Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FIQIH

HAJI

Dosen Pengampu : Dr. Hasanah Nasution, M.A

Di Susun Oleh :

Kelompok 4

Mahdini Dalimunthe 0306233158


Zulfitrah Adam 0306232186
Annisa Lestari Harahap 0306233166
Tahsa Rafelya Diningtias 0306233156
Hot Mahira 0306233154

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA URATA MEDAN
2024
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Penulis akhirnya berhasil
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doa restu dalam menyelesaikan tugas
ini.

Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif dalam
memperkaya literatur ilmiah terkait topik yang dibahas. Pengalaman dan pengetahuan yang
didapat selama proses penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca
yang hendak mengeksplorasi lebih dalam mengenai topik tersebut.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga makalah ini dapat memenuhi ekspektasi pembaca dan memberikan inspirasi serta
wawasan yang luas.

Dalam kesempatan ini, Penulis juga mengharapkan masukan dan saran yang
membangun dari pembaca untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas makalah ini di
masa yang akan datang. Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Medan, 30 Maret 2024

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang ................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................................4

A. Pengertian Haji dan Umrah.............................................................................................4

B. Perbedaan Haji dan Umrah..............................................................................................5

C. Dasar Hukum Haji dan Umrah. ......................................................................................6

D. Rukun-rukun Haji dan Umrah.........................................................................................8

E. Hal-hal yang Dilarang Ketika Ihram. .............................................................................9

F. Macam-macam Haji.......................................................................................................10

G. Cara Pelaksanaan Haji....................................................................................................11


BAB III : PENUTUP...............................................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Haji adalah rukun Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa.
Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslimin
sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan
beberapa kegiatan dibeberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai
musim haji pada bulan Dzulhijjah. Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang bisa
dilaksanakan sewaktu-waktu. Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah
ketika umat Islam bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9
Dzulhijjah dan berakhir setelah melempar jumrah pada tanggal 10 Dzulhijjah.

Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut
etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan
menyengaja. Menurut istilah syara’, haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat
tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu.

B. Rumusan masalah

1. Apa Pengertian Haji dan Umrah?

2. Bagaimana Perbedaan Haji dan Umrah?

3. Apa aja Dasar Hukum Haji dan Umrah?

4. Bagaimana Rukun-rukun Haji dan Umrah?

5. Apa saja Hal-hal yang Dilarang Ketika Ihram?

6. Bagaiamana Macam-macam Haji?

7. Apa saja Cara Pelaksanaan Haji ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Haji dan Umrah

2. Untuk mengetahui Perbedaan Haji dan Umrah

3. Untuk mengetahui Dasar Hukum Haji dan Umrah

4. Untuk mengetahui Rukun-rukun Haji dan Umrah

5. Untuk mengetahui Hal-hal yang Dilarang Ketika Ihram

6. Untuk mengetahui Macam-macam Haji

7. Untuk mengetahui Cara Pelaksanaan Haji

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji dan Umrah

Al-hajj secara etimologi berarti tujuan, maksud dan menyengaja. Dalam arti
terminology, haji berarti bermaksud dengan sengaja mengunjungi Baitullah (Ka’bah)
menurut syarat-syarat dan rukun-rukun yang tertentu, karena memenuhi panggilan Allah
semata.

Hukum melaksanakan ibadah haji hanyalah diwajibkan sekali dalam seumur hidup
manusia. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah : “Rasulullah Saw berkhotbah kepada kami. Katanya : Wahai manusia! Allah
telah memfardhukan haji bagi kamu, maka laksanakanlah! Kemudian seseorang bertanya :
Apakah haji itu dikerjakan setiap tahun ya Rasulullah? Rasulullah Saw kemudian diam,
sampai laki-laki itu mengulang pertanyaan itu tiga kali. Kemudian Rasulullah Saw
bersabda : Kalau saya katakan benar, pasti akan wajib setiap tahun, tetapi kalian tidak akan
mampu”. (HR. Ahmad bin Hanbal, Muslim dan al-Nasai). Dalam hadits lain Rasulullah
Saw bersabda : “Ikutilah amalan haji dengan umrah karena kedua amalan itu meniadakan
sifat kikir dan dosa sebagaimana ahli logam membuang karat dari besi, perak dan emas.
Tiada lain pahala yang diterima haji yang mabrur, kecuali surga”. (HR. al-Tirmidzy, al-
Nasai dan Ibnu Majah dan Ibnu Mas’ud).

Terdapat perbedaan yang mendasar antara haji dan umrah. Ibadah haji dilakukan pada
waktu-waktu yang tertentu, yaitu di bulan-bulan haji. Sedangkan umrah boleh dilakukan di
bulan-bulan haji (dapat dilakukan bebarengan dengan ibadah haji), atau dilakukan diluar
bulan haji (kapan saja). Ibadah haji melakukan wuquf di Arafah, sedangkan ibadah umrah
tidak perlu melakukannya.

Pelaksanaan ibadah haji ditetapkan sepenuhnya oleh Rasulullah Saw, berdasarkan


petunjuk Allah. Praktek pengamalannya pada prinsipnya menapaktilasi perjalanan Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail As.

Setelah Nabi Ibrahim As membangun Baitullah, menyuruh anak cucunya bertempat


tinggal disekitarnya. Sejak itulah orang-orang Arab melakukan haji ke Baitullah dan hal itu
dilakukan terus menerus dengan prinsip beribadah hanya mengharap ridho Allah tanpa
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Sebagaimana ayat berikut (QS. Al-Baqarah
2:127) : “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah
bersama Ismail (seraya berdoa) : Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

5
Setelah beberapa abad kemudian, mereka melakukan perubahan tatacara ibadah haji
sebagaimana dilakukan pada Nabi Musa As. Dengan perubahan itu, mereka
mempersekutukan Allah dengan berhala-berhala, mengangkat berhala di atas Baitullah dan
meletakkan di sekeliliingnya. Mereka meminta pertolongan kepada berhala dan
menjadikannya sebagai pemeberi syafa’at selain Allah. Mereka menyembelih hewan
qurban untuk berhala dan menyebut nama-nama berhala ketika menyembelih. Mereka
melakukan thawaf dengan telanjang dan sebagian mereka tidak melakukan wuquf di
Arafah bersama yang lain, karena mereka merasa derajatnya di atas derajat manusia yang
lain, sebab mereka mempunyai kewenangan mengurus Baitullah.

Hamka menjelaskan dengan lebih detail, yaitu bahwa sebelum negeri Mekkah
ditaklukan oleh Rasulullah dan kaum Muslimin pada tahun ke 8 hijriah, maka pada tahun
ke 7 hijriah sudah berlaku juga umratul qadha, pengganti umrah yang tidak jadi pada tahun
ke 6 hijriah, padahal di Mekkah masih ada berhala, di Ka’bah masih terdapat 360 berhala.

Bahkan di bukit Shafa, masih terdapat berhala Lata sehingga menghalangi orang Islam
yang datang untuk melakukan ritual Sa’i (berjalan cepat antara Shafa dan Marwah). Maka
ada sahabat Rasulullah yang ragu-ragu tentang Sa’i di antara Shafa dan Marwah itu karena
melihat masih ada berhala lata berdiri di sana. Lalu datanglah ayat, bahwa Sa’i di antara
Shafa dan Marwah itu tidak ada halangan diteruskan sebab kita melakukan Sa’i itu semata-
mata ibadah karena Allah.

Kerena terdapat berbagai perubahan itulah maka diutuslah Nabi Muhammad Saw,
yang dengan tegas mengatakan bahwasannya kedatangannya adalah hendak
membangkitkan kembali ajaran asli Nabi Ibrahim, ajaran Hanif dan Muslim. Lurus menuju
Allah dan berserah diri kepada-Nya. Maka kedatangan Nabi Muhammad adalah
memperkuat kemabli ajaran Nabi Ibrahim itu, menghidupkan kembali sendi pokok ajaran
beliau. Oleh sebab itu, Ka’bah bukanlah semata-mata sebuah rumah kuno yang antikdan
menjadi sekedar tujuan wisata rohani bagi wisatawan. Oleh sebab itu Nabi Muhammad
Saw meneruskan perintah Allah atas Nabi Ibrahim, agar semua manusia datang ke tempat
itu.

B. Perbedaan Haji dan Umrah

Haji dan umroh adalah dua jenis ibadah yang sangat penting bagi umat Islam. Meski
sama-sama melaksanakan ibadah ke Tanah Suci, ternyata ada banyak perbedaan haji dan
umroh. Perbedaan ini terletak dari segi pengertian, hukum, waktu pelaksanaan, rukun,
hingga biaya yang harus dikeluarkan.agar lebih memahami penjelasan antara kedua ibadah
ini, mari simak perbedaan antara haji dan umroh berikut ini.

Perbedaan Haji dan Umroh


6
Haji dan umroh adalah jenis ibadah dengan melakukan perjalanan ke Baitullah. Kedua
ibadah ini juga sama-sama diperuntukkan bagi orang-orang yang mampu.Walaupun
memiliki konsep ibadah yang sama, tetapi haji dan umroh memiliki sejumlah perbedaan.
Berikut ini penjelasannya:

Pengertian Haji dan Umroh

Secara harfiah, pengertian haji adalah ibadah tahunan yang dilakukan dengan
mengunjungi atau menziarahi Baitullah atas niat beribadah kepada Allah pada waktu yang
telah ditentukan. Sementara itu, umroh adalah berkunjung ke Baitullah dengan niat
beribadah kepada Allah SWT dengan waktu tak ditentukan. Ibadah ini juga dikenal
sebagai haji kecil karena memang tujuan dan pelaksanaannya hampir mirip dengan haji
dengan tidak adanya batasan waktu.

Hukum Haji dan Umroh

Ibadah haji merupakan rukun Islam dan hukumnya wajib bagi umat Islam yang
mampu menjalaninya. Seorang muslim yang mampu secara fisik maupun finansial
setidaknya sekali seumur hidup melaksanakannya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Ali Imran Ayat 97, yang artinya:

“Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji
ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.”

Adapun hukum umroh, sebagaimana melansir dari situs resmi Kementerian Agama RI
sejumlah ulama menyatakan wajib. Tetapi ada Mazhab Maliki dan Mazhab Hanafi
menyatakan hukum umroh adalah sunnah mu’akkad atau sunnah yang sangat dianjurkan.

Waktu Pelaksanaan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, waktu pelaksanaan ibadah haji dilakukan
pada waktu tertentu dalam 1 tahun. Dalam Q.S Al-Baqarah ayat 197, sebagaimana
disebutkan dalam situs resmi NU Online, musim haji terjadi selama tiga bulan, yaitu
Syawal, Dzulqadah, dan Dzulhijjah. Namun, hal itu hanya berlaku bagi salah satu rukun
saja yakni Ihram. Sementara rukun dan rangkaian haji lainnya sebagian besar harus
dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah.

Untuk itulah, Anda harus melakukan pendaftaran haji dari bertahun-tahun sebelumnya
karena memiliki kuota dan antrian. Sedangkan umroh dapat dilakukan kapan pun dalam
setahun dan tidak terikat pada waktu-waktu tertentu. Anda dapat melaksanakan ibadah
umroh ketika memiliki kesempatan dan sumber daya yang memadai.

Durasi Ibadah
7
Mengingat banyaknya rangkaian ibadah yang harus dilakukan saat berhaji, maka tidak
heran kalau ibadah ini akan lebih lama ketimbangkan umroh. Prosesi haji sendiri
sebenarnya hanya memakan waktu sekitar 1 minggu. Tetapi, bagi jemaah haji reguler asal
Indonesia akan menghabiskan waktu hingga 40 hari di Tanah Suci. Selain melaksanakan
rangkaian haji, jemaah akan melakukan umroh, ziarah, atau Arbain di Masjid Nabawi.
umroh sendiri tidak memerlukan waktu yang panjang. Umumnya Anda akan berada di
Tanah Suci sekitar 9 sampai 12 hari perjalanan, tergantung paket perjalanan dari agen
travel yang dipilih.

Perbedaan Biaya

Biaya haji dan umroh juga akan berbeda, di mana ongkos naik haji akan lebih mahal
ketimbang umroh. Anda dapat memilih beberapa jenis biaya haji, mulai dari reguler, haji
plus, dan haji furoda. Sedangkan biaya umroh mulai dari Rp25 jutaan, tergantung pada
beberapa faktor seperti tanggal keberangkatan, durasi perjalanan, jenis paket umroh, serta
fasilitas yang disediakan oleh travel umroh.

C. Dasar Hukum Haji dan Umrah

D. Rukun-rukun Haji dan Umrah

Perbedaan haji dan umroh berikutnya terletak dari rukun dan rangkaian ibadahnya.
Rukun haji beberapa rangkaian ibadah, yaitu:

 Ihram atau berniat untuk melaksanakan haji di Miqat. Bagi jemaah asal Indonesia
maka dimulai dari Jeddah. Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah hingga
subuh tanggal 10 Dzulhijjah.

 Thawaf Ifadhah, yaitu thawaf menuju Masjidil Haram dengan mengeliling Kabah
sebanyak 7 kali putaran pertama dimulai dari arah Hajar Aswad dan Kabah berada
di sisi kiri badan jemaah haji.

 Sa’i atau berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke Marwah.

 Tahallul atau mencukur rambut kepala minimal 3 helai rambut setelah rangkaian
haji selesai.

 Tertib.

Sementara rukun umroh tidak ada wukuf di Arafah. Berikut ini rukun ibadah umroh:

 Ihram atau berniat memulai ibadah umrah.

 Thawaf.

 Sa’i antara bukit Shafa dan bukit Marwah.

8
 Mencukur.

 Tertib.

 Kewajiban yang Dijalankan

Wajib haji dan umroh merupakan serangkaian ritual manasik yang jika ditinggalkan
tidak dapat membatalkan ibadahanya. Sebagai gantinya, jemaah diwajibkan menggantinya
dengan denda (dam).

Pada haji terdapat 5 kewajiban, yaitu:

 Niat ihram dari miqat.

 Mabit atau menginap di Muzdalifah pada malam tanggal 10 Dzulhijjah.

 Mabit atau menginap di Mina pada malam tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.

 Melempar jumrah.

 Thawaf wada' atau perpisahan sebelum meninggalkan Mekah.

 Sedangkan wajib umroh hanya terdiri dari 2 hal, yaitu ihram dan menjauhi larangan
ihram.

E. Hal-hal yang Dilarang Ketika Ihram

Beberapa larangan dan konsekuensi denda karena melanggar larangan adalah


sebagai berikut:

1.Memakai pakaian yang berjahit (bagi kaum pria).

2.Menutup kepala (bagi kaum pria).

3.Menutup muka dan telapak tangan (bagi perempuan).

4.Memakai wangi-wangian setelah ihram (baik laki-laki maupun perempuan).

5.Menghilangkan rambut atau bulu badan yang lain.

6.Memotong kuku.

Terhadap pelanggaran atas keenam larangan haji di atas dikenakan denda


masing-masing dengan memilih alternative di antara tiga hal, yaitu menyembelih
seekor kambing yang sah untuk qurban, atau puasa tiga hari, atau bersedekah tiga
gantang (9,3 liter) makanan kepada enam orang miskin. Hal ini didasarkan atas firman
Allah SWT dalam QS. Al- Baqarah: 196

“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika kamu
terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sebelihlah) korban yang

9
mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di
tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di
kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah tas berfidyah, yaitu berpuasa atau
bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah merasa aman, maka bagi siapa yang
ingin mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia
menyembelih), korban yang mudah didapat tetapi jika ia tidak menemukan (binatang
korban atau tidak mampu). Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh
hari (lagi) apabila kamu telah berpulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna.
Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak
berada di (sekitar) Majidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekkah).
Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.”

Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa suatu ketika seseorang mengadu kepada
Rasulullah Saw bahwa kepalanya sakit sewaktu beribadah. Kemudian Rasulullah Saw
bersabda: “Cukurlah rambutmu itu dan sembelihlah seekor kambing, kalau tidak
puasalah tiga hari ataubersedekah tiga gantang korma kepada enam orang miskin”
(HR.Ahmad dan Muslim).

7.Mengadakan akad nikah (nikah, menikahkan atau menjadi wakil dalam akad nikah).
Bagi orang yang melanggar, maka hajinya tidak sah dan harus mengulang tahun depan.

8.Bersetubuh

Hal tersebut berarti melanggar haji, maka tidak sah hajinya dan harus menyembelih
seekor kambing (menurut dalil yang kuat).

9.Berburu dan membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan. Bagi pelanggar
larangan haji ini wajib menggantikan hewan yang senilai dengan binatang yang
diburu/dibunuhnya, atau membayar dengan harga yang senilai dengan binatang yang
diburu/dibunuhnya tersebut kemudian dibelikannya makanan untuk orang-orang
miskin atau berpuasa sebanyak harga binatang tadi, tiap-tiap seperempat gantang
makanan berpuasa satu hari.

F. Macam-macam Haji

1. Haji Ifrad, yaitu mendahulukan pelaksanaan ibadah haji kemudian mengerjakan


ibadah umrah.

2. Haji Qiran, yaitu mengerjakan ibadah haji dan umrah secara berbarengan (serentak).

3. Haji Tamattu’, yaitu mendahulukan melakukan ibadah umrah daripada ibadah haji
(di waktu musim haji).

G. Cara Pelaksanaan Haji


10
Ada tiga macam cara melaksanakan ibadah haji, yaitu:

1. Haji Ifrad, Pelaksanaan cara ini dihukumkan sunnah, dan tidak terkena dam/denda.
Hanya saja pelaksanaannya membutuhkan waktu dan tenaga ekstra, karena harus
menyelesaikan haji terlebih dahulu, baru kemudian melakukan ibadah umrah.

2.Haji Qiran, Cara ini dikenakan dam/denda dengan menyembelih seekor kambing
yang sah untuk qurban, atau berpuasa sepuluh hari (tiga hari sewaktu masih melakukan
ihram sampai hari raya haji, tujuh hari dilakukan bila telah sampai di negeri masing-
masing).

3.Haji Tamattu’, Cara pelaksanaan ibadah haji inipun dikenakan denda. Sebagaimana
firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 196.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-hajj secara etimologi berarti tujuan, maksud dan menyengaja. Dalam arti terminology,
haji berarti bermaksud dengan sengaja mengunjungi Baitullah (Ka’bah) menurut syarat-syarat
dan rukun-rukun yang tertentu, karena memenuhi panggilan Allah semata. Hukum
melaksanakan ibadah haji hanyalah diwajibkan sekali dalam seumur hidup manusia.
Rukun haji adalah perbuatan yang harus dikerjakan yang tidak boleh digantikan dengan
satupun. Sehingga jika tertinggal salah satunya mengakibatkan tidak sah hajinya. Sedangkan
wajib haji ialah sesuatu yang harus dikerjakan namun bila tertinggal salah satunya karena
sesuatu hal, boleh diganti dengan membayar dam. Tata cara pelaksanaan haji harus sesuai
dengan syarat, rukun dan wajib haji.

B. Saran
Bagi umatIslam yang hendak melaksanakan ibadah haji, sebaiknya mempersiapkan diri
baik secara fisik maupun mental atau spiritual sebab ibadah haji merupakan ibadah yang
sangat menuras tenaga di samping mental dan batin.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: CV. Pustaka Setia.


Ash shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 1998. Pedoman Haji.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
Iman KH, Ma’rifat.,dkk. 2012. Ibadah Akhlak untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Uhamka Press.
Rahman, Nandi. 2002. Ibadah Akhlak. Jakarta: Uhamka Press
Rasyid, H. Sulaiman. 1954. Fiqih Islam. Jakarta: Attahiriyah.

13

Anda mungkin juga menyukai