Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMENCARAN TUMBUHAN
Matakuliah : Struktur Perkembangan Tumbuhan II

DI SUSUN OLEH:

HERMARISKA (H0322009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah Pemencaran Tumbuhan, dalam mata kuliah Struktur
Perkembangan Tumbuhan II, dapat tersusun hingga selesai.

Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pemikiran dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah Pemencaran Tumbuhan, Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Majene, 22 April 2024


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk
hidup. Studi tentang makhluk hidup ini bercabang dua yaitu ilmu tumbuhan
(botani) dan ilmu hewan (zoologi). Geografi adalah ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena-fenomena geosfera yaitu atmosfera,
hidrosfera, litosfera, dan biosfera dengan sudut pandang kelingkungan,
kewilayahan dalam konteks keruangan.

Biologi yang dikaitkan dengan geografi memunculkan biogeografi,


yaitu ilmu yang mempelajari penyebaran makhluk hidup diatas permukaan
bumi serta hubungan-hubungannya dengan ruang dan waktu. Biogeografi
ini terbagi atas tiga disiplin ilmu yaitu geografi manusia (human
geography), geografi hewan (zoogeography) dan geografi tumbuhan (plant
geography = Phythogeography). Geografi tumbuhan adalah ilmu yang
mempelajari fenomena-fenomena tumbuhan dalam hal persamaan maupun
perbedaan dalam kaitannya dengan kelingkungan, kewilayahan dalam
konteks keruangan. Demikian juga dengan geografi hewan adalah sebagai
ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena dunia hewan
yang berkaitan dengan aspek kelingkungan maupun kewilayahan dalam
konteks keruangan.

Dalam geografi tumbuhan, daerah yang di capai merupakan subjek


studi yang paling utama, meskipun hal ini dapat dipengaruhi oleh sejarah
masa lampau dan selanjutnya sangat dibatasi oleh fisiologi tumbuhan itu
sendiri, daerah itu sampai suatu tingkat yang tinggi, dan fungsi kemampuan
tumbuhan itu sendiri. Dalam analisis akhir, Perluasan areal sering dibatasi
oleh reaksi ekologi tumbuhan terhadap lingkungan baru, yang mungkin,
sebagai contoh, bagi tumbuhan itu merupakan tempat yang terlalu dingin
atau terlalu kering untuk dapat tumbuh tetap di situ.

Reaksi yang demikian ini terutama bersifat fisiologis, dan meskipun


hasilnya sering berupa kemampuan untuk mengadakan adaptasi pada
umumnya reaksi-reaksi itu menentukan luas daerah yang secara pontensial
atau secara actual benar-benar dapat di huni tumbuhan itu, bila terjadi
pemencaran (dispersal) yang sepenuhnya efektif. Areal sebenarnya berada
dalam potensi fisiologi untuk sebagian besar ditentukan oleh penghalang
keberhasilan perpindahan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka adapun yang
menjadi rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini, yaitu:

1. Apa pengertian migrasi tumbuhan?


2. Apa yang di maksud dengan pemencaran tumbuhan?
3. Bagaimana model pemencaran tumbuhan berdasarkan faktor yang
mempengaruhinya?
4. Apa faktor penghalang pemencaran tumbuhan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yang mengacu pada
rumusan masalah yang diuraikan di atas :

1. Mengetahui pengertian migrasi tumbuhan.


2. Mengetahui pengertian pemencaran tumbuhan.
3. Mengetahui model pemencaran tumbuhan berdasarkan faktor yang
mempengaruhinya.
4. Mengetahui faktor penghalang dalam pemencaran tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Migrasi Tumbuhan
Menurut kamus lengkap Biologi (2002:354) migrasi yaitu pola
distribusi tata ruang individu yang satu relative terhadap yang lain dalam
populasi. Proses migrasi pada tumbuhan di pengaruhi factor kemampuanya
berevolusi, kemampuanya dalam menyesuaikan dirinya untuk
mempertahankan hidupnya, melakukan persebaran untuk tumbuh dan hidup
seperti spora yang terbang di tiup angin, dan sifat yang dimiliki kosolitnes
mempunyai kemampuan menyebar secara luas. Salah satu factor yang
mempengaruhi penyebaran tumbuhan di permukaan bumi adalah Tinggi
rendahnya permukaan bumi. Permukaan bumi terdiri dari berbagai macam
relief, seperti pegunungan, dataran rendah, perbukitan dan daerah pantai.
Perbedaan tinggi-rendah permukaan bumi mengakibatkan variasi suhu
udara. Variasi suhu udara mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan.
Hutan yang terdapat di daerah pegunungan banyak dipengaruhi oleh
ketinggian tempat.

Faktor ketinggian permukaan bumi umumnya dilihat dari


ketinggiannya dari permukaan laut (elevasi). Misalnya ketinggian tempat
1500 m berarti tempat tersebut berada pada 1500 m di atas permukaan laut.
Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu di daerah tersebut.
Demikian juga sebaliknya bila lebih rendah berarti suhu udara di daerah
tersebut lebih panas. Setiap naik 100meter suhu udara rata-rata turun sekitar
0,5 derajat Celcius. Jadi semakin rendah suatu daerah semakin panas daerah
tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi suatu daerah semakin dingin daerah
tersebut. Oleh sebab itu ketinggian permukaan bumi besar pengaruhnya
terhadap jenis dan persebaran tumbuhan. Daerah yang suhu udaranya
lembab, basah di daerah tropis, tanamannya lebih subur dari pada daerah
yang suhunya panas dan kering.

Menurut Fr. Junghuhn seorang penyelidik bangsa Jerman


membedakan jenis tumbuh-tumbuhan berdasarkan ketinggian tempatnya
adalah : (1) Tingkat tropis setinggi 700 m, terdiri atas tumbuh-tumbuhan
tropis, (2) Tingkat subtropis hingga 1.000 m, sudah mulai tidak ada tumbuh-
tumbuhan hutan dataran rendah, (3) Ketinggian 1.000-2.000 m, terdapat
tumbuh-tumbuhan dari iklim sedang. Daerah ini banyak terdapat kabut,
pohon-pohonnya telah ditumbuhi lumut (hutan kabut dan hutan lumut), (4)
Lebih tinggi dari 2.000 m, hanya sedikit pohon, dan hanya terdapat belukar
dan rumput (Novi Silvia Hardiany : 2013).

2.2 Pemencaran Tumbuhan


Pemencaran dan perpindahan merupakan dua aktivitas yang
berlainan, walaupun mempunyai kaitan yang erat. Pemencaran hanya
melibatkan diseminasi dari induk dan penyebaran ( dalam arti dinamik) ke
suatu tempat yang baru, sedang perpindahan mencakup pula keberhasilan
pertumbuhan dan penghunian yang tetap.

Pemencaran merupakan proses esensial yang mendahului migrasi,


yang sesungguhnya hanya dapat tercapai dengan penghuniantetap di tempat
yang baru. Di dalam alam hanya sebagian kecil begian tubuh tumbuhan
yang dapat dipancarkan, dan yang dapat dengan tepat disebut sebagai
diseminul atau diaspora, benar-benar tumbuh di sutu tempat dan benar-
benar melakukan migrasi. Bukan hanya karena sebagian besar telah mati
awal (premature) atau jatuh di tanah gundul,atau terhenti di tempat yang
tidak member kesempatan bagi mereka untuk mulai dengan suatu kehidupan
baru, atau gagal untuk mempertahankan diri dalam perjuangan melawan
persaingan yang lebih kuat, tetapi kondisi ekologi dan reaksi fisiologi harus
terletak dalam batas-batas yang sempit untuk keberhasilan terakhir.

2.3 Model Pemencaran Berdasarkan Faktor Yang Mempengaruhi


1. Pemencaran Tumbuhan Tanpa Bantuan Faktor Luar
Cara pemencaran ini dinamakan pula pemencaran mekanik.
Pemencaran ini disebabkan oleh proses yang terjadi pada organism itu
sendiri sehingga jarak pemencarannya tidak begitu jauh dari induknya.
Pemencaran tanpa bantuan factor luar dapat dilakukan melalui
pertumbuhan bagian vegetatif, mekanisme letupan, dan gerak
higroskopis. Pemencaran ini biasanya menggunakan alat pemencaran
yang biasanya tidak memungkinkan penyebaran yang luas.
a. Pemencaran melalui Pertumbuhan Bagian Vegetatif
Bagian vegetatif yang biasanya digunakan dalam
pemencaran tumbuhan adalah akar, batang, daun, dan buah beserta
modifikasinya. Bagian vegetatif ini tidak memungkinkan
penyebaran yang luas, misalnya:
➢ Stolon atau Geragih Batang yang menjalar di atas tanah,
Tunas tumbuh di sepanjang batang. Contoh : pada rumput
teki, pegagan, rumput gajah, strawberi.
➢ Umbi Batang Bagian batang yang digunakan untuk
menyimpan makanan umbi, ini mempunyai banyak tunas, bila
keadaan lingkungan cocok, mata tunas akan tumbuh menjadi
tumbuhan baru. Contoh : kentang.
➢ Umbi Lapis Merupakan batang dengan ruas-ruas yang sangat
pendek dan sangat rapat. Pada setiap ruas terdapat lapisan
sisik yang merupakan modifikasi dari daun. Contoh : bawang
merah, bakung, tulip, leli.
➢ Akar Rimpang atau Akar Tinggal (Rizom) Merupakan batang
yang menjalar di bawah permukaan tanah. Contoh : beberapa
jenis rumput, kunyit, lengkuas, jahe, dahlia.
b. Pemencaran melalui Mekanisme Letupan\
Mekanisme pemencaran melalui letupan biasanya tumbuh
denngan intensif sehingga menjadi keuntungan besar dalam
migrasi tumbuhan. Maka, tumbuhan yang dapat menembakan
benihnya ke luar, sekaligus dapat melontarkan benih itu ke dalam
angin yang sedang bertiup atau kepada hewan yang sedang lewat
yang akan membawa benih tadi sampai sejauh beberapa mil.
Mekanisme pemencaran letupan umumnya dilakukan oleh
tumbuhan polong-polongan, seperti turi. Tanaman lainnya
misalnya jarak (Ricinus communis), bunga keembung, dan karet
(Hevea brasiliensis) juga melakukan pemencaran dengan cara ini.
Melalui mekanisme pemencaran ini, buah akan pecah
melontarkan buah ataupun sporanya.
c. Pemencaran melalui Mekanisme Gerak Higroskopis
Mekanisme pemencaran ini juga berupa letupan, namun
terjadinya jika dalam kondisi basah. Contoh tumbuhan yang
melakukan pemencaran seperti ini adalah pacar air dan kapsul
spora pada lumut.
2. Pemencaran Tumbuhan dengan Bantuan Faktor Luar
Pemencaran tumbuhan dapat pula dibantu oleh factor luar. Alat
pembiakan tumbuhan yang pemencarannya dibantu oleh factor luar
tersebut biasanya memiliki beberapa modifikasi yang mendukung
proses pemencaran tersebut. Berdasarkan factor yang menjadi perantara
dalam penyebarannya, pemencaran jenis ini dibedakan menjadi empat
kelompok, yaitu berdasarkan bantuan angin, bantuan air, bantuan
hewan, dan bantuan manusia.
a. Pemencaran dengan Bantuan Angin (Anemokori)
Anemokori (Anemos berarti angin dan chorein berarti
penyebaran) akan berlangsung efektif jika alat kembang biak yang
dipencarkan mengalami modifikasi yang mendukung gerak
pemencaran.
b. Pemencaran dengan Bantuan Air
Pemencaran dengan bantuan air (hidrokori) terjadi melalui
air sungai maupun air laut. Setiap jenis benih yang ringan
berkemungkinan untuk dipencarkan oleh air secara efektif sampai
batas kemampuannya untuk mengapung dan mempertahankan
daya untuk berkecambah, yaitu ketika benih jenuh akan air dan
tenggelam atau menjadi busuk (gagal). Persyaratan utama dalam
pemencaran oleh air adalah daya apung yang cukup dan
impermeabilitas bagi air.
Cara utama pemencaran tanaman oleh air adalah:
➢ Arus laut. Arus laut dapat menyebabkan pemencaran jarak jauh
yang sangat efektif untuk jenis benih yang mampu mengapung
selama waktu yang panjang tanpa menjadi jenuh oleh air dan
juga termasuk dalam jenis tumbuhan (benih normal) yang
mampu hidup di daerah pesisir sehingga dapat tinggal menetap
di bawah kondisi kadar garam tinggi (pantai berpasir,
berlumpur).
➢ Sungai dan Selokan. Sungai dan selokan biasa mengangkut
buah, biji dan bagian-bagian lain pada tumbuh-tumbuhan yang
terkadang bergerak jauh hingga ke laut. Pemencaran dengan air
hanya terbatas pada arah aliaran air dan daratan yang
bersangkutan, dikaraenakan benih yang tumbuh tidak mampu
mencakup ke area yang lebih luas (bukan tumbuhan pantai atau
laut sehingga tidak mampu bertahan jika terlalu lama
mengapung di samudera).
➢ Penghanyutan oleh Hujan, Banjir dan Danau. Air hujan tidak
hanya memercikan ke luar biji atau spora dari organ-organ yang
terbuka, tetapi jika membentuk aliran dapat membawa biji atau
spora lebih jauh daripada factor yang lain. Hampir setiap
tumbuhan dapat dipencarkan secara drastic oleh banjir, seperti
penumbangan pohon dan pengangkutan semua jenis reruntuhan
yang dapat mencapai jarak cukup jauh hingga terdampar di
dataran banjir berlumpur yang cocok untuk ditempati oleh
tumbuhan yang mengadakan migrasi.Pada danau cara
pemencaran dan jenis-jenis tumbuhan yang dipencarkan
hampir sama dengan yang terjadi di sungai-sungai, tetapi
terdapat lebih banyak keterbatasan pemencaran bagi jenis-jenis
tumbuhan akuatik dan semi akuatik, dan jarak pemencaran
pendek.
➢ Gunung Es atau Gumpalan Es. Es yang mengapung ke arah
hilir di sungai-sungai atau hanyut ke danau memilki peranan
penting sebagai pengangkut benih yang tidak dapat
mengapung. Sebagai contoh Puccinellia phryganodes.Selain
pemencaran dapat dilakukan oleh air tidak semua hal tersebut
dapat dilakukan dikarenakan adanya penghambat jalannya
pemencaran, antara lain tidak tersedianya air yang cukup,
setiap rintangan penghalang gerak air, pembekuan yang terjadi
hingga dasar air, samudera yang luas bagi benih yang tidak
dapat mengapung dan hidup lama, begitupula pengaruh iklim
yang berbeda sehingga tidak sesuai untuk menetapkan
tumbuhan yang ditransportasikan.
Contoh penyebaran tanaman oleh air adalah spora
ganggang, spora terdiri dari zoospora dan aplanospora.
Zoospora memiliki bulu getar yang dapat bergerak bebas dalam
air untuk berpindah tempat,kemudian tumbuh dan berkembang
menjadi individu baru. Selain spora beberapa contoh tanaman
lainnya yaitu kelapa (Cocos nucifera), nyamplung
(Calophylum sp.), eceng gondok, teratai, dan bakau.
c. Pemencaran dengan Bantuan Manusia (Antropokori)
Manusia secara sengaja atau tidak sengaja dapat
memencarkan alat perkembangbiakan tumbuhan. Manusia
merupakan penyebab perubahan vegetasi yang paling aktif,
termasuk pemencaran tumbuhan. Apalagi di jaman modern.
Dengan perjalanan di dunia dalam jumlah yang kian lama semakin
besar dan dengan kecepatan dan kemudahan yang terus-menerus
meningkat, manusia selalu mengangkut benih tumbuhan baik
sengaja maupun tidak diketahui. Sebagai contoh manusia secara
sengaja mendatangkan kina dari Amerika Selatan, kopi dan kelapa
sawit dari Afrika ke Indonesia. Secara tidak sengaja, manusia
memakan buah yang bijinya tidak tercerna dan dikeluarkan
bersama kotoran, dapat pula biji rumput-rumputan yang menempel
pada baju/celana. Akibatnya, hanya sedikit tempat di bumi ini yang
vegetasi dan flora penyusunnyatidak menunjukan adanya bekas
campur tangan manusia.
Pada waktunya tanda-tanda adanya campur tangan manusia
akan semakin hilang, namun campur tangan ini sudah semakin luas
dan mengaburkan tumbuhan-tumbuhan endemic disuatu daerah
dan semakin mengaburkan daerah asal tumbuhan.

2.4 Faktor Penghalang Pemencaran Pada Tumbuhan


Jika kita membayangkan bahwa pada banyak jenis tumbuhan
berbunga, seperti misalnya sisymbrium Sophia dan Amaranthus retroflexus,
satu batang tumbuhan dapat menghasilkan sejuta biji atau lebih dalam satu
musim panas, dan bahwa beberapa jenis tumbuhan spora, seperti “jamur
kelentos raksasa“ (Lycoperdon “Calvatia“ giganteum) dapat menghasilkan
berjuta spora, namun tidak adasatupun yang memenuhi bumi.

Maka jelas bahwa hanya satu bagian yang sangat kecil dari benih
tumbuhan yang dapat memenuhi atau benar-benar mencapai target. Untuk
mewujudkan potensialnya yang penuh, suatu alat perkembangbiakan (calon
tumbuhan baru) harus berkembang menjadi tumbuhan dewasa, yang pada
pada waktunya mengadakan perkembangbiakan. Jumlah kematian yang
menakjubkan disebabkan adanya kegiatan berbagai macam penghalang,
baik terhadap pemencaran maupun terhadap kemampuan untuk
mempertahankan diri yang sesungguhnya. Penghalang-penghalang tersebut
dapat dibedakan dalam empat tipe utama:

1. Fisiografi
Fisiografi merupakan penghalang yang disebabkan oleh sifat
permukaan bumi. Salah satu contoh yang paling jelas adalah wilayah
perairan yang samgat luas untuk tumbuhan darat. Dan tumbuhan
permukaan air adalah daratan yang sangat luas. Penghalang fisiografik
lain dapat berupa gunung-gunung, baik yang berwujud rintangan
langsung yang bersifat mekanik maupun tidak langsung dengan
mengubah keadaan iklim dan sejenisnya seperti suhu udara dan angin.
Banyak angin setempat ditumbuhkan oleh kombinasi factor-faktor
fisiografi dan iklim yang merupakan penghalang nyata bagi
pemencaran ke suatu arah, tetapi factor tersebut juga dapat membantu
di lain arah.
2. Iklim
Iklim dapat mencakup suhu yang berbeda-beda, kelembaban,
cahaya, dan keadaan lain. Ketergantungan yang erat antara tumbuhan
dan kondisi iklim mengakibatkan lingkungan vegetasi dan iklim
cenderung menunjukan kesamaan satu dengan yang lain, dimana iklim
dapat menentukan batas-batas umum suatu persebaran tumbuhan.
Perubahan iklim yang besar merupakan pnghalang yang benar-benar
tak dapat diatasi bagi tumbuhan yang baru mengalami migrasi.
Berikutnya, setiap keadaan termasuk juga tenggang waktu, yang
terbukti dapat menjadi factor utama penyebab kematian paada benih.
3. Tanah
Kondisi tanah yang berupa kombinasi maupun terpisah-pisah
menyebabkan wilayah persebaran tumbuhan menjadi terbatas. Hal ini
dapat berupa faktor-faktor tanah yang berbeda-beda, antara lain berupa
faktor edafik yaitu termasuk dalam struktur fisik, komposisi kimia,
kandungan lengas, keadaan suhu, dan termasuk kandungan-kandungan
organisme-organisme hidup, yang masing-masing dapat mencegah
suatu benih untuk menetap di daerah baru, walaupun demikian
perkecambahan dapat terlaksana dengan baik.
4. Makhluk hidup (termasuk tumbuhan lain)
Persaingan untuk mendapatkan ruangan, cahaya, air, dan lainnya
dengan tumbuhan lain yang sudah menetap di suatu daerah dan telah
tumbuh dalam keseimbangan yang cukup baik dengan kondisi
setempat, juga besar kemungkinannya menjadi penghalang yang tak
teratasi bagi pendatang baru untuk menetap di suatu tempat, seperti
penyenggutan atau gangguan lain oleh hewan dan manusia. Akibatnya,
migrasi yang tersebar luas menjadi sangat terbatas pada tempat-tempat
yang sedikit banyak dalam keadaan terbuka (belum dihuni) saja, seperti
pada tebing-tebing pasir, lahan-lahan yang terganggu, dimana
penghalang baru akan memainkan peranannya. Jika hal tersebut tidak
terjadi, maka jelas bahwa setiap jengkal tanah atau seleret sinar akan
dimanfaatkan, karena memperjuangkan eksistensi merupakan suatu hal
yang sangat nyata, terutama terjadi antara organisme di tempat-tempat
dengan kondisi kehidupan yang lebih baik dengan faktor-faktor fisik
lingkungan di tempat-tempat yang kondisinya buruk.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang migrasi dan pemencaran tumbuhan
dalam makalah di atas maka dapat kita simpulkan bahwasannya migrasi dan
tumbuhan adalah dua hal yang berbeda tapi saling berkaitan satu sama lain.
Migrasi tumbuhan dilakukakn melalui pemencaran dari tumbuhan itu
sendiri dan dikatakan bermigrasi apabila tumbuhan yang melakukan
pemencaran telah tumbuh dan menetap ditempat dimana tumbuhan itu
berhenti dari pemencarannya.

Pemencaran tumbuhan merupakan salah satu upaya atau cara yang


dilakukan oleh tumbuhan itu sendiri maupun adanya faktor luar yang
mampu mengembangbiakan dan mampu melestarikan suatu jenis tumbuhan
tertentu. Adanya pemencaran tumbuhan di bumi menyebabkan distribusi
atau agihan dapat terleksana dengan merata. Peran serta lingkungan sekitar
tumbuhan hidup juga mempengaruhi tingkat pemencaran suatu tumbuhan.
Sebagai contoh adanya penghalang-penghalang yang berupa perbedaan
iklim antara tempat yang satu dengan tempat yang lain akan menyulitkan
proses pemencaran. Di dalam proses pemencaran itu sendiri terdapat
keanekaragaman model pemencaran, yang keseluruhanya memilki
kekhasan masing-masing. Dari kekhasan itulah model pemencaran antara
jenis yang satu dengan yang lain dapat teridentifikasi.

3.2 Saran
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Dengan membaca dan mempelajari isi makalah ini, diharapkan
pengetahuan pembaca tentang migrasi dan pemencaran tumbuhan dimuka
bumi ini dapat bertambah, serta mengerti tentang pola-pola persebaran
tumbuhan dan pengaruhnya terhadap keseimbangan dan keberlangsungan
sebuah ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA

Atmanto, A. D., Dewi, B. S., & Nurcahyani, N. (2014). Peran siamang (Hylobates
syndactylus) sebagai pemencar biji di Resort Way Kanan Taman Nasional
Way Kambas Lampung. Jurnal Sylva Lestari, 2(1), 49-58.

Lestari, A. D. (2024). MAMALIA DAN BURUNG DIURNAL PENGUNJUNG


YANG BERPOTENSI SEBAGAI PEMENCAR TUMBUHAN ALIEN KI
AFRIKA (Maesopsis eminii Engl., Rhamnaceae), DI HUTAN HUJAN
TROPIS JAWA BARAT (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI
JAKARTA).

Suharsono, S. (2010). Perancangan Model Pembelajaran Pemencaran Tumbuhan


Berbantuan Komputer (Doctoral dissertation, Universitas Sumatera Utara).

Anda mungkin juga menyukai