Anda di halaman 1dari 14

SARI PUSTAKA

PRINSIP DASAR FISIOLOGI HEMODIALISA

Disusun oleh :
Yesica Debora
2265050138

Pembimbing :
dr. Achnes Pangaribuan, M.Biomed, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


PERIODE 07 AGUSTUS – 14 OKTOBER 2023
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
SARI PUSTAKA

Prinsip Dasar Fisiologi Hemodialisis

Sari Pustaka ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam Kepaniteraan


Klinik Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Universitas Kristen
Indonesia

Telah disetujui Pada : 25 September 2023

Disusun oleh :
Yesica Debora
2265050138

Jakarta, 25 September 2023


Pembimbing,

dr. Achnes Pangaribuan, M.Biomed, Sp.PD

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan sari pustaka ini sebagai salah satu pemenuhan
tugas Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia. Sari Pustaka yang berjudul “Prinsip Dasar Fisiologi
Hemodialisis“ ini diharapkan dapat memiliki manfaat bagi penulis serta pembaca Sari
Pustaka ini.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membimbing dan membantu dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam dan proses penulisan Sari
Pustaka ini. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. dr. Achnes Pangaribuan, M.Biomed, Sp.PD, selaku pembimbing Sari Pustaka,
yang telah memberikan waktu, arahan, nasihat serta saran dalam menyelesaikan
Sari Pustaka ini.
2. Keluarga penulis untuk segala cinta kasih, dukungan moral dan materiil serta doa.
3. Teman – teman Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam FK UKI yang
telah saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam melaksanakan
program Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam FK UKI di RSU UKI
Jakarta.
Sari Pustaka ini masih jauh dari sempurna dan memiliki kekurangan, oleh
karena itu penulis berterima kasih atas saran kritik dan saran yang membangun
untuk bekal yang baik dalam penulisan berikutnya.

Jakarta, 25 September 2023

Yesica Debora

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................i

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB 1 .......................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

BAB II ......................................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 2

2.1. Definisi Hemodialisis ................................................................................. 2

2.2. Mekanisme yang Terlibat dalam Gerakan Molekul .............................. 2


2.2.1. Difusi ....................................................................................................... 3
2.2.2. Ultrafiltrasi .............................................................................................. 5
2.2.3. Osmosis ................................................................................................... 5
2.2.4. Convection ............................................................................................... 7

BAB III ....................................................................................................................... 9

KESIMPULAN .......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. P
Hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti ginjal yang dilakukan dengan
mengalirkan darah ke dalam tabung ginjal buatan (dialiser) yang bertujuan untuk
mengeliminasi sisa-sisa metabolisme protein dan koreksi gangguan keseimbangan
elektrolit antara kompartemen darah dengan kompartemen dialisat melalui membran
semipermeable untuk mengatasi uremia, kelebihan cairan, dan ketidak seimbangan
elektrolit yang terjadi akibat penyakit ginjal kronis. Hemodialisis memanfaatkan sifat
membran semipermeabel (atau hemodialyzer) untuk mempertahankan hidrasi berlebihan
pasien, menilai keseimbangan elektrolit dan mencapai tingkat pengganti uremik yang dapat
ditoleransi melalui difusif (hemodialisis fluks tinggi) atau peningkatan konvektif
(hemodiafiltrasi) proses pembersihan darah. Selain itu, interaksi darah dengan bahan
eksogen tertentu (selulosa atau sintetik) dan struktur (simetris atau asimetris), seperti
kapiler serat berongga hemodialisis, dapat menyebabkan adsorpsi.1,2
Hemodialisis digunakan untuk pasien dengan gagal ginjal stadium akhir atau pasien
sakit akut yang memerlukan dialisis jangka pendek. Pada penderita gagal ginjal kronik,
hemodialisis tidak dapat menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal, juga tidak dapat
mengkompensasi hilangnya metabolisme ginjal atau aktivitas endokrin, dan dampak gagal
ginjal serta pengobatannya terhadap kualitas hidup. Hemodialisis dilakukan dengan
mengalirkan darah ke dalam tabung ginjal buatan (dialyzer) yang terdiri dari dua
kompartemen darah yang terdiri dari membran permeabel buatan (artificial) dengan
kompartemen dialisat. Kompartemen dialisat diisi dengan komponen dialisat bebas
pirogen, mengandung larutan dengan komponen elektrolit yang mirip dengan serum
normal, dan tidak mengandung residu metabolisme nitrogen. Cairan dialisis dan darah yang
terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi karena zat terlarut berpindah dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, darah yang terpisah akan mengalami perubahan
konsentrasi hingga konsentrasi zat terlarut di kedua kompartemen sama (difusi).3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Tinjauan pustaka
2.1. Definisi Hemodialisis
Hemodialisis adalah metode di mana zat-zat limbah beracun/metabolik
dikeluarkan dari tubuh ketika ginjal tidak dapat melakukan fungsi normalnya. Prinsip
hemodialisis adalah difusi sederhana melalui membrane semipermeabel. Dalam istilah
luas, proses dialisis melibatkan gerakan molekul dua arah melintasi membran
semipermeabel. Secara klinis, gerakan ini terjadi masuk dan keluar darah, melintasi
membran semipermeabel. Jika darah terkena membran buatan di luar tubuh, prosesnya
disebut hemodialisis (HD) atau hemofiltrasi (HF). Dialisis memisahkan partikel kristal
terlarut dari partikel koloid dalam larutan dengan difusi melalui membran
semipermeabel. Membran bekerja seperti saringan atau filter halus yang
memungkinkan molekul kecil melewatinya tetapi menghalangi jalannya zat yang lebih
besar. Disebut semipermeabel karena pori-porinya yang kecil cukup besar untuk
memungkinkan molekul yang lebih kecil berdifusi, tetapi tidak cukup besar untuk
molekul yang lebih besar seperti protein plasma atau konstituen seluler untuk
melewatinya. 4,5,6

2.2. Mekanisme yang Terlibat dalam Gerakan Molekul


Selama hemodialisis (HD), zat terlarut dan air dikeluarkan melalui membran
semipermeabel menggunakan mekanisme pemisahan yang berbeda. Pergerakan
molekul mengikuti prinsip fisiologis dan fisikokimia tertentu yang diuraikan di bawah
ini.5,6

2
Gambar 2.2. 1 a. Difusi, osmosis, dan osmotic ultrafiltration dengan tekanan osmotik.
b. Ultrafiltrasi hidrostatik. D diffusion, O osmosis, OU osmotic ultrafiltration, UF
ultrafiltration dengan tekanan, C convection

Hemodialisis memanfaatkan counter current flow, di mana dialisat mengalir


dari arah yang berbeda dengan aliran darah pada sirkuit ekstrakorporeal . Counter
current flow menjaga konsentrasi gradien pada membrane dalam maksimum dan
meningkatkan efikasi dari dialysis. 6

Gambar 2.2. 2 Contoh aliran darah dan dialisat pada hollow fiber

2.2.1. Difusi
Jika dua larutan dengan konsentrasi berbeda dipisahkan oleh membran
semipermeabel, zat terlarut akan berpindah dari sisi konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi ke sisi konsentrasi zat terlarut lebih rendah. Proses pergerakan zat terlarut
pada gradien konsentrasi disebabkan oleh pergerakan acak molekul zat terlarut
yang menumbuk dan bergerak melintasi membran. Beberapa faktor
mempengaruhi gerakan acak dan dengan demikian laju difusi. Pengangkutan
molekul zat terlarut atau pelarut apa pun tergantung pada ukuran fisik molekul
relatif terhadap ukuran pori-pori di membran. Setiap molekul yang lebih besar
dari pori-pori membran tidak dapat melewatinya. Demikian pula, muatan listrik
dan bentuk molekul juga menentukan laju transpor melintasi membran. Jika
membran memiliki muatan negatif, partikel dengan muatan serupa akan
memiliki transpor terbatas dibandingkan dengan muatan positif atau netral. 5

3
Dalam larutan panas, bergerak lebih cepat daripada larutan dingin, dan
oleh karena itu, larutan panas berdifusi satu sama lain lebih cepat daripada
larutan dingin. Ketika dua larutan dipisahkan oleh membran semipermeabel,
pencampuran terjadi sehubungan dengan molekul-molekul yang cukup kecil
untuk berdifusi melalui pori-pori membran. Difusi terjadi secara merata di
kedua arah dan pergerakan bersih molekul tertentu akan bergantung pada
konsentrasi relatif molekul di kedua sisi membran.7
Katakanlah larutan A dan B terdiri dari urea (zat terlarut) yang dilarutkan
dalam air (pelarut) (gambar 3.1 ). Konsentrasi urea dalam larutan A adalah dua
kali lipat dari larutan B. Semua molekul bergerak secara acak dan jika larutan
dipanaskan kecepatan mereka bergerak meningkat. Dalam beberapa detik
pertama setelah dimulainya eksperimen, dua kali lebih banyak molekul urea
yang akan menumbuk membran di sisi larutan A daripada yang akan
menumbuknya di sisi larutan B.
Ketika konsentrasi urea sama, difusi tidak berhenti, tetapi karena laju
difusi di setiap arah sekarang sama, gerakan bersih molekul adalah nol. Oleh
karena itu, hanya akan ada kecenderungan terjadinya pergerakan bersih molekul
selama ‘concentration gradient’ ada melintasi membran. Jika larutan A dan B
terdiri dari berbagai molekul maka masing-masing molekul dapat dianggap
terpisah seperti, dan pergerakan bersihnya melintasi membran akan diatur oleh
gradien konsentrasinya sendiri melintasi membran. (Salah satu keuntungan
konseptual dari unit SI adalah bahwa konsentrasi molar memberikan
konsentrasi relatif dari partikel masing-masing zat dan karena itu memfasilitasi
pembentukan gambaran mental yang jelas dari jumlah relatif partikel yang
berdesakan satu sama lain dan membran.) Kehadiran molekul lain tidak akan
mengubah aturan ini kecuali konsentrasi gabungan mereka menyebabkan
pergerakan volume pelarut melintasi membran. Pergerakan pelarut, air, dapat

4
menyeret zat terlarut bersamanya. Fenomena ini dikenal dengan deskripsi
gambar ‘solvent drag’. 7

2.2.2. Ultrafiltrasi
Pelarut seperti air dapat dipaksa melintasi membran semipermeabel pada
gradien tekanan, dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah
(Gambar 2.2.1). Tekanan bisa merupakan akibat dari gaya osmotik atau tekanan
hidrostatik mekanis. Pelarut membawa serta molekul terlarut terlarut yang
cukup kecil untuk melewati pori-pori membran. Pergerakan molekul melintasi
membran semipermeabel, yang disebabkan oleh perbedaan tekanan, disebut
ultrafiltrasi (UF). Jika tekanannya hidrostatik, prosesnya disebut "UF
hidrostatik". Sebaliknya, UF yang disebabkan oleh tekanan osmotik disebut
“UF osmotic”. 5
Fenomena memaksa pergerakan bersih air melintasi membran dengan
menciptakan gradien tekanan hidrostatik disebut ultrafiltrasi. Ini
memungkinkan efek yang lebih besar dan jauh lebih cepat disesuaikan daripada
osmosis. Penting untuk dipahami bahwa osmosis dan ultrafiltrasi adalah dua
cara untuk mempengaruhi pergerakan air pelarut melintasi membran. 7
Ultrafiltrasi digunakan untuk menyesuaikan tingkat pembuangan air
selama hemodialisis. Gradien tekanan dibuat baik dengan menaikkan tekanan
darah pada sisi darah membran atau dengan mengurangi tekanan larutan dialisis
pada sisi membrannya. Kedua manuver ini bertindak untuk meningkatkan laju
pengeluaran air dari pasien. Metode yang pertama digunakan pada dialyser koil
dan yang terakhir pada dialyser tipe pelat. Karena volume cairan dialisis yang
digunakan dalam hemodialisis lebih besar daripada yang digunakan dalam
dialisis peritoneal, maka tidak mungkin mengikuti pembuangan air selama
hemodialisis dengan mengukur volume efluen dialisis. 7
2.2.3. Osmosis
Osmosis adalah pergerakan cairan dari area dengan konsentrasi zat
terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut tinggi. Larutan elektrolit
kuat akan menurunkan konsentrasi air karena sebagian air telah digantikan oleh
zat terlarut. Jika dua larutan dengan konsentrasi berbeda dipisahkan oleh suatu
membran yang hanya dapat ditembus oleh air, air mengalir dari daerah dengan
konsentrasi air tertinggi ke daerah dengan konsentrasi air terendah. Dengan kata
5
lain, air mengalir dari daerah dengan konsentrasi zat terlarut terendah ke daerah
dengan konsentrasi zat terlarut tertinggi. Hanya air yang bergerak, bukan zat
terlarutnya.
Ketika konsentrasi zat terlarut meningkat, konsentrasi pelarut secara
bersamaan menurun dan sebaliknya. Jika membran semipermeabel memisahkan
larutan dengan konsentrasi berbeda, pelarut bersama dengan zat terlarut kecil
yang terlarut akan mengalir dari sisi dengan konsentrasi pelarut lebih tinggi ke
sisi dengan konsentrasi pelarut lebih rendah. Proses ini disebut osmosis (lihat
Gambar 2.2.1). 5

Pergerakan bersih molekul air diatur oleh gradien konsentrasi apa pun
untuk air di antara kedua larutan. Konsentrasi molekul air dapat dikurangi di
satu sisi membran dengan menambahkan molekul atau partikel ke sisi ini
(misalnya, larutan C pada gambar 3.3). Pengurangan konsentrasi molekul air
sebanding dengan jumlah molekul atau partikel yang ditambahkan. Efek
penambahan adalah membuat air mengalir ke arah sisi membran yang memiliki
konsentrasi molekul air paling rendah, atau, di mana terdapat konsentrasi zat
terlarut tertinggi. Oleh karena itu, gradien konsentrasi tergantung pada
konsentrasi zat terlarut yang ditambahkan. Gerakan bersih air karena efek ini
disebut osmosis. 7
Osmosis dapat diseimbangkan dengan memberikan tekanan pada larutan
pada sisi membran yang sama. Ini bisa dilakukan dengan piston (gambar 3.4).
Tekanan yang perlu diterapkan untuk menyeimbangkan efek osmotik larutan
sehingga tidak ada gerakan bersih molekul air disebut tekanan osmotik larutan.7

6
2.2.4. Convection
Hemodialisis konvensional (HD) didasarkan pada transpor difusi zat
terlarut melintasi membran semipermeabel dan efektif dalam menghilangkan
zat terlarut dan elektrolit dengan berat molekul kecil (MW) yang larut dalam
air. Namun, penghilangan zat terlarut dengan ukuran molekul lebih besar,
seperti fosfat dan β2-mikroglobulin, dibatasi oleh resistensi difusi. Telah lama
diketahui bahwa molekul yang lebih besar dapat dipindahkan melintasi
membran secara lebih efisien melalui transpor konvektif, yang ukurannya lebih
kecil dibandingkan jarak bebas difusi. 6
Saat molekul pelarut bergerak pada gradien tekanan, molekul terlarut
terseret (seret pelarut); proses pergerakan zat terlarut ini disebut konveksi.
Konveksi adalah pengangkutan pelarut dan zat terlarut secara simultan dari
kompartemen darah ke kompartemen dialisat (dan sebaliknya, yaitu filtrasi
balik) melintasi membran dialisis (Gambar 2.2.4.1). Laju transpor konvektif
bergantung pada permeabilitas hidrolis. koefisien zat terlarut dan luas
permukaan membran, konsentrasi zat terlarut dalam darah dan gradien tekanan
melintasi membran. Koefisien permeabilitas hidrolik dan koefisien pengayakan
merupakan karakteristik khusus untuk suatu membran tertentu dan bergantung
pada diameter pori-pori membran dan jumlah pori-pori per satuan luas
membrane. 5

Gambar 2.2.4. 1 Representasi skematis mekanisme konvektif transportasi air dan zat terlarut.

Kemudahan zat terlarut terseret ditentukan oleh ukuran molekul zat


terlarut relatif terhadap ukuran pori-pori membran. Zat terlarut yang lebih kecil
diangkut dengan mudah dan seluruh larutan dapat diayak melintasi membran
tanpa perubahan konsentrasi. Sebaliknya, zat terlarut yang lebih besar bergerak

7
lebih lambat dan laju transportasi konvektif lebih lambat. Dengan demikian,
transpor konvektif zat terlarut tergantung pada porositas membran. Porositas ini,
dikenal sebagai “koefisien pengayak membran”, dapat dihitung dengan
membagi konsentrasi zat terlarut di sisi A dengan konsentrasi di sisi B. 5

8
BAB III
KESIMPULAN
3. D
Hemodialisis adalah terapi penggantian ginjal yang mengeksploitasi sifat membran
semipermeabel (atau hemodialyzer) untuk mempertahankan hidrasi berlebihan pasien,
menilai keseimbangan elektrolit dan mencapai tingkat pengganti uremik yang dapat
ditoleransi melalui difusif (hemodialisis fluks tinggi, HD) atau peningkatan konvektif
(hemodiafiltrasi, HDF) proses pembersihan darah. Hemodialisis dilakukan dengan
mengalirkan darah ke dalam tabung ginjal buatan (dialyzer) yang terdiri dari dua
kompartemen darah yang terdiri dari membran permeabel buatan (artificial) dengan
kompartemen dialisat. Kompartemen dialisat diisi dengan komponen dialisat bebas
pirogen, mengandung larutan dengan komponen elektrolit yang mirip dengan serum
normal, dan tidak mengandung residu metabolisme nitrogen. Cairan dialisis dan darah yang
terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi karena zat terlarut berpindah dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, darah yang terpisah akan mengalami perubahan
konsentrasi hingga konsentrasi zat terlarut di kedua kompartemen sama (difusi).
Hemodialisis digunakan untuk pasien dengan gagal ginjal stadium akhir atau pasien
sakit akut yang memerlukan dialisis jangka pendek. Hemodialisis tidak dapat
menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal, juga tidak dapat mengkompensasi
hilangnya metabolisme ginjal atau aktivitas endokrin, dan dampak gagal ginjal serta
pengobatannya terhadap kualitas hidup.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Cahayani A, Prasetya D, Abadi M, Prihatiningsih D. Gambaran Diagnosis Pasien Pra-


Hemodialisa di RSUD Wangaya Tahun 2020- 2021. Scientific Report. 2022 Jun;11:
661-5.
2. Gomez M, Maneus E, Guillen M, Maduell F. Assesment of removal and adsorption
enhancement of high flux hemodialyzers in convective therapies by a novel in vitro
uremic matrix. Scientific Report. 2020;10(17403):1-7.
3. Amalia A, Apriliani N. Analisis Efektivitas Single Use dan Reuse Dialyzer pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik di RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar. Jurnal Sains dan Kesehatan
2021;3(5):679 – 85.
4. Corwin, J. (1989). Olfactory Identification in Hemodialysis: Acute and Chronic Effects
on Discrimination and Response Bias. Neuropsychogia, 27(4):513-22. Diakses dari:
https://www.sciencedirect.com/science/article/ abs/pii/0028393289900560 dikunjungi
pada tanggal 20 Agustus 2023.
5. Ahamad S. Manual of Clinical Disease. 2nd ed. Washington : Springer; 2009.
6. Nissenson, Allen R, et al. Handbook of Dialysis of Therapy. 6th ed., USA, Elsevier.2023
7. Wing A, Magowan M. The Renal Unit. Scientific Report.1975;11:33-41.

10

Anda mungkin juga menyukai