PP Elfa Sakinah
PP Elfa Sakinah
sebagian atau seluruh isi laporan ini dalam bentuk apapun kecuali oleh peneliti dan
pengelola administrasi penelitian
A. JUDUL PENELITIAN
Edukasi Penggunaan Obat Rasional Secara Syariah Pada Pasien
di Puskesmas Mijen
C. IDENTITAS PENGUSUL
Nama, Institusi
Program H-
Peran (Ketua, Anggota 1, (Fakulta Tugas ID Sinta
Studi Index
Anggota 2) s)
apt. Asih Puji Lestari., M.Sc Fakultas Profesi Ketua
Farmasi Apoteker
Apt. Ismawati Eka Wahyu Fakultas Profesi Anggota 1
Farmasi Apoteker
Dinar., S.Farm
Elfa Sakinah S.Farm Fakultas Profesi Anggota 2
Farmasi Apoteker
D. MITRA KERJASAMA PENELITIAN (JIKA ADA)
Pelaksanaan penelitian dapat melibatkan mitra kerjasama, yaitu mitra kerjasama
dalam melaksanakan penelitian, mitra sebagai calon pengguna hasil penelitian, atau
mitra investor
Luaran Tambahan
Status target capaian
Keterangan (url dan nama
Tahun (accepted, published,
Jenis Luaran jurnal, penerbit, url paten,
Luaran terdaftar atau granted,
keterangan sejenis lainnya)
atau status lainnya)
A. RINGKASAN
Penggunaan obat yang tidak rasional menjadi masalah utama di seluruh dunia. WHO
memperkirakan banyak obat diresepkan, dijual dan diberikan secara tidak tepat kepada
pasien dan separuh dari seluruh pasien gagal meminum obat dengan benar. Dalam
menjamin pengobatan rasional di puskesmas, seorang muslim dalam menggunakan obat
harus memperhatikan penggunaan obat secara syariah. Penggunaan obat syariah dapat
dilihat dari kehahalan obat tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mengedukasi gambaran tingkat pemahaman pasien di puskesmas Mijen semarang
mengenai penggunaan obat rasional secara syariah. Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah deskripstif dan pengumpulan data menggunakan kuesioner dilakukan
secara retrospektif dengan sebanyak sampel 30 yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penggunaan obat yang tidak rasional telah menjadi masalah utama di seluruh
dunia. WHO memperkirakan lebih dari separuh obat diresepkan, dijual dan diberikan
secara tidak tepat kepada pasien dan separuh dari seluruh pasien gagal meminum obat
dengan benar (Sari, 2020). Menururt penelitian (Natalia Gilarsih, et al. 2020) yang
dilakukan terkait evaluasi penggunaan obat di fasilitas kesehatan dasar, diantaranya
evaluasi penggunaan obat berdasarkan indicator peresepan WHO di puskesmas,
menunjukkan peresepan obat belum rasional kecuali untuk peresepan antibiotik
sebesar 27,02% dan injeksi 0% bahwa penggunaan obat rasional belum sesuai dengan
rekomendasi WHO. Berdasarkan hasil penelitian persepsi sakit masyarakat terhadap
obat masih rendah, hal ini karena hanya sebanyak kurang dari 40% responden
memilih obat berdasarkan persepsi sakit. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan
50% responden yang merupakan hal yang digunakan pada pemilihan obat berdasarkan
persepsi sakit akan menyebabkan pemakaian obat tidak sesuai dengan indikasi, tepat
pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat interval waktu pemberian,
tepat lama pemberian, waspada efek samping, tepat penilaian kondisi pasien, tepat
informasi, tepat tindak lanjut, dan tepat penyerahan obat dan dapat menyebabkan
penggunaan obat menjadi tidak rasional (Suwantara et al., 2021).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016, standar
pelayanan kefarmasian di puskesmas oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
adalah melakukan pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai (BMHP) dan
pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan kepada
pasien yang dilakukan secara langsung dengan penuh tanggung jawab guna
meningkatkan outcome terapi serta meminimalisir timbulnya efek samping obat.
Salah satu pelayanan farmasi klinik di puskesmas adalah evaluasi penggunaan obat
yang dilakukan untuk menjamin pengobatan yang diperoleh pasien telah sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional) (Sari, 2020).
Strategi peningkatan penggunaan obat secara rasional telah dilakukan oleh
pemerintah di semua tingkat fasilitas kesehatan termasuk puskesmas. Bentuk
intervensi pemerintah dilakukan melalui strategi regulasi, edukasi dan manajerial.
Pemerintah melakukan kebijakan strategi regulasi melalui penetapan pedoman standar
klinis, strategi edukasi dengan peningkatan peran tenaga kesehatan dan strategi
manajerial dilakukan melalui advokasi kepada lintas sektor untuk meningkatkan
sinergisme terkait POR. Dengan meningkatnya praktek POR di puskesmas diharapkan
pasien akan menggunakan obat secara efektif (efficacy), efisien (cost-effectiveness)
dan aman (efficacy) (Natalia Gilarsih, et al. 2020).
Penggunaan obat-obatan dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan tidak
cukup sekadar menjamin keamanan, mutu, dan khasiat. Sebagai orang muslim dalam
menggunakan obat harus memperhatikan penggunaan obat secara syariah.
Penggunaan obat secara syariah dapat dilihat dari kehahalan obat tersebut. Setiap
orang muslim dalam menggunakan obat harus memperhatikan kehalalan obat
tersebut. Di jelaskan dalam AlQuran surat Al Baqarah ayat 168 bahwa dalam
pemilihan makanan dan minuman tidak hanya diperhatikan yang halal atau yang baik
saja, akan tetapi harus yang halalan thayyiban (Umah et al., n.d.).
Penelitian ini dilakukan di puskesmas Mijen yang sebelumnya belum pernah
dilakukan penelitian tentang penggunaan obat rasional secara syariah dalam
edukasi.Pasien yang datang ke puskesmas mayoritas tidak mengetahui tentang obat
yang halal, namun mengetahui beberapa istilah dari halal dan haram. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penggunaan obat rasional dalam edukasi berdasarkan syariah Islami. Mengingat
bahwa penangkapan edukasi yang baik oleh pasien erat kaitannya dalam proses
meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi yang berlandaskan syariah
Islami.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana pemberian edukasi terhadap pengetahuan tentang penggunaan obat
rasional secara syariah kepada pasien di puskesmas Mijen?
3. Tujuan penelitian
- Mengetahui tingkat gambaran pengetahuan penggunaan obat rasional di puskesmas
Mijen
- Mengetahui tingkat penggunaan obat rasional secara syariah di puskesmas Mijen
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada dokter atau apoteker
atau tenaga kesehatan lain mengenai kualitas hidup dalam penggunaan obat yang
rasional terhadap pasien, berfungsi untuk mendapatkan terapi yang sesuai dengan
pasien berlandaskan milai-nilai spiritual ke islami sehingga mampu meningkatkan
keberhasilan terapi dalam penggunaan obat yang rasional dan tepat
C. TINJAUAN PUSTAKA
1.Penggunaan Obat Rasional
2. Edukasi
Edukasi merupakan salah satu cara agar pasien mengetahui apakah produk yang
dikonsumsi halal atau tidak. Edukasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
memperoleh informasi yang diharapkan, dalam hal ini yaitu terkait obat yang
berstatus halal. Edukasi syariah obat diukur dengan pernyataan tentang seberapa
setuju jika masyarakat harus diedukasi tentang syariah islam dalam penggunaan obat
rasional (Safa Normasilla et al., 2022).
Sehat dan sakit merupakan karunia Allah tak ada kekuatan yang bisa
menghalanginya. Apabila mendapat anugerah sakit, kita tidak boleh berdiam diri
tanpa usaha untuk sembuh, tetapi kita dituntut untuk ikhtiar semaksimal mungkin.
Adapun hasilnya tetap merupakan ketentuan Allah. Ikhtiar untuk sembuh dari sakit
harus disertai semangat, kesabaran dan keyakinan untuk sehat kembali. Hal itu akan
mempermudah dalam menjalani pengobatan yang harus diiringi dengan ibadah sesuai
kondisi serta memanjatkan doa kepada Allah. Ikhtiar tersebut sangat dianjurkan dalam
Islam untuk membantu kesembuhan. Para ahli fikih dari berbagai mazhab; yaitu
ulama mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’I dan ulama mazhab hambali sepakat tentang
bolehnya seseorang mengobati penyakit yang dideritanya. Pendapat para ulama
tersebut didasar oleh banyaknya dalil yang menunjukkan kebolehan mengobati
penyakit. Diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya“Setiap penyakit pasti
memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh
dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim) . Hadits di atas
mengisyaratkan diizinkannya seseorang Muslim mengobati penyakit yang
dideritanya. Sebab, setiap penyakit pasti ada obatnya. Jika obat yang digunakan tepat
mengenai sumber penyakit, maka dengan izin Allah SWT penyakit tersebut akan
hilang dan orang yang sakit akan sembuh (Suryaningrat, 2023).
4. Puskesmas
Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, yang juga membina peran
serta masyarakat, disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Satrianegara,
2014).
D. METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat non eksperimental dengan rancangan penelitian deskripstif
dan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif
b. Sampel
Sampel pada penelitian ini yaitu masyarakat yang berobat di Puskesmas Mijen yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
- Pasien > 18 tahun
- Pasien bersedia menjadi responden
- Pasien berobat di Puskesmas Mijen
- Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informant consent
b. Kriteria Eksklusi
- Pasien tidak bersedia menjadi responden selama penelitian
Jumlah populasi dalam sampel ini tidak diketahui pasti oleh peneliti, perhitungan sampel
yang tidak diketahui dapat menggunakan rumus Slovin
N
n= 2
1+ N (d)
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat signifikan (d = 0,05)
30
n= 2 = 27,9 dibulatkan 28 responden
1+30 (0 , 05)
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan minimal sebanyak 28 responden.
5. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan intrumen berupa kuesioner. Kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dari penelitian (Abacıgil et al., 2019)
yang telah di uji validasi. Kuesioner tersebut terdiri dari dua kusioner yaitu Gambaran
Deskriptif Kuesioner Survei Penggunaan Obat Rasional dan kuesioner Edukasi
Penggunaan Obat Rasional Secara Syariah Islami Pasien Di Puskesmas Mijen Adapun
kuesionernya sebagai berikut:
b) Uji Validasi
Uji validasi digunkan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur untuk mengukur apa yang hendak diukur. Uji validasi digunakan untuk kelayakan
butir – butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Uji validasi
menggunakan software SPSS, tiap butir pertanyaan dinyatakan valid apabila nilai r hitung > r
tabel (Sugiyono, 2021)
6. Alur Penelitian
Menyusun Kuisoner
Uji Validitas
Penelitian
Analisis Data
Hasil
7. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS dengan menggunakan uji Test
untuk mengetahui pengaruh antara pengetahuan dan penggunaan syariah antibiotik.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Abacıgil, F., Gürsoy Turan, S., Adana, F., Okyay, P., & Demirci, B. (2019). Rational Use of
Drugs Among Inpatients and Its Association with Health Literacy. Meandros Medical
and Dental Journal, 20(1), 64–73.
https://doi.org/10.4274/meandros.galenos.2018.35119
Dinkes. (2019). Laporan Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 1–111.
Hidayaturahmah, R., & Syafitri, Y. O. (2022). Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi
Di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar Lampung Periode Januari-Juni 2021.
Jurnal Farmasi Malahayati, 4(2), 227–236. https://doi.org/10.33024/jfm.v4i2.5933
Natalia Gilarsih, Achmad Fudholi, Tri Murti Andayani, S. (2020). Evaluasi Rasionalitas
Penggunaan Obat di Puskesmas Wilayah Kota Kupang. Majalah Farmaseutik, Vol.
17(2614–0063), 1–8. https://doi.org/10.22146/farmaseutik.v1i1.54768
Permenkes. (2019). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 43 TAHUN 2019 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA. Jurusan Teknik Kimia USU, 3(1), 18–23.
Safa Normasilla, N., Hakim, A., & Sugihantoro, H. (2022). Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap
Masyarakat Muslim di Kabupaten Magetan Terhadap Obat Halal. J. Islamic Pharm.
Online, 7(1), 24–36. https://doi.org/10.18860/jip.v7i1.14739
Sari, D. . (2020). Evaluasi Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Kabupaten Pasuruan
Tahun 2019 berdasarkan Indikator Pencapaian Kementerian Kesehatan. FARMASIS:
Jurnal Sains Farmasi, 1(1), 2.
Sulistiadi, W., & Rahayu, S. (2016). Potensi Penerapan Maqashid Syariah dalam Rumah
Sakit
Syariah di Indonesia. Batusangkar International Conference, October, 683–690.
Suryaningrat. (2023). PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PENGGUNAAN
OBAT DALAM PENGOBATAN PENYAKIT. 7(April), 394–404. Suwantara, I. P. T.,
Megawati, F., Wintariani, N. P., & Arimbawa, P. E. (2021). Persepsi Sakit dan Pemahaman
Penggunaan Obat Rasional (POR) di Kota Denpasar. Sang Pencerah: Jurnal
Ilmiah,Universitas Muhammadiyah Buton, 7(2), 208–216.
https://doi.org/10.35326/pencerah.v7i2.1125
Umah, N., Febrinasari, N., Azida, N. F., Studi, P., Apoteker, P., Kedokteran, F., Sultan, U. I.,
Studi, P., Apoteker, P., Kedokteran, F., Sultan, U. I., & Saras, A. E. (n.d.).
Penggunaan obat rasional secara syariah dalam swamedikasi pada pasien apotek
enggal saras.
Zakiah Oktarlina, R., Iswari, D. A., Lisiswanti, R., Faktor-Faktor Yang, |, Penggunaan, M.,
Rasional, O., & Athaayaa Iswari, D. (2022). Faktor-faktor yang Memengaruhi
Penggunaan Obat Rasional. Jurnal Agromedicine, 9(2), 87–91.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/3092