Anda di halaman 1dari 73

PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 39 TAHUN 2021

TENTANG PENYELENGGARAAN BIDANG JAMINAN PRODUK


HALAL DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:
LISE NANDINI
NIM. 11160430000002

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/ 2021 M
i
PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 39 TAHUN 2021
TENTANG PENYELENGGARAN BIDANG JAMINAN PRODUK
HALAL DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Lise Nandini
NIM. 11160430000002

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/ 2021

ii
LEMBAR PERNYATAAN

iii
PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi pada penulisan skripsi ini, mengacu pada pedoman


transliterasi pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum 2017.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

‫ا‬ Tidak dilambangkan

‫ب‬ B Be

‫ت‬ T Te

‫ث‬ ṡ es dengan titik atas

‫ج‬ J Je

‫ح‬ ḥ ha dengan titik bawah

‫خ‬ Kh ka dan ha

‫د‬ D De

‫ذ‬ Ż zet dengan titik atas

‫ر‬ R Er

‫ز‬ Z Zet

‫س‬ S Es

‫ش‬ Sy es dan ye

‫ص‬ ṣ es dengan titik bawah

‫ض‬ ḍ de dengan titik bawah

‫ط‬ ṭ te dengan titik bawah

‫ظ‬ ẓ zet dengan titik bawah

‫ع‬ „ Koma terbalik di atas hadap kanan

iii
‫غ‬ Gh ge dan ha

‫ؼ‬ F Ef

‫ؽ‬ Q Qi

‫ؾ‬ K Ka

‫ؿ‬ L El

‫ػم‬ M Em

‫ف‬ N En

‫ك‬ W We

‫ق‬ H Ha

‫ء‬ ‟ Apostrof

‫ي‬ Y Ye

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

‫ــَـ‬ A Fathah
‫ــَـ‬ I Kasrah
‫ــَـ‬ U Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

‫___َ__ ي‬ Ai a dan i

‫_____ ك‬
َ Au a dan u

iv
3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam


bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

‫َن‬ Ᾱ a dengan topi di atas

‫ِ ْب‬ Ī i dengan topi di atas

‫نػُ ْو‬ Ū u dengan topi di atas

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan


huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah
maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al-dīwān bukan ad-
dîwân.

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan


dengan sebuah tanda (‫ )ــَـ‬dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi,
hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata

(‫ )اﻟﻀﺮكرة‬tidak ditulis ad-darūrah melainkan al-darūrah, demikian seterusnya.

6. Ta Marbūtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/
(lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah
tersebut diikuti oleh kata sifat (na„t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta

v
marbūtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1 ‫طﺮيقة‬ Tarīqah

2 ‫اﻟﺠاﻣﻌة اﻹﺳﻼﻣية‬ al-jāmī‟ah al-islāmiyyah

3 ‫كﺣﺪة اﻟكجﺪ‬ wahdat al-wujūd

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk
menuliskanpermulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama
diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf
awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Ḥāmid al- Ghazālī bukan Abū
Ḥāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)
atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal


dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan meskipun akar
katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak Abd al- Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-
Rānīrī.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (Fi’il), kata benda (Isim), maupun huruf
(Ḥarfu) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas
vi
kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-
ketentuan di atas

Kata Arab Alih Aksara

‫انزؿ فيو اﻟقﺮاف‬ Unzila fīhil-qur`ānu

‫بينت ﻣن اهلﺪي‬ Bayyinātim minal-hudā

‫يﺮد بكم اﻟﻌسﺮ‬ Yurīdu bikumul-'usra

‫ﻟتكملوا اﻟﻌﺪة‬ Litukmilul-'iddata

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.
Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu
dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr Khālis Majīd;
Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman, bukan Fazl al-
Rahmān.

vii
ABSTRAK

LISE NANDINI. NIM 11160430000002. PENERAPAN PERATURAN


PEMERINTAH NOMOR 39 TAHUN 2021 TENTANG
PENYELENGGARAAN BIDANG JAMINAN PRODUK HALAL DI
WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR. Program Studi Perbandingan
Mazhab, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1442/2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan apa saja yang
termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal, serta untuk mengatahui bagaimana
penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Jaminan Produk Halal di wilayah Nusa Tenggara Timur.
Skripsi ini disusun menggunakan metode penelitian hukum empiris-
normatif, untuk mengetahui bagaimana hukum itu diterapkan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara untuk mendapatkan data
primer dan studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder. Adapun Teknik
pengolahan data yang digunakan ialah induktif yakni penjelasan dari yang
bersifat khusus dengan kesimpulan akhir yang bersifat umum, kemudian akan
dipaparkan dengan menggunkan metode analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 39
Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal, secara keseluruhan
muatannya tidak jauh berbeda dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
2019 Tentang Pelaksanaan Jaminan Produk Halal. Salah satu perubahan yang
terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaran Bidang Jaminan Produk Halal, yaitu mengenai bidang kerja sama
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dengan Majelis Ulama
Indonesia (MUI), yang saat ini sebatas pada penetapan kehahalan produk saja.
Sehingga adanya perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal, tidak berdampak pada
perubahan yang signifikan terhadap konsep dan pelaksanaan jaminan produk halal
yang sudah diterapkan sejak November 2019 di wilayah Nusa Tenggara Timur.
Sebagai daerah pariwisata, menyelenggarakan bidang jaminan produk halal di
Nusa Tenggara Timur sangatlah menguntungkan, karena pada intinya selain
memberikan rasa aman terhadap wisatwan, pelaksanaan jaminan produk halal
banyak mendatangkan nilai komersial.

Kata Kunci : Jaminan Produk Halal, Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun


2021, Nusa Tenggara Timur.
Pembimbing : Dr. Fuad Thohari, M.Ag
Daftar Pustaka : 1984 s.d 2021.

viii
KATA PENGANTAR

ّ ‫الرحمٰ ن‬
‫الرحيم‬ ّ ‫ّٰللا‬
‫بسم ه‬
Tiada kata pantas selain ucap syukur padamu Rabbi tuhan semesta alam.
Atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelsaikan
tugas akhir skripsi di tengah pandemi negeri ini. Shalwat beserta salam semoga
tercurah kepada baginda nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, shabat dan
umat-Nya hingga akhir zaman. Amiin Ya Rabb al-„alamiin.
Teruntuk ibunda Hj, Ida Faridah dan Rama H. Ade Sayuti, maafkan
putrimu yang tidak bisa menyelesaikan jenjang pendidikan strata 1 (S1) dengan
tepat waktu. Hitam, putih, pahit, manis dan masamnya perkuliahan tak banyak lise
ceritakan. Namun lise percaya bahwa tanpa harus di pinta, di setiap sujud pagi,
siang, sore dan malammu akan selalu menyelipkan do’a untuk putra/i mu.
Terimakah sudah memberikan kesempetan dan kepercayaan kepada putrimu ini,
pendidikan yang engkau berikan jadi bekal diri menghadapi masa depan.
Waktu terus berjalan, tak sadar lima tahun sudah mengenyam pendidikan
di Universeitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Semula tak tahu
apa-apa sekarang sedikit mengerti ini itu apa. Penulis menyadari betul bahwa
skripsi yang berjudul “Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal di Wilayah
Nusa Tenggara Timur” dapat terselesaikan berkat keterlibatan banyak pihak.
Untuk itu penulis mengabadikan kebaikan semua pihak pada penulisan skripsi ini,
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, M.A., Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Ahmad Thalabi Kharlie, S.Ag, S.H, M.H., Dekan Fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Siti Hana, M.A., Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan
Bapak Hidyatullah, M.H., Sekretaris Program Studi Perbandingan
Mazhab Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
4. Bapak Dr. Fuad Thohari, M.Ag., Dosen Pembimbing skripsi yang
sudah berkenan memberikan arahan sehingga skipsi ini bisa
terselesaikan.
5. Bapak Dr. Supriyadi Ahmad, M.A., dan Bapak Dr. Abdul Raman
Dahlan, M.A., Dosen Penguji Skripsi yang dengan teliti memberikan
koreksi dan masukan, sehingga selesainya skripsi ini bisa sesuai dengan
yang di harapkan.
6. Bapak Irfan Sidkan Hakim, S.Kom., Operator Satuan Tugas Layanan
Sertifikasi Halal Nusa Tenggara Timur. Terima kasih telah bersedia di
wawancarai penulis. Meski tak pernah bertemu, peran dan kebaikan
beliau akan selalu di ingat dan menjadi salah cerita selesainy skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas
memberikan ilmu dan motivasinya. Sehingga penulis tercerahkan akal
dan batinnya.
8. Pimpinan Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi
kepustakaan, sehingga penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan.
9. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, ibunda Hj. Ida Faridah dan
Rama H. Ade Sayuti. Terima kasih sudah memfasilitasi kasih sayang
elite kepada penulis. Terkasih untuk alm. H.Chumaedi Madgawi, terima
kasih selama 20 tahun sudah berperan menjadi kakek ideal. Teruntuk
Nenek Hj. Rosmanah, terimkasih sudah sehat wal’afiat hingga saat ini.
Semoga pencapaian ini mencipta kebaikan dan kebahagiaan, baik
sekarang ataupun masa mendatang, Amiin.
10. For my unperfect brothers, Rulies Diniasyah, Noval Chubaisy dan
Hifda Nazily. Terima kasih bersedia mengimbangi keegoisan dan
ketidakbisaan penulis selama ini, terima kasih selalu ada di setiap detik
kerepotan penulis. Saling asah, asih dan asuh diantara kita tak akan
lekang oleh masa. Kelak ingatlah kesibukan apapun di masa depan,
jangan memutus signal kekeluargaan. Specially Abdan and Ola thank
you for coloring our family.
x
11. Untuk teman yang sesalah-salahnya teman: Isna Karunia, Liza Wasila
Nekson, Salwa Fadilah, Siti Fakhriah, Siti Mudrikah, Dwi Kurnia dan
Ita Mutia Kamila. Ciputat adalah waktu dan tempat yang tepat untuk
setiap duka dan sukanya kita. Kelak apapun kegilaan di masa depan,
jangan sampai memutus signal kesadaraan. Terima kasih orang-orang.
12. Kepada Afsarah, Ismi Purwanti, Lia Apriyani, Nhuy Jannah, Yasmine,
dan Fikri Aziz. Tak lupa Untuk sahabat masa sekolah penulis, Vita,
Intan, Aini, Aya dan Faulia. Juga sahabat jaman jahiliyah penulis
Anggia, Shima, Neneng, Safitri, Nada, Fitde dan Farah. Terima kasih
sudah menjadi teman yang sebenarnya teman. Tak sadar bertahun-tahun
sudah kita berteman, sebentar lagi setiap momen hanya akan jadi cerita.
Kedepannya semoga kabar baik akan selalu menyertai kita.
13. Kepada teman-teman seperjuangan Perbandingan Mazhab 2016, terima
kasih sudah saling mengenal. Di masa mendatang semoga masing-
masing dari kita bisa saling tegur sapa tanpa harus lupa nama.
14. Untuk semua pihak yang tidak penulis sebutkan, terimkasih sudah
membantu dan mau di repotkan.
15. Teruntuk si lahir selasa, terima kasih sudah mau berproses menjadi
manusia. Ingat selain nikah, skripsi itu momen sakral seumur hidup
sekali. Jadi nikmati alur ceritanya, pahami dan syukuri endingnya.
Hey lahir selasa, selamat berjuang di chapter selanjutnya!

Tiap peran masing-masing orang, memiliki kesan dan momen yang layak
untuk di simpan. Setiap detik kebaikan biar tuhan yang berikan penghargaan.
Lamban menyadari tentang apa yang harus di lakukan, syukur terucap pada
akhirnya penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsian. Kini dan nanti do’a
adalah cara terbaik penulis, menegur sapa di antara kita. Sekian dan salam.

Tangerang, 20 Maret 2021


Tepi kamar di sabtu malam.
~Lise Nandini~
xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING..........................................................ii
PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI..................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iv
PEDOMAN TRANSLITERASI...........................................................................v
ABSTRAK...........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR...........................................................................................ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................5
C. Pembatasan Masalah....................................................................................5
D. Perumusan Masalah.....................................................................................6
E. Tujuan Penelitian.........................................................................................6
F. Manfaat Penelitian.......................................................................................9
G. Metode Penelitian........................................................................................6
H. Tinjauan (Riview) Studi Terdahulu.............................................................9
I. Kerangka Teoritik......................................................................................11
J. Sistematika Penulisan.................................................................................13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi Halal...............................................................................................14
B. Kriteria Haram.............................................................................................18
C. Jaminan Produk Halal..................................................................................23
D. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Bidang Jaminan Produk Halal.....................................................................24

xii
BAB III GAMBARAN UMUM KEMENTERIAN AGAMA KANTOR
WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
A. Nusa Tenggara Timur..................................................................................29
1. Keagamaan...........................................................................................30
2. Pulau Komodo......................................................................................32
3. Potensi Daerah Nusa Tenggara Timur.................................................33
a. Wisata Alam...................................................................................33
b. Wisata Budaya................................................................................34
c. Wisata Rohani................................................................................34
d. Flora dan fauna...............................................................................34

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR


39 TAHUN 2021 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDANG JAMINAN
PRODUK HALAL DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

A. Konsep dan Pelaksanaan ..........................................................................35


B. Pengawasan...............................................................................................38
C. Kendala Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaran Bidang Jaminan Produk Halal di Wilayah Nusa Tenggara
Timur.........................................................................................................40
a. Internal................................................................................................41
b. Eksternal..............................................................................................41

BAB V PENUTUP

A. Simpulan...................................................................................................42
B. Rekomendasi.............................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................51

xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia negeri dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di
dunia sudah sepatutnya menjamin kehalalan terhadap semua produk
kebetuhan umat Islam Indonesia. Keberadaan pasar bebas yang semakin
terbuka semestinya dibentengi pula dengan standarisasi produk halal di
pasaran. Pelbagai produk impor berbondong-bondong masuk ke indonesia
mulai dari makanan olahan, obat-obatan bahkan kosmetika. Selain menjadi
ancaman ekonomis terhadap produk lokal, menjamurnya produk impor
justru beresiko pula terhadap nilai agamis yang mempersoalkan kehalalan.
Sejatinya pola hidup manusia diatur seapik mungkin dalam syariat
islam, tak heran jika segala sesuatu yang dilarang islam justru sebagai
pagar diri dari kemafsadatan dan sebaliknya apa-apa yang diharuskan
dalam islam ialah tonggak kemaslahatan. Sebagai agama yang sangat
memperhatikan fisik dan jiwa manusia, islam mengajurkan umatnya agar
makan dan minum dalam batasan wajar.1
Manusia menjadikan makan dan minum sebagai kebutuhan yang
harus diutamakan. Selain pangan, sandang dan papan pun juga diperlukan,
hanya saja islam telah memberlakukan konsep halal yang harus kita
praktekan. Manusia yang beragama islam tidak bisa sembarang jalan, ada
pagar-pagar yang membatasi kebebasan yang nanti pada akhirnya
menuntun manusia pada kemaslahatan. Utamanya semua yang berkategori
pangan haruslah halal sedikitpun tak boleh terkontaminasi dengan bahan
yang meragukan, tercampurnya antara halal dan haram memiliki status
hukum yang dinamakan syubhat atau diragukan.2

1
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Penerjemah Abdul Hayyie al-Katani,
dkk. Fiqh Islam wa Adillatuhu. (Jakarta: Gema Insani, 2011, Jilid 4), h., 153.
2
Az Nasution, Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada Perlindungan Konsumen
Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), h., 55.
1
Persoalan halal dan haram makanan sudah tegas ditekstualkan al-
Qur’an.3 Sebagai pedoman umat manusia, al-Qur’an merupakan kalam
tuhan yang dimuliakan, sehingga apa-apa yang menjadi doktrin kebaikan
sepatutnya dipraktekkan. Mengenai konsep makanan misalnya, surat al-
Baqarah ayat 168 menyoal perintah Allah kepada umat manusia untuk
mengonsumsi makanan yang halal lagi baik. konsep makanan halal yang
demikian, tidak lain bagian dari runtutan berimannya seorang muslim
terhadap Allah tuhan sang pencipta alam.
Dikaitkan dengan kondisi saat ini, masuknya produk impor besar-
besaran, sedikit banyaknya telah memberikan kemudahan, dan tetap
menimbulkan kehawatiran. Bagaimana pun produk halal tidak mengenal
zaman dan akan selalu menjadi kebutuhan yang diprioritaskan. Terlebih di
Indonesia, sebagai negara yang 207 juta jiwa atau 87,2 % penduduknya
adalah beragama Islam.4 Kepastian hukum terhadap semua produk yang
di peradagangkan sangatlah di harapkan, bukan anti pati dengan produk
haram, perlunya kepastian hukum disini tidak lain menjadi jalan tengah
antara pihak konsumen dan produsen.
Di Indonesia pengaturan mengenai jaminan produk halal sudah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan
Produk Halal, yang kemudian di amedemen dengan Pasal 48 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Hal yang demikian
tentu berdampak pula terhadap adanya perubahan peraturan pelaksana
undang-undangnya. Sehingga Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal hadir
sebagai pengganti atas perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
2019 Tentang Pelaksanaan Jaminan Produk Halal.

3
Muhammad Baghir al-Habsyi, Fiqih Praktis Menurut al-Qur‟an, Sunah dan Pendapat
Ulama, (Bandung: Mizan, 1999), h., 51.
4
Enam Agama di Indonesia, Portal Informasi Indonesia,
https://indonesia.go.id/profil/agama. Diakses pada tanggal 18 Januari 2020.
2
Selain negara hukum Indonesia adalah negara majemuk yang
beragama. Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu adalah lima
dari enam agama yang hidup satu nafas dengan Indonesia. Islam
merupakan agama mayoritas di negeri ini, ada lebih dari 207 Juta muslim
Indonesia artinya 87.2 % penduduknya mayoritas beragama Islam. dengan
fakta yang demikan, maka wajar apabila dominasi agama mempengaruhi
terhadap perkembangan hukum nasional.
Berkaiatan dengan pelaksanaan jaminan produk halal, Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) merupakan badan yang
dibentuk pemerintah yang berwenang terhadap sertifikasi halal di
Indonesia. Salah satu poin penting yang terdapat dalam Pasal 48 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, yaitu mengenai
perubahan Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014.
Terkait bidang kerjasama Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal
dengan Majelis Ulama Indonesia, saat ini sebatas pada penetapan
kehahalan produk saja.
Meskipun Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang
Jaminan Produk Halal dan Peraturan Pemeintah Nomor 31 Tahun 2019
Tentang Pelaksanaan Jaminan Produk Halal sudah tidak diberlakukan.
Namun penyelenggaraan jaminan produk halal tetap harus dilaksanakan
dengan mengacu pada Pasal 48 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Bidan Jaminan Produk Halal.
Kewajiban untuk menerapkan jaminan produk halal berlaku untuk
semua wilayah di Indonesia. Ada 34 Provinsi di Indonesia, tidak ada
satupun daerah yang mendapatkan hak istimewa, untuk tidak menerapkan
jaminan produk halal. Undang-Undang adalah produk negara hukum,
maka mau tidak mau, suka tidak suka, tiga puluh enam Provinsi tersebut
menjadi wilayah hukum untuk menerapkan sistem jaminan halal.
Termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

3
Perlu diketahui Nusa Tenggara Timur merupakan daerah
pariwisata yang 91, 51% masyarakatnya beragama Kristen.5 Maka dengan
data yang demikian, tentu akan menjadi unik bilamana Provinsi Nusa
Tenggara Timur turut aktif dalam menyelenggarakan bidang jaminan
produk halal yang sejak 17 Oktober 2019 sudah di berlakukan. Era baru
sudah di mulai, pertama kali setelah merdeka Indonesia menerapkan
sistem jaminan produk halal. Hal yang demikian menarik penulis untuk
meneliti lebih jauh dengan judul: “PENERAPAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 39 TAHUN 2021 TENTANG
PENYELENGGARAAN BIDANG JAMINAN PRODUK HALAL DI
WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
identifikasi masalahnya adalah:
a. Indonesia merupakan negara majemuk yang sarat dengan
tolernsi, ada enam agama yang diakui, lalu mengapa perlu
indonesia menerapkan jaminan produk halal?.
b. Bagaimana tahapan penyelenggaraan bidang jaminan produk
halal di Indonesia?
c. Adakah pengecualian terhadap produk non halal yang boleh
diperdagankan?
d. Sanksi apakah yang diterapkan terhadap pelaku usaha yang
melanggar aturan penyelenggaraan bidang jaminan produk
halal?
e. Bagaimana Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2021 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal di
wilayah Nusa Tenggara Timur?

5
Nusa Tenggara Timur, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur, diakses
pada tanggal 8 November 2020.
4
2. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini lebih fokus dan terarah guna
menjelaskan pokok masalah penelitian. Maka penulis membatasi
masalah perihal Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal di
wilayah Nusa Tenggara Timur. Lokasi penelitian ini dibatasi di Nusa
Tenggara Timur, yaitu sebuah Provinsi di bagian Tenggara Indonesia
yang terkenal dengan daerah pariwisatanya.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi dan pembatasan masalah di atas,
penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2021Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal
di wilayah Nusa Tenggara Timur?
Dari perumusan masalah diatas, maka dapat dikemukakan pertanyaan-
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana muatan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal?
b. Apa yang dimaksud dengan wilayah Nusa Tenggara Timur?
c. Bagaimana Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal
di wilayah Nusa Tenggara Timur?
d. Bagaimana hasil penelitian terkait penerepan Peraturan
Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Bidang Produk Halal di Nusa Tenggara Timur?

5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dijelsakan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isi
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Bidang Jaminan Produk Halal, serta untuk mengetahui bagaimana
Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal di wilayah bagian
Tenggara Indonesia yakni di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Manfaat Penelitian
Adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Untuk menambah pengetahuan tentang perkembangan hukum
nasional.
2. Dapat dijadikan acuan referensi terkait pelaksanaan bidang jaminan
produk halal.
D. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, beberapa metode penelitian yang digunakan
penulis adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan perundang-undangan
normatif-empiris. Adapun Pendekatan undang-undang (Statue Approach)
yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal di
Nusa Tenggara Timur yaitu, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
Tentang Jaminan Produk Halal yang telah di amendemen dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang
Jaminan Produk Halal sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Jaminan Produk Halal.

6
2. Jenis Penelitian
Adapaun Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat
deskriptif analitis. Oleh karena itu penulis akan lebih dahulu memaparkan
apa adanya hasil telaah dokumen terhadap Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 39
Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal.
Penulis juga memaparkan apa adanya hasil wawancara berasama Satuan
Tugas Layanan Sertifikasi Halal Provinsi Nusa Tenggara Timur Bpk. Irfan
Sidkan Hakim, S.Kom. terkait penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 39
Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal di
wilayah Nusa Tenggara Timur. Data-data Deskriptif tersebut disimpulkan
dalam bentuk logika induktif. Yaitu dari permasalahan yang bersifat
khusus ditarik sebuah kesimpulan yang bersifat umum.
3. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang menjadi sumber dan
rujukan dalam penelitian. Mengingat jenis penelitian yang dilakukan
adalah normatif-empiris, maka data atau bahan-bahan hukum yang
diperlukan berupa data primer dan sekunder:
1) Bahan hukum primer, merupakan bahan-bahan hukum yang
menjadi rujukan utama diantaranya:
a. Undang-Undang Jaminan Produk Halal Nomor 33 Tahun
2014 yang kemudian di amendemen dengan Pasal 48
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta
Kerja.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Jaminan Produk Halal yang kemudian diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaran Bidang Jaminan Produk Halal.
c. Keputusan Menteri Agama Nomor B.III/3/33543 Tentang
Penetapan Koordinator Layanan Sertifikasi Halal Daerah.

7
d. Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI
Nomor 80 Tahun 2019 Tentang Tugas Koordinator dan
Satuan Tugas Layanan Sertifikasi Halal Daerah.
e. Keputusan Kepala Badan Penyelanggara Jaminan Produk
Halal Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Layanan
Sertifikasi Halal BPJPH dan Satuan Tugas Layanan
Sertifikasi Halal Daerah.
2) Bahan hukum sekunder, adalah bahan data yang memberikan
penjelasan terhadap data primer, singkatnya data sekunder ialah
bahan data pelengkap. yaitu kamus, buku-buku dan tulisan-tulisan
ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data


Adapun pengumpulan data yang digunakan terkait Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal yang telah di
amendemen dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang
Cipta Kerja, serta Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal. Penulis melakukan studi
kepustakaan (library research) terhadap bahan-bahan hukum yang
digunakan, kemudian melakukan wawancara bersama Ketua Satgas
Layanan Sertifikasi Halal Provinsi Nusa Tenggara Timur Bpk. Irfan
Sidkan Hakim, S.Kom. terkait penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Jaminan Produk Halal, khususnya di
Provinsi Nusa Tenggara Timur yang menjadi wilayah mayoritas penduduk
bukan muslim di Indonesia.
5. Teknik Penulisan
Mengenai teknik penulisan, skripsi ini mengacu pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.

8
E. Tinjauan (Riview) Kajian Terdahulu
Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis pada kajian
terdahulu sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan. Adapun kajian
terdahulu yang menjadi acuan antara lain:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan Maulana (2018)
yang memfokuskan pada Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Muslim
Terhadap Produk Pangan Yang Tidak Bersertifikat Halal.6 Penulis
mengungkapkan bahwa islam itu memiliki rambu-rambu mengenai apa
yang halal dan baik untuk dikonsumsi. Adanya Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 280/Menkes/Per/XII/76 merupakan peraturan
pertama yang dibuat untuk menjamin pangan halal terhadap orang Islam
Indonesia. Ikhsan juga berpendapat bahwa Undang-ndang Jaminan Produk
Halal sebagai peraturan yang mengatur tentang sertifikasi halal, setidaknya
sudah lebih menguatkan dan memberikan kepastian hukum terhadap
konsumen muslim di Indonesia.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Zumroh Najiyah (2016)
yang mengkaji lebih jauh terkait kewajiban sertifikasi halal berdasarkan
Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Produk Halal.7 Dalam penelitiannya
penulis menyebutkan bahwa dengan terbitnya Undang-Undang Jaminan
Produk Halal merupakan respon positif pemerintah terhadap kebutuhan
umat Islam, mengingat ada perubahan sifat sertifikasi halal yang semula
sukarela menjasdi sebuah keharusan. Kemudian penulis meneliti lebih jauh
bagaimana penerapan wajib sertifikasi halal di lingkungan Industri
makanan dan minuman kota pasuruan. Dari hasil penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan wajib sertifikasi halal belum dilaksanakan
karna pada saat itu belum keluar peraturan pelaksana Undang-Undangnya.
Sehingga wajar jika pada prakteknya belum bisa dilaksana.

6
Ikhsan Maulana, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Muslim Terhadap Produk
Pangan Yang Tidak Bersertifikat Halal Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang
Jaminan Produk Halal, (Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta: 2018)
7
Zumroh Najiyah, Impelemntasi Kewajiban Pendaftaran Sertifikasi Halal Dalam Pasal 4
Undang-Undang Jaminan Produk Halal, (Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang:2016)
9
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Bintan Dzumirroh Arini
(2018) terkait dampak positif Undang-Undang Jaminan Produk Halal.8
Tesis ini mengulas terkait faktor filosofis, faktor sosiologis, dan faktor
pembentukan Undang-Undang Jaminan Produk Halal dengan mengacu
pada teori politik hukum, didalmnya penulis menganalisis apa-apa yang
menjadi kekuruangan dan kelebihan dari adanya Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.َ Menurutnya salah satu
kelebihan dari Undang-Undang JPH ialah berubahnya sifat sertifikasi halal
dari voluntary menjadi mandatory, yang kemudian berkaitan pula dengan
peralihan kewenangan sertifikasi halal kepada BPJPH.
Jurnal yang yang ditulis oleh Muchtar Ali dengan judul “Konsep
Makanan Halal Dalam Tinjauan Syariah Dan Tanggung Jawab Produk
Atas Produsen Industri Halal”.9 Muatan jurnal tersebut menjelaskan bahwa
perlunya mengenal dan memahami ketentuan halal, haram dan syubhat
berdasarkan al-Qur’an dan Hadist, dimana yang demikian merupakan satu
panduan penting baik konsumen ataupun produsen produk halal.
Dari beberapa kajian terdahulu tersebut masih membahas terkait
perlindungan hukum terhadap konsumen muslim di Indonesia, yang
berkaitan dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang
Jaminan Produk Halal yang saat ini sudah diamandemen dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Cipta Kerja. Perbedaan
pembahasan pada penelitian ini terletak pada Pelaksanaan Jaminan Produk
Halal setelah adanya Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaran Bidang Jaminan Produk Halal. Lebih spesifik penulis
ingin meneliti bagaiamana pelaksanaan jaminan produk halal pada wilayah
Nusa Tenggara Timur.

8
Bintan Dzumirroh Ariny, Dampak Positif Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
Tentang Jaminan Produk Halal Dlama enciptakan Sistem Jaminan Produk Halal Di Indonesia,
(Universitas Islam Neger (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta: 2018)
9
Muchtar Ali, Konsep Makanan Halal Dalam Tinjauan Syariah dan Tanggung Jawab
Produsen Industri Halal, Kementerian Agama Republik Indonesia, 18 Juni 2016.
10
F. Kerangka Teoritik
Pada dasarnya hukum asal pada segala sesuatu adalah halal,
adapun yang haram ialah apa-apa yang Allah dan Rasul telah haramkan.10
Hal yang demikian sangat sejalan dengan pemikiran Yusuf Qardhawi
yang mendefinisikan halal sebagai sesuatu yang dibolehkan oleh syariat
untuk dilakukan, digunakan atau diusahakan dengan sebab telah hilang
unsur membahayakan..11 Konsep halal dan haram mengenai makanan
sudah ditekstualkan dalam al-Qur’an hingga akhirnya kita pun harus
mempraktekan. Tidak ada alasan untuk meninggalkan kecuali dalam
keadaan yang menggentingkan. Menurut Wahbah az-Zuhaili dalam
kitabnya Fiqh Islam Wa Adilatuhu menyebutkan bahwa banyak hal yang
berkaitan dengan manusia, baik individu maupun kelompok yang
hukumnya berkisar pada halal dan haram. Salah satunya adalah mengenai
konsep makanan dan minuman.12
Disamping sebagai negara hukum, Indonesia juga merupakan
negara beragama.13 Islam merupakan agama yang paling banyak
pemeluknya. Sehinga hukum Islampun banyak mempengaruhi terhadap
perkembangan hukum Nasional. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
Tentang Jaminan Produk Halal misalnya. Produk hukum yang lahir
sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen muslim
Indonesia. Diketahui bahwa Undang-Undang JPH merupakan peraturan
perundang-undangan pertama yang mengatur secara rinci mengenai
konsep halal di Indonesia. Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Produk Halal
menyebutkan bahwa semua barang yang beredar, dan diperdagangkan di
wilayah Indonesia haruslah bersertifikasi halal.

10
Syaikh Shiddiiq Hasan Khaan, ar-Raudhah an-Naddliyyah Syarh ad-Daur al-
Bahiyyah, Penerjemah Abu Zakariya & Tim Griya Ilmu. Fiqih Islam Dari AL-Kitab dan As-
Sunah. (Jakarta: Griya Ilmu, 2012), Jilid III, h., 269.
11
Yusuf Qardhawi, al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, Penerjemah Wahid Ahmadi dkk.
Halal dan Haram dalam Islam. (Surakarta: Era Adicitra Intermedi, 2019), h., 30.
12
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu, Penerjemah Abdul Hayyie al-Katani,
dkk. Fiqih Islam WaAdillatuhu. (Jakarta: Gema Insani, 2011), Jilid IV, h., 153.
13
Soffa Ihsan, Fiqih Perlindungan Konsumen, (Ciputat: Pustaka Cendekia Muda, 2011),
h., 37.
11
Terhitung sejak 17 Oktober 2019 pelaksanaan jaminan produk
halal mulai diterapkan.14 Meskipun saat ini Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal sudah tak di berlakukan.
Namun ada satu kesamaan yang dapat di temukan pada Pasal 48 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, yakni sama-sama
membidangi masalah jaminan produk halal. Dalam perspektif ilmu negara
disebutkan bahwa pada dasarnya sifat utama sebuah negara ialah
15
memaksa. Negara dibenarkan menggunakan kekuasaan untuk
menundukkan warga negara agar patuh terhadap kebijakan ataupun
peraturan yang dibuat negara. Sifat memaksa yang demikian tercermin
pula pada pelaksanaan jaminan produk halal di Indonesia, dimana Negara
mewajibkan sertifikasi halal pada semua produk yang beredar dan
diperdagangkan di seluruh wilayah Indonesia.

Sebagai negara majemuk yang kaya akan ragam budaya, suku dan
agama. Pelaksanaan Jaminan Produk Halal serentak diberlakukan di
seluruh wilayah Indonesia, termasuk pada Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Diketahui bahwa ada 3.255.984.16 penduduknya mennganut Kristen
Katolik. Meskipun demikian angka tersebut bukan berarti lima agama
lainnya yakni Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu dan Islam tidak bisa
hidup seiringan di Nusa Tenggara Timur. Dengan fakta yang demikian
tentu akan menjadi unik bilamana Provinsi Nusa Tenggara Timur turut
aktif dalam penyelenggaraan bidang jaminan produk halal yang telah di
canangkan oleh Pemerintahan, dan akan jauh lebih baik bilamana konsep
jaminan produk halal dikolaborasikan dengan potensi wisata Nusa
Tenggara Timur yang diunggulkan. Sehingga pada akhirnya nilai
ekonomipun bisa di dapatkan.

14
Mulai Besok Semua Produk Wajib Bersertifikasi Halal,
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191016145608-92-440050/mulai-besok-semua-
produk-wajib-bersertifikat-halal, diakses pada tanggal 16 Oktober 2019.
15
Isrok & Dhia Al Uyun, Ilmu Negara: Berjalan Dalam Dunia Abstrak, (Jakarta: UB
Press, 2012), h., 4.
16
Data Umat Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur,
https://ntt.kemenag.go.id/data/data/umat.php, diakses pada tanggal 10 Desember 2020
12
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi
pokok pembahasan skripsi dan supaya memudahkan para pembaca dalam
memahaminya, maka penulis menyusun sitematika penulisan ini ke dalam
lima bab dengan rincian sebagai berikut:

Bab Pertama, penulis terlebih dahulu menjelaskan latar belakang


permaslahan, dilanjutkan dengan memberikan gambaran tentang masalah-
masalah yang mungkin timbul yang dinamakan identifikasi masalah,
mengemukakan masalah secara lebih eksplisit dalam perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu, dan
sistematika penulisan.

Bab Kedua, bab ini membahsa teori yang digunakan untuk menganalisis
dan menginterpretasi data penelitian. Yaitu kajian terhadap teori halal, kriteria
haram, juga membahas terkait dasar hukum pelaksanaan jaminan produk
halal yakni Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal.

Bab Ketiga, Berisi gambaran umum terkait wilayah penelitian yakni


profil Provinsi Nusa Teggara Timur. pada bab ini banyak mengulas seputar
Nusa Tenggara Timur diantaranya mengenai keagmaan, potensi daerah,
pariwisata dan lain sebagiannya.

Bab Keempat, pada bab ini penulis menganaliis terkait Penerapan


Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Bidang Jaminan Produk Halal di wilayah Nusa Tenggara Timur.

Bab Kelima, Bab terakhir ialah penutup, yang berisikan kesimpulan dari
hasil penelitian disertai dengan saran-saran yang sekiranya diperlukan.

13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Halal
Berbicara tentang halal akan banyak berkaitan dengan sertifikasi
halal. Dalam praktek kehidupan modern masuknya produk impor sedikit
banyaknya memberikan kemudahan namun juga mengkhawatirkan.
Pasalnya sebagaiumat Islam yang sarat dengan produk halal, tentu
memerlukan kepastian hukum terhadap produk yang di perdagankan dan
beredar di pasaran. Mengingat Indonesia adalah rumah besarnya orang-
orang Islam di Dunia, rasanya akan sangat kondusif jika pemerintah
mampu menjamin peredaran produk halal.
Identitas umat Islam identik dengan makanan halal. Makanan
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dikonsumsi oleh manusia baik
yang bersifat pokok ataupun tidak.17 Dalam keseharian produk halal
bagian dari kebutuhan yang menjadi incaran, kenyataannya pola hidup
manusia diatur seapik mungkin sehingga apa-apa yang dimakan,
dikenakan dan di dapatkan tak luput dari sorot ajaran Islam yang
mengutamakan kehalalan. Ditinjau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Halal diartikan sebagai sesuatu yang diijinkan oleh syarak.18 Maka dapat
di pahami bahwa segala sesuatu yang dibenarkan, diaminkan, dan
dibolehkan itulah yang di namakan halal.
Disebutkan pula bahwa halal ialah sesuatu yang dengannya
terurailah buhul yang membahayakan dan Allah memperbolehkan untuk
dikerjakan.19 maka selama tidak membahayakan itu dapat di aminkan
untuk dimakan, gunakan dan di kerjakan. Tuntutan yang demikian tidak
lain untuk menjerumuskan umat manusia pada kemaslahatan.

17
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Penerjemah Abdurrahman dan Masrukhin. Fikih
Sunnah 5. (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), h., 330.
18
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia, 2016.
19
Yusuf Qardhawi, al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, Penerjemah Wahid Ahmadi dkk.
Halal dan Haram dalam Islam. (Surakarta: Era Adicitra Intermedi, 2019), h., 30.
14
Kata halal sendiri merupakan bahasa al-Qur’an yang sudah familiar
dengan keseharian dan di gunakan pada banyak konsep yang berbeda.20
Sama artinya bahwa jangkauan halal sangatlah luas, berpotensi pada
semua hal dan tidak melulu soal makanan. Makanan halal sudah banyak di
tekstual kandalam al-Qur’an. Tinggal bagaimana kita harus
mengaplikasikan dalam keseharian. Ketentuan mengenai keharusan
mengkonsumsi yang halal lagi baik dapat ditemukan pada beberapa ayat
dalam al-Qur’an. Pertama, Firman Allah mengenai perintah mengonsumsi
yang halal lagi baik terdapat pada Qs. al-Baqarah ayat 168:

ِ ‫َّاس ُك لُوا ِِمَّا ِِف ْاْل َْر‬


‫ض َﺣ َﻼ اًل طَيِّباا‬ ُ ‫ََي أَيػُّ َه ا اﻟ ن‬
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi”
Ayat ini menjelaskan tentang konsep halal dan tayyib dalam
mengkonsumsi makanan. Imam Ibnu Katsir menyebutkan kata Tayyib
disini bermakna baik dan tidak membahayakan tubuh serta akal pikiran
manusia.21 Imam Besar Masjid Istiqlal, Ali Mustafa Ya’qub menjelaskan
secara detail bahwa tayyib diambil dari kata ‫ طَيِّبَةا‬-‫ب‬ ِ ِ
ْ ّ‫ طَي‬- ‫ب‬
ُ ْ‫يَط ي‬- ‫اب‬
َ َ‫ ط‬kata
tersebut memiliki empat makna. Pertama, suci dan bersih. Kedua, baik
22
dan elok. Ketiga, enak atau lezat dan Keempat, menjadi halal. Dari
keterangan tersebut maka dapat dipahami bahwa tayyib lebih dominan
dimaknai sebagai sesuatu yang baik. Baik dari segi kebersihan, kemasan,
rasa dan status hukumnya. Halal dan tayyib adalah dua kesatuan yang tak
bisa dipisahkan, keterikatan tersebut menyempurnakan satu sama lain.
Sehingga konsep ideal mengonsumsi makanan harus mengedepankan halal
dan tayyib, karena yang demikian merupakan dua aspek penting yang
ditekstualkan dalam al-Qur’an.

20
Muchtar Ali, KonsepMakanan Halal Dalam Tinjauan Syariah Dan Tanggung Jawab
ProdukAtas Produsen Industri Halal, (Kementrian Agama Republik Indonesia: 2016)
21
Al-Qur’an Bahasa Indonesia, Melayu dan Tafsir IbnuKatsir. Muslim Media, 2017.
22
Ali Mustafa Ya’qub, Kriteria Halal dan Haram: Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika
Menurut al-Qur‟an dan Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2015), h., 12.
15
Mengenai kata tayyib terdapat variasi pendapat di kalangan ulama
mazhab diantaranya.23 Mazhab Hanafi menjelaskan bahwa istilah tayyib
bisa dimaknai sebagai suatu yang baik lagi lezat dan halal. Dari kalangan
mazhab Maliki Imam al-Qurthubi mendefinisikan kata tayyib dimaknai
halal sehingga segala sesuatu yang tidak thayyib sama artinya dengan
haram. Adapun yang dimaksud tayyib menurut mazhab Syafi’i ialah
sesuatu yang di pandang baik oleh bangsa arab sedangkan mazhab Hanbali
sependapat dengan mazhab syafi’i. Dari penjelasan tersebut kita dapat
mengatahui bahwa tayyib memiliki ragam makna yang pada intinya lebih
menitik beratkan pada apa yang dianggap baik. Karena sejatinya apa-apa
yang Allah kehendaki untuk dikerjakan menjerumuskan umatnya pada
keselamatan, sebaliknya apa-apa yang dilarang mendatangkan
kemafsadatan.

Pada dasarnya semua makanan yang ada di bumi adalah boleh


selama tidak ada dalil yang melarngnya. Sesuai dengan kaidah Fiqh: 24

َّ ‫ص ُل ِِف ْاًلَ ْشيَ ِاء اًَِْل ََب َﺣةُ َﺣ ََّّت يَ ُﺪ َّؿ‬


‫اﻟﺪﻟِْي ُل َعلَى اﻟتَّ ْح ِﺮِْي‬ ْ َ‫َ ْاًل‬
Artinya: “Hukum asal segala sesuatu adalah mubah sampai ada dalil
yang mengharamkannya”.
Apapun makanan yang ada di muka bumi asal hukumnya adalah
halal, karena Allah Swt. Menciptakan apa-apa yang ada di bumi tidak lain
untuk kepentingan manusia, untuk dapat diambil manfaatnya dan
dijaga kelestariannya. Status hukum segala sesuatunya ada yang sudah
jelas kehalalannya dan adapula yang sudah jelas keharamnya. Namun
adapula yang status hukumnya samar-samar (syubhat) yang berkutat
diantara haram dan halal. Sehingga dalam konsep modern fatwa tertulis
yang tercantum pada setiap kemasan adalah solusi mengenai hal tersebut.

23
Ali Mustafa Ya’qub, Kriteria Halal Haram: Untuk Pangan, dan Kosmetika Menurut
al-Qur‟an dan Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2015), h., 16-22.
24
Ahmad Sudirman Abbas, Qawa‟id Fiqhiyyah:Dalam Perspektif Fiqh, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya dan Anglo Media, 2016), h., 68.
16
Perlu diketahui bahwa mengonsumsi yang halal lagi baik
merupakan wujud ketaatan seorang mukmin terhadap tuhannya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah Qs. Al-Baqarah ayat 172:

ِ ‫َي أَيػُّ ه ا ا ﻟَّذِ ين آﻣ نُوا كُ لُوا ِﻣ ن طَيِ ب‬


‫ات ﻣَ ا َر َزقػْ نَ اكُ ْم َكا ْش كُ ُﺮكا َِّّلِلِ إِ ْف كُ نْػ تُ ْم‬ َّ ْ َ َ َ َ
‫إِ ََّي هُ تػَ ﻌْ بُ ُﺪ ك َف‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang
baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah,
jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”.
Ayat berikutnya masih berkaitan tentang makanan halal lagi baik,
yang Allah sengaja berikan kepada umatnya. Sebagaimana firmannya
dalam Qs. Al-Maidah ayat 88:

‫اّلِلَ ا ﻟَّذِ ي أَنػْ تُ ْم بِوِ ﻣُ ْؤ ِﻣ نُو َف‬ َّ ُ‫َككُ لُوا ِِمَّا َر َزقَكُ م‬
َّ ‫اّلِلُ َﺣ َﻼ اًل طَيِّ با ا ۚ َكا تػَّ قُ وا‬
Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang
kamu beriman kepada-Nya”.
Dua kesatuan yang tak bisa dipisahkan dimana halal dimaknai dari
segi syariat dan baik dari segi kesehatan, gizi, estetika dan yang lainnya. 25
Mengonsumsi halal dan haram akan banyak berpengaruh terhadap
hubungan kita dengan tuhan. Salah satu bentuk nyata dari beriman kepada
Allah ialah dengan tidak memakan makanan yang telah di haramkan.26
Kehidupan modern berpotensi pada kemajuan teknologi semua bidang,
termasuk sektor makanan. Hanya saja konsep halal yang dicetuskan ajaran
Islam menuntut umatnya menjadi konsumen cerdas. Bahkan menurut
Imam al-Ghazali mencari yang halal itu bagian dari sikap bijak seorang
yang berakal dari kewajiban-kewajiban lainnya.27

25
Anton Apriyanto, Makanan dan Minuman Halal Kaitan antara Syar‟I, Teknologi dan
Sertifiksai, (Bandung: PT. Dunia Pustaka, 2005), h., 15.
26
Ahmad Sarwat, Halal atau Haram, (Jakarta: Kalil, 2014), h., 5.
27
al-Ghazali, Ihya‟ „Ulum ad-Din. Penerjemah Purwanto B.Sc. Halal dan Haram,
(Bandung: Penerbit Marja, 2019), h., 9.
17
B. Kriteria Haram
Quraish Shihab menjelaskan bahwa halal dalam pengertian hukum
adalah lawan dari haram, sedangkan haram yaitu kegiatan mukallaf yang
bisa mengundang siksa atau dosa.28 Artiya ketika manusia dewasa
melakukan aktifitas yang mengundang siksa tuhan itulah yang dinamakan
haram. Dalam banyak buku disebutkan bahwa yang dikategorikan halal
ialah apa-apa yang sudah di tentukan berdasarkan dalil al-Qur’an.
Ketentuan halal akan banyak berkaitan dengan kriteria haram.
Secara alamiah makanan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu
nabati dan hewani. Pada makanan yang tergolong nabati maka tidak ada
larangan untuk mengonsumsinya, kecuali makanan tersebut mengandung
racun sehingga membahayakan tubuh. Sedang makanan yang dikatgorikan
hawani ada atauran yang melingkupinya, yaitu mengenai cara
29
penyembelihannya serta adanya kategori hewan yang di haramkan.
Berikut adalah ketentuan-ketentuan al-Qur’ann mengenai hal-hal
yang di haramkan. Pertama, mengenai ketidakbolehan mengonsumsi
makanan yang menganndung najis atau tercampur dengan najis, di
dasarkan pasa surat al-A’raf ayat 157:
ِ ‫ك ُُيِ لُّ َهل م اﻟ طَّيِ ب‬
َ ِ‫ات َك ُُيَ ّﺮِـُ عَ لَ يْ ِه مُ ا ْْلَبَائ‬
‫ث‬ َ ّ ُُ َ
Artinya:” dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk“
Ayat tersebut dengan tegas menyebutkan bahwa setiap yang halal
sudah pasti baik, dan sebaliknya setiap yang haram sudah pasti buruk.
Adapun yang dikategorikan najis yaitu setiap benda cair yang
memabukkan, anjing, babi serta turunannya, bangkai selain manusia, ikan
dan belalang, darah, muntah, tinja, air kencing, madzi dan wadzi.30

28
M. Quraish Shihab, Hebatnya Istilah Halal bi Halal Khas Indonesia, Serial Kajian
Bulan September Tahun 2014.
29
Helmanu Kurnadi, The Secret of Haram, (Yogyakarta: Giyade, 2008), h., 7.
30
Ali Mustafa Yaqub, Kriteria Halal Haram: Untuk Pangan, Obat, dan Kosmetika
Menurut al-Qur‟an dan Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2015), h., 70.
18
Kedua, terkait keharaman bahan makanan yang memabukkan,
berdasarkan firman Allah Swt. surat al-Maidah ayat 90:

‫س ِﻣ ْن عَ َم ِل‬ ِ ِ ِ ِ َّ
ُ َ‫ين آﻣَ نُوا إ ََّّنَا ا ْْلَ ْم ُﺮ َكا ﻟْ َم يْ س ُﺮ َك ْاْلَنْص‬
ٌ ‫اب َك ْاْل َْزًَل ـُ ر ْج‬ َ ‫ََي أَيػُّ َه ا ا ﻟ ذ‬
ِ ِ َ‫اف ف‬ ِ َ‫اﻟشَّي ط‬
‫ح و َف‬ ُ ‫اج تَ ن بُوهُ ﻟَﻌَ لَّ كُ ْم تػُ ْف ل‬
ْ ْ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.
Secara tekstual ayat tersebut menyebutkan khamr sebagai sesuatu
yang dilarang, mengingat dari segi bahasa khamar beramakna penutup
pikiran dan penghilang akal, maka dapat di pastikan bahwa sifat yang
memabukkan itulah menjadi sebab atau ilat di haramkannya khamar.
Masih terkait khamar, pada surat al-Baqarah ayat 219 menjelaskan bahwa
kadar dosanya jauh lebih besar dari pada manfaatnya.

ِ ‫اْلَ ْم ِﺮ َكاﻟْ َمْي ِس ِﺮ ۖ قُ ْل فِي ِه َما إِ ْْثٌ َكبِريٌ َكَﻣنَافِ ُع ﻟِلن‬


‫َّاس َكإِْْثُُه َما أَ ْكبَػ ُﺮ ِﻣ ْن نَػ ْفﻌِ ِه َما‬ ْ ‫ك َع ِن‬ َ َ‫يَ ْسأَﻟُون‬
ِ ‫اّلِل ﻟَ ُكم ْاْلَي‬ ِ ِ
‫ت ﻟَ َﻌلَّ ُك ْم تَػتَػ َف َّك ُﺮكف‬ َ ُ َُّ ‫ّي‬ َ ‫ك َﻣاذَا يػُْنف ُقو َف قُ ِل اﻟْ َﻌ ْف َو َك ََٰذﻟ‬
ُ ِّ‫ك يػُبَػ‬ َ َ‫َكيَ ْسأَﻟُون‬
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.
Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah: Yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”.
Saat ini sudah banyak turunan jenis khamar, sehingga apa pun jenis
terbarunya, sekecil apapun efek memabukkannya. Maka khamar dan jenis
turunanya tetaplah di haramkan. Perlu diketahui bahwa jenis minuman
keras yang banyak beredar hampir semuanya mengandung alkohol, dalam
sudut pandang medis seberapapun kandungan alkoholnya tetap saja akan
menimbulkan efek buruk untuk kesehatan tubuh.31

31
M. Basuki, Bahaya Khamar (Minuman Keras) dan Obat Terlarang, (Semarang: Aneka
Ilmu, 2010), h., 13.
19
Adapun hadits nabi mengenai pengharaman khamar dapat
ditemukan dalam Sunan Abu Daud:

‫اد يػَ ْﻌ ِِن ابْ َن َزيْ ٍﺪ َع ْن‬


ٌ َّ‫ين قَاﻟُوا َﺣ َّﺪثػَنَا ََح‬ َ ‫آخ ِﺮ‬ َ ‫يسى ِِف‬
ِ
َ ‫َﺣ َّﺪثػَنَا ُﺳلَْي َما ُف بْ ُن َد ُاكَد َكُُمَ َّم ُﺪ بْ ُن ع‬
َِّ ‫وؿ‬
‫اّلِل ملسو هيلع هللا ىلص ُك ُّل ُﻣ ْس ِك ٍﺮ َخٌَْﺮ َكُك ُّل ُﻣ ْس ِك ٍﺮ َﺣَﺮ ٌاـ‬ ُ ‫اؿ َر ُﺳ‬ َ َ‫وب َع ْن َنفِ ٍع َع ِن ابْ ِن ُع َمَﺮ ق‬
َ َ‫اؿ ق‬ َ ُّ‫أَي‬
ِ ‫اْلمﺮ ي ْﺪ ِﻣنُػها ََل ي ْشﺮبػها ِِف‬
‫اْلخَﺮِة‬ َ ْ َ َ ْ َ ُ َ ْ َْ ‫ب‬ ُ ‫ات َكُى َو يَ ْشَﺮ‬ َ ‫َكَﻣ ْن َﻣ‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Daud dan
Muhammad bin Isa di antara yang lain. Mereka berkata; telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Nafi' dari
Ibnu Umar ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Setiap sesuatu yang memabukkan adalah khamar, dan setiap yang
memabukkan adalah haram. Barangsiapa meninggal dalam keadaan
minum khamar dan menyukainya maka ia tidak akan meminumnya pada
hari kiamat." (HR. Abu Dawud).32
Hadits di atas menjadi landasan para ulama dalam menetapkan
status hukum khamar, pengaharaman khamar sudah tak perlu di ragukan.
Baik al-Qur’an dan Hadist sudah banyak mentekstualkan. Tinggal
bagaimana manusia harus bisa menjauh dari yang demikian. Ketiga,
beberapa kategori yang di haramkan, dan mendapat pengecualian apabila
dalam kondisi terpaksa atau membahayakan. Qs. Al-Baqarah ayat 173:

‫اضطَُّﺮ َغْيػَﺮ ََب ٍغ َكًَل َع ٍاد‬ َِّ ‫اْلِْن ِزي ِﺮ كﻣا أ ُِى َّل بِِو ﻟِغ ِري‬
ْ ‫اّلِل ۖ فَ َم ِن‬ َْ َ ‫إََِّّنَا َﺣَّﺮَـ َعلَْي ُك ُم اﻟْ َمْيػتَةَ َكاﻟﺪ‬
َ َ ْ ‫َّـ َك ََلْ َم‬
ِ ‫اّلِل َغ ُف‬ ِ ِ ِ
‫يم‬ ٌ ََّ ‫فَ َﻼ إ ْْثَ َعلَْيو ۚ إ َّف‬
ٌ ‫ور َرﺣ‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,
darah dan daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut
(nama) selain Allah, akan tetapi barang siapa keadaan terpaksa
(memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

32
Sunan Abu Daud 3679, Kitab al-Ashribah, Bab al-Nahyi „ani al-Muskir,
https://sunnah.com/abudawud:3679, diakses pada tanggal 18 Maret 2021.
20
Adapun yang dimaksud dengan keadaan terpaksa yaitu apabila
sesorang sudah sampai pada tingkat kelaparan yang dapat mengakibatkan
kematian.33 Sama artinya bahwa yang menjadi tolak ukur darurat yaitu
mengancam keselamatan jiwa, sehingga kondisi darurat tersebut
membolehkan untuk melakukan yang di larang, termasuk untuk
mengonsumsi yang haram.
Keempat, selanjutnya adalah diharmkannya hewan jenis jallalah.

َّ ‫اّلِلِ صَ لَّى‬
‫اّلِلُ عَ لَ يْ وِ َك َﺳ لَّمَ عَ ْن ا ْْلَ َّﻼ ﻟَةِ ِِف‬ َّ ‫عَ ْن ابْنِ عُ َم َﺮ قَا َؿ نػَ َه ى َرﺳُ و ُؿ‬
ِ ِ ‫ْاﻹِ بِ ِل أَ ْف ي ػ ﺮَك ب ع لَ ي ػ ه ا أَك ي ْش ﺮ‬
َ‫ب ﻣ ْن أَﻟْ بَان و‬
َ َ ُ ْ َ ْ َ َ ُْ
Artinya: “Dari bnu Umar ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam melarang menaiki dan minum susu unta yang makan kotoran."
(HR.Abu Dawud).34

Yang dimaksud dengan jallalah ialah hewan ternak pemakan najis


atau pakan dari bahan najis baik sedikit atau banyak.35 Poin pentingnya
dari Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 52 Tahun 2012 adalah selama
hewan ternak tersebut bahan pakannya lebih banyak mengandung bahan
yang suci, makan hewan ternak tersebut halal untuk di konsumsi.
Kelima, dalam kitab Fiqh Islam wa Adillatuhu karya Wahbah al-
Zuhaili, menyebutkan bahwa jumhur ulama sepakat terhadap
diharamkannya srigala, singa dan harimau. Karena yang demikian
merupakan kategori hewan atau binatang buas. Dari kelima kriteria haram
yang telah dijelaskan, pada akhirnya dapat di pahami bahwa semua yang
dilarang atau di haramkan oleh Allah, pada dasarnya adalah cara tuhan
melindungi dan menyayangi manusia dari segala apapun yang dapat
merugikan, merusak dan membahayakannya.

33
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunah, Penerjemah Abdurrahim dan Masrukin. Fiqih Sunah 5,
(Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), h., 347.
34
Sunan Abi Dawud 3787. Kitab al-At‟imah, Babu al-Nahyi an akli al-jalalati wa al-
baniha, https://sunnah.com/abudawud:3787, diakses pada tanggal 24 Maret 2021.
35
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 52 Tahun 2012 Tentang Hukum Hewan Ternak
Yang Diberi Pakan Dari Bahan Najis.
21
Terkait dengan haram, ada dua jenis atau kategori haram yakni
haram li dzatihi dan haram li ghairihi. Yang disebut haram li dzatihi
adalah jenis-jenis benda, pangan, bahan pangan, atau bahan produk yang
pada dasarnya sudah diharamkan oleh hukum islam. sedangkan haram li
ghairihi yaitu benda atau bahan yang substansi benda tersebut pada
dasarnya halal, hanya saja prosedur penanganannya atau cara
memperolehnya tidak dibenarkan ajaran Islam dan benda halal yang
karena proses produksinya tercampur dengan yang haram.36 Dalam kaidah
fiqih sendiri disebutkan bahwa tercampurnya yang halal dan haram, maka
yang di unggulkan adalah yang haram.
Islam mengharamkan sesuatu kepada manusia tidak lain untuk
menunjukkan bahwa manfaat halal jauh lebih baik daripada yang haram.
Sehingga sudah semestinya manusia utamanya muslim menghindari
terlebih dahulu apa yang telah diharamkan Allah, sebelum melakukan apa
yang diperintahkan. Karena menghindari yang mafsadah harus
didahulukan atas mencari kemaslahatan.37
Pada dasarnya terdapat jenis makanan yang sudah jelas
kehalalannya, dan sudah jelas keharamannya, namun adapula jenis
makanan atau bahan yang belum diketahui dengan pasti status hukumnya.
Kategori yang tidak diketahui dengan jelas apakah halal dan haramnya
yang kemudian inilah di namakan syubhat. Persoalan syubhat bukanlah
persoalan yang sederhana, tidak sembarang orang mengetahui hal yang
demikian. Peran ulama sangatlah diperlukan untuk memberi tahu kejelasan
status hukum pangan. Di Indonesia penetapan fatwa halal dan haram
adalah wilayah kewenangan Majelis Ulama Indonesia, sehingga fatwa
halal tertulis yang ada di setiap kemasan adalah acuan produk halal bagi
masyarakat Indonesia.

36
Ma’ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, (Jakarta: eLSAS, 2008), h., 328.
37
Wahbah Az-Zuhaili, Nazhariyah al-Darurah al-Syar‟iyah, Penerjemah Said Agil
Husain al-Munawar dan M. Hadri Hasan. Konsep Darurat Dalam Hukum Islam: Studi Banding
Dengan Hukum Positif. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h., 16
22
C. Jaminan Produk Halal
Sistem jaminan halal dalam konsep Indonesia pertama kali di atur
dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk
Halal. Mengingat Undang-Undang 1945 mengamanatkan negara untuk
menjamin setiap pemeluk agama untuk menjalankan ibadah sesuai
agamanya. Maka dalam perspektif konstitusi, alasan mengapa negara
berperan dalam sertifikasi dan labelisasi produk halal, tujuannya tidak lain
untuk memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen muslim di
Indonesia.38 Seperti yang kita ketahui bahwa selain negara hukum
Indonesia adalah negara beragama. Sehingga enam agama yang di akui
Indonesia yakni, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu
akan banyak mempengaruhi terhadap perkembangan hukum nasional.
Percaya bahwa halal bagian dari doktrin tentang perintah kebajikan
(amr bi al-Ma‟ruf) sebagai negara yang penduduk muslimnya terbesar di
dunia, satu cara ampuh membumikan ajaran Islam ialah dengan
kekuasaan.39 Secara faktual sistem hukum Indonesia memiliki kekhasan
tersendiri, yakni senantiasa identik dengan nilai ketuhanan.40 Banyak
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan nilai religius, salah
satunya adalah Undang-Undang Jaminan Produk Halal Nomor 33 Tahun
2014. yang saat ini sudah diamandemen dengan Pasal 48 Undang-
Undang Nomor 11 Tentang Cipta Kerja den Peraturan Pemerintah Nomor
39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal.
Perlu diketahui bahwa Surat Presiden RI kepada Ketua DPR RI Nomor: R-
09/Pres/01/2012 tanggal 01 Januari 2012 merupakan awal penting dari
rangkaian lahirnya Undang-Undang Jaminan Halal.41

38
Zulham, Peran Negara Dalam Melindungi Konsumen Muslim Terhadap Produk Halal,
(Jakarta: Kencana, 2018), h.,236.
39
Ahmad Syafi’i Maarif, Islam dan Politik: Upaya Membingkai Peradaban,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2018), h., 274.
40
Soffa Ihsan, Fiqih Perlindungan Konsumen,(Ciputat: Pustaka Cendikiamuda, 2011), h.,
42.
41
Abdurrahman Koronas, Jaminana Produk Halal di Indonesia, (Depok: Rajawali Pers,
2017), h., 60.
23
D. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaran Bidang Jaminan Produk Halal
Adapun yang dimaksud dengan Peraturan Pemeritah ialah
peraturan yang ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan undang
undang sebagai mestinya.42 Berkaitan dengan ini maka dapat di pastikan
bahwa adanya Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaran Bidang Jaminan Produk Halal, merupakan sebuah
peraturan pelaksana yang lahir sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Perlu di ketahui bahwa Pasal
48 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
merupakan hasil amandemen dari Undang-Undang sebelumnya, yakni
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.
Maka secara otomatis, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2019
Tentang Pelaksanaan Jaminan Produk Halal sudah tidak diberlakukan dan
diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal.
Pada dasarnya sifat utama sebuah negara adalah memaksa,43 Sifat
memaksa yang demikian tercermin pula pada pelaksanaan jaminan produk
halal di Indonesia. Mengingat bahwa semua produk yang masuk, beredar
dan di perdagangkan di Indonesia haruslah bersertifikasi halal.44 Maka
terhitung sejak 17 Oktober 2019 hingga saat ini, kewajiban sertifikasi halal
tetap di berlakukan. Kebijakan-kebijakan sudah banyak di keluarkan,
degan harapan regulasi terbaru lebih sesuai untuk konsep penyelenggaran
bidang jaminan produk halal.
42
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Pembentukan Peraturan Perudang-
undangan.
43
Isrok & Dhia Al Uyun, Ilmu Negara: Berjalan Dalam Dunia Abstrak, (Jakarta: UB
Press, 2012), h., 4.
44
Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaran
Bidang Jaminan Produk Halal

24
Saat ini regulasi terbaru mengenai jaminan produk halal adalah
pasal 48 Undang-Undang Nomor 11 Tentang Cipta Kerja, diterbitkan
untuk mengubah 24 pasal Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
Tentang Jaminan Produk Halal. Dengan demikian maka secara
keseluruhan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Jamina Produk Halal muatannya tidak jauh
berbeda dengan Peraturan Pemerintah sebelumnya. Salah satu perubahan
yang terjadi adalah mengenai bidang kerja sama antara Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dengan Majelis Ulama
Indonesia.
Berikut adalah beberapa ketentuan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, yang di ubah ke dalam 48
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Adapun
perubahan pasal tersebut diantaranya:
1. Penambahan Pasal 4A Tentang Sertifikasi Halal Mikro
Diantara Pasal 4 dan 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
Tentang Jaminan Produk Halal, disispkan Pasal 4A. Berikut adalah
bunyi pasalnya:45
1) Kewajiban bersertifikat halal bagi pelaku Usaha mikro dan
kecil didasarkan atas pernyataan pelaku Usaha mikro dan
kecil.
2) Pelaku Usaha mikro dan kecil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan usaha produktif yang memiliki kekayaan
bersih atau memiliki hasit penjualan tahunan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dengan kriteria:
1) Produk tidak berisiko atau menggunakan Bahan yang
sudah dipastikan kehalalannya; dan
2) Proses produksi yang dipastikan kehalalannya dan
sederhana.

45
Pasal 79 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyeenggaran Bidang
Jaminan Produk Halal.
25
3) Pernyataan Pelaku Usaha mikro dan kecil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan standar halal
yang ditetapkan oleh BPJPH.
4) Standar halal sebagaimana pada ayat (3) paling sedikit terdiri
atas:
1) Ikrar/pernyataan pelaku usaha yang berisi: kehalalan
produk dan Bahan yang digunakan, dan PPH.
2) Adanya pendampingan PPH.
5) Pernyataan Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf a disampaikan kepada BPJPH untuk diteruskan kepada
MUI.
6) Setelah menerima dokumen dari BPJPH sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), MUI menyelenggarakan sidang fatwa
halal untuk menetapkan kehalalan Produk.
7) PJPH menerbitkan Sertifikat Halal berdasarkan fatwa halal
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (6).
8) Kriteria Pelaku Usaha mikro dan kecil sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam peraturan BPJPH
2. Perubahan Bidang Kerja Sama BPJPH dengan MUI Pasal 10
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang JPH.
Mengenai perubahan pasal tersebut, berbunyi:46
1) Kerja sama BPJPH dengan MUI sebagaimana dimaksud dalam
Pasal l04 ayat (1) huruf c dilakukan dalam hal penetapan
kehalalan Produk.
2) Penetapan kehalalan Produk sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diterbitkan MUI dalam bentuk keputusan penetapan
kehalalan Produk.
3) Keputusan penetapan kehalalan Produk tetap berlaku sepanjang
tidak ada perubahan komposisi Bahan dan proses produksi.

46
Pasal 118 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyeenggaran Bidang
Jaminan Produk Halal.
26
Diketahui bahwa sebelum Pasal 10 Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal di amandemen, kerja
sama Badan Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal (BPJPH) dengan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) meliputi tiga hal, yakni sertifikasi
auditor halal, penetapan kehalalan produk dan akreditasi LPH.
3. Penetapan Kehalalan Produk Pasal 33 Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.
Terkait bahasan tersebut, maka bunyi pasalnya adalah:47
1) Penetapan kehalalan produk dilaksanakan oteh MUI melalui
sidang fatwa halal MUI.
2) Sidang fatwa halal MUI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan oleh MUI pusat, MUI provinsi, MUI
kabupaten/kota, atau Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh.
3) Hasil penetapan kehalalan produk berupa penetapan halal
Produk atau penetapan ketidakhalalan produk.
Disebutkan pula pada pasal berikutnya:48
1) Penetapan kehalalan produk sebagaimana dimaksud dalam Pasal
76 disampaikan kepada BPJPH dalam jangka waktu paling lama
3 (tiga) Hari sejak hasil pemeriksaan kelengkapan dokumen dari
LPH diterima oleh MUI.
2) Dalam hal MUI belum menyerahkan penetapan kehalalan
Produk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jangka waktu
penyampaian penetapan dapat diperpanjang 3 (tiga) Hari dengan
menyampaikan alasan tertulis kepada BPJPH.
3) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (21
terlampaui, BPJPH memberitahukan secara tertulis mengenai
status permohonan penetapan kehalalan produk kepada
pemohon.

47
Pasal 76 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaran Bidang
Jaminan Produk Halal.
48
Pasal 77 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaran Bidang
Jaminan Produk Halal.
27
4. Penerbitan Sertifikasi Halal Pasal 35 Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.
Adapun perubahan tersebut mengenai: Penerbitan Sertifikat
Halal oleh BPJPH dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
Hari sejak keputusan penetapan kehalalan produk dari MUI diterima
oleh BPJPH.49 Perbedaan dengan pasal sebelumnya yaitu, jangka
waktu penerbitan sertifikasi halal dilakukan Badan Penyelenggara
Jaminan Produk Halal paling lama 7 (tujuh hari). Artinya ada
percepatan proses kerja yang mesti di lakukan BPJPH.
Pasal yang di cantumkan di atas hanyalah beberapa ketentuan
dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk
Halal yang mengalami perubahan. Pada intinya perubahan yang
terjadi dalam Pasal 48 Undang-Undang Nomor 11 Tentan Cipta Kerja
lebih terfokus pada teknis kerja Badan Penyelenggaraan Jaminan
Produk Halal (BPJPH). Yang mungkin terbitnya Undang-Undang
Cipta Kerja tersebut di pandang lebih sesuai dan relevan untuk di
terapkan.
Sebenarnya praktik pencantuman label halal sudah tergolong
lama di lakukan oleh produsen di Indonesia dan menjadi bagian
penting dari kebangiktan kesadaran muslim Indonesia.50 hanya saja
jauh sebelum ada Undang-Undang yang secara khusus mengatur
poduk halal, sertifikasi halal tersebut di lakukan secara sukarela,
artinya tidak ada paksaan untuk melakukan seritikasi halal bagi para
pelaku usaha. Meskipun sertifikasi halal menjadi sebuah keharusan,
namun untuk konsep saat ini, kewajiban sertifikasi halal tersebut di
lakukan secara betahap.51 Artinya ada periodeisasi wajib halal.

49
Pasal 78 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaran Bidang
Jaminan Produk Halal.
50
Abdurrahman Koronas, Jaminan Produk Halal di Indonesia: Perspektif Hukum
Perlindungan Konsumen, (Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2017), h., 10.
51
Lihat Pasal 139-141 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal.
28
BAB III
PROFIL WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
A. Nusa Tenggara Timur
Wilayah bagian tenggara Indonesia yang memiliki pesona alam
luar biasa. Berdasarkan letak geografisnya, Provinsi NTT memiliki batas-
batas: Utara –Laut Flores, Selatan – Samudera Hindia, Timur – Negara
Timor Leste, Barat – Provinsi Nusa Tenggara Barat.52 Sama dengan
wilayah Indonesia lainnya, dalam setahun Nusa Tenggara Timur hanya
mengalami dua musim. Yakni musim kemarau yang terjadi pada bulan
Juni-September dan musim hujan pada bulan Desember-Maret. Posisi
Nusa Tenggara Timur yang dekat dengan Australia mengakibatkan
kandungan uap air yang banyak dikirim Samudera Pasifik dan Asia sampai
di NTT sudah berkurang. Sehingga hari hujan di wilayah Nusa terhitung
lebih sedikit dan kondisi wilayahnya yang kering.

Logo Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari 2 warna dasar


yaitu warna merah dan kuning. Angka yang tertera dibawah padi dan
kapas yaitu 1958 menandakan tahun berdirinya daerah ini menjadi sebuah
provinsi. Adapun makna yang terkandung pada setiap lambangya sebagai
berikut:53

1) Bintang : Melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa.


2) Komodo : Melambangkan Kekayaan Alam Khas NTT
3) Padi dan Kapas : Melambangkan Kemakmuran
4) Tombak : Melambangkan Keagungan dan Kejayaan
5) Pohon Beringin : Melambangkan Persatuan Dan Kesatuan

Bukan sekedar gambar, makna-makna yang terkandung dalam logo


tersebut melambangkan identitas Nusa Tenggara Timur yang sebenarnya.

52
Kondisi Geografis Nusa Tenggara Timur,
http://nttprov.go.id/2020/beranda/profil/kondisi-geografis/, diakses pada tanggal 1 Januari 2021.
53
Lambang Provinsi Nusa Tenggara Timur,
http://nttprov.go.id/2020/beranda/profil/lambang-daerah/, diakses pada tanggal 16 Maret 2021.
29
1. Keagamaan
Berdasarkan jumlah umat di wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Timur, tercatat bahwa:54
Data Kementerian
No Agama
Agama Kantor Wilayah Prov. NTT
1. Katolik 325.5984

2. Protestan 2.204.056

3. Islam 526.961

5 Hindu 11.141

6. Budha 1.066

Mengacu pada data tersebut sudah sangat jelas bahwa Kristen


Katolik sangtlah mendominasi dari empat agama lainnya. Mengingat
sejarah bahwa abad ke-16 misionasris Portugis dan Belanda datang ke
wilayah Nusa Tenggara Timur yang kemudian Raja Kupang pada saat itu
menjadi pemeluk agama Kristen.55 Meskipun demikian kerukunan umat
beragama sangat terjaga di wilayah yang terkenal dengan mayoritas
penduduk bukan muslim. Faktanya Kupang sebaga ibu kota Provinsi
Nusa Tenggara Timur setiap tahunnya di adakan pasar Ramadhan yang
menjual takjil untuk buka puasa.56
Apapun agama, suku dan budayanya kita adalah tanah air
Indonesia, hidup satu nafas dengan kemajemukan yang di bingkai dengan
persatuan. Nusa Tenggara Timur bukti nyata keberhasilan orang
Indonesia menjamin kebebasan beragama, tidak ada pandang bulu semua
sama dan saling membahu. Minoritas dan mayoritas sama-sama memiliki
hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara.

54
Data Umat Nusa Tenggara Timur, https://ntt.kemenag.go.id/data/data/umat.php,
diakses pada tanggal 10 Desember 2020.
55
Islam di Kupang, https://e-service. Lipipress.lipi.go.id/press/catalog/book/23, diakses
20 Desember 2020.
56
Gagas Ulung, Exotic NTT, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), h., 48.
30
Setelah pemekaran Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan
wilayah bagian Tenggara Indonesia yang memiliki 21 Kabupaten dan 1
Ibu Korta Provinsi yang terletak di Kupang. Provinsi ini terdiri dari
beberapa pulau, antara lain Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor,
Pulau Alor, Pulau Lembata, Pulau Rote, Pulau Sabu, Pulau Adonara,
Pulau Solor, Pulau Komodo dan Pulau Palue. Ibu kotanya terletak di
Kupang, di bagian barat pulau Timor.57
Perlu diketahui Kota Kupang merupakan kota heterogen yang
dapat dilihat dari beragam suku, ras, golongan dan agama yang
menempati masing-masing wilayah. Dari segi agama masyarakat Kota
Kupang terdiri dari penganut: agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan
Budha. Sebagai Ibu Kota Nusa Tenggara Timur, Kota Kupang menjadi
cerminan kerukunan umat beragama di Nusa Tenggara Timur. Pasalnya
Kupang memiliki empat prinsip yang mendarah daging di
masyarakatnya:58
1. Nusi (gotong royong)
2. Butukila (ikat dan pegang rasa persaudaraan),
3. Suki Toka Apa (saling mendukung dan menolong),
4. Muki Nena (rasa saling memiliki dan mempunyai).

Tidak sampai disitu masyarakat Kupang juga membangun


kerukunan atas dasar “Lil Au Nol Dael Banan” yang bermakna bahwa
dalam membangun dan menjaga Kota Kupang untuk lebih baik lagi
merupakan tugas semua warga yang mencari kehidupan didalamnya tanpa
memandang agama, suku maupun ras. Prinsip masyarakat lokal yang
demikian benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan hingga akhirnya
kerukunan bisa dirasakan.

57
Nusa Tenggara Timur, https://indonesia.go.id/province/nusa-tenggara-timur, diakses
pada tanggal 23 Desember 2020.
58
Moh Mul Akbar Parera dan Marzuki, Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Membanguan
Kerukunan Umat Beragama di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Antropologi:Isu-Isu Budaya, Vol
22 Nomor 01 Juni 2020.
31
2. Pulau Komodo
Potensi pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Timur sangatlah di
unggulkan, terlebih keberadaan kadal purba yang hingga saat ini masih
terjaga populasinya menjadikan Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu
destinasi eksotis yang patut untuk dikunjungi. Di tahun 1980 Pulau Padar,
Pulau Rinca dan Pulau Komodo resmi dijadikan kawasan Taman
Nasional yang kemudian diberi nama Taman Nasional Komodo.59
Sebagai Taman Nasional maka dengan sendirinya seluruh flora dan fauna
disana dilindungi. Terlebih kadal raksasa yang amat tersohor itu, diakui
dunia sebagai spesies yang hampir punah dan mendapatkan penanganan
yang istimewa.
Disebutkan pula bahwa Pulau Komodo merupakan pulau yang
terletak di ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sesuai
dengan namanya Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terkenal
sebagai habitat asli hewan komodo Varanus Komodeinsis yang oleh
penduduk setempat hewan ini disebut Ora.60 dengan begitu keberadaan
rumah kadal tersebut bagian dari salah satu potensi yang diunggulkan
pada sektor pariswisata. Keeksotisan alam Indonesia tak bisa dipandang
sebelah mata.
Kawasan Taman Nasional Komodo menyimpan sekitar 277 spesies
hewan langka, termasuk aneka spesies burung.61 Keberadaan aneka spesies
tersebut tentu menjadi surga bagi penggemar wisata bird. Selain itu
lanskap pulau komodo sangatlah unik, savana kering nan tandus dengan
tambahan pohon kaktus, palem, lontar, asem, dan lainnya hadir semakin
mempercantik keeksotisan pulau komodo. Dulu sekarang ataupun nanti
Kesohoran pulau komodo akan selalu di akui dunia.

59
Eksotisme Pulau Komodo, (Pusat Data dan Analis Tempo, 2019), h., 22.
60
Yayat Sri Hayati, Ensiklopedia Pariwisata DI Indonesia, (Jakarta: Mediantara Semesta,
2019), h., 29.
61
Wahyuana, Taman Nasional Komodo, Savana dan Keindahann Bawah Air, (t.tp: Pusat
Data Analisis Tempo, 2013), h., 7.
32
3. Potensi Nusa Tenggara Timur
Potensi pariwisata bahari Nusa Tenggara Timur sangatlah
menjanjikan, tidak heran dalam perkembangannya pemerintah pusat dan
daerah terus melakukan koordinasi melakukan berbagai upaya untuk
penataan destinasi wisata, promosi dan keunikan NTT.62 Sadar bahwa
potensi wisata sangat menjanjikan, maka upaya-upaya untuk
meningkatkan kualitas Pariwisata wilayah Nusa Tenggara Timur terus
dilakukan. Bahkan Kemenetrian Hukum dan HAM Provinsi Nusa
Tenggara Timur bekerja sama dengan Keimigrasian dan Tim Pengawasab
Orang Asing (TIMPORA) meningkatkan pengawasan terkait keberadaan
Warga Negara Asing yang berada di Nusa Tenggara Timur.63 Hal yang
demikian sudah sepatutnya dilakukan, karena potensi wisata merupakan
berkah yang selalu mendatangkan keuntungan.
Ada banyak keuntungan yang diperoleh jika manusia dan
pemerintahnya mampu menjaga dan menata sistem yang apik dalam
mengembangkan potensi wisata setempat. Dalam situs resmi Provinsi
Nusa Tenggara Timur, Pariwisata memiki laman khusus dan
menyediakan ragam pilihan diantaranya:64
a. Tenun Ikat : Tenun khas Sumba menjadi primadona diantara
kain tenun lainnya dan sudah banyak diekspor ke luar negeri.
Keunikan dan keindahan motifnya membuat kain tenun dari daerah
ini paling terkenal dibanding kerajinan serupa dari seluruh wilayah
Nusa Tenggara Timur. Tak kalah cantik dengan tenun Sumba,
sebagai daerah dengan mayoritas penduduknya bermata pencaharian
tenun ikat, Rote juga memiliki tenun cantik khas Rote. Motifnya yang
kekinian menjadikan tenun ini paling banyak di minati banyak orang.

62
Anita Jacoba Gah, “Potensi Pariwisata Bahari NTT Sangat Menjanjikan”,
www.dpr.go.id, (Kupang), 26 Maret 2019
63
Potensi Diving Nusa TenggaraTimur, https://ntt.kemenkumham.go.id/berita-
kanwil/berita-utama/4453-potensi-geografis-provinsi-ntt-menjadi-daya-pikat-warga-negara-asing,
diakses pada tanggal 28 Desember 2020.
64
Event Budaya NTT, http://nttprov.go.id/2020/beranda/pariwisata/event-budaya/, diakses
pada tanggal 1 Januari 2021.
33
b. Event Budaya : Sumba Tengah adalah daerah yang masyarakatnya
hidup secara tradisional dan kental dengan nilai-nilai budaya lokal.
Ritual masih banyak dilakukan dengan tujuan untuk mendekatkan
diri pada alam, leluhur dan tuhan. Dan salah satu ritual tradisional
masyarakat sumba yang menjadi daya tarik wisatawan ialah Tauna
Usu Manua, ritual yang menunjukkan kekerabatan Manusia dan
Hewan (Ayam Hutan ) lewat mantra atau mistik untuk memanggil
dan memberi makan di telapak tangan manusia di rumah adat khusus.
Biasanya dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Wendewa Selatan,
Kecamatan Mamboro.
c. Wista alam : Pertama, Taman Nasional Komodo. Kedua,
Danau Kelimutu yang memiliki pesona cantik luar biasa dimana
airnya yang memiliki tiga warna air yang berbeda seperi merah, biru
dan putih. Ketiga, Manta Point Labuan Bajo. Keempat, Pulau Alor
yang menjadi pusat diving dimana ada 18 titik selam yang kaya
dengan keindahan terumbu karangnya. Dan masih banyak spot wisata
lainnya. Potensi wisata Nusa Tenggara Timur sangtlah menjanjikan,
keuntungan ekonomi bisa di dapatkan selama sistem penataan dan
pengelolaan dilakukan dengan tepat sesuai sasaran.
d. Flora dan Fauna : Jenis flora di Nusa Tenggara Timur tergolong
cukup langka, diantaranya ada Pohon Cendana, populasinya yang
sedikit menjadikan jenis tanaman ini di lindungi oleh Pemerintah.
Ada pula Gaharu, wanginya yang melebihi kayu cendana menjadikan
pohon Gaharu berdaya jual tinggi dan banyak diminati dunia industri.
Selain kedua jenis flora tersebut di Nusa Tenggara Timur dapat pula
di jumpai Pohon Kemiri dan Lontar, yang manfaatnya lebih banyak
di rasakan untuk kebutuhan keseharian masyarakat Nusa Tenggara
Timur. Adapun jenis fauna yang ada di NTT dan melegenda dunia
ialah Komodo, selain itu ada pula Rusa Timor (Cervus Timorensis).65

65
Flora dan Fauna Nusa Tenggara Timur, http://nttprov.go.id/2020/beranda/profil/flora-
fauna/ , diakses pada tanggal 17 Maret 2021.
34
BAB IV
ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 39
TAHUN 2021 TENTANG PENYELENGGARAN BIDANG JAMINAN
PRODUK HALAL DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

A. Konsep dan Pelaksanaan

Penyelenggaraan bidang jaminan produk halal di wilayah Nusa


Tenggara Timur secara teknis sudah di lakukan sejak November 2019
silam.66 Terjadinya praktik jaminan produk halal tersebut, bermula pasca
terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2019 Tentang
Pelaksanaan Jaminan Produk Halal. Meskipun dalam prosesnya terjadi
perubahan regulasi, satu hal yang pasti. Baik Peraturan Pemerintah Nomor
31 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Jaminan Produk Halal maupun
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaran
Bidang Jaminan Produk Halal sama-sama sepakat untuk
menyelenggarakan bidang jaminan produk halal.

Terlaksananya Jaminan Produk Halal di Nusa Tenggara Timur


mencerminkan kerukunan umat beragama di Indonesia. Pasalnya selain
daerah pariwisata, Nusa Tenggara Timur juga menjadi wilayah mayoritas
penduduk bukan muslim di Indonesia. Pertama kali setelah merdeka
Indonesia mewajibkan sertifikasi halal. Namun begitu, bukan berarti
produk non halal tak boleh di perdagangkan. Disebutkan bahwa produk
yang berasal dari bahan yang diharamkan tetap boleh di perdagangkan,
dengan syarat harus mencantumkan keterangan tidak halal pada produk.67
Dengan konsep yang demikian penyelenggaraan bidang jaminan produk
halal akan selalu bisa di terapkan di wilayah Indonesia manapun,
Termasuk di Nusa Tenggara Timur.

66
Irfan Sidkan Hakim, Kepala Operator Satgas Sertifikasi Halal Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Interview Pribadi, Nusa Tenggara Timur, 8 Desember 2020.
67
Pasal 2 ayat (2-3) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyeelnggaran Bidang Jaminan Produk Halal.
35
Hal unik dari penyelenggaraann bidang jaminan produk halal di
Nusa Tenggara Timur adalah bahwa masyarakat setempat sudah mengerti
bahwa produk halal bukan untuk mengislamkan mereka, justru
memperluas pasar dagang sehingga keuntungan ekonomi bisa lebih
banyak di dapatkan. Terlebih sebagai daerah pariwisata, produk halal
adalah bentuk nyata untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada
wisatawan.68 Penyelenggaraan jaminan produk halal memang identik
dengan kepentingan komersial, selama berdampak memberikan
kesejahteraan sejatinya memang itulah yang Undang-Undang harapkan.69
Dengan demikian maka dapat disimpulkan, bahwa konsep jaminan
produk halal di Nusa Tenggara Timur ialah mengolaborasikan potensi
pariwisata dengan produk halal, untuk mendapatkan keuntungan
komersial.

Indonesia adalah negara hukum, artinya negara yang menjunjung


tinggi keadilan untuk semua warga negaranya.70 Dalam perpektif hukum,
timbangan adil ialah setaranya kadar hak dan kewajiban. Bersamaan
dengan hak warga negara disitulah letak persisnya kewajiban negara. Perlu
diketahui bahwa 34 (tiga puluh empat) Provinsi yang ada merupakan
wilayah hukum Indonesia. Artinya setiap kali negara menerbitkan produk
hukum yang dinamakan Undang-Undang, maka tiga puluh empat provinsi
tersebut menjadi sasaran tepat untuk melaksanakan apa yang undang-
undang amanatkan. Penyelenggaraan jaminan produk halal misalnya,
ketika peraturan perundang-undangan mengharuskan semua wilayah untuk
menerapakan jaminan produk halal, maka yang demikian harus segera di
aminkan, tidak ada pengecualian wilayah satu dengan lainnya sama-sama
berkewajiban menjalankan amanat undang-undang.

68
Irfan Sidkan Hakim, Kepala Operator Satgas Sertifikasi Halal Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Interview Pribadi, Nusa Tenggara Timur, 8 Desember 2020.
69
Konsideran “Menimbang” Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta
Kerja
70
Muntoha, Negara Hukum Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945, (Yogyakarta:
Kaukaba, 2013), h.,1.
36
Secara teknis peneyelenggaraan jaminan produk halal tak lepas
dari peran Satuan Tugas Layanana Sertifikasi Halal Nusa Tenggara Timur
yang membidangi masalah sertifikasi halal daerah.71 Mengingat bahwa
selama belum di bentuknya Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal
(BPJPH) Daerah, Maka keberadaan Satuan Tugas Layanan Srtifikasi Halal
Daerah tersebut menjadi perpanjangan tangan dari BPJPH itu sendiri.
Sampai saat ini meskipun Peraturan Perundanga-Undangya telah
mengalami perubahan, justru pemeran utama dalam menjamin
pelaksanaan produk halal tersebut yakni Badan Penyelenggara Jaminan
Produk Halal Daerah belumlah di bentuk.

Kini era baru jaminan produk halal sudah di mulai, terhitung sejak
17 Oktober 2019 wajib halal mulai diaktifkan. Konsep jaminan halal yang
di canangkan undang-undang mencerminkan identitas Indonesia sebagai
negeri kemajemukan, karena penyelenggaraan bidang jaminan produk
halal sedikitpun tidak mugusik keberagaman. Itulah sebabnya mengapa
jaminan produk halal dapat dengan mudah di terima masyarakat Nusa
Tenggara Timur yang notabane menjadi wilayah dengan mayoritas
penduduk bukan muslim di Indonesia.

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pelaksana Undang-Undangnya


sampai 17 Oktober 2024 mendatang, periode wajib halal lebih di fokuskan
terhadap makanan dan minuman.72 Ada periodeisasi wajib halal disini,
kategori barang dan jasa tidak bisa disekaliguskan. Keberadaan
periodeisasi ini tentunya merupakan langkah strategis sambil menunggu
terbentuknya Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal Daerah di
seluruh wilayah Indonesia. Sebagai anak baru yang terus melakukan
adaptasi di lapangan, regulasi terbaru sudah banyak di keluarkan tujuannya
tak lain untuk memantaskan mana yang lebih sesuai untuk diterapkan.

71
Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI Nomor 80 Tahun 2019 Tentang
Tugas Koordinator dan Satuan Tugas Layanan Sertifikasi Halal Daerah.
72
Pasal 140 Peraturan Pemerintah Nomr 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Bidang Jaminan Produk Halal.
37
B. Pengawasan
Konteks jaminan halal yang tahun 2019 lalu sudah diberlakukan
bukan berati sudah bisa dibiarkan tanpa harus ada pengawasan.
Pemantauan sangat diperlukan guna mengetahui perkembangan yang
kedepannya justru bisa menjadi bahan pertimbangan agar bisa melangkah
lebih baik dalam menerapkan sistem jaminan halal. Dikaitkan dengan
wilayah Nusa Tenggara Timur, sejauh ini tim Satgas Sertifikasi Halal yang
dibentuk melakukan tugas dan tanggungjawabnya sebagimana mestinya,
termasuk tanggung jawab untuk melakukan pengawasan.
Sejauh ini Satgas Sertifikasi Halal Nusa Tenggara Timur
bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia Daerah terus memantau
perkembangan bagimana sistem jaminan halal di terapkan, kabar baiknya
bahwa setelah adanya pemberlakuan sistem jaminan halal, produk halal
semakin mudah ditemukan di wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur,
bahkan pusat perbelanjaan seperti mall sudah menyadari terhadap
pentingnya sertifikasi halal.73
Pelaksanaan sistem jaminan halal merupakan tanggung jawab dari
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), dan sesuai dengan
Keputusan Sekjen Kementerian Agama semua yang berkaitan dengan
pelaksanaan sistem jaminan halal menjadi tanggung jawab Satgas Layanan
Sertifikasi Halal Daerah. Karena pada intinya Selama Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal Daerah (BPJPH) belum dibentuk,
maka Satgas Layanan Sertifikasi Halal Daerah merupakan perpanjangan
tangan dari BPJPH yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sistem
jaminan halal di daerah. Perlu diketahui pengawasan Jaminan Poduk Halal
(JPH) dilakukan terhadap:74
a. Lembaga pemeriksa halal
b. Masa berlaku sertifikasi halal

73
Irfan Sidkan Hakim, Kepala Operator Satgas Sertifikasi Halal Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Interview Pribadi, Nusa Tenggara Timur, 8 Desember 2020.
74
Pasal 95 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal.
38
c. Kehalalan produk
d. Pencantuman label halal
e. Penacantuman keterangan tidak halal
f. Pemisahan lokasi, tempat, alat penyembelihan, pengolahan,
penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan serta
penyajian produk halal dan tidak halal
g. Keberadaan penyelia halal
h. Kegiatan laitan yang berkaitan dengan JPH

Selain mengetahui perkembangan bagaimana sistem jaminan halal


dipraktekan, pengawasan juga merupakan bagian untuk mengetahui
pelanggaran-pelanggaran yang terrjadi di lapangan. Bilamana ditemukan
pelanggaran terhadap penyelenggaraan bidang jaminan produk halal,
tentunya akan ada sanksi yang di peruntukkan:75

A. Bagi pelaku usaha, sanksi admintratif berupa:


1) Peringatan tertulis;
2) Denda administratif;
3) Pencabutan Sertifikat Halal; dan/atau
4) Penarikan barang dari peredaran.
B. Bagi LPH, sanksi yang dikenakan berupa:
1) Peringatan tertulis, dilakukan sesuai dengan tingkat pelanggaran
yang dilakukan.
2) Pembekuan operasional.
3) Denda administratif paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua
miliar rupiah).
4) Pengenaan sanksi administratif pada ayat (2) dan ayat (3) dapat
diberikan secara berjenjang, alternatif, dan/atau kumulatif.

Dengan begtu, jelas sudah bagaimana aturan ketat mengenai sanksi


terhadap pelanggaran jaminan produk halal.
75
Pasal 149 Ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal.
39
C. Kendala Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal

Terhitung sudah satu tahun lebih pelaksanaan jaminan halal


diterapkan, sejauh ini kendala internal lebih dominan dari pada eksternal.
Kurangnya sumber daya manusia dalam struktur Badan Penyeleggaraan
Jaminan Produk Halal Daerah atau Satgas Sertifikasi Halal Daerah,
menjadikan tiap-tiap individu tergabung dalam Struktural Sertifikasi Halal
Daerah pada dasarnya sudah lebih dahulu memegang tanggung jawab lain.
akibatnya tugas dan fungsi kedudukan masing-masing tidak terfokus pada
satu pekerjaan.76 Sebagai wilayah yang notabane penduduknya minoritas
muslim, menerapakan sistem jaminan halal pada wilayah Nusa Tenggara
Timur membutuhkan ekstra perhatian, mengingat bagaimana minimnya
sumber daya manusia yang berkompeten di bidang tersebut, maka sistem
jaminanan halal yang sudah berjalan hasilnya tak bisa disejajarkan dengan
wilayah lainya. Karena sedikitnya sumber daya manusia tentu akan banyak
berpengaruh terhadap optimalnya sistem jaminan halal yang diterapkan.
Kendala internal tersebut bukan menjadi hambatan untuk tidak dapat
berkonstribusi dalam sistem jaminan halal Indonesia, justru dengan
keterbatasan yang demikian menjadi tantangan dan mengesankan.

Bagaimana pun bisa berperan dalam pelaksanaan sistem jaminan


halal di wilayah yang dikenal dengan minoritas muslim menjadi
kebanggaan tersendiri, mengupayakan agar pelaksanaan sistem jaminan
halal bisa berjalan sebagaimana mestinya adalah wujud bakti pada bumi
pertiwi. Meskipun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, setidaknya
Tim Satgas Layanan Sertifikasi Halal Daerah sudah mengupayakan agar
sistem jaminan halal yang diamanatkan Undang-Undang benar
dilaksanakan. Melakukan evaluasi guna menemukan solusi sudah
semestinya dilakukan, sehingga penerapan sistem jaminan halal bisa sesuai
dengan yang diharapkan.

76
Irfan Sidkan Hakim, Kepala Operator Satgas Sertifikasi Halal Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Interview Pribadi, Nusa Tenggara Timur, 8 Desember 2020.
40
Adapun yang menjadi kendala eksternal ialah belum terbentuknya
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal Daerah. Sebagai satu
lembaga yang banyak berperan terhadap pelaksanaan sistem jaminan halal,
justru fasilitas yang demikian belum tersebar di seluruh wilayah Indonesia
juga termasuk wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Meskipun
keberadaan Satuan Tugas Layanan Sertifikasi Halal Daerah sudah berdiri,
namun Satuan Tugas Layanan Sertifikasi Halal Kota atau Kabupaten nya
belum dibentuk, ditambah dengan minimnya sumber daya manusia yang
berkompeten dibidang terkait, tentu akan sulit mencapai hasil yang
maksimal dari penerapan sistem jaminan halal.77

Dengan demikian kendala internal dan eksternal terkait penerapan


sistem jaminan halal di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur saling
berkaitan, Pemerintah secepatnya harus bisa mengatasi hal yang demikian.
Potensi wisata Nusa Tenggara Timur sangatlah menjanjikan, jika
pemerintah mampu menopang dengan sistem jaminan halal maka
keuntungan dan manfaatnya akan dua kali lebih banyak di dapatkan.
Semula keberadaan sistem jaminan halal seolah untuk memaksakan semua
golongan, lebih dari itu ternyata konsep pelaksanaan sistem jaminan halal
berpotensi untuk mendatangkan keuntungan komersial.

Menerapkan sistem jaminan halal merupakan amanat Undang-


Undang. Sudah menjadi wajar bilamana menemukan kendala dalam
penyelenggaraannya. Dalam bentuk perturan pemeritah bahkan sudah
beberapa kali-kali melakukan perubahan regulasi jaminan produk halal.
Tujuannya tidak lain untuk memastikan kelancaran terhadap
penyelenggaraan jaminan produk halal. Selama terus berupaya dan
melakukan evaluasi terhadap kinerja. Lambat laun pelaksanaan jaminan
produk halal bisa mencapai hasil maksimal.

77
Irfan Sidkan Hakim, Kepala Operator Satgas Sertifikasi Halal Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Interview Pribadi, Nusa Tenggara Timur, 8 Desember 2020.
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analaisis yang telah dilakukan Penulis terhadap
Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal di Wilayah Nusa
Tenggara Timur, maka dapat disimpulkan:
1. Muatan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal secara keselurahan
tidak jauh berbeda dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
2019 Tentang Pelaksanaan Jaminan Produk Halal. Mengingat ada
24 Pasal Undang-Undang Nomr 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan
Produk Halal yang di ubah ke dalam Pasal 48 Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Cipta Kerja. Ketentuan pasal yang
di ubah tersebut, lebih terfokus pada masalah teknis kerja Badan
Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal (BPJPH). Salah satu poin
penting pasca terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal yaitu
mengenai perubahan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2014 terkait bidang kerja sama (BPJPH) dengan Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Semula MUI berwenang untuk melakukan
sertifikasi auditor halal, penetapan kehalalan produk dan akreditasi
lembaga pemeriksa halal. Pasca terbitnya Peraturan Pemerintah
Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan
Produk Halal, kini kerjasama yang terjalin antara BPJPH dengan
MUI hanya sebatas penetapan kehalalan produk saja.
2. Penyeleggaraan bidang jaminan produk halal di Nusa Tenggara
Timur sudah diterapkan sejak bulan November 2019 silam.
Meskipun regulasi pertamanya sudah tidak diberlakukan, pada
akhirnya Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal, sedikitpun bukan
42
menjadi alasan untuk tidak melanjutkan penyelenggaraan bidang
jaminan produk halal di Wilayah Nusa Tenggara Timur. Sebagai
daerah pariwisata, uniknya adalah penyelenggaraan jaminan produk
halal di wilayah tersebut, produk halal dikolaborasikan dengan
potensi wisata lokal. Dengan harapan mampu meningkatkan
keuntungan komersial. Meskipun pelaksanaan jaminan produk halal
belum maksimal, setidaknya dengan kondisi wilayah mayoritas
bukan muslim ditambah dengan minimnya sumber daya manusia
yang kompeten dibidang terkait. Pencapaian yang demikian adalah
hasil positif yang sudah diupayakan oleh Satuan Tugas Layanan
Sertifikasi Halal Nusa Tenggara Timur.

B. Rekomendasi
1. Penyelenggaraan bidang jaminan produk halal di wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Timur, diharapkan Pemerintah segera membentuk
Badan Penyelnggara Jaminan Produk Halal Daerah. Serta perlu
adanya perekrutan sekaligus pemberdayaan di Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi, Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota. Untuk membantu peran Koordinator dan Satuan
Tugas Layanan Serifikasi Halal Daerah dalam melaksanakan
Jaminan Produk Halal di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Perlunya sosisalisasi terkait adanya sistem jaminan produk halal
harus gencar dilakukan, dengan begitu semua pihak pun
mengetahui akan adanya wajib halal di Indonesia. Karena pada
intinya praktek jaminan halal adalah tanggung jawab bersama utuk
Indonesia.

43
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Bahasa Indonesia, Melayu dan Tafsir Ibnu Katsir. Muslim Media,
2017.

Buku dan Jurnal

Abbas, Ahmad Sudirman, Qawa‟id Fiqhiyyah: Dalam Perspektif Fiqh. Jakarta:


Pedoman Ilmu Jaya dan Anglo Media, 2016.

Ali, Muchtar, Konsep Makanan Halal Dalam Tinjauan Syariah Dan Tanggung
Jawab Produk Atas Produsen Industri Halal. Jakarta: Kementrian Agama
Republik Indonesia, 2016.

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Al-Habsyi, Muhammad Baghir, Fiqih Praktis Menurut al-Qur‟an, Sunah dan


Pendapat Ulama. Bandung: Mizan, 1999.

al-Ghazali, Ihya‟ „Ulum ad-Din. Penerjemah Purwanto B.Sc. Halal dan Haram.
Bandung: Penerbit Marja, 2019.

Amin, Ma’ruf, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. Jakarta: eLSAS, 2008.

Apriyanto, Anton, Makanan dan Minuman Halal Kaitan antara Syar‟I,


Teknologi dan Sertifiksai. Bandung: PT. Dunia Pustaka, 2005.

Arizona, Yance, Negara Hukum Bernurani: Gagasan Satjipto Rahardjo tentang


Negara Hukum Indonesia. Jakarta: Perkumpulan HuMa, 2010.

Azra, Azyumardy, Indonesia Bertahan: Dari Mendirikan Negara Hingga


Merayakan Demokrasi. Jakarta: Buku Kompas, 2020.

44
Ariny, Bintan Dzumirroh. “Dampak Positif Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2014 Tentang Jaminan Produk Halal Dlama enciptakan Sistem Jaminan
Produk Halal Di Indonesia.” Tesis S2 Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Neger Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Basuki, M., Bahaya Khamar (Minuman Keras) dan Obat Terlarang. Semarang:
Aneka Ilmu, 2010.

Charity, May Lim, “Jaminan Produk Halal di Indonesia”. Jurnal Legislasi


Indonesia. Vol. 14 No. 01 Maret 2017.

Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Pustaka, 2011.

Eksotisme Pulau Komodo, Pusat Data dan Analis Tempo, 2019.

Fauzan, M. dan Baharuddin Siagian, Kamus Hukum dan Yurisprudensi. Jakarta:


Kencana, 2017.

Hayati, Yayat Sri, Ensiklopedia Pariwisata DI Indonesia. Jakarta: Mediantara


Semesta, 2019.

Isrok dan Dhia Al Uyun, Ilmu Negara: Berjalan Dalam Dunia Abstrak. Jakarta:
UB Press, 2012.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.


Kementerian Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia, 2016.

Khaan, Syaikh Shiddiiq Hasan, ar-Raudhah an-Naddliyyah Syarh ad-Daur al-


Bahiyyah. Diterjemahkan oleh Abu Zakariya & Tim Griya Ilmu. Fiqih
Islam Dari AL-Kitab dan As-Sunah. Jakarta: Griya Ilmu, 2012.

Koronas, Abdurrahman, Jaminana Produk Halal di Indonesia. Depok: Rajawali


Pers, 2017.

45
Kurnadi, Helmanu, The Secret of Haram. Yogyakarta: Giyade, 2008.

Maarif, Ahmad Syafi’i, Islam dan Politik: Upaya Membingkai Peradaban.


Yogyakarta: IRCiSoD, 2018.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2014.

Mashudi. Konstruksi Hukum & Respons Masyarakat Terhadap Sertifikasi


ProdukHalal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Maulana, Ikhsan. “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Muslim Terhadap


Produk Pangan Yang Tidak Bersertifikat Halal Menurut Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.” Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018.

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum; Normatif dan
Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Najiyah, Zumroh. “Impelemntasi Kewajiban Pendaftaran Sertifikasi Halal Dalam


Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Produk Halal.” Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2016.

Nasution, Az, Tinjauan Sosial Ekonomi dan Hukum pada Perlindungan


Konsumen Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000.

Qardhawi, Yusuf, al-Halal wa al-Haram fi al-Islam. diterjemahkan oleh Wahid


Ahmadi dkk. Halal dan Haram dalam Islam. Surakarta: Era Adicitra
Intermedi, 2019.

Sarwat, Ahmad, Halal atau Haram. Jakarta: Kalil, 2014.

Siradj, Said Aqil, Fiqih Perlindungan Konsumen. Ciputat: Pustaka Cendekia


Muda, 2011.

46
Shihab, M. Quraish. Hebatnya Istilah Halal bi Halal Khas Indonesia. Serial
Kajian Bulan September Tahun 2014.

Soefyanto, Bahasa Hukum Indonesia. Jakarta: UID Press, 2018.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Peneltian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia


Press, 1984.

Sukandarrumdi dan Haryanto, Dasar-Dasar Penulisan Proposal Penelitian.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2014.

Tuwu, Alamuddin, Pengantar Metodelogi Penelitian. Jakarta: Universitas


Indonesia Press, 1993.

Ulung, Gagas, Exotic NTT. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011.

Parera, Moh Mul Akbar dan Marzuki, “Kearifan Lokal Masyarakat Dalam
Membanguan Kerukunan Umat Beragama di Kupang, Nusa Tenggara
Timur”. Antropologi:Isu-Isu Budaya, Vol. 22 No. 01 Juni 2020.

Wahyuana, Taman Nasional Komodo, Savana dan Keindahann Bawah Air. t.tp:
Pusat Data Analisis Tempo, 2013.

Yakin, Ayang Utriza, Islam Moderat dan Isu-Isu Kontemporer: Demokrasi,


Pluralisme, Kebebasan Beragama, Non-Muslim, Poligami dan Jihad.
Jakarta: Kencana, 2016.

Ya’qub, Ali Mustafa, Kriteria Halal dan Haram: Untuk Pangan, Obat dan
Kosmetika Menurut al-Qur‟an dan Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2015.

Zuhaili Wahbah, Fiqh al-Islam wa adillatuhu, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie


al-Kattani dkk, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011.

47
--------------, Nazhariyah al-Darurah al-Syar‟iyah, diterjemahkan oleh Said Agil
Husain al-Munawar dan M. Hadri Hasan, Konsep Darurat Dalam Hukum Islam:
Studi Banding Dengan Hukum Positif. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.

Peratura Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Cipta Kerja

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Sistem


Jaminan Produk Halal

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang


Jaminan Produk Halal

Keputusan Menteri Agama RI Nomor B.III/3/33453 Tentang Penetapan


Koordinator Layanan Sertifikasi Halal Daerah

Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor 80 Tahun 2019 Tentang Tugas Koordinator


dan Satuan Tugas Layanan Sertifikasi Halal Daerah.

Keputusan Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal Nomor 12 Tahun


2020 Tentang Prosedur Layanan Sertifikasi Halal BPJPH Satuan Tugas
Layanan Sertifkasi Halal Daerah

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 52 Tahun 2012 Tentang Hukum Hewan
Ternak Yang Diberi Pakan Dari Bahan Najis.

Interview

Interview Pribadi dengan Irfan Hakim Sidkan, Kepala Operator Satuan Tugas
Layanan Sertifikasi Halal Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kupang,
8 Desember 2020.

48
Sumber: Berita dalam Situs Web

Data Umat Kementerian Agama Kantor Wilayah Provnisi Nusa Tenggara


Timur, https://ntt.kemenag.go.id/data/data/umat.php, diakses pada tanggal 10
Desember 2020.

Event Budaya NTT, http://nttprov.go.id/2020/beranda/pariwisata/event-budaya/,


diakses pada tanggal 1 Januari 2021.

Flora dan Fauna Nusa Tenggara Timur,


http://nttprov.go.id/2020/beranda/profil/flora-fauna/ , diakses pada tanggal 17
Maret 2021.

Kondisi Geografis Nusa Tenggara Timur,


http://nttprov.go.id/2020/beranda/profil/kondisi-geografis/ diakses pada tanggal
20 Desember 2020.

Mulai Besok, Semua Produk Wajib Bersertifikast Halal,


https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191016145608-92-440050/mulai-
besok-semua-produk-wajib-bersertifikat-halal diakses pada tanggal 16 Oktober
2019.

Nusa Tenggara Timur, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur


diakses pada tanggal 8 November 2020.

Pemerintah Siap Selenggarakan Jaminan Produk Halal, www.kominfo.go.id,


disunting pada tanggal 16 Oktober 2019.

Potensi Pariwisata Bahari NTT Sangat Menjanjikan, www.dpr.go.id disunting


pada tanggal 26 Maret 2019.

Potensi Geografis Provinsi NTT Menjadi Daya Pikat Warga Negara Asing,
https://ntt.kemenkumham.go.id/berita-kanwil/berita-utama/4453-potensi-
geografis-provinsi-ntt-menjadi-daya-pikat-warga-negara-asing diakses pada
tanggal 28 Desember 2020.

49
RI Tembus 5 Besar Produsen Halal, Malaysia Nomor Satu,
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201024150310-92-562332/ri-tembus-
5-besar-produsen-produk-halal-malaysia-nomor-satu, diakses pada tanggal 23
Desember 2020.

Sekilas Tentang BPJPH, http://www.halal.go.id diakses pad tanggal 10


Desember 2020.

Sejarah Kementerian Agama Nusa Tenggara Timur,


https://ntt.kemenag.go.id/artikel/15904/historitas-kanwil-kemenag-provinsi-ntt
diakses pada tanggal 17 Desember 2020.

Sejarah Majelis Ulama Indonesia, https://mui.or.id/sejarah-mui/ diakses pada


tanggal 20 November 2020.

Sejarah Nusa Tenggara Timur, https://e-service.


Lipipress.lipi.go.id/press/catalog/book/23 diakses pada tanggal 28 Desember 2020

Sunan Abu Daud 3679, Kitab al-Ashribah, Bab al-Nahyi „ani al-Muskir,
https://sunnah.com/abudawud:3679, diakses pada tanggal 18 Maret 2021.

Sunan Abi Dawud 3787. Kitab al-At‟imah, Babu al-Nahyi an akli al-jalalati wa
al-baniha, https://sunnah.com/abudawud:3787, diakses pada tanggal 24 Maret
2021.

Topologi Nusa Tenggara Timur,


http://nttprov.go.id/2020/beranda/profil/topologi/ diakses 20 Desember 2020.

50
LAMPIRAN-LAMPIRAN

51
Bahan Wawancara

Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal


Di Wilayah Nusa Tenggara Timur

Nama Narasumber : Irfan Sidkan Hakim, S.Kom


Jabatan : Operator Satgas Layanan Sertifikasi Halal NTT

1. Apakah sudah mengetahui bahwa Indonesia sudah memberlakukan


Sistem Jaminan Produk Halal?
Ya, Sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
2019 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal secara
otomatis mengaktifasi wajib halal di Indonesia. Meskipun regulasinya
terus di perbarui salah satunya adalah Peraturan Pemerintah Nomor
39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk
Halal. pada intinya perubahan peraturan tersebut tetap
memberlakukan bidang jaminan produk halal.

2. Penyelenggaran bidang jaminan produk halal sudah di berlakukan


sejak 17 Oktober 2019, Sejauh ini apakah wilayah Nusa Tenggara
Timur sudah menerpakannya?
Dalam prakteknya penyelenggaraan bidang jaminan produk halal di
wilayah Nusa Tenggara Timur mengalami keterlamabatan satu bulan
dari yang sebagaimana mestinya. Sehingga November 2019 barulah
berjalan. Disebabkan karena pasa saat itu infrastruktur untu
menjamin pelaksanaan bidang produk halal masih dalam tahap
persiapan.

3. Sebagai daerah pariwisata bagaimanakah konsep dan pelaksanaan


jaminan produk halal di wilayah Nusa Tengara Timur?
Perlu diketahui bahwa selain daerah pariwisata Nusa Tenggara
Timur adalah wilayah dengan minoritas penduduk bukan muslim di
Indonesia. Sehingga kami mengonsepkan; pertama, memberikan
sosialiasasi sekaligus pemahaman bahwa produk halal bukan untuk
mengislamkan mereka namun untuk memperluas pasar dagang
mereka. Kedua, sebagai daerah pariwisata memberikan rasa aman
dan nayaman kepada wisatawan ialah melalui produk halal. Dengan
mengolaborasikan konsep halal dan komersial pada akhirnya
penyelenggaraan bidang jaminan produk halal bisa di terapkan.

52
4. Lalu bagaimanakah dengann pengawasan yang dilakukan?
Pengawasan dilapangan sering kali kami lakukan guna menjamin
penyelenggaraan bidang jaminan produk halal di Nusa Tenggara
Timur, selain mengetahui seberapa besar kecurangan, kekeliruan
atan kesalahan di lapangan. Pengawasan ini juga dilakukan sambil
mensosialisasikan berlakunya wajib halal.

5. Terhitung satu tahun lebih sudah penyelenggaraan bidang jaminan


produk halal di terapkan, sejauh ini apa saja yang menjadi kendala
penerapannya?
Pertama, Minimnya sumber daya manusia di bidang terkait
menjadikan individu yang bertugas di Satuan Tugas Layanan
Sertifiasi Halal meragkap tugas dan jabatan di bdang lainnya,
sehingga terpecahlah fokus dan prioritasnya.
Kedua, belum dibentuknya Badan Penyelenggara Jaminan Produk
Halal Daerah semakin tidak mudah untuk menyelenggarakan bidang
jaminan produk halal di Nusa Tenggara Timur. meskipun Satuan
Tugas Layanan Sertifikasi Halal Daerah sudah ada, kedepannya
untuk hasil maksimal BPJPH Daerah Nusa Tenggara Timur harus
segera dibentuk.

53
54
55
56
57
58

Anda mungkin juga menyukai