Dandy Afriandy - Tugas Makalah - MK Pengantar Ilmu Kehutanan Dan Etika Lingkungan
Dandy Afriandy - Tugas Makalah - MK Pengantar Ilmu Kehutanan Dan Etika Lingkungan
Penyusun :
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika Lingkungan ....................................... 4
B. Hutan, Kehutanan dan Ilmu Kehutanan ........................................................ 7
C. Hutan dan Peradaban Manusia .................................................................... 22
D. Pengurusan Hutan di Indonesia ................................................................... 24
E. Pengelolaan Hutan Lestari (Sustainable) .................................................... 30
F. Teori Etika dan Etika Lingkungan .............................................................. 33
G. Etika Lingkungan & Politik Lingkungan .................................................... 40
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 46
B. Saran ............................................................................................................ 48
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, makin
banyak bukti ilmiah yang mampu menjelaskan bentuk-bentuk ketergantungan
kehidupan dan perkembangan peradaban manusia dimuka bumi terhadap hutan.
Sejalan dengan penduduk dunia yang terus meningkat dari waktu ke waktu dan
diikuti dengan peningkatan kemakmuran kehidupannya, maka kebutuhan
manusia terhadap barang dan jasa hutan akan terus meningkat pula dari waktu
ke waktu. Kemampuan untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas hutan
sangat kuat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan kualitas
model insaniyang diperlukan dalam kegiatan pengelolaan hutan. Ilmu kehutanan
merupakan bidang ilmu yang sangat erat hubungannya dengan kegiatan tersebut.
Untuk itu diperlukan adanya minat dan motivasi dari sebagian umat manusia
yang memiliki kekayaan sumber daya alam hutan, khususnya para generasi
mudanya untuk mendalami ilmu pengetahuan bidang kehutanan.
B. Rumusan Masalah
2
5. Apa pengertian Teori Etika, Teori Etika Lingkungan, serta Etika Lingkungan
dan Politik Lingkungan ?
6. Bagaimana Pengurusan Hutan di Indonesia ?
7. Apa Profesi, Organisasi Profesi dan Profesi Kehutanan ?
8. Bagimana Pengantar ke Kehutanan Internasional ?
C. Tujuan
D. Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) memperkirakan bahwa penduduk dunia
akan bertambah menjadi 9,8 miliar pada Tahun 2050
(https://dunia.tempo.co).
Gambar 1.2 Infografis luas hutan dunia (x 1000 Ha) (FAO, 2010)
3) Deforestasi Indonesia
5
Gambar 1.4 Infografis Deforestasi Indonesia 2016-2017
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan upaya diantaranya adalah
pembatasan populasi manusia, dan peningkatan produktivitas lahan hutan. Lalu
apakah perlu substitusi barang dan jasa dari ekosistem hutan? Syarat pendukung
untuk mengatasi hal ini adalah dibutuhkannya peningkatan IPTEK, maka
peningkatan kebutuhan semua bidang kehutanan bisa diperkecil. Selain
peningkatan IPTEK, ketaqwaan manusia juga mempunyai peran penting, baik
dalam agama, sistem nilai, dan norma/adat istiadat. Dan syarat pendukung ini
yang akan menimbulkan Etika. Bagian dari Etika Lingkungan, yaitu :
- Menuntut manusia dalam bersikap dan bertindak ramah terhadap
lingkungan hidup.
- Ekosistem Hutan merupakan bagian dari komponen lingkungan hidup.
Berdasarkan hipotesis Supply & Demand barang dan jasa Ekosistem Hutan pada
keadaan tanpa, dengan peran IPTEK, serta IPTEK & IMTAQ.
Gambar 1.5 Grafik hipotesis supply & demand barang & jasa ekosistem hutan
6
Maka diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Taqwa dan Profesional
untuk mewujudkan hipotesis ini dengan peran IPTEK dan IMTAQ, diantaranya
memiliki pengetahuan & keterampilan yang tinggi, integritas tinggi, kebanggan
terhadap profesi tinggi, jujur, disiplin, bersih, hemat, beriman, santun, taat
agama, hukum, norma, dan adat istiadat. Apakah kita orangnya?
7
Lahan yang terdiri dari Masyarakat tumbuhan yang didominasi oleh
pohon-pohonan berbagai ukuran
Dapat memberikan pengaruh terhadap iklim atau siklus air
Menghasilkan kayu atau hasil hutan lainnya
Diekspolitasi atau tidak
Kriteria penutup tajuk (%)
Tahun 1995 : Negara Maju >20% , Negara Berkembang >10%
Tahun 2000 : Negara Maju dan Negara Berkembang >10%
2) Untuk pengelolaan hutan dengan tujuan menghasikan kayu
Davis dan Johnson (1987, 2001) :
Hamparan lahan yang terdiri atas tumbuhan yang didominasi oleh
pohon-pohon, atau yang akan ditumbuhi pohon-pohonan yang
secara keseluruhan dikelola untuk tujuan tertentu.
Bruenig (1996) :
Sebidang lahan yang tertutupi pohon-pohonan yang dapat
membentuk iklim tegakan (iklim mikro)
Termasuk ke dalam hutan :
Lahan bekas tebangan melalui tebang habis yang setelah permanen
terhadap tegakannya dilakukan penanaman Kembali atau pemeliharaan
permudaan alaminya, dipelihara dan dibina untuk dijadikan tegakan
hutan Kembali.
d. Berdasarkan Status Hukum Lahan
Kawasan Hutan : Wilayah-wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan sebagai hutan tetap (UU
No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan).
8
b. Fungsi Ekologi
Masyarakat tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohonan atau
tumbuhan berkayu lainnya
Merupakan satu kesatuan ekosistem
Mampu menciptakan iklim mikro di dalam hutan dan fungsi ekologis
lainnya.
c. Untuk Tujuan Kegiatan Pengelolaan Hutan
Luas hamparan lahan
Indonesia : >0,25 Ha
FAO :>0,50 Ha
Persentase penutupan tajuk (>10%)
Merupakan satu kesatuan pengelolaan
Fungsi-fungsi tertentu : tata air dan perlindungan satwa, dst
d. Status Hukum Lahan Hutan
Dapat berupa lahan berstatus hak milik atau tanah negara
Diperuntukan untuk hutan tetap
- Berhutan atau tidak berhutan
2. Klasifikasi Hutan
a. Berdasarkan Keadaan Tumbuhan
1) Hutan rapat atau hutan lebat (Closed Forest)
Persen penutupan tajuk >10%
2) Hutan terbuka atau hutan jarang (Open Forest)
Persen penutupan tajuk <10%
3) Hutan primer (Primary = Primeval = pristine = virgin forest = old
growth forest)
Secara alami mampu Kembali
Belum pernah mendapatkan gangguan manusia atau pernah
sedikit tanpa penebangan pohon
4) Hutan sekunder (Secondary Forest)
9
Tumbuh melalui suksesi sekunder alami pada hutan yang telah
mengalami gangguan yang berat :
Bekas perladangan berpindah
Bekas perternakan Bekas pertambangan
b. Berdasarkan Asal Lahan atau Cara Hutan Terbentuk
1) Hutan alam (Natural Forest)
Tumbuh secara alami di tempat itu
Memiliki struktur seperti hutan alam primer
2) Hutan tanaman atau hutan buatan (Planted forest = man made forest)
Dibuat oleh manusia dengan cara penanaman atau penebaran biji
pada lahan terbuka (gundul), belukar, dst.
3) Hutan terubusan (Coppice Forest)
Berasal dari terubusan atau tuntas-tuntas yang mekar
Tumbuh melalui cara vegetative
4) Tegakan hutan tinggi (High Forest)
Tumbuh dari anakan
Pertumbuhan normal
Memiliki tajuk yang tinggi dan tertutup
c. Berdasarkan Proses dan/atau Fase Pertumbuhan dan Perkembangan
Tegakan
Tegakan (Stand) adalah Suatu kesatuan hamparan hutan yang
memiliki kesamaan dalam hal komposisi jenis pohon, kualitas tempat
tumbuh, kelas umur atau fase pertumbuhan, dan keadaan fasilitas
pengembangannya (kerapatan jalan, dll)
1) Hutan klimaks (Climax Forest)
Masyarakat tumbuhan berada pada tahap puncak dalam suksesi
alami
Sesuai dengan keadaan spesifik lokasi tertentu
2) Hutan masak tebang (Nature Forest)
Tegakan hutan seumur yang pohon-pohonnya telah memenuhi
standar ukuran dan kualitas untuk tujuan penggunaan tertentu
10
3) Hutan normal (Normal Forest)
Hutan yang dibentuk oleh tegakan-tegakan normal :
Pertumbuhan ideal,
Komposisi (sebaran) kelas umur tegakan normal,
Persediaan volume tegakan (persediaan) ideal.
4) Hutan seumur (Even-aged Forest)
Hutan yang dibentuk oleh tegakan-tegakan yang seumur
Tegakan seumur : mengandung pohon-pohon yang seumur, kelas
umur sama ^ kisaran maksimal +20% dari daur tanaman (untuk
kelas umur)
5) Hutan tidak seumur atau Hutan semua umur (Uneven-Aged Forest
or All Aged Forest)
Hutan yang dibentuk oleh tegakan tidak seumur (Uneven-Aged
Stand)
Mengandung pohon dari semua Tingkat umur atau fase
pertumbuhan pohonnya tiga atau lebih
Biasanya berupa hutan alam
d. Berdasarkan Komposisi Jenis
1) Hutan murni atau Hutan Homogen (Pure Forest, Homogeneous
Forest)
Satu jenis pohon utama
2) Hutan campuran atau Heterogen (Mixed Forest, Heterogeneous
Forest)
Dua atau lebih jenis pohon utama
3) Hutan perdu (Sclerophyllous Forest)
Jenis-jenis tumbuhan bersemak
4) Hutan savana (Savana Forest, Savana Woodland)
Padang rumput dengan pohon atau kelompok pohon yang tumbuh
berpencar-pencar
e. Berdasarkan Letak Geografis dan Ketinggian Tempat di Atas Permukaan
Laut (DPL)
11
1) Hutan pantai (Coastal Forest)
2) Hutan daratan rendah (Low Land Forest)
3) Hutan daratan tinggi (High Land Forest)
4) Hutan pengunungan (Mountain Forest)
5) Hutan boreal (Boreal Forest)
Hutan di belahan bumi bagian utara, sekitar kutub berupa hutan
tundra
6) Hutan ripari (Riparian Forest)
Hutan di pinggiran perairan rawa, danau, Sungai, sumber air
f. Berdasarkan Iklim Tempat Tumbuh Hutan
1) Hutan hujan (Rain Forest)
2) Hutan musim (Monsoon Forest) atau Hutan tropika menggugurkan
daun (Tropical Deciduous Forest)
Menggugurkan daun
3) Hutan beriklim sedang (Temperate Forest)
Beriklim sedang
Suhu rata-rata +10°C untuk dua atau empat bulan/tahun
4) Hutan tropika (Tropical Forest)
Suhu udara tinggi, rata-rata 18°C untuk bulan paling dingin
Kelembapan tinggi
Curah hujan tinggi
Terdapat di sekitar garis khatulistiwa
g. Berdasarkan Keadaan Tanah Tempat Tumbuh Hutan
1) Hutan tanah kering (Dry Land Forest)
Tidak pernah tergenang air sepanjang tahun
2) Hutan gambut (Peat Forest)
Tumbuh pada tanah organosol dengan lapisan gambut yang tebal
3) Hutan rawa (Swamp Forest)
Selalu tergenang air tawar
Tidak dipengaruhi iklim
Hutan selalu hijau
12
4) Hutan mangrove atau Hutan bakau (Mangrove)
Terletak di tepi Pantai
Didominasi oleh pohon-pohonan tropika dari genus
Rhizopora (Bakau)
Avecenia
h. Berdasarkan Fungsi
1) Hutan yang berfungsi untuk perlindungan (Protective Forest)
Hutan lindung (Protection Forest)
Hutan konservasi (Conservation Forest)
2) Hutan yang berfungsi untuk produksi (Productive Forest)
Hutan produksi (Production Forest)
3) Hutan yang berfungsi serbaguna (Multiple Purpose Forest)
Kombinasi fungsi produksi dan perlindungan
Dapat berupa hutan untuk produksi dan untuk perlindungan
i. Status Fungsi Penggunaan Hutan di Indonesia (Menurut UU No.41 Tahun
1999 tentang Kehutanan)
1) Hutan konservasi
Hutan suaka alam : Cagara Alam, Suaka Margasatwa
Hutan pelestarian alam : Taman Nasional, Taman Hutan Raya,
Taman Wisata
Taman buru
2) Hutan Lindung
3) Hutan Produksi
Hutan produksi terbatas
Hutan produksi biasa
Hutan produksi yang dapat di konservasi
j. Berdasarkan Status Lahan dan Pengelolaannya
1) Hutan negara (State Forest)
2) Hutan hak (Private Forest) : Hutan milik dan Hutan rakyat
3) Hutan adat (Traditional Law Society Forest)
13
4) Hutan Masyarakat/Komunal (Community Forest, Communal
Forest)
Pemerintah Desa, Kota
Masyarakat adat
Pemerintah setempat
Setiap anggota Masyarakat dapat :
Berperan serta
Mendapatkan manfaat
3. Kehutanan
Kehutanan merupakan Sistem pengurusan yang bersangkut paut
dengan hutan, Kawasan hutan dan hasil hutan yang diselenggarakan secara
terpadu.
a. Kehutanan Sebagai Kegiatan
Kegiatan yang bersangkutan dengan hutan dan pengurusannya serta
pengelolaan secara ilmiah untuk kelangsungan/keberlanjutan fungsi dan
hasilnya (barang dan jasa).
b. Kehutanan Sebagai Sistem
Suatu kesatuan yang terdiri dari komponen yng tertata dan saling
berinteraksi satu sama lain. Sifat sistem adalah menyeluruh (holistic) dan
terpadu (integrated).
1) Sistem kehutanan menurut interaksi antar komponen biofisik dan
sosial sebagai pembentuknya
14
2) Sistem kehutanan menurut interaksi antar komponen kegiatan
pembentuknya
15
4. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah himpunan teori-teori yang berhubungan
satu sama lain, tersusun secara sistematis yang secara keseluruhan mampu
atau dapat dipergunakan untuk menjelaskan gejala-gejala (fenomena-
fenomena) dalam bidang tertentu.
a. Teori adalah sebuah pernyataan :
Biasanya berisikan hubungan berupa hubungan biasa dan/atau sebab
akibat antar dua factor atau lebih, yang mencerminkan suatu fenomena
dalam bidang tertentu (Fisika, Kimia, Biologi, Sosial, Ekonomi, dll)
atau kombinasi antara bidang-bidang tersebut.
Telah teruji dan/atau terbukti kebenarannya secara ilmiah, melalui
penelitian yang sistematis dan berulang-ulang.
b. Teori bersifat :
Universal (Umum)
Merupakan sebuah abstraksi dan keadaan yang sebenarnya
c. Teori diperoleh melalui proses pembuktian dan pengujian :
Deduktif (Pembuktian)
Induktif (Pengujian)
} Dilakukan secara bergantian (Iteratif)
16
a. Ciri Ontologi (Ontology)
Ontologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu Ontos yang berarti keberadaan
(existance) atau kehidupan/ suatu keadaan atau fakta dari keberadaan atau
kehidupan (being). Lalu Kata Logia, Logos yang berarti Ilmu Pengetahuan
(Science, Theory of). Pengertian khusus ontology adalah ilmu tentang asal
mula kehidupan atau kenyataan. Dan secara umum menjawab apa (sasaran
, objek yang ingin diketahui)
b. Ciri Epistemologi (Epistemology)
Epistemologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu Epistêmê yaitu
pengetahuan (knowledge) atau Epistanai yang berarti mamahami,
meyakini (to understand, believe). Dan kata Logia, Logos yaitu Ilmu
Pengetahuan. Pengertian khusus epistemology adalah ilmu tentang batas-
batas pengetahuan. Secara umum menjawab bagaimana cara mendapatkan
ilmu pengetahuan (metode untuk mendapatkan ilmu pengetahuan) dan
merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membahas filsafat ilmu
pengetahuan.
c. Ciri Axiologi (Axiology)
Berasal dari Bahasa Yunani yaitu Axios yang berarti berguna, berfaedah
(Worthy), dan kata Logia, Logos yang berartu ilmu pengetahuan.
Pengertian khusus axiology adalah ilmu tentang asal-mula dan tipe-tipe
nilai, seperti dalam moral, agama, keindahan, dll. Secara umum menjawab
apa manfaat (nilai, guna) dari ilmu pengetahuan.
17
Keselarasan/kesejalanan/konsistensi (=tidak bertentangan) dengan
kebenaran lain yang telah diketahui yang bersifat lebih umum (Universal)
keberlakunnya
b. Syarat Korespondesi
Berhubungan dengan keadaan yang sebenarnya dalam dunia nyata
Kesesuaian dengan kebenaran dalam keadaan yang sebenarnya di alam
(Dunia Nyata)
c. Syarat Pragmatisme
Memiliki kegunaan praktis bagi kehidupan
18
masyarakat, 2) Lahan dan ekosistem lain. Aspek-aspeknya adalah ciri-ciri
(atribut); potensi; dan komponen, hirarki, interaksi.
b. Aspek Epistemologi
Metodologi : - Eksperimen (empiris) - Pendekatan Sistem
c. Aspek Axiologi
Telah teruji sebagai dasar untuk menguak berbgaai fenomena dalam
ekosistem hutan dan lingkungan
Menjelaskan macam, besar, dan nilai kekayaan ekonomi hutan
Menjelaskan macam dan pola hubungan yang khas antar komponen
dalam ekosistem hutan dan dengan lingkungannya
Menjadi dasar (bahan masukan) untuk mengembangkan teknologi,
Teknik manajemen dan kebijakan dalam pengelolaan hutan
19
3) Multidisiplin
Tiga bidang ilmu atua lebih
Interdisiplin
Multidisiplin dalam kelompok bidang ilmu yang sejenis
- Pengelolaan DAS
- Pengelolaan hutan, dst.
c. Keperluan terhadap data dalam pengembangan teori
1) Ilmu pengetahuan yang tidak berhubungan dengan (tidak
memerlukan) data
Non empirical science
Matematika : - Aksioma
- Postulat
- Dalil
Filsifat : Deduktif
- Premis Mayor
- Premis Minor
- Kesimpulan
2) Ilmu pengatahuan yang berhubungan dengan (memerlukan) data
Empirical science
Ilmu alam : - Fisika - Kimia
Ilmu-ilmu sosial
Ilmu ekonomi
Identitas Ilmu Kehutanan (Forestry Science)
1) Ilmu Terapan
2) Interdispilin
3) Bersifat Empiris
d. Ruang lingkup Kehutanan
1) Bidang ilmu-ilmu komponen dasar pokok
Biologi Ilmu Tanah
Dendrologi Silvikultur
Ekologi Perlindungan Hutan
Hidrologi Dasar-dasar Konservasi Alam
20
2) Bidang ilmu-ilmu komponen dasar pendukung
Matematika Ekonomi
IPA (Fisika, Kimia) Sosial
Metode Penelitian Ilmiah
21
Posisi Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika Lingkungan (PIKEL) dalam Ilmu
Kehutanan
Posisi relatif PIKEL dalam Ilmu Kehutanan disusun dalam Hirarki Abstrak
ilmu-ilmu dasar dan terapan.
Data Kehutanan
a. Kayu dan hasil turunannya memiliki nilai komoditi dunia urutan ke tiga,
setelah minyak bumi dan gas alam
22
b. Hasil hutan (kayu, pulp, kayu bakar) menyumbang nilai > US $ 400
miliyar terhadap ekonomi dunia (>PNB Arab Saudi + PNB Swiss)
(1990)
Pada saat ini :
Bahan baku obat penyakit berat
Bahan tertentu pada pesawat ulang alik NASA
Tiang Listrik, tiang tilpon, pada beberapa negara
Bagian pada teknologi mutakhir
Dikatakan : Hutan merupakan otot peradaban manusia ‘Forest is the Sinew of
Civilization’ di muka bumi
Pengikat antar satu tahapan peradaban manusia ke tahapan peradaban
berikutnya yang lebih maju
Sumber kekuatan dalam perkembangan manusia
Penghubung (perekat) peradaban manusia antar generasi
23
Disusun menurut periode waktu
b. Berdasarkan bentuk-bentuk fungsi yang diharapkan dan bentuk-bentuk
saling ketergantungannya
Bersifat fungsional
Disusun menurut sifat hubungan, bebas terhadap periode waktu
Pergeseran bentuk interaksi manusia dengan hutan yang bersifat melingkar :
24
Ruang Lingkup kegiatan
1. Perencanaan Kehutanan 3. Litbang dan Diklathut Kehutanan
2. Pengelolaan Hutan 4. Pengawasan
25
3. Dengan mempertahankan kualitas, fungsi, dan produktivitas (tetap atau
terus meningkat
2. Sejarah Pengurusan Hutan di Indonesia
a. Zaman sebelum tahun 1602
Arti hutan dalam kehidupan manusia sama dengan keadaan pada
masyarakat primitive
Hutan atau jenis pohon tertentu dihormati karena diyakini sebagai
tempat inkarnasi jiwa leluhur mereka
Pada masa Hindu, masyarakat di Pulau Jawa diperkirakan sudah
mulai menanam pohon (Buku Pararaton menyebut istilah
pengalosan (1247), menurut Altona (1927) pejabat yang memiliki
kewenangan untuk menentukan penggunaan sebidang lahan
Ditanam hutan jati secara besar-besaran di Pulau Jawa
b. Zaman Kongsi dagang Belanda (1602-1799)
Tahun 1602 berdiri organisasi dagang Belanda :VOC = Kompeni
pada masa gemilang Kerajaan Mataram menghasilkan beberapa
catatan penting, yaitu :
- Hutan dianggap sebagai domein (hak milik) Raja (Mataram,
Sultan Banten, Sultan Cirebon)
- Residen, Sunan melakukan perjanjian penyewaan daerahnya
dengan Kompeni
- Keputusan agraria 1870 (semua lahan yang diatasnya tidak bisa
dibuktikan hak miliknya, menjadi domein negara
- Kebutuhan Kompeni terhadap kayu, terutama kayu jati tinggi
- Telah dirintis usaha pelestarian produksi kayu jati akibat
kekurangan persediaan, tetapi gagal
c. Zaman Hindia Belanda : Pemungutan Hutan Non Ilmiah (1800-1850)
VOC (Kompeni) dibubarkan tahun 1796 sehingga daerah
kekuasaannya menjadi tanah jajahan Hindia Timur (Indonesia)
Pengaturan Hutan diatur dalam Plakat Kehutanan 1808
- Hutan sebagai domein negara hanya untuk kepentingan negara
- Pemangkuan hutan oleh dinas khusus di bawah Gubernur
- Semua kegiatan teknis dilakukan oleh rakyat dengan sistem
upah
26
- Prioritas peruntukan kayu : negara, swasta
- Ada izin penebangan kayu untuk rakyat
d. Zaman Hindia Belanda : pemangkuan hutan secara ilmiah (1850-1942)
Tahun 1849 ke Hindia Belanda dikirim 3 orang ahli Kehutanan dan
ahli Geodesi
Dibuat beberapa UU untuk mengatur pengelolaan hutan :
- Ada definisi hutan negara
- Hutan negara terdiri atas hutan jati dan hutan rimba
- Hutan rimba : hutan tetap dan hutan tidak tetap
- Pemangkuan hutan mencakup penataan hutan, pemanenan
hutan, pengamanan hutan
Pengelolaan hutan diatur dalam UU (Reglemen Hutan)
Ada instansi pengelola hutan “Boswezen”
Mulai diadakan penataan hutan secara sistematis di Pulau Jawa
(1897) di buat KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan (Houtvesterij)
Kradenan Utara, bekas areal ini sekarang masuk BKPH Purwodadi
Mulai dirintis kegiatan perlindungan hutan → ditetapkan hutan
konservasi pertama : hutan di depok seluas 6 Ha, dilindungi sejak
tahun 1714
Mulai merintis Litbang Kehutanan (1913) : Beekman, Wolf von
Wulfing, Ferguson, dll (Majalah ilmiah : Tectona)
e. Zaman pendudukan Jepang (1942-1945)
Boswezen diubah menjadi Ring Yoo Thuoo Zimusyo, Pusat di Jakarta
Kegiatan pengurusan hutan :
- Perencanaan hutan : kurang diperhatikan
- Pembinaan hutan : reboisasi, perlindungan hutan, rehabilitasi
lahan
- Pelestarian alam : tidak ada usaha yang terencana
- Litbang : kurang mendapat perhatian
f. Zaman perang kemerdekaan (1945-1949)
Pengurusan Hutan oleh Jawatan Kehutanan RI
Kegiatan pengurusan hutan :
27
- Perencanaan hutan : dibuat rencana perusahaan (berlaku 10
tahun)
- Pemanfaatan hutan : terbatas
- Pembinaan hutan : penanaman kembali, mulai membangun
hutan industri
- Litbang : dilakukan percobaan penanaman kayu asing
- Diklat : didirikan Sekolah Menengah Kehutanan, kursus-kursus,
dan Sekolah Tinggi Kehutanan (Akademi Kehutanan di
Yogyakarta, Pendidikan Tinggi Kehutanan di Klaten → UGM
Yogyakarta, Jurusan Kehutanan – Fakultas Pertanian –
Universiteit van Indonesia di Bogor → IPB
g. Zaman Demokrasi Liberal (1950-1959)
Awal pembangunan kehutanan pada periode kemerdekaan
Pengurusan hutan oleh : Jawatan Kehutanan di bawah DEPTAN
Kegiatan pengurusan hutan :
- Perencanaan hutan : pengukuhan kawasan hutan, penataan
hutan oleh bagian Planologi Kehutanan, Luas kawasan hutan :
125,29 juta Ha (SK Mentan No.73/UM/52)
- Pembinaan hutan : reboisasi, perlindungan hutan, rehabilitasi
lahan
- Pelestarian alam : pertama kali dimasukkan dalam pengurusan
hutan (Seksi Perlindungan Hutan, 1951)
- Litbang : dibuat balai besar penyelidikan kehutanan – Bogor
(1956)
- Diklat : didirikan Sekolah Menengah Kehutanan dan kursus-
kursus
h. Zaman Demokrasi Terpimpin (1960-1965)
Dibuat Garis-Garis Besar Pembangunan Nasional Semesta
Berencana tahap pertama (1961-1969) oleh Dewan Perancan
Nasional (Depernas) → Bappenas
Mulai dilaksanakan desentralisasi urusan kehutanan dan perusahaan
kehutanan negara
Dibentuk perusahaan kehutanan negara (PERHUTANI) : 1961
Pertama kali berdiri Departemen Kehutanan pada Kabinet Dwikora
(1964)/ Kabinet 100 menteri
Kegiatan pengurusan hutan mulai dilaksanakan secara sistematis
28
Dibuat UU No.5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
i. Zaman Orde Baru (1965-1998)
Supersemar (1966)
Pengurusan hutan oleh : Ditjen Kehutanan pada Deptan s/d 1983
Mulai Kabinet Pembangunan IV (1983) dibentuk Departemen
Kehutanan secara fungsional pengurusan hutan berhubungan dengan
Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
(KLH)
29
j. Zaman Reformasi (1998-sekarang)
Pengurusan hutan dilakukan oleh :
- Departemen Kehutanan dan Perkebunan (1998-1999)
- Depatemen Pertanian : Kementerian Muda Kehutanan (2000)
- Departemen Kehutanan (2000-sekaran)
Dibuat UU 41. Tahun 1999 tentang Kehutanan – disahkan 30-09-
1999, pengganti UU No.5 Tahun 1967
Kegiatan pengurusan hutan :
Terikat oleh LOI (Letter of Intent) sebagai akibat adanya bantuan
IMF
Ditetapkan 12 komitmen pemerintah dalam pengurusan hutan
3. Pengurusan Hutan di Indonesia di Masa yang Akan Datang
a. Permasalahan
Perbedaan pendapat dan persepsi terhadap UU tentang Kehutanan →
status hutan, desentralisasi kehutanan
Praktek pengrusakan hutan akibat adanya permasalahan dasar
(penyamaan persepsi, Illegal Logging, kebakaran hutan, konservasi
lahan hutan, dll)
b. Upaya penyempurnaan
Penyamaan persepsi Bangsa Indonesia tentang Hutan dan
Kehutanan
Sistem pengurusan hutan
Prinsip pengelolaan hutan
Pembenahan hutan dan kehutanan
30
Pertambahan penduduk menyebabkan pertambahan kebutuhan manusia
semakin besar dan terjadi revolusi industri yang menyebabkan kerusakan
ekosistem hutan
1) Hukum Malthus (1830) : pertumbuhan penduduk mengikuti deret
ukur, sedangkan produksi pangan mengikuti deret hitung. Maka
terjadilah pembukaan lahan dan eksploitasi alam.
2) Sacara alami, Bumi hanya mampu menghidupi 2 milyar manusia,
tetapi berkat Haber (1913) yang menemukan pupuk N maka terjadi
revolusi industri akibatnya terjadi ketidakseimbangan ekosistem :
polusi, pestisida DDT, pencemaran merkuri (penyakit Minamata),
pecemaran lingkungan.
Masalah global saat ini : Pertumbuhan penduduk, pemanasan global,
kerusakan ozon, hujan asam, kerusakan hutan (deforestation dan
penggurunan hutan/deseartation), pencemaran udara dan air (lautan dan
air tawar), kelestarian biodiversity, pembangunan yang tidak
berkelanjutan (unsustainable development)
31
- Langkah-langkah dalam pengelolaan dan pembangunan hutan
- Nilai hutan
- Keseimbangan manfaat ekonomi dan ekologi
- Pendanaan, Teknik dan sistem pemasaran hasil hutan
- Peranan hutan tanaman
- Peningkatan peranan hutan alam
- Kebijakan pengelolaan hutan
- Peranan IPTEK, Kerjasama internasional dalam penelitian/
pengembangan
- Aturan perdagangan internasional termasuk pajak/tarif
32
F. Teori Etika dan Etika Lingkungan
1. Peranan Perguruan Tinggi (Universitas) Dalam Masyarakat
Sejarah Kelahiran & Perkembangan Universitas
a. Zaman Yunani Klasik
1) Academy
Dalam Bahasa Yunani :
Academe : sekoah, khususnya college atau Universitas
The Academy : pengikut Plato atau filosofi Plato
Academy yang didirikan oleh Plato (427-347 SM) pada tahun 387
SM di dekat Athena merupakan cikal bakal universitas dan
masyarakat ilmiah (scientific societies)
Plato mengajar selama 40 tahun
Dasar pengajaran : Doktrin Idealisme
Doktrin Edialisme :
Tujuan ilmu adalah untuk menjelaskan mengapa segala sesuatu
adalah seperti apa adanya dan adalah tidak mungkin berharap untuk
merubahnya secara mendasar.
Materi yang diajarkan : Matematika, Astronomi, dan Seni Musik
Pengajaran sudah mengikuti pendekatan modern, terutama untuk
matematika dan astronomi
Ilmu-ilmu tersebut diajarkan demi kepentingan ilmu itu sendiri
(for their own sake) → tidak ada penekanan pada fungsi sosial
ilmu-ilmu tersebut
Academy dapat bertahan selama 1000 tahun berkat nama besar
Plato dan ditopang oleh sejarah kejayaan Yunani Kuno
Academy ditutup tahun 525 M
Selama masa hidupnya, academy dianggap tempat belajar untuk
mendapat jabatan terhormat bagi pemuda keluarga terpandang
saja (bersifat feudal)
2) Lyceum
Merupakan institusi yang didirikan oleh Aristotle → ‘Aristoteles’
(384-322 SM)
Aristotle adalah bekas murid Plato yang meninggalkan Academy
sesudah Plato meninggal (347 SM)
Aristotle merupakan orang yang lebih bersifat logician (rasional),
berbeda dengan Plato yang cenderung filosofis moral
33
Aristotle adalah pencetus filsafat ‘Common Sense’ :
- Orang hendaknya menerima segala sesuatu seperi apa adanya
dan segalanya akan berlanjut seperti yang telah berlalu
- Ia tidak melihat perlunya perubahan status
Kontribusi penting yang diwariskan Aristotle dan Lyceumnya :
Logika, Biologi, Fisika, Humaniora (humanities)
Falsafah Pendidikan ilmu di Lyceum = Academy : ‘Ilmu hanya
untuk ilmu itu sendiri
Konsep yang sekarang dipakai hasil pemikiran Aristotle :
- Konsep jenius dan differentia
- Logika Syllogism (silogisme)
Pendidikan Lyceum bersifat feudal, hanya dinikmati anggota
lapisan elit masa itu
3) Museum Alexandria
Berkembang di Alexandria, (Kota Pelabuhan di Mesir) biasa
dikenal sebagai ‘The Museum’
Dianggap sebagai cabang dari Lyceum di Yunani, berdiri pada
masa akhir Lyceum
Tokoh yang terkenal : Strato, mengajar di Lyceum dan The
Museum
Museum dari Alexandria dianggap sebagai : institusi pertama
dalam sejarah manusia yang :
- Secara sadar dan sengaja mendapatkan pembiayaan dari pihak
lain dalam kegiatan menata ilmu
- Merupakan lembaga research pertama yang dibantu oleh
negara (Raja)
Konstribusi terhadap IPTEK : Artistik, Sastra, Filsafat (tidak
terlalu besar)
Beberapa ilmuwan/penemu yang terkenal :
- Nypparcus (190-120 SM) : pencipta berbagai instrument
dalam bidang astronomi → masih dipakai pada abad 20
- Ptolemy (90-168 M) : teori tata letak planet → dianut selama
1000 tahun
4) Rangkuman pendidikan sekolah Zaman Yunani Klasik
Dilaksanakan oleh badan swasta
Hanya dinikmati oleh anggota lapisan masyarakat elit : keluarga
terpandang dan penguasa
Pendekatan : mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan dari
dan untuk ilmu itu sendiri. Tidak ditinjau dari aspek etika dan
sosial ilmu tersebut
34
Lulusan dan hasil pemikiran yang muncul : memiliki dampak
sosial, tetapi kewajiban sosial institusi belum dituntut oleh
masyarakat
Tuntutan sosial ini baru muncul setelah kumpulan imu
pengetahuan cukup besar dan perkembangan struktur sosial
masyarakat mencapai taraf lebih maju
Pasca Zaman Yunani Klasik (Hellenic Greek), pengembangan
ilmu pengetahuan di Eropa dan disekitar Laut Tengah banyak
dipengaruhi oleh agama :
- Di Barat oleh agama Nasrani, dilakukan di Monasteries dan
Convents (Biara untuk pria & Wanita)
- Di bagian Timur oleh agama Islam, dilakukan dalam madrasah
Masing-masing dilakukan untuk pengembangan agama sendiri
Pengembangan Pendidikan dan ilmu berjalan dengan sangat
lambat sampai pada zaman pertengahan
5) Zaman Pertengahan
Abad X pihak gereja merasa : rohaniawan gereja perlu memiliki
intelektualitas yang cukup (dapat berfikir, dapat membaca, dapat
menulis menjadi lebih baik), akibat : Kumpulan ilmu (Body of
knowledge) cukup besar, dan Masyarakat makin kritis (semangat
mempertahankan makin tinggi)
Kebutuhan tenaga terdidik ini pada mulanya dapat dipenuhi oleh
gereja Katherdal di kota-kota besar (di Perancis)
Abad XII → sekolah seperti ini berkembang menjadi universitas
modern sekarang, di Eropa
Beberapa universitas yang berdiri masa ini :
- The University of Paris (1160)
- Universitas di Bologna (Itali)
- Berdiri beberapa universitas di Inggris, Jerman, Hongaria,
dan Austria
Karakteristik universitas masa itu :
- Memiliki otonomi sangat luas
Universitas dan mahasiswa memiliki hak khusus untuk
melaksanakan sistem hukum sendiri, terpisah dari negara
Menilai dan mangangkut guru besar sendiri
Menentukan macam gelar akademis sendiri →
menentukan PS dan sistem ujian sendiri
Terbentuk hubungan ketergantungan penguasa dan masyarakat
terhadap universitas
35
Adanya hubungan timbal balik antara universitas dengan
penguasa dan masyarakat → mengukuhkan adanya dimensi
(peran, fungsi) sosial pada kehidupan universitas
Paham Humanisme
6) Zaman Renaissance
Renaissance → gerakan masyarakat berawal di Italia, berdasarkan
aliran masyarakat untuk menghidupkan kembali budaya Yunani
Klasik
Tidak membawa perubahan mendasar pada universitas dalam hal
organisasi, fungsi sosial maupun sistem Pendidikan
- Materi Pendidikan : produk budaya Yunani Kuno
- Membawa perubahan yang radikal dalam sikap-sikap
masyarakat masa itu, yaitu perubahan radikal setiap
masyarakat dari sikap yang cenderung merendah, mengalah,
menjadi orang yang bersikap bangga/membanggakan diri,
agresif, dan mandiri
Gerakan humanisme pada zaman Renaissance membawa
tendensi dekadensi, mementingkan Pendidikan kaum elitis,
dan sangat mementingkan estetika dalam seni sastra,
meninggalkan sains, dan Pendidikan menjadi formal, kaku,
dan retorik
- Pada akhir zaman Renaissance :
Pendidikan mencapai taraf yang siap untuk reformasi menuju
sistem modern
7) The Age of Reason (Masa Daya Nalar/ Akal Sehat)
Renaissance melahirkan perilaku liberal, individual dan
melahirkan ’The Age of Reason’ pada Abad XVIII
Segala sesuatu didasarkan kepada akal sehat (nalar). Pada abad
ini tumbuh masyarakat yang berprilaku Egaliter, Toleran dan
Demokratis yang timbul atas dasar :
- Sikap-sikap tersebut merupakan perilaku yang wajar dan
masuk akal (reasonable)
- Menjawab rasa perikemanusiaan yang tumbuh dalam
masyarakat
Universitas tidak dibenarkan memiliki tata hukum sendiri
Otonomi luas universitas yang diperoleh pada Zaman
pertengahan menjadi berkurang dan sempit sejalan meningkatnya
evolusi politik dan sosial dalam masyarakat
36
Pada akhirnya hanya kebebasan akademik saja yang dimiliki
universitas.
Penerapan di Indonesia :
Dalam otonomi perguruan tinggi di Indonesia (pasal 24 UU
No.20/2003 tentang Sisdiknas) diatur sebagai berikut :
(1) Dalam penyelenggaraan Pendidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan pada PT berlaku : kebebasan akademik,
kebebasan mimbar akademik, otonomi keilmuan.
a) Kebebasan akademik : kebebasan anggota sivitas
akademika (dosen + mahasiswa) dalam melaksanakan dan
mengembangkan ilmu, teknologi dan/atau seni (IPTEKS)
melalui kegiatan Pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat sesuai dengan norma dan kelaziman
akademik yang berlaku.
b) Kebebasan mimbar akademik : kebebasan anggota sivitas
akademika dalam menyebarluaskan hasil penelitian dan
menyampaikan pandangan akademik melalui pertemuan
ilmiah, perkuliahan, ceramah, seminar, diskusi, dan
simposium, publikasi ilmiah dan ujian dalam rangka
kegiatan pembelajaran.
c) Otonomi keilmuan : kemandirian dan kebebasan suatu
cabang IPTEKS yang melekat pada kekhasan/keunikan
cabang IPTKES tersebut dalam mengungkap,
menemukan, dan/atau mempertahankan kebenaran
menurut paradigma keilmuannya untuk menjamin
pertumbuhan ilmu secara berkelanjutan.
(2) PT memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya
sebagai pusat penyelenggaraan Pendidikan tinggi, penelitian
ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.
(3) PT dapat memperoleh sumber dana dari masyarakat yang
pengelolanya dilakukan berdasarkan prinsip akuntabilitas
publik.
b. Zaman Modern
Awal perkembangan pada abad XX (Universitas Berlin, sejak 1890),
Pendidikan Universitas Sejati (Real University) : memberikan
pengajaran ilmu, mengembangkan ilmu melalui riset. Memasuki Abad
XXI mengalami perubahan mendasar, universitas dituntut untuk
memiliki ciri akademik, sosial, dan etik.
37
1) Ciri Akademik
Universitas berkewajiban untuk :
- Mengkaji dan mengembangkan ilmu melalui riset
- Ada yang berpendapat : Universitas harus dapat menciptakan
ilmu
Pengkajian ilmu bukan hanya untuk ilmu itu sendiri (Zaman
Yunani Klasik), tetapi harus memiliki nilai sosial :
- Bobot untuk kegunaan praktis, dapat digunakan oleh
masyarakat
Untuk melaksanakan kewajiban tersebut diperlukan kebebasan
akademik :
Kebebasan berfikir (freedom of thought)
Kebebasan menyatakan pendapat secara lisan maupun tertulis
(freedom of speech and writing)
2) Ciri Sosial
Universitas memiliki masyarakat pakar yang langka, bahkan
memonopoli, tidak etis bila tidak ada kepedulian sosial
Cara terbaik melaksanakan kewajiban ini : melalui Pendidikan
dan penelitian; Mengembangkan hasil kajian ilmu dan teknologi
menjadi produk yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat
Menghormati dan melaksanakan peraturan perundangan yang
berlaku (menyempurnakannya untuk mewujudkan kehidupan
bernegara lebih beradab
Melindungi masyarakat dari berbagai penyalahgunaan hasil
temuan dan dampak negative yang ditimbulkan
3) Ciri Etik
Universitas wajib peka terhadap aspek etik dari masalah yang
dihadapinya
Batas antara masalah sosial dan etik sulit ditentukan :
- Diskriminasi terhadap agama, ras, gender, usia
- Pengembangan senjata
- Abortifasien (penyebab abortus)
- Kloning
2. Teori Etika
Secara etimologis, etika berasal dari kata (Yunani) : Ethos (jamak :
Ta Etha), berarti adat istiadat, kebiasaan. Etika memiliki pengertian yang
38
lebih luas dari moralitas. Etika sebagai ilmu merupakan bagian dari ilmu
filsafat : filsafat moral, yaitu ilmu yang membahas dan mengkaji secara kritis
persoalan benar dan salah secara moral tentang bagaimana harus bertindak
dalam situasi konkret. Tinjauan kritis diperlukan terhadap :
a. Norma dan nilai yang diberikan oleh etika :
Apakah norma dan nilai moral itu harus dipatuhi begitu saja dalam
situasi konkret ?
Bolehkah dilanggar ?
Atas dasar apa boleh melanggar, agar kita tetap baik
b. Situasi khusus yang dihadapi dengan segala keunikan dan
kompleksitasnya
c. Berbagai paham yang dianut oleh manusia atau masyarakat tentang apa
saja, untuk menentukan pilihan dan prioritas moral yang diutamakan
Tiga Teori Etika :
a. Etika Deontologi
Dalam Bahasa Yunani : Deon = kewajiban, Logos = teori, ilmu. Minat
etika deontologi, suatu tindakan dinilai baik atau buruk ditentukan oleh
apakah tindakan itu menjadi kewajiban. Jadi suatu tindakan menjadi baik
karena memang baik bagi dirinya sendiri. Sebaliknya suatu tindakan
menjadi buruk karena tindakan itu secara moral buruk sehingga tidak
menjadi kewajibannya.
b. Etika Teleologi
Dalam Bahasa Yunani : Telos = tujuan. Etika teleologi menilai baik
buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat dari tindakan itu.
Egoisme etis : menilai akibat suatu tindakan terhadap dirinya sendiri.
Utilitarianisme : menilai akibat suatu tindakan terhadap banyak orang.
c. Etika Keutamaan
Etika keutamaan (virtue-ethics) mengembangkan pandangan berupa :
lebih mengutamakan pengembangan karakter moral pada setiap orang.
Nilai moral tidak muncul dalam bentuk adanya aturan larangan atau
39
perintah tetapi dalam bentuk teladan moral yang nyata dipraktekan oleh
tokoh-tokoh tertentu dalam masyarakat.
3. Etika Lingkungan
Sebuah kritik atas etika yang selama ini dianut oleh manusia yang
dibatasi pada komunitas sosial manusia → etika lingkungan menuntut agar
etika dan moralitas tersebut diberlakukan juga bagi komunitas biotis atau
ekologis. Tiga model/ teori/ aliran/ etika lingkungan :
a. Antroposentrisme (Shallow Environmental Ethics)
Memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta
Menganggap hanya manusia yang memiliki nilai dengan sendirinya
(konsep etika, moral hanya berlaku bagi manusia)
Makhluk atau benda mati lain hanya memiliki nilai apabila memiliki
manfaat untuk kepentingan manusia
b. Biosentrisme (Intermediate Environment Ethics)
Memandang manusia dan makhluk hidup lain sebagai komponen
terpenting dalam sistem alam semesta
Manusia dan makhluk hidup lain memiliki nilai dengan sendirinya
(subyek moral)
c. Ekosentrisme (Deep Environment Ethics)
Ekosentrisme memusatkan etika pada keseluruhan komponen
ekologi (makhluk hidup dan benda mati)
Pada kenyataannya antara kehidupan (manusia dan makhluk hidup
lain) dengan benda mati saling berinteraksi, ada ketergantungan satu
sama lain dalam mempertahankan keberadaan alam semesta
Manusia, makhluk hidup lain, dan benda mati termasuk dalam
masyarakat etika (memiliki dan berlaku etika kehidupan)
40
hutan, atmosfer, air, dan sebagainya bersumber dari perilaku manusia yang tidak
bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri (dalam
jangka pendek)
ِ ﺖ اَ ْيدِى النﱠ
اس ِليُ ِذ ْيقَ ُه ْم َ سادُ ﻓِﻰ ْال َب ِ ّر َو ْال َب ْح ِر ِﺑ َﻤا َﻛ
ْ س َب َ َظ َه َر ْالف
َ
ﻋ ِﻤﻠُ ْﻮا َل َﻌﻠﱠ ُه ْم َي ْر ِجﻌُ ْﻮنَ ْ ﺾ الﱠذ
َ ِي َ َﺑ ْﻌ
Artinya :
Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Al-
Qur’an Surah Ar-ruum (30) : 41)
1. Teori Etika
a. Etika Deontologi
Deontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu deon (kewajiban) dan logos
(ilmu/teori), yang memiliki arti suatu tindakan dinilai baik atau buruk
berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika
deontology sama sekali tidak mempersoalkan akibat dari tindakan tersebut
(baik atau buruk).
b. Etika Teleologi
Teleologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu telos (tujuan) dan logos
(ilmu/teori) yang berarti baik-buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan
atau akibat suatu tindakan. Suatu tindakan dinilai baik kalua bertujuan baik
dan mendatangkan tujuan yang baik. Teleologi bersifat situasional dan
subjektif.
c. Etika Keutamaan
Keutamaan (virtue-ethics) mengutamakan pengembangan karakter moral
pada diri setiap orang. Menurut Aristoteles nilai moral muncul dari
pengalaman hidup dalam masyarakat, dari teladan dan contoh hidup
tokoh-tokoh besar dalam suatu masyarakat dalam menghadapi dan
41
menyikapi persoalan hidup; sangat menekankan pentingnya sejarah,
konsistensi, prinsip dan integritas moral.
42
memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidupnya dan tidak peduli terhadap
alam.
b. Biosentrisme
Biosentrisme merupakan setiap kehidupan dan makhluk hidup
mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Tidak hanya manusia
yang mempunyai nilai, alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri
terlepas dari kepentingan manusia. Biosentrisme menolak argumen
antroposentrisme, karena yang menjadi pusat perhatian dan yang dibela
oleh teori ini adalah kehidupan, secara moral berlaku prinsip bahwa setiap
kehidupan di muka bumi ini mempunyai nilai moral yang sama sehingga
harus dilindungi dan diselamatkan.
Biosentrisme mendasarkan moralitas pada keluhuran kehidupan,
baik pada manusia maupun pada makhluk hidup lainnya. Namun
konsekuensi dari biosentrisme ini adalah alam semesta dianggap sebuah
komunitas moral. Manusia maupun bukan manusia sama-sama memiliki
nilai moral. Kehidupan makhluk hidup apapun pantas dipertimbangkan
secara serius dalam setiap keputusan dan tindakan moral, bahkan lepas dari
perhitungan untung-rugi bagi kepentingan manusia.
c. Ekosentrisme
Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori biosentrisme.
Ekosentrisme memperluas etika untuk mencakup komunitas ekologis
seluruhnya baik yang hidup maupun yang tidak. Secara ekologis makhluk
hidup (biotis) dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama
lainnya, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada
makhluk hidup.
Salah satu versi ekosentrisme adalah Deep ecology. Deep ecology
(DE) diperkenalkan oleh Arne Naess (filsuf Norwegia) tahun 1973 dalam
artikelnya “The Shallow and The Deep, Long-range Ecological
Movement: A Summary”. DE menuntut suatu etika baru yang tidak
43
berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya
dalam kaitannya dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup.
DE tidak mengubah sama sekali hubungan manusia dengan manusia.
Namun yang baru adalah manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran
bagi segala sesuatu yang lain. Manusia bukan lagi pusat dari dunia moral,
namun memusatkan perhatian kepada semua spesies atau biosphere secara
keseluruhan. Etika Lingkungan yang dikembangkan DE dirancang sebagai
sebuah etika praktis, sebagai sebuah gerakan.
DE lebih tepat disebut sebagai sebuah Gerakan diantara orang-orang
yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama, mendukung suatu gaya
hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama mempejuangkan isu
lingkungan dan politik. DE juga merupakan suatu Gerakan yang menuntut
dan didasarkan pada perubahan paradigma secara mendasar dan
revolusioner, yaitu cara pandang, nilai, dan perilaku atau gaya hidup.
e. Ekofeminisme
Ekofeminisme merupakan bagian atau cabang dari feminisme.
Ekofeminisme menggugat cara pandang dominan dan umum berlaku pada
era modern (cara pandang maskulin, patriakis dan hierarkis). Ekofeminisme
dikategorikan sebagai ekologi sosial. Penganut ekofeminisme berkeyakinan
bahwa struktur dan institusi sosial dan politik harus diubah secara radikal
untuk menghapus atau paling tidak mengurangi dominasi, penindasan, dan
eksploitasi laki-laki terhadap perempuan, serta dominasi dan eksploitasi
terhadap alam.
44
f. Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan
1) Sikap hormat terhadap alam (respect for nature)
2) Prinsip tanggung jawab (moral responsibility for nature)
3) Solidaritas kosmis (cosmic solidarity)
4) Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam (caring for nature)
5) Prinsip “no harm” tidak merugikan alam secara tidak perlu
6) Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam
7) Prinsip keadilan
8) Prinsip demokrasi
9) Prinsip integritas moral
45
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
46
Istilah lestari selalu menjadi bagian dari konsep kehutanan yang
universal. Konsep ini bermula dari kelestarian hasil produksi, panen yang
terukur berdasarkan hasil panen yang sama dari tahun ketahun, tidak menurun
atau panen yang progresif. Sesuai perkembangan lingkungan hidup dan
kelestarian SDA, maka sistem pengelolaan hutan harus dapat menjamin
kelesterian multidimensi, yaitu : Kelestarian SDA, Kelestarian hutan dan hasil
hutan, Kelestarian fungsi lingkungan, Kelestarian manfaat bagi masyarakat.
Etika sebagai ilmu merupakan bagian dari ilmu filsafat : filsafat moral,
yaitu ilmu yang membahas dan mengkaji secara kritis persoalan benar dan salah
secara moral tentang bagaimana harus bertindak dalam situasi konkret. Etika
Lingkungan Hidup tidak hanya berbicara mengenai perilaku manusia terhadap
alam, namun juga mengenai relasi diantara semua kehidupan alam semesta, yaitu
antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara
manusia dengan makhluk hidup lain atau dengan alam secara keseluruhan.
Berbagai kebijakan politik dan ekonomi yang mempunyai dampak langsung atau
tidak langsung terhadap alam. Prinsip-prinsip etika lingkungan :
47
B. Saran
48