain.

F. Mempertahankan Budaya Melayu Riau dalam Pengasuhan


Globalisasi memberi dampak positif bagi masyakarat di seluruh belahan
dunia, seperti kemajuan teknologi dan perkembangan ekonomi yang pesat.
Namun, globalisasi membawa budaya baru yang tidak sepenuhnya didasarkan
pada nilai-nilai yang dianut dalam budaya masyarakat. Globalisasi menyebabkan
pergeseran nilai-nilai budaya kolektif ke arah individualisme. Dalam Budaya
Melayu Riau yang bersifat kolektif, kebutuhan dan tujuan kelompok dipandang
lebih penting. Anggota grup saling berhubungan, dan identitas grup adalah pusat
identitas setiap orang. Sumari et al. (2020) menyatakan bahwa anggota keluarga
diharapkan untuk melestarikan dan menjunjung tinggi nilai-nilai keluarga karena
tindakan anggota individu mempengaruhi keseluruhan sistem. Orang tua ingin
anak-anak mereka juga menjadi bagian dari budaya kolektif ini, sehingga mereka
perlu dididik tentang nilainilai budaya dalam masyarakat Melayu. Dalam budaya
Melayu, membesarkan anak adalah tanggung jawab orang tua dan masyarakat.
Namun, situasi ini mulai berubah, terutama di daerah perkotaan. Jika tidak
demikian, akan sulit bagi anak-anak untuk menginternalisasi nilai-nilai Budaya
Melayu Riau7.’
Nilai-nilai budaya Melayu yang mengedepankan kolektivisme menuntut
setiap anggota masyarakat untuk peduli terhadap sesama. Selain itu, kearifan
Budaya Melayu Riau juga dianggap sebagai tameng bagi anak-anak dalam
menghadapi perubahan gaya hidup akibat perkembangan teknologi yang
mempengaruhi cara orang berinteraksi dan berkomunikasi. Prosedur komunikasi

7
Effendy, T. (2005). Nilai-nilai dalam Tunjuk Ajar dan Petuah Amanah Melayu Riau. Lembaga Adat
Melayu Kabupaten Pelalawan Pangkalan Kerinci.

9
diatur berdasarkan tingkat usia; Interaksi dengan orang tua, teman sebaya, dan
yang lebih muda memiliki pola dan metode yang berbeda.
Setiap budaya memiliki karakteristik dan kebijaksanaan unik yang dipegang
teguh oleh anggota masyarakat. Tidak terkecuali Budaya Melayu Riau. Setiap
budaya menekankan praktik pengasuhan yang berbeda yang diturunkan dari
generasi ke generasi (Rothenberg et al., 2021). Ketika seorang anak diasuh oleh
orang tua atau orang lain yang secara signifikan mempengaruhi kehidupan
mereka, proses akulturasi terjadi – suatu proses ketika anak belajar tentang dan
menyesuaikan diri dengan budaya di mana dia tinggal(Schwartz et al., 2020).
Bagaimana orang tua menunjukkan budaya Melayu dalam parenting ini cukup
khas terutama tentang nilai-nilai dan konvensi yang akan menuntun anak pada
perilaku yang diharapkan dan terkait erat dengan prinsip-prinsip agama Islam.

G. Pandangan Orang Tua Terhadap Etnoparenting Melayu Riau


Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Novianti, et al. (2023) orang tua,
terutama mereka yang tinggal di daerah perkotaan, merasa sulit untuk tetap
berpegang pada praktik Budaya Melayu Riau. Orang tua membutuhkan dukungan
dan dorongan untuk melestarikan norma dan nilai budaya dalam pengasuhan,
karena kebanyakan dari mereka setuju bahwa mereka masih ingin
mempertahankan nilai-nilai budaya Melayu dalam membesarkan anak.
Bagi orang tua, Budaya Melayu Riau tetap menjadi pilihan yang layak
untuk membesarkan anak-anak dan dianggap memiliki kontribusi positif dalam
upaya mereka untuk menanamkan dan mempertahankan nilai-nilai positif dalam
kepribadian anak-anak mereka. Febiyanti & Yulindrasari (2021) menyatakan,
nilai-nilai budaya berdampak pada banyak orang tua Indonesia dalam pengasuhan
sehari-hari mereka. Hal ini tercermin dalam gaya pengasuhan orang tua, yang
bertujuan untuk menanamkan prinsip-prinsip budaya pada anak-anak mereka.
Nilai-nilai budaya tradisional dianggap penting bagi orang tua untuk ditanamkan
pada anak-anak mereka sehingga mereka memiliki sopan santun dan menghormati
orang yang lebih tua8.

8
Rachmawati, Y. (2020). Pengembangan Model Etnoparenting Indonesia pada Pengasuhan Anak.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1150–1162.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.706

10
Orang tua juga menghadapi tantangan dalam hal menerapkan pola asuh
berbasis Budaya Melayu Riau. Namun, orang tua masih memandang budaya
Melayu sebagai elemen penting dalam membesarkan anak karena dapat digunakan
sebagai panduan untuk mencapai tujuan pengasuhan masyarakat Melayu, yang
termasuk mengembangkan karakter positif anak. Untuk itu, orang tua
membutuhkan dukungan untuk memperkaya pengetahuan tentang pola asuh
berbasis budaya Melayu, yang dapat dilakukan melalui platform digital seperti
media sosial dan aplikasi pengasuhan berbasis android yang dapat diakses secara
online.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ethnoparenting adalah suatu aktivitas pengasuhan yang berdasarkan
budaya lokal atau etnis tertentu. Jika dikonseptualkan maka memiliki arti sebuah
praktik pengasuhan anak berdasarkan budaya lokal, tradisi, nilai-nilai, filosofi,
dan kebiasaan pada suatu daerah asli pribumi atau pada sekelompok etnis.
Riau dikenal sebagai jantung Melayu Indonesia. Budayanya yang dikenal
dengan Budaya Melayu Riau memiliki keistimewaan yakni Tunjuk Ajar Melayu,
yang mengandung nilai dan norma dalam segala aspek kehidupan, terutama bagi
manusia. Tunjuk Ajar Melayu dalam Budaya Melayu Riau mengacu pada semua
instruksi, mandat, panutan, dan nasihat yang menuntun manusia ke jalan yang
lurus dan kebenaran diri Allah, yang berkat-berkat-Nya menyelamatkan manusia
dalam kehidupan di dunia dan akhirat (Sabakti, 2018a).

12
DAFTAR PUSTAKA

Alber, A. (2017). Tunjuk Ajar Melayu dalam Syair Karya Tenas Effendi sebagai
Basis Pendidikan Karakter. GERAM, 5(2), 36–44.
Andriani, T., Fakultas, D., Uin, K., & Riau, S. (2012). Pantun Dalam Kehidupan
Melayu ( Pendekatan historis dan antropologis ). 9(2), 195–211.
Effendy, T. (2004). Tunjuk ajar dalam pantun Melayu. Balai Kajian dan
Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM).
Sabakti, S. (2018a). Konsep Pendidikan Karakter dalam Buku Pandangan Orang
Melayu Terhadap Anak Karya Tenas Effendy. Widyaparwa, 46(2), 189–
204.

13

Anda mungkin juga menyukai