Anda di halaman 1dari 16

PROTEKSI ISI USULAN PENELITIAN: Dilarang menyalin, menyimpan, memperbanyak

sebagian atau seluruh isi laporan ini dalam bentuk apapun kecuali oleh peneliti dan
pengelola administrasi penelitian

USULAN PENELITIAN PROJECT PRACTICE


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN & PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

IDENTITAS PENELITIAN PROJECT PRACTICE

A. JUDUL PENELITIAN
Edukasi Penggunaan Obat Rasional Secara Syariah Pada Pasien
di Puskesmas Mijen

B. PENERAPAN PRODUK HALAL / PELAYANAN SYARIAH DAN LAMA


PENELITIAN
Lama
Penerapan Produk Halal / Pelayanan Syariah Penelitian
(Bulan)
Pelayanan Syariah 1 Bulan

C. IDENTITAS PENGUSUL
Nama, Institusi
Program H-
Peran (Ketua, Anggota 1, (Fakulta Tugas ID Sinta
Studi Index
Anggota 2) s)
apt. Asih Puji Lestari., M.Sc Fakultas Profesi Ketua
Farmasi Apoteker
Apt. Ismawati Eka Wahyu Fakultas Profesi Anggota 1
Farmasi Apoteker
Dinar., S.Farm
Elfa Sakinah S.Farm Fakultas Profesi Anggota 2
Farmasi Apoteker
D. MITRA KERJASAMA PENELITIAN (JIKA ADA)
Pelaksanaan penelitian dapat melibatkan mitra kerjasama, yaitu mitra kerjasama
dalam melaksanakan penelitian, mitra sebagai calon pengguna hasil penelitian, atau
mitra investor

Mitra Nama Mitra Peran Mitra


Apt. Ismawati Eka Wahyu Puskesmas Mijen Preseptor
Dinar., S.Farm

E. LUARAN DAN TARGET CAPAIAN (Luaran Wajib)


Status target capaian
Jenis Luaran
(submit, accepted, Keterangan (url dan nama jurnal,
Tahun (Prosiding/ Jurnal ber-ISSN
published, terdaftar atau penerbit, url paten, keterangan
Luaran tidak terakreditasi / Jurnal
granted, atau status sejenis lainnya)
terakreditasi SINTA 1-6)
lainnya)
2024 Jurnal Accepted

Luaran Tambahan
Status target capaian
Keterangan (url dan nama
Tahun (accepted, published,
Jenis Luaran jurnal, penerbit, url paten,
Luaran terdaftar atau granted,
keterangan sejenis lainnya)
atau status lainnya)

USULAN PROJECT PRACTICE


Pengisian poin A sampai dengan poin G mengikuti template berikut dan tidak
dibatasi jumlah kata atau halaman namun disarankan seringkas mungkin.
Dilarang menghapus/memodifikasi template ataupun menghapus penjelasan di
setiap poin.

A. RINGKASAN
Penggunaan obat yang tidak rasional menjadi masalah utama di seluruh dunia. WHO
memperkirakan banyak obat diresepkan, dijual dan diberikan secara tidak tepat kepada
pasien dan separuh dari seluruh pasien gagal meminum obat dengan benar. Dalam
menjamin pengobatan rasional di puskesmas, seorang muslim dalam menggunakan obat
harus memperhatikan penggunaan obat secara syariah. Penggunaan obat syariah dapat
dilihat dari kehahalan obat tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mengedukasi gambaran tingkat pemahaman pasien di puskesmas Mijen semarang
mengenai penggunaan obat rasional secara syariah. Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah deskripstif dan pengumpulan data menggunakan kuesioner dilakukan
secara retrospektif dengan sebanyak sampel 30 yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.

Kata kunci: Obat Rasional; Edukasi Syariah; Kuesioner;

B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penggunaan obat yang tidak rasional telah menjadi masalah utama di seluruh
dunia. WHO memperkirakan lebih dari separuh obat diresepkan, dijual dan diberikan
secara tidak tepat kepada pasien dan separuh dari seluruh pasien gagal meminum obat
dengan benar (Sari, 2020). Menururt penelitian (Natalia Gilarsih, et al. 2020) yang
dilakukan terkait evaluasi penggunaan obat di fasilitas kesehatan dasar, diantaranya
evaluasi penggunaan obat berdasarkan indicator peresepan WHO di puskesmas,
menunjukkan peresepan obat belum rasional kecuali untuk peresepan antibiotik
sebesar 27,02% dan injeksi 0% bahwa penggunaan obat rasional belum sesuai dengan
rekomendasi WHO. Berdasarkan hasil penelitian persepsi sakit masyarakat terhadap
obat masih rendah, hal ini karena hanya sebanyak kurang dari 40% responden
memilih obat berdasarkan persepsi sakit. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan
50% responden yang merupakan hal yang digunakan pada pemilihan obat berdasarkan
persepsi sakit akan menyebabkan pemakaian obat tidak sesuai dengan indikasi, tepat
pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat interval waktu pemberian,
tepat lama pemberian, waspada efek samping, tepat penilaian kondisi pasien, tepat
informasi, tepat tindak lanjut, dan tepat penyerahan obat dan dapat menyebabkan
penggunaan obat menjadi tidak rasional (Suwantara et al., 2021).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016, standar
pelayanan kefarmasian di puskesmas oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
adalah melakukan pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai (BMHP) dan
pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan kepada
pasien yang dilakukan secara langsung dengan penuh tanggung jawab guna
meningkatkan outcome terapi serta meminimalisir timbulnya efek samping obat.
Salah satu pelayanan farmasi klinik di puskesmas adalah evaluasi penggunaan obat
yang dilakukan untuk menjamin pengobatan yang diperoleh pasien telah sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional) (Sari, 2020).
Strategi peningkatan penggunaan obat secara rasional telah dilakukan oleh
pemerintah di semua tingkat fasilitas kesehatan termasuk puskesmas. Bentuk
intervensi pemerintah dilakukan melalui strategi regulasi, edukasi dan manajerial.
Pemerintah melakukan kebijakan strategi regulasi melalui penetapan pedoman standar
klinis, strategi edukasi dengan peningkatan peran tenaga kesehatan dan strategi
manajerial dilakukan melalui advokasi kepada lintas sektor untuk meningkatkan
sinergisme terkait POR. Dengan meningkatnya praktek POR di puskesmas diharapkan
pasien akan menggunakan obat secara efektif (efficacy), efisien (cost-effectiveness)
dan aman (efficacy) (Natalia Gilarsih, et al. 2020).
Penggunaan obat-obatan dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan tidak
cukup sekadar menjamin keamanan, mutu, dan khasiat. Sebagai orang muslim dalam
menggunakan obat harus memperhatikan penggunaan obat secara syariah.
Penggunaan obat secara syariah dapat dilihat dari kehahalan obat tersebut. Setiap
orang muslim dalam menggunakan obat harus memperhatikan kehalalan obat
tersebut. Di jelaskan dalam AlQuran surat Al Baqarah ayat 168 bahwa dalam
pemilihan makanan dan minuman tidak hanya diperhatikan yang halal atau yang baik
saja, akan tetapi harus yang halalan thayyiban (Umah et al., n.d.).
Penelitian ini dilakukan di puskesmas Mijen yang sebelumnya belum pernah
dilakukan penelitian tentang penggunaan obat rasional secara syariah dalam
edukasi.Pasien yang datang ke puskesmas mayoritas tidak mengetahui tentang obat
yang halal, namun mengetahui beberapa istilah dari halal dan haram. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penggunaan obat rasional dalam edukasi berdasarkan syariah Islami. Mengingat
bahwa penangkapan edukasi yang baik oleh pasien erat kaitannya dalam proses
meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi yang berlandaskan syariah
Islami.

2. Rumusan Masalah
Bagaimana pemberian edukasi terhadap pengetahuan tentang penggunaan obat
rasional secara syariah kepada pasien di puskesmas Mijen?
3. Tujuan penelitian
- Mengetahui tingkat gambaran pengetahuan penggunaan obat rasional di puskesmas
Mijen
- Mengetahui tingkat penggunaan obat rasional secara syariah di puskesmas Mijen

4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada dokter atau apoteker
atau tenaga kesehatan lain mengenai kualitas hidup dalam penggunaan obat yang
rasional terhadap pasien, berfungsi untuk mendapatkan terapi yang sesuai dengan
pasien berlandaskan milai-nilai spiritual ke islami sehingga mampu meningkatkan
keberhasilan terapi dalam penggunaan obat yang rasional dan tepat

C. TINJAUAN PUSTAKA
1.Penggunaan Obat Rasional

Obat adalah komponen utama dalam penyembuhan terapi pasien. Penggunaan


Obat Rasional (POR) didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai
berikut: “Penggunaan obat yang rasional mengharuskan pasien menerima obat yang
sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individu
mereka sendiri untuk jangka waktu yang memadai, dan biaya terendah bagi mereka dan
komunitas mereka (Zakiah Oktarlina et al., 2022). Berdasarkan penggunaan obat
rasional, bila memenuhi kriteria penggunaan obat rasional, sebagai berikut:
2. Tepat Diagnosa
Tepat diagnosis adalah ketepatan diagnosa dengan cara melihat anamnesis pasien
pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan penunjang jika ada. Penggunaan obat disebut
rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan
dengan benar, maka pemilihan obat terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru.
Akibatnya obat yang diberikan tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya
(Hidayaturahmah & Syafitri, 2022).
3. Tepat Obat
Obat yang dipilih harus memiliki efek samping terapi yang sesuai dengan gejala
penyakit (Hidayaturahmah & Syafitri, 2022).
4. Tepat Indikasi
Tepat indikasi adalah ketepatan pemberian obat antara indikasi dengan diagnosa dokter.
Pemilihan obat mengacu pada penegakan diagnosis. Jika diagnosis yang ditegakkan
tidak sesuai maka obat yang digunakan juga tidak akan memberikan efek yang
diinginkan (Hidayaturahmah & Syafitri, 2022).
5. Tepat Pasien
Tepat pasien adalah ketepatan pemilihan obat yang mempertimbangkan keadaan pasien
sehingga tidak menimbulkan kontraindikasi kepada pasien secara individu
(Hidayaturahmah & Syafitri, 2022).
6. Tepat Dosis
Tepat dosis adalah ketepatan pemberian dosis obat dengan rentang dosis terapi, ditinjau
dari dosis penggunaan per hari dengan didasari pada kondisi khusus pasien
(Hidayaturahmah & Syafitri, 2022).
a. Tepat Jumlah
Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup
b. Tepat Cara Pemberian
Adalah jika penggunaannya sesuai dengan aturan yang ada di label atau etiket obat
misalkan obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan.
c. Tepat Interval waktu Pemberian
Cara pemberian hendaknya dibuat sederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati
oleh pasien. makin sering frekuensi pemberian obat per hari semakin rendah Tingkat
ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum dengan interval setiap 8 jam.
7. Tepat Penilaian Kondisi Pasien
Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien (Hidayaturahmah & Syafitri, 2022).
8. Waspada Terhadap Efek Samping Obat
Obat dapat menimbulka efek samping obat yaitu efek tidak diinginkan yang
timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi (Hidayaturahmah & Syafitri, 2022).
Terdapat 2 indikator untuk melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan obat
rasional (POR) yaitu indikator inti yang terdiri dari indikator peresepan, pelayanan, dan
fasilitas serta indikator tambahan yaitu persentase pasien yang diterapi tanpa obat, rerata
biaya obat tiap pasien, persentase biaya untuk antibiotik, peresepan sesuai pedoman
pengobatan, persentase kepuasa pasien, dan persentase fasilitas kesehatan dengan akses
informasi Objektif (Sari, 2020).
Berikut adalah beberapa dampak ketidakrasionalan penggunaan obat yaitu:
a. dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan
b. dampak terhadap biaya pengobatan
c. dampak terhadap kemungkinan efek samping dan efek lain yang tidak diharapkan
d. dampak terhadap mutu ketersediaan obat
Adapun kebijakan penggunaan obat rasional merupakan salah satu upaya untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Kebijakan ini dimaksud untuk
menjamin keamanan, efektivitas serta biaya yang terjangkau dari suatu pengobatan yang
diberikan kepada masyarakat difasilitas pelayanan kesehatan maupun pada pengobatan
sendiri (selfmedication). Untuk mencapai tujuan program penggunaan obat rasional
ditetapkan landasan kebijakan yaitu: (Dinkes, 2019)
1. Obat harus diperlakukan sebagai komponen yang tidak tergantikan dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
2. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan, keterjangkauan dan pemerataan
obat esensial yang dibutuhkan masyarakat.
3. Pemerintah melaksanakan pembinaan dan pengawasan dalam penggunaan obat yang
rasional.
4. Masyarakat berhak mendapatkan informasi yang benar, lengkap dan tidak
menyesatkan. Pemerintah memberdayakan masyarakat untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan pengobatan

2. Edukasi
Edukasi merupakan salah satu cara agar pasien mengetahui apakah produk yang
dikonsumsi halal atau tidak. Edukasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
memperoleh informasi yang diharapkan, dalam hal ini yaitu terkait obat yang
berstatus halal. Edukasi syariah obat diukur dengan pernyataan tentang seberapa
setuju jika masyarakat harus diedukasi tentang syariah islam dalam penggunaan obat
rasional (Safa Normasilla et al., 2022).
Sehat dan sakit merupakan karunia Allah tak ada kekuatan yang bisa
menghalanginya. Apabila mendapat anugerah sakit, kita tidak boleh berdiam diri
tanpa usaha untuk sembuh, tetapi kita dituntut untuk ikhtiar semaksimal mungkin.
Adapun hasilnya tetap merupakan ketentuan Allah. Ikhtiar untuk sembuh dari sakit
harus disertai semangat, kesabaran dan keyakinan untuk sehat kembali. Hal itu akan
mempermudah dalam menjalani pengobatan yang harus diiringi dengan ibadah sesuai
kondisi serta memanjatkan doa kepada Allah. Ikhtiar tersebut sangat dianjurkan dalam
Islam untuk membantu kesembuhan. Para ahli fikih dari berbagai mazhab; yaitu
ulama mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’I dan ulama mazhab hambali sepakat tentang
bolehnya seseorang mengobati penyakit yang dideritanya. Pendapat para ulama
tersebut didasar oleh banyaknya dalil yang menunjukkan kebolehan mengobati
penyakit. Diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya“Setiap penyakit pasti
memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh
dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim) . Hadits di atas
mengisyaratkan diizinkannya seseorang Muslim mengobati penyakit yang
dideritanya. Sebab, setiap penyakit pasti ada obatnya. Jika obat yang digunakan tepat
mengenai sumber penyakit, maka dengan izin Allah SWT penyakit tersebut akan
hilang dan orang yang sakit akan sembuh (Suryaningrat, 2023).

3. Syari’ah (Maqashid syari’ah)


Maqashid syari’ah terdiri dari dua kata, yakni maqashid dan syari’ah.
Maqashid adalah bentuk jama’ dari maqsud yang berarti kesengajaan atau tujuan.
Syari’ah secara bahasa berarti jalan menuju sumber air. Jalan menuju sumber air ini
dapat pula dikatakan sebagai jalan ke arah sumber pokok kehidupan. Adapun secara
istilah, maqashid syari’ah berarti maqashid syariah bertujuan mencapai syariat agar
mewujudkan kemashlahatan manusia. Tujuan ini sejalan dengan tujuan dari hukum
Allah yaitu kebaikan. Kemashlahatan yang dimaksud dalam hal ini mencakup segala
hal dalam kehidupan manusia. Termasuk di dalamnya rezeki manusia, kebutuhan
dasar hidup, dan juga kebutuhan lain yang diperlukan manusia. Di dalamnya juga
mencakup kualitas emosional, intelektual, dan juga pemahaman atau pengertian yang
mutlak. Maqashid syariah yang dapat diterapkan dalam pelayanan kesehatan adalah
penjagaan agama (hifz ad-diin) terkandung dalam QS. Al Anbiya’:107 (yang
menjelaskan tentang kerahmatan), QS. Al Maidah: 32 (yang menjelaskan tentang
tanggung jawab memelihara kehidupan manusia) dan QS. Ali Imran:110 (yang
menjelaskan tentang ummat Isam sebagai ummat terbaik), penjagaan jiwa (hifz an-
nafs) terkandung dalam QS. At Taubah: 108 (yang menjelaskan tentang kecintaan
Allah terhadap orang-orang yang menjaga kebersihan), penjagaan akal (hifz al-‘aql)
terkandung dalam QS. Al Isra: 36 (yang menjelaskan tentang larangan mengikuti
sesuatu apabila tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu), penjagaan keturunan
(hifz an-nasl) terkandung dalam QS. Al Mukminun: 12-17 (menerangkan tentang
proses terbentuknya manusia), QS. Al Baqoroh: 233 (menerangkan tentang
pelaksanaan pemberian ASI dan perencanaan kelahiran), penjagaan harta (hifz al-mal)
terkandung dalam HR.Muslim tentang pengelolaan syariah manajemen akuntansi dan
keuangan syariah (Sulistiadi & Rahayu, 2016).

4. Puskesmas
Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, yang juga membina peran
serta masyarakat, disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Satrianegara,
2014).

D. METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat non eksperimental dengan rancangan penelitian deskripstif
dan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif

2. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Mijen, Kota Semarang, pada bulan April

3. Populasi dan Sampel


a. Populasi
Populasi adalah semua yang diperiksa. Penelitian ini menggunakan semua pasien di
Puskesmas Mijen.

b. Sampel
Sampel pada penelitian ini yaitu masyarakat yang berobat di Puskesmas Mijen yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
- Pasien > 18 tahun
- Pasien bersedia menjadi responden
- Pasien berobat di Puskesmas Mijen
- Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informant consent
b. Kriteria Eksklusi
- Pasien tidak bersedia menjadi responden selama penelitian

Jumlah populasi dalam sampel ini tidak diketahui pasti oleh peneliti, perhitungan sampel
yang tidak diketahui dapat menggunakan rumus Slovin

N
n= 2
1+ N (d)

Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat signifikan (d = 0,05)

30
n= 2 = 27,9 dibulatkan 28 responden
1+30 (0 , 05)
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan minimal sebanyak 28 responden.
5. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan intrumen berupa kuesioner. Kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dari penelitian (Abacıgil et al., 2019)
yang telah di uji validasi. Kuesioner tersebut terdiri dari dua kusioner yaitu Gambaran
Deskriptif Kuesioner Survei Penggunaan Obat Rasional dan kuesioner Edukasi
Penggunaan Obat Rasional Secara Syariah Islami Pasien Di Puskesmas Mijen Adapun
kuesionernya sebagai berikut:

Gambaran deskriptif Kuesionar Survei Penggunaan Obat Rasional

No. Pengetahuan Pasien


1 Apakah anda mengkonsumsi obat sisa pengobatan sebelumnya?
a. Iya saya simpan untuk digunakan lebih lanjut jika diperlukan
b. Memberikannya ke institusi Kesehatan lainnya
2. Obat-obatan yang tidak terpakai atau sisa rumah
a. Tidak ada
b. Ada
3. Jumlah paket obat yang belum dibuka dan kadaluarsa
a. Tidak ada
b. Setidaknya satu kotak
4. Tempat penyimpanan obat yang tidak ditentukan kondisi penyimpanannya
a. Pada suhu kamar, di tempat yang bersih dan kering
b. Kulkas/freezer/pembekuan dalam
5. Tempat penyimpanan obat yang ditentukan pengelolaan rantai dinginnya
a. Tempat sampah pintu kulkas
b. Kulkas/freezer/pembekuan dalam
6 Pertimbangan penggunaan obat sisa/tidak terpakai yang tersedia di rumah
a. Mencari kesesuaian dengan penyakit/ tanggal kadaluwarsa
b. Tidak memperhatikan
7 Sumber informasi apabila ada sisa obat yang pernah digunakan di rumah
a. Dokter

b. Selain dari dokter


8 Meminta obat resep tanpa sakit
a. Ya
b. Tidak
9 Meminta resep obat berdasarkan rekomendasi saudara/teman
a. Ya
b. Tidak
10 Tidak membeli obat di apotek meskipun sudah
diresepkan
a. Tidak
b. Ya
11 Orang pertama yang berkonsultasi untuk masalah Kesehatan
a. Dokter
b. Yang lain
12 Merekomendasikan obat kepada orang yang mempunyai keluhan serupa
a. Ya
b. Tidak
13 Memberi tahu dokter tentang obat/masalah kesehatan yang digunakan sebelumnya
a. Ya
b. Tidak
14 Periode penggunaan obat yang diresepkan
a. Untuk periode yang disarankan
b. Sampai gejala mereda
15 Pengobatan mandiri dengan antibiotik untuk gejala mirip flu
a. Ya
b. Tidak
16 Penggunaan suplemen vitamin/mineral secara teratur
a. Ya
b. Tidak
17 Sumber informasi penggunaan obat dan efek sampingny
a. Dokter/Apoteker
b. Kerabat/teman dll
18 Berkonsultasi ke dokter apabila suatu obat telah menimbulkan efek samping
a. Ya
b. Tidak
19 Penggunaan produk medis yang diiklankan untuk pengobatan \
a. Tidak
b. Ya
20 Memberi tahu profesional kesehatan tentang alergi makanan atau obat apa pun
a. Ya
b. Tidak
21 Mengonsumsi obat tanpa pemeriksaan Kesehatan
a. Ya
b. Tidak

Kuesioner Tingkat Penggunaan Antibiotik Secara

No. Pengetahuan Pasien Benar Salah


1 Apakah Anda mengetahui istilah/kata "Halal"?

2. Apakah Anda mengetahui istilah/kata "Haram"?

3. Apakah Anda mengetahui istilah/kata "Obat Halal"?

4. Tahukah Anda bahwa pasien Muslim membutuhkan obat-


obatan Halal?

5. Tahukah Anda bahwa hewan mati, darah, babi, dan Alkohol


adalah Haram bagi umat Islam untuk digunakan dalam bentuk
apa pun (makanan, obat-obatan, dll)?

6 Tahukah Anda bahwa kapsul terbuat dari gelatin yang


mungkin berasal dari sumber Babi?

7 Tahukah Anda bahwa Sirup dan Elixir mengandung Alkohol?

8 Tahukah Anda bahwa kandungan Alkohol dalam obat- obatan


yang melebihi persentase tertentu adalah Haram?

9 Tahukah Anda bahwa kandungan Alkohol dalam obat- obatan


yang melebihi persentase tertentu adalah Haram?

(Umah et al., n.d.)

b) Uji Validasi
Uji validasi digunkan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur untuk mengukur apa yang hendak diukur. Uji validasi digunakan untuk kelayakan
butir – butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Uji validasi
menggunakan software SPSS, tiap butir pertanyaan dinyatakan valid apabila nilai r hitung > r
tabel (Sugiyono, 2021)
6. Alur Penelitian

Menyusun Kuisoner

Menentukan jumlah populasi dan sampel

Uji Validitas

Penelitian

Analisis Data

Hasil

7. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS dengan menggunakan uji Test
untuk mengetahui pengaruh antara pengetahuan dan penggunaan syariah antibiotik.

E. JADWAL PELAKSANAAN PROJECT PRACTICE


Jadwal pelaksanaan penelitian dibuat dengan tahapan yang jelas untuk maksimal 1 tahun
dalam bentuk diagram batang (bar chart).

No Uraian Kegiatan Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1.

2.

3.

4.

DAFTAR PUSTAKA
Abacıgil, F., Gürsoy Turan, S., Adana, F., Okyay, P., & Demirci, B. (2019). Rational Use of
Drugs Among Inpatients and Its Association with Health Literacy. Meandros Medical
and Dental Journal, 20(1), 64–73.
https://doi.org/10.4274/meandros.galenos.2018.35119
Dinkes. (2019). Laporan Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 1–111.
Hidayaturahmah, R., & Syafitri, Y. O. (2022). Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi
Di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar Lampung Periode Januari-Juni 2021.
Jurnal Farmasi Malahayati, 4(2), 227–236. https://doi.org/10.33024/jfm.v4i2.5933
Natalia Gilarsih, Achmad Fudholi, Tri Murti Andayani, S. (2020). Evaluasi Rasionalitas
Penggunaan Obat di Puskesmas Wilayah Kota Kupang. Majalah Farmaseutik, Vol.
17(2614–0063), 1–8. https://doi.org/10.22146/farmaseutik.v1i1.54768
Permenkes. (2019). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 43 TAHUN 2019 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA. Jurusan Teknik Kimia USU, 3(1), 18–23.
Safa Normasilla, N., Hakim, A., & Sugihantoro, H. (2022). Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap
Masyarakat Muslim di Kabupaten Magetan Terhadap Obat Halal. J. Islamic Pharm.
Online, 7(1), 24–36. https://doi.org/10.18860/jip.v7i1.14739
Sari, D. . (2020). Evaluasi Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Kabupaten Pasuruan
Tahun 2019 berdasarkan Indikator Pencapaian Kementerian Kesehatan. FARMASIS:
Jurnal Sains Farmasi, 1(1), 2.
Sulistiadi, W., & Rahayu, S. (2016). Potensi Penerapan Maqashid Syariah dalam Rumah
Sakit
Syariah di Indonesia. Batusangkar International Conference, October, 683–690.
Suryaningrat. (2023). PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PENGGUNAAN
OBAT DALAM PENGOBATAN PENYAKIT. 7(April), 394–404. Suwantara, I. P. T.,
Megawati, F., Wintariani, N. P., & Arimbawa, P. E. (2021). Persepsi Sakit dan Pemahaman
Penggunaan Obat Rasional (POR) di Kota Denpasar. Sang Pencerah: Jurnal
Ilmiah,Universitas Muhammadiyah Buton, 7(2), 208–216.
https://doi.org/10.35326/pencerah.v7i2.1125
Umah, N., Febrinasari, N., Azida, N. F., Studi, P., Apoteker, P., Kedokteran, F., Sultan, U. I.,
Studi, P., Apoteker, P., Kedokteran, F., Sultan, U. I., & Saras, A. E. (n.d.).
Penggunaan obat rasional secara syariah dalam swamedikasi pada pasien apotek
enggal saras.
Zakiah Oktarlina, R., Iswari, D. A., Lisiswanti, R., Faktor-Faktor Yang, |, Penggunaan, M.,
Rasional, O., & Athaayaa Iswari, D. (2022). Faktor-faktor yang Memengaruhi
Penggunaan Obat Rasional. Jurnal Agromedicine, 9(2), 87–91.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/3092

Anda mungkin juga menyukai