Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

PENGANTAR ILMU KEHUTANAN DAN


ETIKA LINGKUNGAN

Dosen Akademik : Iing Nasihin, S.Hut., M.Si.

Penyusun :

Dandy Afriandy (20230710046)

FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN


UNIVERSITAS KUNINGAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillaahirobbil’alamiin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat


Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan Rahmat dan berkah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan Makalah Pengantar Ilmu
Kehutanan dan Etika Lingkungan ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.

Makalah Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika Lingkungan ini disusun


guna memenuhi tugas semester 1 mata kuliah Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika
Lingkungan di Universitas Kuningan. Selain itu penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi pembaca.

Mata kuliah Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika Lingkungan ini


merupakan mata kuliah wajib yang diperlukan bagi mahasiswa kehutanan. Mata
kuliah ini membahas tentang urgensi mempelajari pengantar ilmu kehutanan dan
etika lingkungan, hutan dan peradaban manusia, hutan, kehutanan dan ilmu hutan,
peran hutan dalam kehidupan, teori etika, teori etika lingkungan, etika lingkungan
dan politik lingkungan, pengurusan hutan di Indonesia, profesi, organisasi profesi
dan profesi kehutanan, dan pengantar ke kehutanan internasional

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada


pihak yang telah membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan
makalah ini, terutama dosen pengajar Bapak Iing Nasihin, S.Hut., M.Si. kedua
orang tua, istri, dan teman-teman seperjuangan.

Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Penulis
juga menerima kritik serta saran dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan
lebih baik di kesempatan berikutnya.

Kuningan, Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 3
D. Manfaat ......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika Lingkungan ....................................... 4
B. Hutan, Kehutanan dan Ilmu Kehutanan ........................................................ 7
C. Hutan dan Peradaban Manusia .................................................................... 22
D. Pengurusan Hutan di Indonesia ................................................................... 24
E. Pengelolaan Hutan Lestari (Sustainable) .................................................... 30
F. Teori Etika dan Etika Lingkungan .............................................................. 33
G. Etika Lingkungan & Politik Lingkungan .................................................... 40
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 46
B. Saran ............................................................................................................ 48

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Infografis Jumlah Penduduk Dunia .................................................... 5


Gambar 1.2 Infografis Luas Hutan Dunia .............................................................. 5
Gambar 1.3 Infografis Luas Deforestasi di Indonesia ........................................... 5
Gambar 1.4 Infografis Deforestasi Indonesia 2016-2017 ...................................... 6
Gambar 1.5 Grafik Hipotesis Supply & Demand Barang dan Jasa ....................... 6
Gambar 2.1 Alur Hirarki Ilmu Pengetahuan ........................................................ 18
Gambar 2.2 Alur Hirarki Ilmu Kehutanan ........................................................... 21
Gambar 3.1 Alur Lingkaran Bentuk Interaksi Manusia dengan Hutan ............... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengantar Ilmu Kehutanan adalah bidang kajian keilmuan yang dapat


berfungsi sebagai pintu gerbang bagi peminat IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi) dan profesi Kehutanan, sebelum mereka secara lebih intensif
mendalami dan mengembangkan bidang kehutanan tersebut. Dan etika
lingkungan itu merupakan bidang kajian untuk mendorong masuknya moral
lingkungan ke dalam moral manusia dalam mengelola sumberdaya alam dan
lingkungan.

Pengertian Hutan adalah Suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan


lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
Persekutuan alam dan lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Lalu Kawasan Hutan merupakan wilayah tertentu yang ditunjuk atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaanya sebagai hutan
tetap. Dan Kehutanan adalah Sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan
hutan, Kawasan hutan dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu.
Sedangkan Hasil Hutan ialah Benda-benda hayati, non hayati dan turunnya, serta
jasa yang berasal dari hutan.

Peran hutan dalam menopang kehidupan manusia diperkirakan telah


berusia sama dengan usia keberadaan manusia dimuka bumi ini. Arti dan makna
hutan bagi kehidupan kehidupan manusia mungkin saja berbeda bagi orang-
orang yang bertempat tinggal pada lingkungan yang berbeda. Bagi mereka yang
tinggal dipedesaan dan dipinggir-pinggir hutan, hutan merupakan lingkungan
yang hidup sehari-hari. Sementara bagi mereka yang tinggal diperkotaan, hutan
akan selalu mengisi benak mereka saat mereka mendambakan udara segar,
suasana yang sunyi dan nyaman, serta terbebas dari hingar binger keramaian.

1
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, makin
banyak bukti ilmiah yang mampu menjelaskan bentuk-bentuk ketergantungan
kehidupan dan perkembangan peradaban manusia dimuka bumi terhadap hutan.
Sejalan dengan penduduk dunia yang terus meningkat dari waktu ke waktu dan
diikuti dengan peningkatan kemakmuran kehidupannya, maka kebutuhan
manusia terhadap barang dan jasa hutan akan terus meningkat pula dari waktu
ke waktu. Kemampuan untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas hutan
sangat kuat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan kualitas
model insaniyang diperlukan dalam kegiatan pengelolaan hutan. Ilmu kehutanan
merupakan bidang ilmu yang sangat erat hubungannya dengan kegiatan tersebut.
Untuk itu diperlukan adanya minat dan motivasi dari sebagian umat manusia
yang memiliki kekayaan sumber daya alam hutan, khususnya para generasi
mudanya untuk mendalami ilmu pengetahuan bidang kehutanan.

Ruang Lingkup Pengantar Ilmu Kehutanan membahas konsep dan


perkembangannnya mengenai hutan, manfaat hutan bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya di muka bumi. Serta penerapan ilmu pengetahuan
tersebut dalm kegiatan pengelolaan hutan secara Lestari di muka bumi.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, penulis telah menguraikan satu persatu beberapa


rumusan permasalahan mengenai Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika
Lingkungan. Adapun untuk memudahkan pemahaman pembaca mengenai
permasalahan yang akan penulis jabarkan dalam makalah ini, penulis
menentukan rumusan permasalahan dengan susunan sebagai berikut:
1. Apa pengertian Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika Kehutanan ?
2. Apa pengertian Hutan, Kehutanan, dan Ilmu Hutan ?
3. Bagaimana hubungan antara Hutan dan Peradaban Manusia ?
4. Apa peran Hutan dalam Kehidupan ?

2
5. Apa pengertian Teori Etika, Teori Etika Lingkungan, serta Etika Lingkungan
dan Politik Lingkungan ?
6. Bagaimana Pengurusan Hutan di Indonesia ?
7. Apa Profesi, Organisasi Profesi dan Profesi Kehutanan ?
8. Bagimana Pengantar ke Kehutanan Internasional ?

C. Tujuan

Dalam penyusunan makalah Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika


Lingkungan ini, penulis memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu:
1. Menjelaskan pengertian Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika Lingkungan.
2. Menjelaskan pengertian Hutan, Kehutanan, dan Ilmu Hutan.
3. Menjelaskan hubungan antara Hutan dan Peradaban Manusia.
4. Menjelaskan peran Hutan dalam Kehidupan.
5. Menjelaskan pengertian Teori Etika, Teori Etika Lingkungan, serta Etika
Lingkungan dan Politik Lingkungan.
6. Menjelaskan Pengurusan Hutan di Indonesia.
7. Menjelaskan Profesi, Organisasi Profesi dan Profesi Kehutanan.
8. Menjelaskan Pengantar ke Kehutanan Internasional.

D. Manfaat

Dalam penyusunan makalah berjudul Konservasi Keanekaragaman


Hayati dan Ekosistem ini, penulis sangat berharap dapat memberikan manfaat
baik bagi penulis sendiri maupun pembaca dan masyarakat luas.
Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mampu mengerti dan memahami Ilmu Kehutanan dan kaitannya dengan
pengelolaannya dan dengan kondisi lingkungan.
2. Mampu menyebutkan, menjelaskan pengertian, dan memberikan contoh
berbagai konsep, definisi dan pengertian, serta syarat-syarat, fungsi dan
manfaat mengenai hutan, kegiatan kehutanan, ilmu kehutanan, dan etika
lingkungan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika Lingkungan

Kehutanan (Forestry) berasal dari Bahasa Latin Kuno yaitu Forestis


Silva, yang mana Foris berarti diluar rumah/ruangan atau bisa diartikan pohon-
pohon diluar dinding taman. Forest, Silva = Sylva yang memiliki arti Hutan yang
mana definisi hutan adalah suatu ekosistem dengan ciri adanya penutupan pohon
yang cukup luas. Kehutanan bisa diartikan sebagai ilmu, seni dan praktek untuk
membangun, membina, mengkonsevasikan, dan memanfaatkan hutan secara
berkelanjutan. Kehutanan itu sendiri mencakup kegiatan, ilmu, profesi, dan
sistem.
Kehidupan manusia dimuka bumi tidak lepas ketergantungannya
terhadap hutan (barang dan jasa yang dihasilkannya). Peran ekosistem hutan
(alam) dalam menghasilkan jasa yang diperlukan untuk kehidupan diantaranya
adalah :
- Menghasilkan Oksigen (O2)
- Menyerap dan menyimpan Karbon (C)
- Sumber keanekaragaman hayati
- Fungsi hidrologis, dll.
Yang mana fungsi ini tidak akan bisa tergantikan oleh sumberdaya
buatan lain walaupun menggunakan seluruh IPTEK yang sudah (mampu)
diciptakan oleh manusia. No Wood No Kingdom (King James, Inggris, Abad 17).
1) Fakta 1
Kebutuhan manusia terhadap hutan dalam bentuk lahan, barang, dan jasa
dari ekosistem. Dan dengan peningkatan jumlah penduduk maka
menyebabkan keragaman kebutuhan meningkat, per kapita pada umumnya
meningkat, dan kebutuhan O2 dan jasa ekosistem meningkat. Dan rata-rata
peningkatan kebutuhan kayu bertambah 3%/tahun.

4
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) memperkirakan bahwa penduduk dunia
akan bertambah menjadi 9,8 miliar pada Tahun 2050
(https://dunia.tempo.co).

Gambar 1.1 Infografis jumlah penduduk dunia (miliar orang)


2) Fakta 2
Luas Hutan terus menurun.

Gambar 1.2 Infografis luas hutan dunia (x 1000 Ha) (FAO, 2010)
3) Deforestasi Indonesia

Gambar 1.3 Infografis Luas Deforestasi di Indonesia (sumber : KLHK)

5
Gambar 1.4 Infografis Deforestasi Indonesia 2016-2017
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan upaya diantaranya adalah
pembatasan populasi manusia, dan peningkatan produktivitas lahan hutan. Lalu
apakah perlu substitusi barang dan jasa dari ekosistem hutan? Syarat pendukung
untuk mengatasi hal ini adalah dibutuhkannya peningkatan IPTEK, maka
peningkatan kebutuhan semua bidang kehutanan bisa diperkecil. Selain
peningkatan IPTEK, ketaqwaan manusia juga mempunyai peran penting, baik
dalam agama, sistem nilai, dan norma/adat istiadat. Dan syarat pendukung ini
yang akan menimbulkan Etika. Bagian dari Etika Lingkungan, yaitu :
- Menuntut manusia dalam bersikap dan bertindak ramah terhadap
lingkungan hidup.
- Ekosistem Hutan merupakan bagian dari komponen lingkungan hidup.
Berdasarkan hipotesis Supply & Demand barang dan jasa Ekosistem Hutan pada
keadaan tanpa, dengan peran IPTEK, serta IPTEK & IMTAQ.

Gambar 1.5 Grafik hipotesis supply & demand barang & jasa ekosistem hutan

6
Maka diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Taqwa dan Profesional
untuk mewujudkan hipotesis ini dengan peran IPTEK dan IMTAQ, diantaranya
memiliki pengetahuan & keterampilan yang tinggi, integritas tinggi, kebanggan
terhadap profesi tinggi, jujur, disiplin, bersih, hemat, beriman, santun, taat
agama, hukum, norma, dan adat istiadat. Apakah kita orangnya?

B. Hutan, Kehutanan dan Ilmu Kehutanan


1. Pengertian Hutan
Pengertian hutan dapat ditinjau dari aspek-aspek sebagai berikut :
a. Berdasarkan Wujud Biofisik Lahan dan Tumbuhan
Hutan adalah komunitas tumbuhan yang didominasi oleh pohon-
pohon atau tumbuhan berkayu dengan kerapatan yang cukup
(Sharma,1992). Definisi hutan ini lebih menekankan pada wujud biofisik
hutan berdasarkan jenis tumbuhan yang dominan (pohon-pohon atau
tumbuhan berkayu lain), sufat pertumbuhan pohon (Bersama-sama dan
cukup rapat), dan berperan sebagai komunitas tambahan.
Hutan memiliki ciri-ciri :
 Penutupan pohon yang cukup rapat dan luas
 Terdiri atas tegakan-tegakan dengan beranekaragaman sifat dalam
hal : Komposisi jenis, struktur, kelas umur atau pertumbuhan, dan
proses-proses yang berhubungan
b. Berdasarkan Fungsi Ekologis
Hutan merupakan satu kesatuan ekosistem dengan ciri-ciri :
 Luasan tertentu
 Ada batas-batas fisik
 Ada komponen : Flora, Fauna dan Fisik
 Ada struktur
 Ada fungsi : - mampu menciptakan iklim mikro
c. Berdasarkan Pertimbangan Kepentingan Praktis Pengelolaan Hutan
1) Untuk tujuan inventarisasi hutan dunia (FAO, 1958)
 Memberikan perlindungan untuk ternak dan satwa liar

7
 Lahan yang terdiri dari Masyarakat tumbuhan yang didominasi oleh
pohon-pohonan berbagai ukuran
 Dapat memberikan pengaruh terhadap iklim atau siklus air
 Menghasilkan kayu atau hasil hutan lainnya
 Diekspolitasi atau tidak
 Kriteria penutup tajuk (%)
Tahun 1995 : Negara Maju >20% , Negara Berkembang >10%
Tahun 2000 : Negara Maju dan Negara Berkembang >10%
2) Untuk pengelolaan hutan dengan tujuan menghasikan kayu
 Davis dan Johnson (1987, 2001) :
Hamparan lahan yang terdiri atas tumbuhan yang didominasi oleh
pohon-pohon, atau yang akan ditumbuhi pohon-pohonan yang
secara keseluruhan dikelola untuk tujuan tertentu.
 Bruenig (1996) :
Sebidang lahan yang tertutupi pohon-pohonan yang dapat
membentuk iklim tegakan (iklim mikro)
Termasuk ke dalam hutan :
Lahan bekas tebangan melalui tebang habis yang setelah permanen
terhadap tegakannya dilakukan penanaman Kembali atau pemeliharaan
permudaan alaminya, dipelihara dan dibina untuk dijadikan tegakan
hutan Kembali.
d. Berdasarkan Status Hukum Lahan
Kawasan Hutan : Wilayah-wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan sebagai hutan tetap (UU
No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan).

Rangkuman pengertian hutan :


a. Wujud Biofisik
 Hamparan lahan dengan luasan tertentu
 Ditumbuhi pohon-pohonan dengan kerapatan yang cukup
 Kumpulan bidang-bidang lahan yang ditumbuhi pohon-pohonan atau
akan ditumbuhi pohon-pohonan dengan kerapatan luasan yang cukup.

8
b. Fungsi Ekologi
 Masyarakat tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohonan atau
tumbuhan berkayu lainnya
 Merupakan satu kesatuan ekosistem
 Mampu menciptakan iklim mikro di dalam hutan dan fungsi ekologis
lainnya.
c. Untuk Tujuan Kegiatan Pengelolaan Hutan
 Luas hamparan lahan
Indonesia : >0,25 Ha
FAO :>0,50 Ha
 Persentase penutupan tajuk (>10%)
 Merupakan satu kesatuan pengelolaan
 Fungsi-fungsi tertentu : tata air dan perlindungan satwa, dst
d. Status Hukum Lahan Hutan
 Dapat berupa lahan berstatus hak milik atau tanah negara
 Diperuntukan untuk hutan tetap
- Berhutan atau tidak berhutan

2. Klasifikasi Hutan
a. Berdasarkan Keadaan Tumbuhan
1) Hutan rapat atau hutan lebat (Closed Forest)
 Persen penutupan tajuk >10%
2) Hutan terbuka atau hutan jarang (Open Forest)
 Persen penutupan tajuk <10%
3) Hutan primer (Primary = Primeval = pristine = virgin forest = old
growth forest)
 Secara alami mampu Kembali
 Belum pernah mendapatkan gangguan manusia atau pernah
sedikit tanpa penebangan pohon
4) Hutan sekunder (Secondary Forest)

9
 Tumbuh melalui suksesi sekunder alami pada hutan yang telah
mengalami gangguan yang berat :
 Bekas perladangan berpindah
 Bekas perternakan Bekas pertambangan
b. Berdasarkan Asal Lahan atau Cara Hutan Terbentuk
1) Hutan alam (Natural Forest)
 Tumbuh secara alami di tempat itu
 Memiliki struktur seperti hutan alam primer
2) Hutan tanaman atau hutan buatan (Planted forest = man made forest)
 Dibuat oleh manusia dengan cara penanaman atau penebaran biji
pada lahan terbuka (gundul), belukar, dst.
3) Hutan terubusan (Coppice Forest)
 Berasal dari terubusan atau tuntas-tuntas yang mekar
 Tumbuh melalui cara vegetative
4) Tegakan hutan tinggi (High Forest)
 Tumbuh dari anakan
 Pertumbuhan normal
 Memiliki tajuk yang tinggi dan tertutup
c. Berdasarkan Proses dan/atau Fase Pertumbuhan dan Perkembangan
Tegakan
Tegakan (Stand) adalah Suatu kesatuan hamparan hutan yang
memiliki kesamaan dalam hal komposisi jenis pohon, kualitas tempat
tumbuh, kelas umur atau fase pertumbuhan, dan keadaan fasilitas
pengembangannya (kerapatan jalan, dll)
1) Hutan klimaks (Climax Forest)
 Masyarakat tumbuhan berada pada tahap puncak dalam suksesi
alami
 Sesuai dengan keadaan spesifik lokasi tertentu
2) Hutan masak tebang (Nature Forest)
 Tegakan hutan seumur yang pohon-pohonnya telah memenuhi
standar ukuran dan kualitas untuk tujuan penggunaan tertentu

10
3) Hutan normal (Normal Forest)
Hutan yang dibentuk oleh tegakan-tegakan normal :
 Pertumbuhan ideal,
 Komposisi (sebaran) kelas umur tegakan normal,
 Persediaan volume tegakan (persediaan) ideal.
4) Hutan seumur (Even-aged Forest)
 Hutan yang dibentuk oleh tegakan-tegakan yang seumur
 Tegakan seumur : mengandung pohon-pohon yang seumur, kelas
umur sama ^ kisaran maksimal +20% dari daur tanaman (untuk
kelas umur)
5) Hutan tidak seumur atau Hutan semua umur (Uneven-Aged Forest
or All Aged Forest)
 Hutan yang dibentuk oleh tegakan tidak seumur (Uneven-Aged
Stand)
 Mengandung pohon dari semua Tingkat umur atau fase
pertumbuhan pohonnya tiga atau lebih
 Biasanya berupa hutan alam
d. Berdasarkan Komposisi Jenis
1) Hutan murni atau Hutan Homogen (Pure Forest, Homogeneous
Forest)
 Satu jenis pohon utama
2) Hutan campuran atau Heterogen (Mixed Forest, Heterogeneous
Forest)
 Dua atau lebih jenis pohon utama
3) Hutan perdu (Sclerophyllous Forest)
 Jenis-jenis tumbuhan bersemak
4) Hutan savana (Savana Forest, Savana Woodland)
 Padang rumput dengan pohon atau kelompok pohon yang tumbuh
berpencar-pencar
e. Berdasarkan Letak Geografis dan Ketinggian Tempat di Atas Permukaan
Laut (DPL)

11
1) Hutan pantai (Coastal Forest)
2) Hutan daratan rendah (Low Land Forest)
3) Hutan daratan tinggi (High Land Forest)
4) Hutan pengunungan (Mountain Forest)
5) Hutan boreal (Boreal Forest)
 Hutan di belahan bumi bagian utara, sekitar kutub berupa hutan
tundra
6) Hutan ripari (Riparian Forest)
 Hutan di pinggiran perairan rawa, danau, Sungai, sumber air
f. Berdasarkan Iklim Tempat Tumbuh Hutan
1) Hutan hujan (Rain Forest)
2) Hutan musim (Monsoon Forest) atau Hutan tropika menggugurkan
daun (Tropical Deciduous Forest)
 Menggugurkan daun
3) Hutan beriklim sedang (Temperate Forest)
 Beriklim sedang
 Suhu rata-rata +10°C untuk dua atau empat bulan/tahun
4) Hutan tropika (Tropical Forest)
 Suhu udara tinggi, rata-rata 18°C untuk bulan paling dingin
 Kelembapan tinggi
 Curah hujan tinggi
 Terdapat di sekitar garis khatulistiwa
g. Berdasarkan Keadaan Tanah Tempat Tumbuh Hutan
1) Hutan tanah kering (Dry Land Forest)
 Tidak pernah tergenang air sepanjang tahun
2) Hutan gambut (Peat Forest)
 Tumbuh pada tanah organosol dengan lapisan gambut yang tebal
3) Hutan rawa (Swamp Forest)
 Selalu tergenang air tawar
 Tidak dipengaruhi iklim
 Hutan selalu hijau

12
4) Hutan mangrove atau Hutan bakau (Mangrove)
 Terletak di tepi Pantai
 Didominasi oleh pohon-pohonan tropika dari genus
 Rhizopora (Bakau)
 Avecenia
h. Berdasarkan Fungsi
1) Hutan yang berfungsi untuk perlindungan (Protective Forest)
 Hutan lindung (Protection Forest)
 Hutan konservasi (Conservation Forest)
2) Hutan yang berfungsi untuk produksi (Productive Forest)
 Hutan produksi (Production Forest)
3) Hutan yang berfungsi serbaguna (Multiple Purpose Forest)
 Kombinasi fungsi produksi dan perlindungan
 Dapat berupa hutan untuk produksi dan untuk perlindungan
i. Status Fungsi Penggunaan Hutan di Indonesia (Menurut UU No.41 Tahun
1999 tentang Kehutanan)
1) Hutan konservasi
 Hutan suaka alam : Cagara Alam, Suaka Margasatwa
 Hutan pelestarian alam : Taman Nasional, Taman Hutan Raya,
Taman Wisata
 Taman buru
2) Hutan Lindung
3) Hutan Produksi
 Hutan produksi terbatas
 Hutan produksi biasa
 Hutan produksi yang dapat di konservasi
j. Berdasarkan Status Lahan dan Pengelolaannya
1) Hutan negara (State Forest)
2) Hutan hak (Private Forest) : Hutan milik dan Hutan rakyat
3) Hutan adat (Traditional Law Society Forest)

13
4) Hutan Masyarakat/Komunal (Community Forest, Communal
Forest)
 Pemerintah Desa, Kota
 Masyarakat adat
 Pemerintah setempat
Setiap anggota Masyarakat dapat :
 Berperan serta
 Mendapatkan manfaat
3. Kehutanan
Kehutanan merupakan Sistem pengurusan yang bersangkut paut
dengan hutan, Kawasan hutan dan hasil hutan yang diselenggarakan secara
terpadu.
a. Kehutanan Sebagai Kegiatan
Kegiatan yang bersangkutan dengan hutan dan pengurusannya serta
pengelolaan secara ilmiah untuk kelangsungan/keberlanjutan fungsi dan
hasilnya (barang dan jasa).
b. Kehutanan Sebagai Sistem
Suatu kesatuan yang terdiri dari komponen yng tertata dan saling
berinteraksi satu sama lain. Sifat sistem adalah menyeluruh (holistic) dan
terpadu (integrated).
1) Sistem kehutanan menurut interaksi antar komponen biofisik dan
sosial sebagai pembentuknya

Lingkungan Sistem Kehutanan : Poleksosbud dan keamanan di


tingkat lokal, nasional, internasional

14
2) Sistem kehutanan menurut interaksi antar komponen kegiatan
pembentuknya

Lingkungan Sistem Kehutanan : Aktivitas pembangunan dan


perkembangan peradaban manusia pada tingkat lokal, nasional,
internasional
c. Kehutanan Sebagai Profesi
Orang yang berprofesi kehutanan : Forester (Rimbawan)
Kehutanan : Profesi yang berkenaan dengan ilmu, seni, dan praktek
dalam membangun, membina, menggunakan dan memanfaatkan, serta
mengkonservasikan hutan dan sumberdaya lain yang berhubungan
1) Untuk mencapai tuuan tertentu dalam memenuhi kebutuhan manusia
2) Secara berkelanjutan, keserasian alam sebagai tujuan utama
d. Kehutanan Sebagai Ilmu Kehutanan
Ilmu kehutanan :
 Ilmu yang membahas berbagai hal yang berkenaan dengan praktek
pembangunan, pembinaan, pengkonservasian dan pengurusannya
secara berkelanjutan
Tujuan :
- Mendapatkan manfaat hutan secara optimal
- Memelihara dan meningkatkan kualitas dan produktivitas hutan
 Merupakan ilmu terapan yang bersifat interdisiplin
Inti : Biologi
Penunjang :
- IPA - Sosial
- Matematika - Manajemen
- Ekonomi - Kebijakan

15
4. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah himpunan teori-teori yang berhubungan
satu sama lain, tersusun secara sistematis yang secara keseluruhan mampu
atau dapat dipergunakan untuk menjelaskan gejala-gejala (fenomena-
fenomena) dalam bidang tertentu.
a. Teori adalah sebuah pernyataan :
 Biasanya berisikan hubungan berupa hubungan biasa dan/atau sebab
akibat antar dua factor atau lebih, yang mencerminkan suatu fenomena
dalam bidang tertentu (Fisika, Kimia, Biologi, Sosial, Ekonomi, dll)
atau kombinasi antara bidang-bidang tersebut.
 Telah teruji dan/atau terbukti kebenarannya secara ilmiah, melalui
penelitian yang sistematis dan berulang-ulang.
b. Teori bersifat :
 Universal (Umum)
 Merupakan sebuah abstraksi dan keadaan yang sebenarnya
c. Teori diperoleh melalui proses pembuktian dan pengujian :
 Deduktif (Pembuktian)
 Induktif (Pengujian)
} Dilakukan secara bergantian (Iteratif)

Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan (Suriasumantri, 1984) ada 3 ciri yang


dalam filsafat ilmu, ketiga ciri ilmu pengetahuan tersebut dikaji dalam
cabang-cabang ilmu:
a. Ontology, membahas :
 Apa yang dingin diketahui ? (Obyek, Sasaran)
 Seberapa jauh kita ingin mengetahui ? (Kedalaman, Aspek)
b. Epistemology, membahas :
 Bagaimana cara kita mendapatkan pengetahuan suatu obyek/sasaran?
(Metodologi)
c. Axiology, membahas :
 Apakah nilai atau kegunaan ilmu pengetahuan?

Ciri-ciri suatu kesatuan ilmu pengetahuan :

16
a. Ciri Ontologi (Ontology)
Ontologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu Ontos yang berarti keberadaan
(existance) atau kehidupan/ suatu keadaan atau fakta dari keberadaan atau
kehidupan (being). Lalu Kata Logia, Logos yang berarti Ilmu Pengetahuan
(Science, Theory of). Pengertian khusus ontology adalah ilmu tentang asal
mula kehidupan atau kenyataan. Dan secara umum menjawab apa (sasaran
, objek yang ingin diketahui)
b. Ciri Epistemologi (Epistemology)
Epistemologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu Epistêmê yaitu
pengetahuan (knowledge) atau Epistanai yang berarti mamahami,
meyakini (to understand, believe). Dan kata Logia, Logos yaitu Ilmu
Pengetahuan. Pengertian khusus epistemology adalah ilmu tentang batas-
batas pengetahuan. Secara umum menjawab bagaimana cara mendapatkan
ilmu pengetahuan (metode untuk mendapatkan ilmu pengetahuan) dan
merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membahas filsafat ilmu
pengetahuan.
c. Ciri Axiologi (Axiology)
Berasal dari Bahasa Yunani yaitu Axios yang berarti berguna, berfaedah
(Worthy), dan kata Logia, Logos yang berartu ilmu pengetahuan.
Pengertian khusus axiology adalah ilmu tentang asal-mula dan tipe-tipe
nilai, seperti dalam moral, agama, keindahan, dll. Secara umum menjawab
apa manfaat (nilai, guna) dari ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan dibentuk oleh (terdiri dari) teori-teori ilmiah


TEORI ILMIAH :
Pernyataan tentang suatu kebenaran yang telah teruji secara berulang-ulang
secara ilmiah
Keterangan tentang sesuatu gejala (Fenomena) atau obyek yang
 kebenarannya telah teruji secara berulang-ulang menurut kriteria uji
kebenaran ilmiah (Melalui Penelitian Ilmiah)
Sebuah kebenaran ilmiah harus memenuhi tiga syarat sebagai berikut :
a. Syarat Koherensi

17
Keselarasan/kesejalanan/konsistensi (=tidak bertentangan) dengan
kebenaran lain yang telah diketahui yang bersifat lebih umum (Universal)
keberlakunnya
b. Syarat Korespondesi
 Berhubungan dengan keadaan yang sebenarnya dalam dunia nyata
 Kesesuaian dengan kebenaran dalam keadaan yang sebenarnya di alam
(Dunia Nyata)
c. Syarat Pragmatisme
Memiliki kegunaan praktis bagi kehidupan

Kesatuan Ilmu adalah Suatu kesatuan (Unit) yang utuh sebagai


ilmu yang memiliki ciri- ciri tertentu yang dapat dibedakan dengan kesatuan
ilmu lainnya dan menduduki tingkatan tertentu dalam hirarki ilmu
pengetahuan. Dan Hirarki Ilmu merupakan Suatu himpunan kesatuan ilmu
yang disusun dari kesatuan ilmu yang paling kecil (Khusus) ke kesatuan yang
paling besar (Umum). Contoh Hirarki dalam Ilmu Pengetahuan :

Gambar 2.1 Alur hirarki ilmu pengetahuan


Contoh Hirarki Ilmu Untuk Bidang Pertanian
Rumpun Ilmu : Agrocomplex (Petanian dalam arti luas)
Pohon Ilmu : 1. Kehutanan 3. Peternakan
2. Pertanian (dalam arti sempit) 4. Perikanan, dll
Cabang Ilmu : Dalam pohon ilmu kehutanan :
1. Manajemen hutan 3. Budidaya Hutan (Silvikultur)
2. Konservasi Sumberdaya Hutan 4. Teknologi Hasil Hutan

Ciri-ciri ilmu (pengetahuan) kehutanan


a. Aspek Ontologi
Objek/ Sasaran yang ingin diketahui adalah Hutan sebagai ekosistem dan
lingkungannya. Lingkungan ekosistem hutan mencakup 1) manusia/

18
masyarakat, 2) Lahan dan ekosistem lain. Aspek-aspeknya adalah ciri-ciri
(atribut); potensi; dan komponen, hirarki, interaksi.
b. Aspek Epistemologi
Metodologi : - Eksperimen (empiris) - Pendekatan Sistem
c. Aspek Axiologi
Telah teruji sebagai dasar untuk menguak berbgaai fenomena dalam
ekosistem hutan dan lingkungan
 Menjelaskan macam, besar, dan nilai kekayaan ekonomi hutan
 Menjelaskan macam dan pola hubungan yang khas antar komponen
dalam ekosistem hutan dan dengan lingkungannya
 Menjadi dasar (bahan masukan) untuk mengembangkan teknologi,
Teknik manajemen dan kebijakan dalam pengelolaan hutan

Klafikasi ilmu pengetahuan (antara lain) :


a. Berdasarkan orientasi pengembangan (unsur pembentuk)
1) Ilmu pengetahuan murni (dasar) : Pure/Basic Science
 Pengembangan Teori Dasar
- Kimia Murni
- Fisika Murni
- Teori Matematika, dst.
2) Ilmu pengetahuan terapan (applied science)
 Pengembangan penerapan teori
- Bioteknologi
- Fisika Terapan
- Kimia Terapan
- Matematika Terapan, dst.
b. Bidang bahasan
1) Monodisiplin
 Satu bidang ilmu : kimia, fisika, biologi, dst.
2) Oligodisiplin
 Dua bidang ilmu : sosial-ekonomi pertanian, dst.

19
3) Multidisiplin
 Tiga bidang ilmu atua lebih
 Interdisiplin
Multidisiplin dalam kelompok bidang ilmu yang sejenis
- Pengelolaan DAS
- Pengelolaan hutan, dst.
c. Keperluan terhadap data dalam pengembangan teori
1) Ilmu pengetahuan yang tidak berhubungan dengan (tidak
memerlukan) data
 Non empirical science
 Matematika : - Aksioma
- Postulat
- Dalil
 Filsifat : Deduktif
- Premis Mayor
- Premis Minor
- Kesimpulan
2) Ilmu pengatahuan yang berhubungan dengan (memerlukan) data
 Empirical science
 Ilmu alam : - Fisika - Kimia
 Ilmu-ilmu sosial
 Ilmu ekonomi
Identitas Ilmu Kehutanan (Forestry Science)
1) Ilmu Terapan
2) Interdispilin
3) Bersifat Empiris
d. Ruang lingkup Kehutanan
1) Bidang ilmu-ilmu komponen dasar pokok
 Biologi  Ilmu Tanah
 Dendrologi  Silvikultur
 Ekologi  Perlindungan Hutan
 Hidrologi  Dasar-dasar Konservasi Alam

20
2) Bidang ilmu-ilmu komponen dasar pendukung
 Matematika  Ekonomi
 IPA (Fisika, Kimia)  Sosial
 Metode Penelitian Ilmiah

3) Bidang ilmu-ilmu pengukuran Sumbedaya Hutan


 Ilmu Ukur Hutan, Invent SDH  Analisis Kuantatif
 Teknik Pengambilan Contoh  Survei dan Pemetaan
 Penggunaan Komputer
4) Bidang ilmu-ilmu pengelolaan konservasi SDH
 Pemanfaatan dan Pengunaan Hutan
 Pengelolaan Tegakan Hutan, HHBK, dan Ekosistem Hutan
secara Terpadu
 Sistem Pengelolaan Berdasarkan Manfaat Ganda Ekosistem
Hutan : Kayu, Air, Satwa Liar, Obyek Wisata, Fungsi Budaya,
Fungsi Ilmu Pengetahuan, Fungsi Keindahan

5) Bidang ilmu-ilmu pemanfaatan dan pengolahan hasil hutan


 Sifat-sifat Hasil Hutan  Pengolahan Hasil Hutan
 Perlindungan Hasil Hutan  Pengendalian Kualitas

6) Bidang ilmu-ilmu administrasi, komunikasi, dan kebijakan kehutanan


 Perundang-Undangan Kehutanan dan Lingkungan Hidup
 Kebijakan Kehutanan
 Ekonomi Kehutanan
 Penyuluhan Kehutanan
 Manajemen Perusahaan

Hirarki Ilmu Kehutanan

Gambar 2.2 Alur hirarki ilmu kehutanan

21
Posisi Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika Lingkungan (PIKEL) dalam Ilmu
Kehutanan

Posisi relatif PIKEL dalam Ilmu Kehutanan disusun dalam Hirarki Abstrak
ilmu-ilmu dasar dan terapan.

C. Hutan dan Peradaban Manusia


1. Peranan Hutan Bagi Perkembangan Peradaban Manusia
Urutan peran sumberdaya alam dalam perkembangan peradaban manusia
1) Air segar 2) Tanah yang subur 3) Hutan 4) SDA Lain
Khusus untuk hutan
Manusia purba : - Tempat tinggal - Sumber bahan bakar (kayu bakar)
- Sumber makanan
Manusia modern :
 Bahan Bakar  Bahan utk membuat tempat
perlindungan
 Bahan untuk membuat kertas  Bahan utk membuat alat
transportasi laut jembatan
 Sumber lahan untuk pertanian  Bahan utk membuat pakaian
(pangan) (sandang)
 Sumber bahan makanan  Sumber lahan utk tempat
(pangan) pemukiman, industri, reaksi
 Penghasil jasa ekologis
 Dll

Data Kehutanan
a. Kayu dan hasil turunannya memiliki nilai komoditi dunia urutan ke tiga,
setelah minyak bumi dan gas alam

22
b. Hasil hutan (kayu, pulp, kayu bakar) menyumbang nilai > US $ 400
miliyar terhadap ekonomi dunia (>PNB Arab Saudi + PNB Swiss)
(1990)
Pada saat ini :
 Bahan baku obat penyakit berat
 Bahan tertentu pada pesawat ulang alik NASA
 Tiang Listrik, tiang tilpon, pada beberapa negara
 Bagian pada teknologi mutakhir
Dikatakan : Hutan merupakan otot peradaban manusia ‘Forest is the Sinew of
Civilization’ di muka bumi
 Pengikat antar satu tahapan peradaban manusia ke tahapan peradaban
berikutnya yang lebih maju
 Sumber kekuatan dalam perkembangan manusia
 Penghubung (perekat) peradaban manusia antar generasi

Bentuk Kebutuhan-Kebutuhan Baru Manusia Terhadap Hutan dan


Jasa Ekosistem Hutan Masa Depan
1) Lahan untuk pemukiman dan Perindustrian baru
2) Lahan untuk fasilitas kepentingan umum
3) Tumbuhan untuk sumber bibit unggul, satwa liar, jasad renik (plasma
nutfah)
4) Sumber bahan baku obat-obatan
5) Sumber bahan baku pangan baru
6) Berbagai jasa ekologis, : perlindungan bencana alam dan polusi, udara
segar, keindahan, kenyamanan
7) Status sosial dalam Masyarakat, jati diri manusia dan bangsa
8) Posisi tawar suatu bangsa dalam percaturan politik internasional

2. Perkembangan Bentuk Interaksi Manusia dengan Hutan


Cara pengungkapan bentuk interaksi :
a. Berdasarkan bentuk-bentuk pengelolaan yang dilakukan
 Bersifat struktural

23
 Disusun menurut periode waktu
b. Berdasarkan bentuk-bentuk fungsi yang diharapkan dan bentuk-bentuk
saling ketergantungannya
 Bersifat fungsional
 Disusun menurut sifat hubungan, bebas terhadap periode waktu
Pergeseran bentuk interaksi manusia dengan hutan yang bersifat melingkar :

Gambar 3.1 Alur lingkaran bentuk interaksi manusia dengan hutan


Diantara dua periode ini dapat terjadi bentuk interaksi yang pada saat ini
belum terbayangkan.

D. Pengurusan Hutan di Indonesia


1. Pengertian dan Ruang Lingkup Pengurusan Hutan
Pengurusan Hutan : - Forest Governance (Ketataprajaan Hutan)
- Forest Administration (Administrasi Hutan)
- Forest Stewardship (Pengurusan Hutan)
Pengurusan Hutan merupakan seluruh tindakan manajemen terhadap
SDH untuk mendapatkan totalitas barang-barang, manfaat-manfaat, dan
nilai-nilai yang dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan
kelestariannya untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Kata Kunci :
 Seluruh SDH → Tanpa ada klasifikasi/pengelompokkan fungsi atau
tujuan
 Seluruh totalitas barang, manfaat, nilai-nilai
 Seluruh kegiatan manajemen : - Perencanaan - Pelaksanaan
- Pengorganisasian - Pengawasan

24
Ruang Lingkup kegiatan
1. Perencanaan Kehutanan 3. Litbang dan Diklathut Kehutanan
2. Pengelolaan Hutan 4. Pengawasan

Pengelolaan Hutan (Forest Management) merupakan praktek


penerapan prinsip-prinsip/ terori-teori ilmu pengetahuan (dalam bidang
Biologi, Fisika, Kimia, Analisis Kuantitatif, Manajemen, Ekonomi, Sosial,
Analisis Kebijakan) dalam kegiatan-kegiatan :
- Membangun atau meregenerasikan - Memanfaatkan
- Membina - Mengkonservasikan

Dengan tujuan untuk mendapatkan Tujuan atau tujuan-tujuan, sasaran atau


sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, dengan tetap mempertahankan
produktivitas dan kualitas hutan.
Ruang Lingkup Kegiatan :
1. Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
2. Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan
3. Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
4. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Perencanaan Kehutanan :
1. Inventarisasi Hutan 4. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan
2. Pengukuhan Kawasan Hutan 5. Penyusunan rencana-rencana kehutanan
3. Penatagunaan Kawasan Hutan

Hasil Perencanaan Kehutanan :


1. Karakteristik dan potensi ekosistem hutan diketahui
2. Status lahan kawasan hutan tertentu (definitive)
3. Fungsi penggunaan kawasan hutan tertentu (Kawasan Hutan Lindung,
Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Konservasi)
4. Terbentuk unit-unit pengelolaan hutan untuk setiap fungsi penggunaan
hutan
5. Tujuan pengelolaan dalam setiap unit pengelolaan hutan tertentu

Pengelolaan Hutan dilakukan :


1. Pada setiap unit pengelolaan hutan untuk setiap fungsi
2. Berdasarkan tujuan dan sasaran pengelolaan yang sudah ditetapkan

25
3. Dengan mempertahankan kualitas, fungsi, dan produktivitas (tetap atau
terus meningkat
2. Sejarah Pengurusan Hutan di Indonesia
a. Zaman sebelum tahun 1602
 Arti hutan dalam kehidupan manusia sama dengan keadaan pada
masyarakat primitive
 Hutan atau jenis pohon tertentu dihormati karena diyakini sebagai
tempat inkarnasi jiwa leluhur mereka
 Pada masa Hindu, masyarakat di Pulau Jawa diperkirakan sudah
mulai menanam pohon (Buku Pararaton menyebut istilah
pengalosan (1247), menurut Altona (1927) pejabat yang memiliki
kewenangan untuk menentukan penggunaan sebidang lahan
 Ditanam hutan jati secara besar-besaran di Pulau Jawa
b. Zaman Kongsi dagang Belanda (1602-1799)
 Tahun 1602 berdiri organisasi dagang Belanda :VOC = Kompeni
pada masa gemilang Kerajaan Mataram menghasilkan beberapa
catatan penting, yaitu :
- Hutan dianggap sebagai domein (hak milik) Raja (Mataram,
Sultan Banten, Sultan Cirebon)
- Residen, Sunan melakukan perjanjian penyewaan daerahnya
dengan Kompeni
- Keputusan agraria 1870 (semua lahan yang diatasnya tidak bisa
dibuktikan hak miliknya, menjadi domein negara
- Kebutuhan Kompeni terhadap kayu, terutama kayu jati tinggi
- Telah dirintis usaha pelestarian produksi kayu jati akibat
kekurangan persediaan, tetapi gagal
c. Zaman Hindia Belanda : Pemungutan Hutan Non Ilmiah (1800-1850)
 VOC (Kompeni) dibubarkan tahun 1796 sehingga daerah
kekuasaannya menjadi tanah jajahan Hindia Timur (Indonesia)
 Pengaturan Hutan diatur dalam Plakat Kehutanan 1808
- Hutan sebagai domein negara hanya untuk kepentingan negara
- Pemangkuan hutan oleh dinas khusus di bawah Gubernur
- Semua kegiatan teknis dilakukan oleh rakyat dengan sistem
upah

26
- Prioritas peruntukan kayu : negara, swasta
- Ada izin penebangan kayu untuk rakyat
d. Zaman Hindia Belanda : pemangkuan hutan secara ilmiah (1850-1942)
 Tahun 1849 ke Hindia Belanda dikirim 3 orang ahli Kehutanan dan
ahli Geodesi
 Dibuat beberapa UU untuk mengatur pengelolaan hutan :
- Ada definisi hutan negara
- Hutan negara terdiri atas hutan jati dan hutan rimba
- Hutan rimba : hutan tetap dan hutan tidak tetap
- Pemangkuan hutan mencakup penataan hutan, pemanenan
hutan, pengamanan hutan
 Pengelolaan hutan diatur dalam UU (Reglemen Hutan)
 Ada instansi pengelola hutan “Boswezen”
 Mulai diadakan penataan hutan secara sistematis di Pulau Jawa
(1897) di buat KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan (Houtvesterij)
Kradenan Utara, bekas areal ini sekarang masuk BKPH Purwodadi
 Mulai dirintis kegiatan perlindungan hutan → ditetapkan hutan
konservasi pertama : hutan di depok seluas 6 Ha, dilindungi sejak
tahun 1714
 Mulai merintis Litbang Kehutanan (1913) : Beekman, Wolf von
Wulfing, Ferguson, dll (Majalah ilmiah : Tectona)
e. Zaman pendudukan Jepang (1942-1945)
 Boswezen diubah menjadi Ring Yoo Thuoo Zimusyo, Pusat di Jakarta
 Kegiatan pengurusan hutan :
- Perencanaan hutan : kurang diperhatikan
- Pembinaan hutan : reboisasi, perlindungan hutan, rehabilitasi
lahan
- Pelestarian alam : tidak ada usaha yang terencana
- Litbang : kurang mendapat perhatian
f. Zaman perang kemerdekaan (1945-1949)
 Pengurusan Hutan oleh Jawatan Kehutanan RI
 Kegiatan pengurusan hutan :

27
- Perencanaan hutan : dibuat rencana perusahaan (berlaku 10
tahun)
- Pemanfaatan hutan : terbatas
- Pembinaan hutan : penanaman kembali, mulai membangun
hutan industri
- Litbang : dilakukan percobaan penanaman kayu asing
- Diklat : didirikan Sekolah Menengah Kehutanan, kursus-kursus,
dan Sekolah Tinggi Kehutanan (Akademi Kehutanan di
Yogyakarta, Pendidikan Tinggi Kehutanan di Klaten → UGM
Yogyakarta, Jurusan Kehutanan – Fakultas Pertanian –
Universiteit van Indonesia di Bogor → IPB
g. Zaman Demokrasi Liberal (1950-1959)
 Awal pembangunan kehutanan pada periode kemerdekaan
 Pengurusan hutan oleh : Jawatan Kehutanan di bawah DEPTAN
 Kegiatan pengurusan hutan :
- Perencanaan hutan : pengukuhan kawasan hutan, penataan
hutan oleh bagian Planologi Kehutanan, Luas kawasan hutan :
125,29 juta Ha (SK Mentan No.73/UM/52)
- Pembinaan hutan : reboisasi, perlindungan hutan, rehabilitasi
lahan
- Pelestarian alam : pertama kali dimasukkan dalam pengurusan
hutan (Seksi Perlindungan Hutan, 1951)
- Litbang : dibuat balai besar penyelidikan kehutanan – Bogor
(1956)
- Diklat : didirikan Sekolah Menengah Kehutanan dan kursus-
kursus
h. Zaman Demokrasi Terpimpin (1960-1965)
 Dibuat Garis-Garis Besar Pembangunan Nasional Semesta
Berencana tahap pertama (1961-1969) oleh Dewan Perancan
Nasional (Depernas) → Bappenas
 Mulai dilaksanakan desentralisasi urusan kehutanan dan perusahaan
kehutanan negara
 Dibentuk perusahaan kehutanan negara (PERHUTANI) : 1961
 Pertama kali berdiri Departemen Kehutanan pada Kabinet Dwikora
(1964)/ Kabinet 100 menteri
 Kegiatan pengurusan hutan mulai dilaksanakan secara sistematis

28
Dibuat UU No.5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
i. Zaman Orde Baru (1965-1998)
 Supersemar (1966)
 Pengurusan hutan oleh : Ditjen Kehutanan pada Deptan s/d 1983
Mulai Kabinet Pembangunan IV (1983) dibentuk Departemen
Kehutanan secara fungsional pengurusan hutan berhubungan dengan
Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
(KLH)

29
j. Zaman Reformasi (1998-sekarang)
 Pengurusan hutan dilakukan oleh :
- Departemen Kehutanan dan Perkebunan (1998-1999)
- Depatemen Pertanian : Kementerian Muda Kehutanan (2000)
- Departemen Kehutanan (2000-sekaran)
 Dibuat UU 41. Tahun 1999 tentang Kehutanan – disahkan 30-09-
1999, pengganti UU No.5 Tahun 1967
 Kegiatan pengurusan hutan :
Terikat oleh LOI (Letter of Intent) sebagai akibat adanya bantuan
IMF
 Ditetapkan 12 komitmen pemerintah dalam pengurusan hutan
3. Pengurusan Hutan di Indonesia di Masa yang Akan Datang
a. Permasalahan
 Perbedaan pendapat dan persepsi terhadap UU tentang Kehutanan →
status hutan, desentralisasi kehutanan
 Praktek pengrusakan hutan akibat adanya permasalahan dasar
(penyamaan persepsi, Illegal Logging, kebakaran hutan, konservasi
lahan hutan, dll)
b. Upaya penyempurnaan
 Penyamaan persepsi Bangsa Indonesia tentang Hutan dan
Kehutanan
 Sistem pengurusan hutan
 Prinsip pengelolaan hutan
 Pembenahan hutan dan kehutanan

E. Pengelolaan Hutan Lestari (Sustainable)


1. Mengapa Hutan Harus di Kelola Secara Lestari
 Perubahan kehidupan agraris menjadi industri : perubahan pola
kehidupan sesuai proses alami menjadi eksploitasi SDA (terutama SDA
tidak diperbaharui)

30
 Pertambahan penduduk menyebabkan pertambahan kebutuhan manusia
semakin besar dan terjadi revolusi industri yang menyebabkan kerusakan
ekosistem hutan
1) Hukum Malthus (1830) : pertumbuhan penduduk mengikuti deret
ukur, sedangkan produksi pangan mengikuti deret hitung. Maka
terjadilah pembukaan lahan dan eksploitasi alam.
2) Sacara alami, Bumi hanya mampu menghidupi 2 milyar manusia,
tetapi berkat Haber (1913) yang menemukan pupuk N maka terjadi
revolusi industri akibatnya terjadi ketidakseimbangan ekosistem :
polusi, pestisida DDT, pencemaran merkuri (penyakit Minamata),
pecemaran lingkungan.
 Masalah global saat ini : Pertumbuhan penduduk, pemanasan global,
kerusakan ozon, hujan asam, kerusakan hutan (deforestation dan
penggurunan hutan/deseartation), pencemaran udara dan air (lautan dan
air tawar), kelestarian biodiversity, pembangunan yang tidak
berkelanjutan (unsustainable development)

2. Konsep Pembangunan Hutan Berkelanjutan (Sustainable Forest


Management / SFM)
Istilah lestari selalu menjadi bagian dari konsep kehutanan yang
universal. Konsep ini bermula dari kelestarian hasil produksi, panen yang
terukur berdasarkan hasil panen yang sama dari tahun ketahun, tidak
menurun atau panen yang progresif. Sesuai perkembangan lingkungan
hidup dan kelestarian SDA, maka sistem pengelolaan hutan harus dapat
menjamin kelesterian multidimensi, yaitu : Kelestarian SDA, Kelestarian
hutan dan hasil hutan, Kelestarian fungsi lingkungan, Kelestarian manfaat
bagi masyarakat.
KTT Bumi di Rio de Janeiro menghasilkan prinsip-prinsip dasar
dalam pengelolaan hutan lestari meliputi :
- Kepemilikan hutan
- Tujuan pengelolaan SDH
- Kebijakan dalam pengelolaan hutan

31
- Langkah-langkah dalam pengelolaan dan pembangunan hutan
- Nilai hutan
- Keseimbangan manfaat ekonomi dan ekologi
- Pendanaan, Teknik dan sistem pemasaran hasil hutan
- Peranan hutan tanaman
- Peningkatan peranan hutan alam
- Kebijakan pengelolaan hutan
- Peranan IPTEK, Kerjasama internasional dalam penelitian/
pengembangan
- Aturan perdagangan internasional termasuk pajak/tarif

Regulasi pengelolaan hutan di Indonesia lahir terlambat. UU No. 41 Tahun


1999 tentang Kehutanan : Bagian kedua : asas dan tujuan
Pasal 2 : Penyelenggaraan kehutanan berasaskan manfaat dan lestari,
kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan ketepaduan
Pasal 3 : Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan :
1) Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran
yang proporsional
2) Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi,
fungsi lindung, fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan,
sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari
3) Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai
4) Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan
keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan dan
berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan
sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan
eksternal
5) Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan

32
F. Teori Etika dan Etika Lingkungan
1. Peranan Perguruan Tinggi (Universitas) Dalam Masyarakat
Sejarah Kelahiran & Perkembangan Universitas
a. Zaman Yunani Klasik
1) Academy
Dalam Bahasa Yunani :
 Academe : sekoah, khususnya college atau Universitas
 The Academy : pengikut Plato atau filosofi Plato
 Academy yang didirikan oleh Plato (427-347 SM) pada tahun 387
SM di dekat Athena merupakan cikal bakal universitas dan
masyarakat ilmiah (scientific societies)
 Plato mengajar selama 40 tahun
 Dasar pengajaran : Doktrin Idealisme
Doktrin Edialisme :
Tujuan ilmu adalah untuk menjelaskan mengapa segala sesuatu
adalah seperti apa adanya dan adalah tidak mungkin berharap untuk
merubahnya secara mendasar.
 Materi yang diajarkan : Matematika, Astronomi, dan Seni Musik
 Pengajaran sudah mengikuti pendekatan modern, terutama untuk
matematika dan astronomi
 Ilmu-ilmu tersebut diajarkan demi kepentingan ilmu itu sendiri
(for their own sake) → tidak ada penekanan pada fungsi sosial
ilmu-ilmu tersebut
 Academy dapat bertahan selama 1000 tahun berkat nama besar
Plato dan ditopang oleh sejarah kejayaan Yunani Kuno
 Academy ditutup tahun 525 M
 Selama masa hidupnya, academy dianggap tempat belajar untuk
mendapat jabatan terhormat bagi pemuda keluarga terpandang
saja (bersifat feudal)
2) Lyceum
 Merupakan institusi yang didirikan oleh Aristotle → ‘Aristoteles’
(384-322 SM)
 Aristotle adalah bekas murid Plato yang meninggalkan Academy
sesudah Plato meninggal (347 SM)
 Aristotle merupakan orang yang lebih bersifat logician (rasional),
berbeda dengan Plato yang cenderung filosofis moral

33
 Aristotle adalah pencetus filsafat ‘Common Sense’ :
- Orang hendaknya menerima segala sesuatu seperi apa adanya
dan segalanya akan berlanjut seperti yang telah berlalu
- Ia tidak melihat perlunya perubahan status
 Kontribusi penting yang diwariskan Aristotle dan Lyceumnya :
Logika, Biologi, Fisika, Humaniora (humanities)
 Falsafah Pendidikan ilmu di Lyceum = Academy : ‘Ilmu hanya
untuk ilmu itu sendiri
 Konsep yang sekarang dipakai hasil pemikiran Aristotle :
- Konsep jenius dan differentia
- Logika Syllogism (silogisme)
 Pendidikan Lyceum bersifat feudal, hanya dinikmati anggota
lapisan elit masa itu
3) Museum Alexandria
 Berkembang di Alexandria, (Kota Pelabuhan di Mesir) biasa
dikenal sebagai ‘The Museum’
 Dianggap sebagai cabang dari Lyceum di Yunani, berdiri pada
masa akhir Lyceum
 Tokoh yang terkenal : Strato, mengajar di Lyceum dan The
Museum
 Museum dari Alexandria dianggap sebagai : institusi pertama
dalam sejarah manusia yang :
- Secara sadar dan sengaja mendapatkan pembiayaan dari pihak
lain dalam kegiatan menata ilmu
- Merupakan lembaga research pertama yang dibantu oleh
negara (Raja)
 Konstribusi terhadap IPTEK : Artistik, Sastra, Filsafat (tidak
terlalu besar)
 Beberapa ilmuwan/penemu yang terkenal :
- Nypparcus (190-120 SM) : pencipta berbagai instrument
dalam bidang astronomi → masih dipakai pada abad 20
- Ptolemy (90-168 M) : teori tata letak planet → dianut selama
1000 tahun
4) Rangkuman pendidikan sekolah Zaman Yunani Klasik
 Dilaksanakan oleh badan swasta
 Hanya dinikmati oleh anggota lapisan masyarakat elit : keluarga
terpandang dan penguasa
 Pendekatan : mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan dari
dan untuk ilmu itu sendiri. Tidak ditinjau dari aspek etika dan
sosial ilmu tersebut

34
 Lulusan dan hasil pemikiran yang muncul : memiliki dampak
sosial, tetapi kewajiban sosial institusi belum dituntut oleh
masyarakat
 Tuntutan sosial ini baru muncul setelah kumpulan imu
pengetahuan cukup besar dan perkembangan struktur sosial
masyarakat mencapai taraf lebih maju
 Pasca Zaman Yunani Klasik (Hellenic Greek), pengembangan
ilmu pengetahuan di Eropa dan disekitar Laut Tengah banyak
dipengaruhi oleh agama :
- Di Barat oleh agama Nasrani, dilakukan di Monasteries dan
Convents (Biara untuk pria & Wanita)
- Di bagian Timur oleh agama Islam, dilakukan dalam madrasah
Masing-masing dilakukan untuk pengembangan agama sendiri
Pengembangan Pendidikan dan ilmu berjalan dengan sangat
lambat sampai pada zaman pertengahan

5) Zaman Pertengahan
 Abad X pihak gereja merasa : rohaniawan gereja perlu memiliki
intelektualitas yang cukup (dapat berfikir, dapat membaca, dapat
menulis menjadi lebih baik), akibat : Kumpulan ilmu (Body of
knowledge) cukup besar, dan Masyarakat makin kritis (semangat
mempertahankan makin tinggi)
 Kebutuhan tenaga terdidik ini pada mulanya dapat dipenuhi oleh
gereja Katherdal di kota-kota besar (di Perancis)
 Abad XII → sekolah seperti ini berkembang menjadi universitas
modern sekarang, di Eropa
 Beberapa universitas yang berdiri masa ini :
- The University of Paris (1160)
- Universitas di Bologna (Itali)
- Berdiri beberapa universitas di Inggris, Jerman, Hongaria,
dan Austria
 Karakteristik universitas masa itu :
- Memiliki otonomi sangat luas
 Universitas dan mahasiswa memiliki hak khusus untuk
melaksanakan sistem hukum sendiri, terpisah dari negara
 Menilai dan mangangkut guru besar sendiri
 Menentukan macam gelar akademis sendiri →
menentukan PS dan sistem ujian sendiri
 Terbentuk hubungan ketergantungan penguasa dan masyarakat
terhadap universitas

35
 Adanya hubungan timbal balik antara universitas dengan
penguasa dan masyarakat → mengukuhkan adanya dimensi
(peran, fungsi) sosial pada kehidupan universitas
Paham Humanisme
6) Zaman Renaissance
 Renaissance → gerakan masyarakat berawal di Italia, berdasarkan
aliran masyarakat untuk menghidupkan kembali budaya Yunani
Klasik
 Tidak membawa perubahan mendasar pada universitas dalam hal
organisasi, fungsi sosial maupun sistem Pendidikan
- Materi Pendidikan : produk budaya Yunani Kuno
- Membawa perubahan yang radikal dalam sikap-sikap
masyarakat masa itu, yaitu perubahan radikal setiap
masyarakat dari sikap yang cenderung merendah, mengalah,
menjadi orang yang bersikap bangga/membanggakan diri,
agresif, dan mandiri
Gerakan humanisme pada zaman Renaissance membawa
tendensi dekadensi, mementingkan Pendidikan kaum elitis,
dan sangat mementingkan estetika dalam seni sastra,
meninggalkan sains, dan Pendidikan menjadi formal, kaku,
dan retorik
- Pada akhir zaman Renaissance :
Pendidikan mencapai taraf yang siap untuk reformasi menuju
sistem modern
7) The Age of Reason (Masa Daya Nalar/ Akal Sehat)
 Renaissance melahirkan perilaku liberal, individual dan
melahirkan ’The Age of Reason’ pada Abad XVIII
Segala sesuatu didasarkan kepada akal sehat (nalar). Pada abad
ini tumbuh masyarakat yang berprilaku Egaliter, Toleran dan
Demokratis yang timbul atas dasar :
- Sikap-sikap tersebut merupakan perilaku yang wajar dan
masuk akal (reasonable)
- Menjawab rasa perikemanusiaan yang tumbuh dalam
masyarakat
 Universitas tidak dibenarkan memiliki tata hukum sendiri
 Otonomi luas universitas yang diperoleh pada Zaman
pertengahan menjadi berkurang dan sempit sejalan meningkatnya
evolusi politik dan sosial dalam masyarakat

36
Pada akhirnya hanya kebebasan akademik saja yang dimiliki
universitas.
Penerapan di Indonesia :
 Dalam otonomi perguruan tinggi di Indonesia (pasal 24 UU
No.20/2003 tentang Sisdiknas) diatur sebagai berikut :
(1) Dalam penyelenggaraan Pendidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan pada PT berlaku : kebebasan akademik,
kebebasan mimbar akademik, otonomi keilmuan.
a) Kebebasan akademik : kebebasan anggota sivitas
akademika (dosen + mahasiswa) dalam melaksanakan dan
mengembangkan ilmu, teknologi dan/atau seni (IPTEKS)
melalui kegiatan Pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat sesuai dengan norma dan kelaziman
akademik yang berlaku.
b) Kebebasan mimbar akademik : kebebasan anggota sivitas
akademika dalam menyebarluaskan hasil penelitian dan
menyampaikan pandangan akademik melalui pertemuan
ilmiah, perkuliahan, ceramah, seminar, diskusi, dan
simposium, publikasi ilmiah dan ujian dalam rangka
kegiatan pembelajaran.
c) Otonomi keilmuan : kemandirian dan kebebasan suatu
cabang IPTEKS yang melekat pada kekhasan/keunikan
cabang IPTKES tersebut dalam mengungkap,
menemukan, dan/atau mempertahankan kebenaran
menurut paradigma keilmuannya untuk menjamin
pertumbuhan ilmu secara berkelanjutan.
(2) PT memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya
sebagai pusat penyelenggaraan Pendidikan tinggi, penelitian
ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.
(3) PT dapat memperoleh sumber dana dari masyarakat yang
pengelolanya dilakukan berdasarkan prinsip akuntabilitas
publik.
b. Zaman Modern
Awal perkembangan pada abad XX (Universitas Berlin, sejak 1890),
Pendidikan Universitas Sejati (Real University) : memberikan
pengajaran ilmu, mengembangkan ilmu melalui riset. Memasuki Abad
XXI mengalami perubahan mendasar, universitas dituntut untuk
memiliki ciri akademik, sosial, dan etik.

37
1) Ciri Akademik
 Universitas berkewajiban untuk :
- Mengkaji dan mengembangkan ilmu melalui riset
- Ada yang berpendapat : Universitas harus dapat menciptakan
ilmu
 Pengkajian ilmu bukan hanya untuk ilmu itu sendiri (Zaman
Yunani Klasik), tetapi harus memiliki nilai sosial :
- Bobot untuk kegunaan praktis, dapat digunakan oleh
masyarakat
Untuk melaksanakan kewajiban tersebut diperlukan kebebasan
akademik :
 Kebebasan berfikir (freedom of thought)
 Kebebasan menyatakan pendapat secara lisan maupun tertulis
(freedom of speech and writing)
2) Ciri Sosial
 Universitas memiliki masyarakat pakar yang langka, bahkan
memonopoli, tidak etis bila tidak ada kepedulian sosial
 Cara terbaik melaksanakan kewajiban ini : melalui Pendidikan
dan penelitian; Mengembangkan hasil kajian ilmu dan teknologi
menjadi produk yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat
 Menghormati dan melaksanakan peraturan perundangan yang
berlaku (menyempurnakannya untuk mewujudkan kehidupan
bernegara lebih beradab
 Melindungi masyarakat dari berbagai penyalahgunaan hasil
temuan dan dampak negative yang ditimbulkan
3) Ciri Etik
 Universitas wajib peka terhadap aspek etik dari masalah yang
dihadapinya
 Batas antara masalah sosial dan etik sulit ditentukan :
- Diskriminasi terhadap agama, ras, gender, usia
- Pengembangan senjata
- Abortifasien (penyebab abortus)
- Kloning
2. Teori Etika
Secara etimologis, etika berasal dari kata (Yunani) : Ethos (jamak :
Ta Etha), berarti adat istiadat, kebiasaan. Etika memiliki pengertian yang

38
lebih luas dari moralitas. Etika sebagai ilmu merupakan bagian dari ilmu
filsafat : filsafat moral, yaitu ilmu yang membahas dan mengkaji secara kritis
persoalan benar dan salah secara moral tentang bagaimana harus bertindak
dalam situasi konkret. Tinjauan kritis diperlukan terhadap :
a. Norma dan nilai yang diberikan oleh etika :
 Apakah norma dan nilai moral itu harus dipatuhi begitu saja dalam
situasi konkret ?
 Bolehkah dilanggar ?
 Atas dasar apa boleh melanggar, agar kita tetap baik
b. Situasi khusus yang dihadapi dengan segala keunikan dan
kompleksitasnya
c. Berbagai paham yang dianut oleh manusia atau masyarakat tentang apa
saja, untuk menentukan pilihan dan prioritas moral yang diutamakan
Tiga Teori Etika :
a. Etika Deontologi
Dalam Bahasa Yunani : Deon = kewajiban, Logos = teori, ilmu. Minat
etika deontologi, suatu tindakan dinilai baik atau buruk ditentukan oleh
apakah tindakan itu menjadi kewajiban. Jadi suatu tindakan menjadi baik
karena memang baik bagi dirinya sendiri. Sebaliknya suatu tindakan
menjadi buruk karena tindakan itu secara moral buruk sehingga tidak
menjadi kewajibannya.
b. Etika Teleologi
Dalam Bahasa Yunani : Telos = tujuan. Etika teleologi menilai baik
buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat dari tindakan itu.
Egoisme etis : menilai akibat suatu tindakan terhadap dirinya sendiri.
Utilitarianisme : menilai akibat suatu tindakan terhadap banyak orang.
c. Etika Keutamaan
Etika keutamaan (virtue-ethics) mengembangkan pandangan berupa :
lebih mengutamakan pengembangan karakter moral pada setiap orang.
Nilai moral tidak muncul dalam bentuk adanya aturan larangan atau

39
perintah tetapi dalam bentuk teladan moral yang nyata dipraktekan oleh
tokoh-tokoh tertentu dalam masyarakat.

3. Etika Lingkungan
Sebuah kritik atas etika yang selama ini dianut oleh manusia yang
dibatasi pada komunitas sosial manusia → etika lingkungan menuntut agar
etika dan moralitas tersebut diberlakukan juga bagi komunitas biotis atau
ekologis. Tiga model/ teori/ aliran/ etika lingkungan :
a. Antroposentrisme (Shallow Environmental Ethics)
 Memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta
 Menganggap hanya manusia yang memiliki nilai dengan sendirinya
(konsep etika, moral hanya berlaku bagi manusia)
 Makhluk atau benda mati lain hanya memiliki nilai apabila memiliki
manfaat untuk kepentingan manusia
b. Biosentrisme (Intermediate Environment Ethics)
 Memandang manusia dan makhluk hidup lain sebagai komponen
terpenting dalam sistem alam semesta
 Manusia dan makhluk hidup lain memiliki nilai dengan sendirinya
(subyek moral)
c. Ekosentrisme (Deep Environment Ethics)
 Ekosentrisme memusatkan etika pada keseluruhan komponen
ekologi (makhluk hidup dan benda mati)
 Pada kenyataannya antara kehidupan (manusia dan makhluk hidup
lain) dengan benda mati saling berinteraksi, ada ketergantungan satu
sama lain dalam mempertahankan keberadaan alam semesta
 Manusia, makhluk hidup lain, dan benda mati termasuk dalam
masyarakat etika (memiliki dan berlaku etika kehidupan)

G. Etika Lingkungan & Politik Lingkungan


Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi saat ini baik di lingkup
lokal, regional, nasional, sampai dengan internasional Sebagian besar bersumber
dari perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan, seperti di laut,

40
hutan, atmosfer, air, dan sebagainya bersumber dari perilaku manusia yang tidak
bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri (dalam
jangka pendek)

ِ ‫ﺖ اَ ْيدِى النﱠ‬
‫اس ِليُ ِذ ْيقَ ُه ْم‬ َ ‫سادُ ﻓِﻰ ْال َب ِ ّر َو ْال َب ْح ِر ِﺑ َﻤا َﻛ‬
ْ ‫س َب‬ َ َ‫ظ َه َر ْالف‬
َ
‫ﻋ ِﻤﻠُ ْﻮا َل َﻌﻠﱠ ُه ْم َي ْر ِجﻌُ ْﻮنَ ۝‬ ْ ‫ﺾ الﱠذ‬
َ ‫ِي‬ َ ‫َﺑ ْﻌ‬
Artinya :
Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Al-
Qur’an Surah Ar-ruum (30) : 41)

1. Teori Etika
a. Etika Deontologi
Deontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu deon (kewajiban) dan logos
(ilmu/teori), yang memiliki arti suatu tindakan dinilai baik atau buruk
berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika
deontology sama sekali tidak mempersoalkan akibat dari tindakan tersebut
(baik atau buruk).
b. Etika Teleologi
Teleologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu telos (tujuan) dan logos
(ilmu/teori) yang berarti baik-buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan
atau akibat suatu tindakan. Suatu tindakan dinilai baik kalua bertujuan baik
dan mendatangkan tujuan yang baik. Teleologi bersifat situasional dan
subjektif.
c. Etika Keutamaan
Keutamaan (virtue-ethics) mengutamakan pengembangan karakter moral
pada diri setiap orang. Menurut Aristoteles nilai moral muncul dari
pengalaman hidup dalam masyarakat, dari teladan dan contoh hidup
tokoh-tokoh besar dalam suatu masyarakat dalam menghadapi dan

41
menyikapi persoalan hidup; sangat menekankan pentingnya sejarah,
konsistensi, prinsip dan integritas moral.

2. Etika Lingkungan Hidup


Etika Lingkungan Hidup tidak hanya berbicara mengenai perilaku
manusia terhadap alam, namun juga mengenai relasi diantara semua
kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang
mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk hidup
lain atau dengan alam secara keseluruhan. Berbagai kebijakan politik dan
ekonomi yang mempunyai dampak langsung atau tidak langsung terhadap
alam.

3. Teori Etika Lingkungan


a. Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah teori lingkungan yang memandang
manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan
kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan
ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai tertinggi dari
Antroposentrisme adalah manusia dan kepentingannya (nilai dan prinsip
moral hanya berlaku bagi manusia, etika hanya berlaku bagi manusia).
Antroposentrisme selain bersifat antroposentris, juga sangat
instrumentalistik → pola hubungan manusia dan alam dilihat hanya dalam
relasi instrumental. Alam dinilai sebagai alat bagi kepentingan manusia,
sehingga apabila alam atau komponennya di nilai tidak berguna bagi
manusia maka alam akan diabaikan (bersifat egois). Karena bersifat
instrumentalistik dan egois teori ini dianggap sebagai sebuah etika
lingkungan yang dangkal dan sempit (shallow environmental ethics).
Teori ini dianggap sebagai salah satu penyebab, bahkan penyebab
utama dari krisis lingkungan yang terjadi, mengapa ? Karena teori ini
menyebabkan manusia mengeksploitasi dan menguras alam semesta demi

42
memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidupnya dan tidak peduli terhadap
alam.

b. Biosentrisme
Biosentrisme merupakan setiap kehidupan dan makhluk hidup
mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Tidak hanya manusia
yang mempunyai nilai, alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri
terlepas dari kepentingan manusia. Biosentrisme menolak argumen
antroposentrisme, karena yang menjadi pusat perhatian dan yang dibela
oleh teori ini adalah kehidupan, secara moral berlaku prinsip bahwa setiap
kehidupan di muka bumi ini mempunyai nilai moral yang sama sehingga
harus dilindungi dan diselamatkan.
Biosentrisme mendasarkan moralitas pada keluhuran kehidupan,
baik pada manusia maupun pada makhluk hidup lainnya. Namun
konsekuensi dari biosentrisme ini adalah alam semesta dianggap sebuah
komunitas moral. Manusia maupun bukan manusia sama-sama memiliki
nilai moral. Kehidupan makhluk hidup apapun pantas dipertimbangkan
secara serius dalam setiap keputusan dan tindakan moral, bahkan lepas dari
perhitungan untung-rugi bagi kepentingan manusia.

c. Ekosentrisme
Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori biosentrisme.
Ekosentrisme memperluas etika untuk mencakup komunitas ekologis
seluruhnya baik yang hidup maupun yang tidak. Secara ekologis makhluk
hidup (biotis) dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama
lainnya, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada
makhluk hidup.
Salah satu versi ekosentrisme adalah Deep ecology. Deep ecology
(DE) diperkenalkan oleh Arne Naess (filsuf Norwegia) tahun 1973 dalam
artikelnya “The Shallow and The Deep, Long-range Ecological
Movement: A Summary”. DE menuntut suatu etika baru yang tidak

43
berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya
dalam kaitannya dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup.
DE tidak mengubah sama sekali hubungan manusia dengan manusia.
Namun yang baru adalah manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran
bagi segala sesuatu yang lain. Manusia bukan lagi pusat dari dunia moral,
namun memusatkan perhatian kepada semua spesies atau biosphere secara
keseluruhan. Etika Lingkungan yang dikembangkan DE dirancang sebagai
sebuah etika praktis, sebagai sebuah gerakan.
DE lebih tepat disebut sebagai sebuah Gerakan diantara orang-orang
yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama, mendukung suatu gaya
hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama mempejuangkan isu
lingkungan dan politik. DE juga merupakan suatu Gerakan yang menuntut
dan didasarkan pada perubahan paradigma secara mendasar dan
revolusioner, yaitu cara pandang, nilai, dan perilaku atau gaya hidup.

d. Hak Asasi Alam


Makhluk hidup diluar manusia tidak memiliki hak pribadi, namun
makhluk hidup membutuhkan ekosistem atau habitat untuk hidup dan
berkembang. Yang berarti makhluk hidup selain manusia memiliki hak asasi
atas ekosistem dan habitatnya. Dan Hak asasi alam tidak bersifat absolut.

e. Ekofeminisme
Ekofeminisme merupakan bagian atau cabang dari feminisme.
Ekofeminisme menggugat cara pandang dominan dan umum berlaku pada
era modern (cara pandang maskulin, patriakis dan hierarkis). Ekofeminisme
dikategorikan sebagai ekologi sosial. Penganut ekofeminisme berkeyakinan
bahwa struktur dan institusi sosial dan politik harus diubah secara radikal
untuk menghapus atau paling tidak mengurangi dominasi, penindasan, dan
eksploitasi laki-laki terhadap perempuan, serta dominasi dan eksploitasi
terhadap alam.

44
f. Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan
1) Sikap hormat terhadap alam (respect for nature)
2) Prinsip tanggung jawab (moral responsibility for nature)
3) Solidaritas kosmis (cosmic solidarity)
4) Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam (caring for nature)
5) Prinsip “no harm” tidak merugikan alam secara tidak perlu
6) Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam
7) Prinsip keadilan
8) Prinsip demokrasi
9) Prinsip integritas moral

45
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Pengantar Ilmu Kehutanan adalah bidang kajian keilmuan yang dapat


berfungsi sebagai pintu gerbang bagi peminat IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi) dan profesi Kehutanan, sebelum mereka secara lebih intensif
mendalami dan mengembangkan bidang kehutanan tersebut. Dan etika
lingkungan itu merupakan bidang kajian untuk mendorong masuknya moral
lingkungan ke dalam moral manusia dalam mengelola sumberdaya alam dan
lingkungan.

Definisi hutan ini lebih menekankan pada wujud biofisik hutan


berdasarkan jenis tumbuhan yang dominan (pohon-pohon atau tumbuhan
berkayu lain), sufat pertumbuhan pohon (Bersama-sama dan cukup rapat), dan
berperan sebagai komunitas tambahan. Kehutanan merupakan Sistem
pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, Kawasan hutan dan hasil hutan
yang diselenggarakan secara terpadu. Posisi relatif PIKEL dalam Ilmu
Kehutanan disusun dalam Hirarki Abstrak ilmu-ilmu dasar dan terapan.

Dikatakan : Hutan merupakan otot peradaban manusia ‘Forest is the


Sinew of Civilization’ di muka bumi
 Pengikat antar satu tahapan peradaban manusia ke tahapan peradaban
berikutnya yang lebih maju
 Sumber kekuatan dalam perkembangan manusia
 Penghubung (perekat) peradaban manusia antar generasi

Pengurusan Hutan merupakan seluruh tindakan manajemen terhadap


SDH untuk mendapatkan totalitas barang-barang, manfaat-manfaat, dan nilai-
nilai yang dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan kelestariannya untuk
generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

46
Istilah lestari selalu menjadi bagian dari konsep kehutanan yang
universal. Konsep ini bermula dari kelestarian hasil produksi, panen yang
terukur berdasarkan hasil panen yang sama dari tahun ketahun, tidak menurun
atau panen yang progresif. Sesuai perkembangan lingkungan hidup dan
kelestarian SDA, maka sistem pengelolaan hutan harus dapat menjamin
kelesterian multidimensi, yaitu : Kelestarian SDA, Kelestarian hutan dan hasil
hutan, Kelestarian fungsi lingkungan, Kelestarian manfaat bagi masyarakat.

Etika sebagai ilmu merupakan bagian dari ilmu filsafat : filsafat moral,
yaitu ilmu yang membahas dan mengkaji secara kritis persoalan benar dan salah
secara moral tentang bagaimana harus bertindak dalam situasi konkret. Etika
Lingkungan Hidup tidak hanya berbicara mengenai perilaku manusia terhadap
alam, namun juga mengenai relasi diantara semua kehidupan alam semesta, yaitu
antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara
manusia dengan makhluk hidup lain atau dengan alam secara keseluruhan.
Berbagai kebijakan politik dan ekonomi yang mempunyai dampak langsung atau
tidak langsung terhadap alam. Prinsip-prinsip etika lingkungan :

1) Sikap hormat terhadap alam (respect for nature)


2) Prinsip tanggung jawab (moral responsibility for nature)
3) Solidaritas kosmis (cosmic solidarity)
4) Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam (caring for nature)
5) Prinsip “no harm” tidak merugikan alam secara tidak perlu
6) Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam
7) Prinsip keadilan
8) Prinsip demokrasi
9) Prinsip integritas moral

47
B. Saran

Dengan disusunnya makalah ini penulis mengharapkan pembaca dapat


mengetahui dan memahami tentang Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika
Lingkungan, serta dapat memberikan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian saran yang
dapat penulis sampaikan semoga dapat membawa manfaat bagi kita semua.

48

Anda mungkin juga menyukai