PROPOSAL PENELITIAN
EFEKTIVITAS DAUN SINGKONG (Manihot esculanta crantz) TERHADAP
PERTUMBUHAN LARVA Anopheles Sp.
Dosen Pengampu : Khairiza Lubis, S. Si., M. Sc., Ph. D
PSB A 2022
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpah dan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyusun tugas proposal penelitian dari mata kuliah Toksikologi
dengan baik, serta tepat pada waktunya. Dalam tugas ini kami akan membahas mengenai topik
“Efektivitas daun singkong (Manihot esculanta crantz) terhadap pertumbuhan larva Anopheles Sp.”.
Kami juga menyadari proposal penelitian ini juga masih memiliki kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap agar ada kritik, saran dan usulan untuk membangun
review kami agar lebih baik lagi kedepannya.
Sekiranya laporan kami bisa bermanfaat dan berguna bagi pembaca dan penulis. Akhir kata
kami ucapkan terimakasih semoga ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi pembaca.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
Penting untuk diingat bahwa ada lebih dari 430 spesies nyamuk Anopheles yang dikenal, dan
mereka dapat memiliki variasi dalam karakteristik morfologi yang membuat identifikasi spesies
secara akurat memerlukan pengetahuan yang mendalam. Lebih jauh, meskipun nyamuk Anopheles
adalah vektor utama penyakit malaria, tidak semua spesies Anopheles menularkan penyakit ini.
Sebagian besar spesies dalam genus Anopheles adalah nyamuk yang tidak membawa penyakit dan
hanya sebagian kecil yang berperan sebagai vektor. (Aryani,dkk.2008).
Di seluruh dunia terdapat lebih dari 2500 spesies nyamuk meskipun sebagian besar dari
spesies-spesies nyamuk ini tidak berasosiasi dengan penyakit virus (arbovirus) dan penyakitpenyakit
lainnya.Jumlah jenis nyamuk yang pernah dilaporkan ada di Indonesia diperkirakan lebih dari 457
jenis nyamuk dan 18 marga.Jenis-jenis tersebut didominasi oleh marga Aedes, Anopheles, dan Culex
yang mencapai 287 jenis. Jenis-jenis nyamuk yang menjadi vektor utama,biasanya adalah Aedes sp,
Culex sp,Anopheles sp dan Mansonia sp.
(Widiyanti,dkk.2016).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit virus yang sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan penderita meninggal dalam waktu yang sangat pendek (beberapa hari).Penyakit ini
dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, serta sering menimbulkan wabah.
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu
arthropod-borne virus atau virus yang ditularkan oleh artropoda. Vektor utama DBD adalah Aedes
aegypti yang sudah tersebar luas di seluruh Indonesia.Penyakit DBD merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia karena jumlah penderitanya cenderung
meningkat,penyebarannya semakin luas, dan masih banyak terdapat daerah endemik.Pada tahun
2009, terjadi peningkatan kasus DBD yang sangat tajam di Kota Pontianak dan sudah dalam kategori
kejadian luar biasa. Angka kematian DBD paling tinggi terjadi pada tahun 2008 dengan persentase
kematian sebanyak 7% dari 282 kasus.
DBD dan pada tahun 2009 persentase kematian sebanyak 1,8% dari 3842 kasus DBD,
sedangkan pada tahun 2011 persentase kematian sebanyak 1,3% dari 160 kasus DBD. Angka Bebas
Jentik Nyamuk (ABJ) adalah faktor utama yang mempengaruhi meningkatnya kasus DBD. Angka
Bebas Jentik Nyamuk di Kota Pontianak pada tahun 2011 adalah sebesar 62,66%,angka tersebut
masih jauh di bawah angka target nasional yaitu 95%.
Salah satu metode untuk membatasi penyebaran DBD yaitu dengan menggunakan larvasida.
Larvasida merupakan golongan dari insektisida yang dapat membunuh larva. Larvasida yang sering
digunakan di Indonesia adalah temefos. Pada tahun 1980, temefos 1% (abate) ditetapkan sebagai
bagian dari program pemberantasan massal Aedes aegypti diIndonesia.Penggunaan temefos yang
berulang dapat menyebabkan munculnya resistensi dari berbagai macam spesies nyamuk yang
menjadi vektor penyakit.
Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan suatu usaha untuk mendapatkan bahan alternatif,
misalnya bahan dari tumbuhan. Larvasida alami merupakan salah satu sarana pengendalian hama
alternatif yang layak dikembangkan karena senyawa larvasida dari tumbuhan mudah terurai di
lingkungan, tidak meninggalkan residu di udara, air, dan tanah serta relatif lebih aman.Salah satu
alternatif yang dapat digunakan sebagai larvasida alami yaitu tanaman singkong. Daun singkong
memiliki kandungan kimia yaitu saponin dan flavonoid. Flavonoid bersifat toksik terhadap larva
Aedes aegypti.Senyawa-senyawa yang terkandung di dalam daun singkong, yaitu saponin dan
flavonoid diduga dapat memberikan efek larvasida. Hal inilah yang menjadi dasar penelitian tanaman
ini untuk diteliti aktivitasnya sebagai larvasida Aedes anopheles (Ervina,dkk.2014).
B. Bahan Penelitian
Bahan dalam penelitian ini adalah daun singkong yang berwarna hijau sedang
yaitu yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua serta dalam keadaan segar (berumur
sekitar 2-3 bulan) yang tumbuh disekitar Jl. Rela gang Nomor 05.(UKMKP UP FIS
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN). Sedangkan,untuk jentik (larva) nyamuk yaitu jentik
nyamuk Anopheles Sp. yang didapat dari Jl. Rela gang Nomor 05.(UKMKP UP FIS
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN). juga.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1) Alat-alat yang digunakan adalah neraca analitik, beaker glass, batang pengaduk atau
spatula, pipet tetes, gelas ukur, kaca arloji, blender, senter, mesh saringan/ayakan (ukuran
80).
2) Bahan-bahan yang digunakan adalah daun singkong, jentik (larva nyamuk), aquadest.
D. Prosedur Kerja
1) Determinasi Tumbuhan
Daun singkong yang digunakan telah dideterminasi spesiesnya di Laboratorium Biologi
Universitas Negeri Medan.
2)Pengumpulan Daun
Singkong,bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa daun singkong (Manihot
esculenta crantz)yang diperoleh dari Sekitaran Jl. Rela gang Nomor 05.(UKMKP UP FIS
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN).
3)Pembuatan Serbuk
Daun Singkong Sampel daun singkong yang masih segar diangin-anginkan sampai
kering (± selama 2-5hari) kemudian dihaluskan (ditumbuk) menggunakan blender sampai
menjadi serbuk. Serbuk yang didapat kemudian disaring sampai didapatkan serbuk
homogen .
4)Pembuatan Larutan
Induk Serbuk Singkong 12,5% Konsentrasi larutan induk serbuk singkong yang
digunakan adalah 12,5%, dimana perbandingan antara serbuk singkong dengan aquadest
adalah 1:8. Serbuk yang dilarutkan dalam 200 ml aquadest adalah 25g yang kemudian
dihomogenkan.
5)Pembuatan Variasi
Konsentrasi Serbuk SingkongKonsentrasi serbuk daun singkong yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 5 variasi konsentrasi yaitu 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%, dengan
kontrol negatif dan kontrol positif. Penelitian ini dibagi menjadi 5 variasi yang dilarutkan
dalam 50 ml aquadest yaitu :
a.Konsentrasi 1 % = (1%×50ml) / 12,5% = 4ml
b.Konsentrasi 2 % = (2%×50ml) / 12,5% = 8ml
c.Konsentrasi 3 % = (3%×50ml) / 12,5% = 12ml
d.Konsentrasi 4 % = (4%×50ml) / 12,5% = 16ml
e.Konsentrasi 5 % = (5%×50ml) / 12,5% = 20ml
Setiap taraf konsentrasi direplikasi sebanyak 3 kali dan diulang dalam waktu yang sama.
Aryani.N, I. (2008). Proporsi dan Dinamika Larva Aedes, Anopheles, dan Culex yang Ditemukan di
Denpasar. Jurnal Veteriner, 41-44.
Ervina.N. (2014). UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SINGKONG. Jurnal science, 02-
19.
Widiyanti.N. (2016). IDENTIFIKASI LARVA NYAMUK YANG DITANGKAP DI
PERINDUKAN. Jurnal Nasional, 268-276.