Anda di halaman 1dari 31

VAGINITIS DAN SERVISITIS

(R EFER AT)

A m alia P rim a S u n d ari (2010730008)


P em b im b in g : d r. H j. V ita N oorain i A H , S p .K K

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

KE PANI TRA A N K LI NI K S TAS E K ULI T DA N K E LA MIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR 2015

Pendahuluan
Fluor

albus dikenal dengan istilah


keputihan
/
leukorhea
/vaginal
discharge. Fluor albus (FA) dapat
merupakan suatu keadaan yang normal
(fisiologis) atau sebagai tanda dari
adanya suatu penyakit (patologis).

FA

yang normal biasanya bening


sampai keputihan, tidak berbau dan
tidak menimbulkan keluhan

P endahuluan
Tiga

infeksi
yang
paling
sering
menyebabkan vaginitis adalah kandidiasis,
trikomoniasis dan vaginosis bakterial,
sedangkan
servisitis
disebabkan
oleh
gonore dan klamidia.

Pengobatan keputihan/FA harus disesuaikan

dengan
jenis
mikroorganisma
penyebabnya.
Penyebab
infeksi
pada
keputihan bisa saja disebabkan oleh
gabungan dari beberapa mikroorganisme.

D efi
nisi
Servisitis

Servisitis adalah peradangan dari


selaput lendir dari kanalis servikalis.
karena epitel selaput lendir kanalis
servikalis hanya terdiri dari satu
lapisan sel silindris sehingga lebih
mudah terinfeksi dibanding selaput
lendir vagina. Biasanya terjadi pada
serviks bagian posterior.

D efi
nisi
Vaginitis

Vagnitis adalah peradangan pada


vagina maupun vulva, sehingga biasa
disebut
dengan
vulvovaginitis.
Vaginitis
didiagnosis
berdasarkan
adanya
gejala
keputihan
yang
abnormal,
ketidaknyamanan
pada
vulvovaginal, atau keduanya. Servisitis
kadang-kadang
dapat
terjadi
bersamaan dengan vaginitis.

ETIO LO G I
Servisitis sering disebabkan oleh infeksi melalui
aktivitas seksual. Penyebab cervicitis sangat
bervariasi, paling sering disebabkan oleh:
InfeksiChlamydia trachomatis
Infeksi Trichomonas vaginalis
Trikomoniasis asosiasi denganKandidiasis
Gonorrheae Neisseria (Gonore)
Herpes simplex virus
Human papilloma virus (HPV)
Penyebab
lainnya
:
mikosis,sifilis,tuberkulosis, Mycoplasma.

Trichomoniasis Curriculum

Pathogenesis

Trichom onas vaginalis

C, National Center for Infectious Diseases, Division of Parasitic Diseases

Etiologi
Sekitar 90% dari semua kasus vaginitis
disebabkan oleh tiga hal: vaginosis bakterial,
kandidiasis vagina (atau kandidiasis vulvovaginal
[VVC]), dan infeksi Trichomonas vaginalis
(trikomoniasis).
Vaginosis
bakteri
adalah
penyebab paling umum dari vaginitis, terhitung
sekitar 50% dari semua kasus.
Vaginitis non-infeksi biasanya karena reaksi alergi
atau iritasi. Penyebab umum lainnya adalah
vaginitis atrofi karena kekurangan estrogen

G ejala Klinis

Sekret
vagina
Gejala
Klinis

Gonorrhe
Mukopurulen

Umunya
asimtomatik,
sebagian
kecil
dengan
keluhan :
- Perdarahan
yang
abnormal,
- Dysuria.
- Peningkatan
jumlah
sekret vagina,
- PID (pelvic inflammatory
disease)
Pemeriksa Laboratorium :
an
Sediaan sitology langsung.
- Pewarnaan gram stain
- Kultur
Komplikas PID
(endometritis,
i
salphingitis,
pelvic

Clamidia
Pada
beberapa
keadaan
tidak
terlihat
keluarnya
cairan duh tubuh.
Umumnya
asimtomatik.
Sebagian
kecil
dengan
keluhan :
- Dysuria ringan
- Sering kencing
- Nyeri di daerah pelvis
- Disparenia
- Keluarnya
duh
tubuh
vagina
Laboratorium :
Sediaan sitology langsung:
- Pewarnaan Giemsa
- Papancolou
Bartholinitis,
proktitis,
salphingitis, dan sistitis.

G ejala Klinis

Sekret
vagina

Gejala
klinis

Vaginosis
Bakterial
Duh tubuh yang
ringan-sedang.
Berbau amis, bau
lebih
menusuk
setelah senggama.
Warna
abu-abu
homogen.
Iritasi
daerah
vagina, rasa gatal
atau rasa terbakar.
Timbul kemerahan
dan edema pada
vulva.

Candida

Trichomoniasis

Warna
kekuningan,
disertai
gumpalangumpalan kepala
susu
berwarna
putih kekuningan
Gatal
didaerah
vulva,
panas,
nyeri
sesudah
miksi,
dan
dyspareunia.
Hyperemia si labia
minor,
intoitis
vagina, dan 1/3
vagina
bagian
bawah. Terdapat
bercak-bercak
kekuningan.

Seropurulent
berwarna
kekuning-kuningan,
kuning-hijau,
berbau tidak enak
(malodorous), dan
berbusa
Dinding
vagina
tampak kemerahan
dan
sembab.
Adanya strawberry
appearance
disertai
gejala
dyspareuria,
perdarahan pasca
koitus, perdarahan
intermenstrual

Kriteria Am sel
Untuk penegakkan diagnosis Bakterial
vaginosis adalah sebagai berikut :
pH vagina > 4,5
Duh tubuh vagina yang homogeny,
putih, dan melekat
Tes amin (+).
Adanya Clue cell pada sediaan basah
(sedikitnya 20% seluruh sel epitel)

Bacterial Vaginosis Curriculum

Diagnosis

W et Prep:BacterialVaginosis
Saline: 40X objective

NOT a clue cell

Clue cells

NOT a clue cell

attle STD/HIV Prevention Training Center at the University of Washington

12

Trichomoniasis Curriculum

Clinical Manifestations

Straw berry cervix due to T.


vaginalis

ce: Claire

E. Stevens/Seattle STD/HIV Prevention Training Center at the University of Washin


13

Candidiasis Curriculum

Clinical Manifestations

VulvovaginalCandidiasis

Source: Health Canada, Sexual Health and STI Section, Clinical Slide Gallery

14

D iagnosis
Anamnesis

Pasien dengan vaginitis hampir selalu hadir


dengan keluhan utama berupa keputihan
yang abnormal. Untuk memastikan, sangat
perlu ditanyakan :
Kuantitas
Lamanya
Warna
Konsistensi
Bau

D iagnosis
Anamnesis
Episode sebelumnya yang serupa
Infeksi menular seksual
Kegiatan seksual
Metode KB
Terakhir periode menstruasi
Penggunaan produk kebersihan pribadi
Penggunaan antibiotic
Riwayat medis umum

D iagnosis
Pemeriksaan pertama kali yang

dilakukan adalah dengan spekulum.


Pada pasien-pasien dengan flour albus

dapat dilakukan terlebih dahulu


pemeriksaan inspeksi keputihan
dengan mikroskop (dapat terlihat
candidiasis, trichomoniasis, atau
bacterial vaginosis), tes gonorrhea atau
chlamydia.

Trichomoniasis Curriculum

Diagnosis

W et Prep:Trichom oniasis
Saline: 40X objective

PMN
Yeast
buds

Trichomonas*

Trichomonas*
PMN

Squamous
epithelial
cells

*Trichomonas shown for size reference only: must be motile for identification

ttle STD/HIV Prevention Training Center at the University of Washington

18

Candidiasis Curriculum

Diagnosis

PM N s and Yeast Buds


Saline: 40X objective

Folded squamous
epithelial cells

PMNs

Yeast
buds

tle STD/HIV Prevention Training Center at the University of Washington

19

Candidiasis Curriculum

Diagnosis

PM N s and Yeast Pseudohyphae


Saline: 40X objective

Yeast
pseudohyphae
Yeast
buds
PMNs
Squamous epithelial cells

tle STD/HIV Prevention Training Center at the University of Washington

20

Candidiasis Curriculum

Diagnosis

Yeast Pseudohyphae
Masses of yeast
pseudohyphae

Lysed
squamous
epithelial cell

10% KOH: 10X objective

tle STD/HIV Prevention Training Center at the University of Washington

21

Pengobatan
Deteksi infeksi serviks berdasarkan
gejala klinis sulit dilakukan, karena
sebagian besar wanita dengan gonore
atau klamidiosis tidak merasakan
keluhan atau gejala (asimtomatis).

Pengobatan
Gejala duh tubuh vagina abnormal
merupakan petunjuk kuat untuk infeksi
vagina, namun merupakan petanda
lemah untuk infeksi serviks. Jadi
semua wanita yang menunjukkan
tanda-tanda duh tubuh vagina agar
diobati juga untuk trikomoniasis dan
vaginosis bakterial.

PEN G O BATAN

PEN G O BATAN

Pencegahan
Cara menghindari resiko vaginitis dan
servisitis:
Hindari bahan kimia iritan seperti sabun
intravaginal
atau
tampon
dengan
deodoran .
Pastikan
bahwa benda asing yang
dimasukkan kedalam vagina (seperti
pembalut wanita khusus) digunakan
secara tepat dengan mengikuti petunjuk
pemakaian.
Jika rentan terhadap infeksi, kenakan
celana dalam katun.Hindari celana dalam
yang
terbuat
dari
bahan
non-

Pencegahan
Berlatih perilaku seksual yang aman, membatasi

pada satu pasangan seksual.


Cara ABCD
A. A bstinence (tidak melakukan hubungan seksual
untuk sementara waktu)
B. B e faithful (setia pada pasangan).
C. C ondom (gunakan kondom bila tidak mau
melaksanakan A dan B, termasuk menggunakan
kondom sebelum IMS yang dideritanya sembuh).
D. No D rugs Tidak menggunakan obat psikotropik
atau zat adiktif lainnya

Prognosis
Prognosis umumnya baik, namun

penyakit ini dapat kambuh. Servisitis


dan vaginitis dengan etiologi jelas
biasanya memberi respon baik
terhadap terapi.

Referensi
Djuanda, P., Hamzah, d., Aisah, P., Kosasih, D.,

Wiyardi, P. E., Natahusada, d. C., et al. (2011).


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keenam.
In J. Jubianto, & S. F. Daili, Gonore, Infeksi
Genitan Non Spesifik, Trikomoniasis, Bakterial
Vaginosis. (pp. 366-378, 383-391). Jakarta:
FKUI.
Freedenberg, I. M., Eisen, A. Z., Wolff, K.,

Austen, K. F., Goldsmith, L. A., & Katz, S. I.


(2003). Fitzpatrick Dermatology In General
Medicine. In D. Feingold, C. Mansur, A.
Eichmann, & S. Lautenschlager,

Referensi
Kementrian Kesehatan RI. (2011, Oktober). Penanganan

Infeksi Menular Seksual 2011. Jakarta, Jakarta Pusat,


Indonesia.
Moolenaar, R. R., Cassey, C. G., Rutledge, T. F., Johnson, D. C.,

Wilson, R. J., Boyed, M. F., et al. (2010). Morbidity and


Mortality Weekly Report. Sexually Transmitted Diseases
Treatment Guidelines, 2010. Atlanta: Surveillance,
Epidemiology, and Laboratory Services, Centers for Disease
Control and Prevention (CDC), (pp 43-61).
Ollendorff, A. T., Karjane, N. W., Rivlin, M. E., Barnes, A. D.,

Garris, J. B., Kendrick, S. E., et al. (2014, November 04).


WebMD corporate. Retrieved Juni 17, 2015, from Medscape:
http://emedicine.medscape.com/article/253402-treatment.

Anda mungkin juga menyukai