Anda di halaman 1dari 47

Laporan Kasus

Deep Vein Thrombosis (DVT)

Oleh :
Ade Tiapratiwi (16174096)

Pembimbing : dr. Junaidi. M, Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
DEFINISI

Deep vein thrombosis


(DVT) merupakan kondisi
dimana trombus/bekuan
darah terbentuk pada vena
dalam terutama di tungkai
bawah dan inguinal
EPIDEMIOLOGI
EP dan DVT nomor tiga di dunia
setelah infark miokard dan stroke.
AS 900.000 didiagnosa VTE, dengan
1 : 20 DVT
Kejadian per tahun 80 kasus dari
100.000.
Faktor resiko absolut dari timbulnya
DVT pada pasien rawat inap yang
tidak menerima profilaksis 10 - 80 %
ETIOLOGI

Trias Virchow
disfungsi dari dinding endotel
vena,
hiperkoagulobilitas,
gangguan aliran pada vena
FAKTOR RESIKO
Usia tua, duduk lama (perjalanan jauh,
Faktor demografi / lingkungan
saat situasi bencana)
a. Trauma : fraktur ekstremitas inferior,
cedera medulla spinalis
b. Keganasan
c. Hiperkoagulobilitas congenital :
Coagulation inhibitor deficiencies
d. Hiperkoagulobilitas dapatan : pasca
pembedahan jantung
e. Inflamatory bowel disease, antifosfolipid
Keadaan patologi syndrome, vaskulitis, systemic lupus
erythematosus
f. Varises pada ekstremitas inferior
g. Dehidrasi, polycytemia
h. Obesitas, kehamilan, post partum
i. Congenital iliac bands and webs,
penekanan v. iliaka oleh a. iliaka
j. Riwayat thrombosis sebelumnya :
thrombosis vena, embol paru
a. Pembedahan : orthopaedi, bedah saraf,
bedah digestive
b. Obat obatan : hormon wanita,
Tindakan medis
kortikosteroid, hemostatik
c. Kateterisasi pembuluh darah
d. Bed rest lama
PATOGENESIS

Stasis vena
Kerusakan pembuluh darah
- Trauma langsung
- Inflamasi
Aktifitas faktor pembekuan
MANIFESTASI KLINIS
Nyeri/kaku
Pembengkakan
Perubahan warna kulit
DIAGNOSA
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium
ELISA atau latex agglutination
assay

Radiologis
Venografi
Flestimografi Impedans
Ultrasonografi (USG) Doppler
Magnetic Resonance Venography
PENATALAKSANAAN
Terapi non-farmakologis
Elevasi ekstremitas
Kompresi menggunakan stocking
Kompres hangat sirkulasi mikrovaskular
Latihan lingkup gerak sendi (range of
motion) fleksi-ekstensi, menggengam dll
aliran darah di vena-vena yang masih
terbuka (patent)
Pemakaian kaus kaki elastis (elastic
stocking), alat ini dapat meningkatkan
aliran darah vena.
Farmakologis
Tujuan
Mencegah meluasnya trombosis dan
timbulnya emboli paru.
Mengurangi morbiditas pada serangan
akut.
Mengurangi keluhan post
flebitis/pencegahan Sindroma post-
flebitis.
Mengobati hipertensi pulmonal yang
terjadi karena proses trombo
emboli/pencegahan terhadap adanya
hipertensi pulmonal.
Mencegah meluasnya trombosis
dan timbulnya emboli paru.

Antikoagulan
1) Pemberian Heparin standar
Heparin 5000 bolus (80 iu/KgBB), bolus
dilanjutkan dengan drips kontinyu 1000 1400
iu/jam (18 iu/KgBB), drips selanjutnya tergantung
hasil APTT, untuk menentukan dosis dengan
target 1,5 2,5 kontrol.
Bila APTT 1,5 2,5 x kontrol dosis tetap.
Bila APTT < 1,5 x kontrol dosis dinaikkan 100
150 iu/jam.
Bila APTT > 2,5 x kontrol dosis diturunkan 100
iu/jam.
Penyesuaian dosis untuk
mencapai target dilakukan pada
hari ke 1 tiap 6 jam, hari ke 2 tiap
2 - 4 jam. Hal ini di lakukan
karena biasanya pada 6 jam
pertama hanya 38% yang
mencapai nilai target dan
sesudah dari ke 1 baru 84%.
Heparin dapat diberikan 710
hari yang kemudian dilanjutkan
dengan pemberian heparin dosis
rendah yaitu 5000 iu/subkutan, 2
kali sehari atau pemberian anti
koagulan oral, selama minimal 3
bulan. Pemberian anti koagulan
oral harus diberikan 48 jam
sebelum rencana penghentian
heparin karena anti koagulan
efektif sesudah 48 jam.
Pemberian Low Milecular Weight
Heparin (LMWH)
Pemberian obat ini lebih di sukai dari heparin
karena tidak memerlukan pemantauan yang
ketat, sayangnya harganya relatif mahal
dibandingkan heparin.
Saat ini preparat yang tersedia di Indonesia
adalah Enoxaparin (Lovenox) dan
(Nandroparin Fraxiparin). Pada pemberian
heparin standar maupun LMWH bisa terjadi
efek samping yang cukup serius yaitu
Pemberian Oral Anti koagulan
oral

Obat yang biasa di pakai adalah


Warfarin. Cara pemberian Warfarin di
mulai dengan dosis 6 8 mg (single
dose) pada malam hari. Dosis dapat
dinaikan atau di kurangi tergantung dari
hasil INR (International Normolized
Ratio).
Target INR : adalah 2,0 3,0
INR PENYESUAIAN DOSIS
Naikkan 10%-20% dari total dosis mingguan. Kontrol
1,1 1,4 : 1 minggu
Naikkan 5% 10% dari total dosis
1,5 1,9 mingguan.kontrol : 2 minggu
2,0 3,0 Dosis tetap. Kontrol : 1 minggu
Turunkan 5 10% dari total dosis mingguan.
3,1 3,9 Kontrol : 2 minggu
Turunkan 10%-20% total dosis mingguan. Kontrol : 1
4,0 5,0 minggu
- Stop pemberian warfarin.
- Pantau sampai INR : 3,0
> 50 : - Mulai dengan dosis: kurangi 20%-50%.
- kembali tiap hari.
Lama pemberian anti koagulan
oral adalah 6 minggu sampai 3
bulan apabila trombosis vena
dalam timbul disebabkan oleh
faktor resiko yang reversible.
Sedangkan kalau trombosis vena
adalah idiopatik di anjurkan
pemberian anti koagulan oral
selama 3-6 bulan, bahkan biasa
lebih lama lagi apabila ditemukan
abnormal inherited mileculer.
Trombolitik
Pemberian trombolitik selama 12-14 jam dan
kemudian di ikuti dengan heparin, akan memberikan
hasil lebih baik bila dibandingkan dengan hanya
pemberian heparin tunggal.
Peranan terapi trombolitik berkembang dengan pesat
pada akhir abad ini, terutama sesudah dipasarkannya
streptiknase, urokinase dan tissue plasminogen
activator (TPA). TPA bekerja secara selektif pada
tempat yang ada plasminon dan fibrin, sehingga efek
samping perdarahan relatif kurang.
Brenner menganjurkn pemberian TPA dengan dosis 4
ugr/kgBB/menit, secara intra vena selama 4 jam dan
Streptokinase diberikan 1,5 x 106 unit intra vena
kontiniu selama 60 menit. Kedua jenis trombolitik ini
memberikan hasil yang cukup memuaskan.
Efek samping utama pemberian heparin dan obat-
obatan trombolitik adalah perdarahan dan akan
bersifat fatal kalau terjadi perdarahan sereral. Untuk
mencegah terjadinya efek samping perdarahan, maka
Obat anti platelet
Trombosit merupakan faktor terpenting
dalam pembentukan trombus. Obat-obat
antiplatelet bertujuan untuk menghambat
agregasi trombosit. Oleh karena itu,
sebaiknya diberikan sebelum trombus
terjadi atau diberikan pada saat trombosis
untuk mencegahpembentukan trombus
baru.
Indikasi pemberian obat-obatan antiagregasi
trombosit adalah untuk pencegahan
terjadinya serangan iskemia akut, seperti
iskemiastroke, Transient Ischaemik
Attack(TIA), anginapectoris, dan penyakit
vaskular perifer.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Alamat : Bebesen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Gayo
No. RM : 023832
MRS: 23 Februari 2017
Tanggal pemeriksaan : 27 Februari 2017
ANAMNESA
Keluhan utama
Bengkak pada tangan kiri

Anamnesa khusus
Pasien datang dengan keluhan bengkak
pada tangan kiri sejak dua hari yang lalu.
Bengkak dirasakan dari lengan hingga ke
ujung tangan. Bengkak muncul tiba-tiba
tanpa didahului terjatuh, tersengat hewan
berbisa, ataupun terkena benda keras.
Bengkak hanya dirasakan pada tangan kiri
dan tidak terdapat pada bagian tubuh yang
lain. Bagian tangan yang bengkak terasa
nyeri yang terus-menerus, seperti ditusuk-
tusuk dan memberat jika digerakkan, warna
lebih gelap, teraba keras (+), panas (+).
ANAMNESA TAMBAHAN
Riwayat penyakit dahulu : CKD
on HD, HHD, Skizofrenia
Riwayat penyakit keluarga :
Hipertensi dan DM
Riwayat penggunaan obat : ada
Kebiasaan sosial : perokok (-),
konsumsi kopi (+)
STATUS PRESENT
Keadaan umum : pasien tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4,V5,M6

Status gizi:
BB : 63 kg
TB : 158 cm
IMT : 25,3 (overweight)

Tanda Vital:
Tekanan Darah : 193/135 mmHg
Pernafasan: 22x/menit, reguler tipe torakoabdominal
Nadi : 94x/menit, regular, kuat,
Suhu : 37 Celcius
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : rambut (jarang), muka (pucat,
bengkak).
Telinga : berdengung (-/-), sekret (+/+)
Mata : konjungtiva terlihat pucat, pupil isokor,
reflek
cahaya baik.
Hidung : tidak dijumpai hiperemis dan
epitaksis.
Mulut : bibir (kering), lidah dalam batas normal
Tenggorokan : tidak ada hiperemis
Leher : sulit dinilai
Thoraks
Depan: Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : nyeri tekan tidak ada,
fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : sonor di kedua belah paru
Auskultasi : suara pernafasan vesikuler.

Cor : batas kiri atas ICS 3 linea


midclavicula sinistra, kiri bawah ICS 7
linea axilaris anterior. Batas kanan ICS 5
linia parasternal dextra.
Abdomen :
inspeksi : dijumpai asites
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : redup
Auskultasi : peristaltik (menurun)

Hepar : sulit dinilai


Lien : sulit dinilai
Ekstremitas : bengkak pada tangan
kiri, teraba panas, warna lebih gelap
dari sekitarnya, nyeri tekan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Venografi
Flestimografi Impedans
Ultrasonografi (USG)
Doppler
Magnetic Resonance
Venography
D-Dimer
Darah Rutin
DIAGNOSA

Deep Vein Thrombosis (DVT)


DIAGNOSA BANDING
Deep Vein Thrombosis (DVT)
Pasca trauma
Sindrom Kompartemen
Artiritis Gout
Selulitis
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis
Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena
untuk melancarkan aliran darah vena (elevasi).
Kompresi : pemberian tekanan dari luar, seperti
penggunaan stocking
Kompres hangat untuk meningkatkan sirkulasi
mikrovaskular
Latihan lingkup gerak sendi (range of motion)
seperti gerakan fleksi-ekstensi, menggengam, dan
lain-lain. Tindakan ini akan meningkatkan aliran
darah di vena-vena yang masih terbuka (patent)
Pemakaian kaus kaki elastis (elastic stocking),
alat ini dapat meningkatkan aliran darah vena.
Farmakologis
IVFD NaCl 10 gtt/i
Inj. Ketorolac 1A/8j
Inj. Furosemid 1A/12j
Simarc-2 1x1
CPG 1x1
Aspilet 1x1
FOLLOW UP
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai