Anda di halaman 1dari 29

Pertemuan 6

KEMITRAAN DALAM
BERWIRAUSAHA
KEMITRAAN DALAM BERWIRAUSAHA
Tujuan
Mahasiswa mampu memahami esensi dan kemampuan
(softskills) Public Speaking dan Public Relationship dalam
berwirausaha, mampu membangun kerjasama atau kemitraan
dengan berbagai pihak, menguasai prinsip-prinsip komunikasi
wirausaha, dan strategi memetakan pangsa pasar.

2
Kemitraan dalam Berwirausaha
1. Tujuan Pembahasan:
a) Memahami esensi kompetensi public speaking dalam
berwirausaha;
b) Menjelaskan konsep, tujuan dan manfaat dari membangun
kerjasama berwirausaha;
c) Menjelaskan prinsip-prinsip dan pola membangun
kemitraan; dan
d) Menjelaskan strategi memenangkan pangsa pasar.

3
2. Kompetensi Public Speaking dalam Berwirausaha
Kompetensi public speaking merupakan salah satu
variabel kunci dalam menjalankan usaha.
Public speaking merupakan kemampuan komunikasi lisan
tentang suatu hal atau topik di hadapan banyak orang untuk
memengaruhi, mengajak, mendidik, mengubah opini, member
penjelasan, dan memberi informasi kepada masyarakat di
tempat tertentu (Hasyim & Irwan, 2014).

4
Kompetensi public speaking yang benar dan berterima
dapat menjamin keberlangsungan relasi yang baik
antara pelaku usaha dengan para mitra dan pelanggan
yang berdampak pada eksistensi usahanya.
Kompetensi komunikasi yang fungsional pada ruang
public wajib dimiliki oleh pemilik usaha dan para
pekerjanya.

5
Kompetensi komunikasi yang fungsional merupakan
kebutuhan primer dan mendesak karena dapat
mempersatukan pemilik usaha ke dalam kelompok
masyarakat tertentu yang merupakan pelanggan usahanya.
Komunikasi fungsional dapat dipandang sebagai suatu
kombinasi perbuatan atau tindakan serangkaian unsur-unsur
yang mengandung maksud dan tujuan tertentu dalam
berinteraksi (Tarigan, 2015).

6
Kegiatan berbahasa pada dasarnya merujuk pada interaksi
komunikatif dan tidak harus tunduk pada seperangkat
aturan berbahasa, karenanya kompetensi public speaking
dari para pelaku usaha diarahkan pada penggunaan bahasa
dalam konteks kehidupan sehari-hari, yang sesuai dengan
situasi, konteks, tujuan, partisipan, dan sifat
komunikasinya (formal atau informal

7
Intisari dari bahasa sebagai suatu alat untuk
mengungkapkan makna-makna fungsional dari penggunaan
bahasa yang ingin dikomunikasikan oleh para penutur
bahasa tersebut.
Pengetahuan yang luas juga merupakan komponen yang
harus dimiliki pelaku usaha dalam mendukung kompetensi
komunikatif yang telah dimilikinya.

8
Pengetahuan mutlak dibutuhkan karena mitra dan para
pelanggan berasal dari berbagai latar belakang yang membuat
pelaku usaha mampu beradaptasi dengan latar belakang
pelanggan ketika mulai berinteraksi. Pelanggan yang berpikir
kritis dan cerdas tetap menjadi pelanggan yang setia, ketika
pemilik usaha mampu mengimbangi pola interkasi yang
sejalan dengan latar belakang pelanggan.

9
Tuntutan pola interaksi yang sejalan dengan latar belakang pelanggan
yang dimaksud, pelaku usaha didorong untuk memahami empat
kompetensi komunikatif yang dapat diterapkan dalam ruang interaksi
public dalam melayani para pelanggannya, seperti;
(1) kompetensi gramatikal yang mendorong penutur (pelaku usaha)
menampilkan kapasitas gramatikal, leksikal, serta mampu
memoodifikasi peran dari morfologi, sintaksis, semantik, dan fonologi
dalam berinteraksi dengan para pelanggan;
(2) kompetensi wacana yang merujuk pada kemampuan pelaku usaha
untuk menginterpretasi pesan dan keterkaitannya terhadap keseluruhan
interkasi dengan pelanggan;

10
(3) kompetensi sosiolinguistik yang berfokus pada
pemahaman terhadap konteks sosial-budaya di tempat
komunikasi terjadi, termasuk hubungan partisipan,
informasi, dan tujuan komunikatif dalam interaksi
tersebut; dan
(4) kompetensi strategi merupakan cara para pelaku usaha
untuk mengatur strategi yang tepat dalam memulai
komunikasi, mempertahankan, memperbaiki,
mengarahkan, serta mengakhirinya (Bachman & Palmer,
1996; Fromkin, 2003).
11
Elaborasi dari keempat komponen di atas sebagai haluan
praktis dari pelaku usaha dalam memproduksi suatu ujaran
yang penuh fungsional dalam menjalankan usahanya. Selain
keempat hal tersebut, komunikasi non-verbal dapat
digunakan oleh pelaku usaha untuk menarik simpati
pelanggan, seperti penggunaan bahasa tubuh (ekspresi muka,
kontak mata, dan bentuk bahasa tubuh lainnya) dan intonasi
suara yang membuat pelanggan merasa aman dan nyaman
berlangganan dengan pemilik usaha.

12
3. Konsep, Tujuan dan Manfaat Kemitraan dalam
Berwirausaha
Membangun kemitraan merupakan suatu kebutuhan
utama dan mendesak dalam merintis suatu usaha.
Kemitraan dipahami sebagai kemampuan dari pemilik
usaha atau perusahan dalam memulai, mengembangkan
dan memanfaatkan keunggulan suatu badan usaha untuk
membangun kemitraan antar organisasi atau badan usaha
(Zacca, Dayan & Ahrens, 2015).
• Kemintraan mefasilitasi para pihak menawarkan keunggulan
usaha yang dimilikinya dalam mendukung kecepatan capian
target keuntungan ekonomi yang didambakan. Monopoli,
volume, harga, kualitas produk dan ketidakpuasaan
pelayanan dapat dihindari dengan membangun kemitraan yang
saling menguntungkan antara sesama pelaku usaha.
• Memperkuat mekanisme pasar, modal usaha dan menghindari
persaingan yang tidak sehat dalam berbagai bentuk juga dapat
diatasi melalui jalur membangun kemitraan.
• Kemitraan merupakan hasil terjemahan dari kata partnership yang
berasal dari akar kata partner. Partner diartikan pasangan atau
sekutu. Maka partnership dapat diterjemahkan menjadi
persekutuan, paguyupan atau kemitraan. Dalam berwirausaha,
kemitraan dipahami sebagai jalinan kerjasama sebagai mitra.
• Kemitraan dilakukan atas dasar kesepakatan dan rasa saling
membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu
sehingga dapat memperoleh hasil yang saling menguntungkan
(Sulistiyani, 2004).
Tujuan dan manfaat dari kemitraan (Jannah, 2015):
(1)Meningkatkan pendapatan dan eksistensi suatu usaha;
(2)Meningkatkan kualitas sumberdaya pelaku usaha dan mitra
usaha;
(3)Peningkatan skala usaha dalam rangka memperoleh keuntungan
yang lebih besar;
(4)Meningkatkan kemampuan manajemen mitra usaha;
(5)Meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar;
(6)Memperluas jaringan kerja yang berdampak pada perluasan
lapangan kerja; dan
(7)Memperkuat ketahanan ekonomi bangsa.
Manfaat yang diperoleh dari kemitraan:
(1) Memperkuat suasana persaingan yang sehat;
(2) Menghindari monopoli pasar;
(3) Peningkatan produktivitas;
(4) Efisiensi jumlah tenaga dan waktu
(5) Jaminan kualitas, kuantitas dan kontinuitas usaha;
(6) Meminimalisir resiko usaha;
(7) Menghindari kecemburuan sosial akibat ketimpangan;
(8) Membantu pemerintah menyerap tenaga kerja.
4.Prinsip-Prinsip Kemitraan
Para pelaku usaha didorong untuk memahami
sejumlah prinsip kemitraan dalam menjalankan
usahanya. Pemahaman pada prinsip-prinsip tersebut
sebagai pedoman bagi kedua belah pihak (pemilik
usaha dan mitra usaha) dalam mengembangkan
usaha yang diinginkan (Rukmana, 2006).
Sejumlah prinsip kemitraan yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1) Saling memerlukan dan saling ada ketergantungan antar
pihak;
2) Saling menguntungkan antar pihak;
3) Saling menghargai dan menghormati satu sama lain
dalam menjalankan pola kerja sama yang telah
dibangun;
4) Saling mematuhi kesepakatan yang telah disepakati
bersama;
5) Saling mematuhi kesepakatan yang telah disepakati bersama;
6) Saling mempercayai;
7) Saling membangun, menumbuhkan dan saling mengembangkan
usaha antar pihak;
8) Berorientasi mencari keuntungan “jangka panjang” dan
berkelanjutan;
9) Memiliki kedudukan dan posisi yang sama dan setara dalam
menjalankan kesepakatan; dan
10) Keterbukaan, yaitu suatu usaha yang menjalin kemitraan
bersedia terbuka terhadap kekurangan atau kelemahan masing-
masing anggota serta berbagai sumberdaya yang dimiliki.
Selain memahami prinsip-prinsip di atas, para pelaku usaha
juga disarankan memahami berbagai bentuk pola kemitraan,
seperti yang dijelaskan berikut ini.
• Inti-plasma, yaitu kemitraan yang dilakukan dengan cara
usaha besar berperan sebagai inti dalam penyediaan input,
membeli hasil plasma, dan melakukan proses produksi
untuk menghasilkan komoditas tertentu, dan usaha mikro,
usaha kecil, usaha menengah sebagai plasma memasok/
menghasilkan/ menyediakan/ menjual barang atau jasa
yang dibutuhkan oleh pangsa pasar
• Subkontrak, yaitu kemitraan yang dilakukan antara pihak penerima
subkontrak untuk memproduksi barang dan atau jasa yang
dibutuhkan usaha besar sebagai kontraktor utama disertai dukungan
kelancaran dalam mengerjakan sebagian produksi.
• Waralaba, yaitu hak khusus yang dimiliki oleh perseorangan atau
badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam
rangka memasarkan barang atau jasa yang telah terbukti berhasil
dan dapat dimanfaatkan pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
• Perdagangan umum, yaitu kemitraan yang dilakukan dalam bentuk
kerjasama pemasaran, penyediaan lokasi usaha, penerimaan
pasokan dari usaha mikro kecil dan menengah oleh usaha besar
yang dilakukan secara terbuka.
• Distribusi dan Keagenan, yaitu kemitraan yang dilakukan dengan
cara usaha besar atau usaha menengah memberikan hak khusus
untuk memasarkan barang atau jasa kepada usaha mikro dan usaha
kecil.
• Bagi hasil, yaitu kemitraan yang dilakukan usaha besar atau usaha
menengah dengan usaha mikro dan usaha kecil, yang pembagian
hasilnya dihitung dari hasil bersih usaha dan apabila mengalami
kerugian ditanggung bersama berdasarkan perjanjian tertulis.
• Kerjasama Operasional, yaitu kemitraan yang dilakukan usaha
besar atau menengah dengan cara bekerjasama dengan
menggunakan aset atau hak usaha yang dimiliki dan bersama-sama
menanggung resiko usaha.
• Usaha patungan, yaitu kemitraan yang dilakukan dengan cara
usaha usaha mikro dan usaha kecil Indonesia bekerjasama
dengan usaha menengah dan usaha besar asing untuk
menjalankan aktifitas ekonomi bersama yang masing-masing
pihak memberikan kontribusi modal dan saham dengan
mendirikan badan hukum perseroan terbatas dan berbagi
secara adil terhadap keuntungan dan resiko perusahaan.
• Penyumberluaran, yaitu kemitraan yang dilaksanakan dalam
pengadaan atau penyediaan jasa pekerjaan tertentu yang
bukan merupakan pekerjaan pokok atau bukan komponen
pokok pada
5. Strategi Pemetaan Pangsa Pasar
Persaingan yang ketat tentu tak dapat dihindari
dalam berwirausaha. Para pelaku usaha didukung
untuk mampu menganalisa peluang pangsa
pasar dengan memanfaatkan kekuatan yang
dimilikinya serta meminimalisir kelemahan yang
menghalangi penguasaan pangsa pasar secara
tepat.
25
Memahami segmentasi pasar sebagai proses internalisasi
pelaku usaha dalam menganalisa kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya. Segmentasi pasar merupakan kegiatan
membagi suatu pasar menjadi kelompok pembeli yang
berbeda dan membutuhkan produk pemasaran yang berbeda
pula. Segmentasi pasar juga dapat diartikan sebagai proses
pengidentifikasian dan menganalisis para pembeli di pasar
produk, menganalisis perbedaan antara pembeli di pasar
(Fatimah et al., 2019).

26
Strategi memetakan pangsa pasar:
(1) Memiliki business plan yang matang;
(2) Menerapkan SWOT dalam mengidentifikasi pangsa
pasar;
(3) Menganalisis kekuatan usaha (variasi produk, kualitas
produk, keunikan produk, dan keterjangkauan harga);
(4) Menganalisis kelemahan (pelayanan, modal usaha,
pengalaman, lokasi usaha, persediaan produk, dan lain-
lain);

27
(5) Memiliki visi yang jelas;
(6) Memiliki komitmen;
(7) Menguasai strategi pemasaran;
(8) Menguasai manajemen keuangan;
(9) Mampu adaptasi dengan teknologi yang
relevan dalam pengembangan suatu usaha.

28
Daftar Rujukan
Bachman, L. F., & Palmar, A. S. (1996). Language Testing in Practice. Oxford: Oxford University press.
Fatimah, F., Rhamadanita, M. W., & Sofianto, M. (2019). Pemetaan pasar dan strategi pemasaran secara
islami bagi usaha mikro kecil dan menengah. Jurnal Ekonomi, 15(2), 337-354.
Fromkin,V. A. (2003). Linguistics: An Introduction to Linguistic Theory. Oxford: Blackwell Publishing
Ltd.
Hasyim, M., & Irwan, D. W. (2014). Pelatihan public speaking pada remaja dan anak-anak dusun
puluhan, desa Banyusidi, Pakis, Magelang, Jawa Tengah. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 3(2), 96-
100.
Jannah, M. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan usaha. Jurnal
Islamiconomic, 6(1), 25-42.
Rukmana, N. (2006). Strategic partnering for education management-model manajemen pendidikan
berbasis kemitraan. Bandung: Alfabeta.
Sulistiyani, A. T. (2004). Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.
Tarigan G. H. (2015). Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa (edisi revisi).
Bandung: Angkasa.
Zacca, R., Dayan, M., Ahrens, T. (2015). Impact of network capability on small business performance.
Management Decision, 53(1), 2-23. https://doi.org/10.1108/MD-11-
29
2013-0587

Anda mungkin juga menyukai